Laporan Petro 2.docx

  • Uploaded by: Gilang Permata Saputra
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Petro 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,607
  • Pages: 43
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya. Petrologi yaitu ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan dan sejarah geologinya. Batuan sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan ini. Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi. Batuan didefenisikan sebagai kumpulan dari satu atau lebih mineral yang terbentuk di alam secara alamiah yang merupakan bagian dari kerak bumi. Batuan adalah materi yang terbentuk secara alamiah, telah terkonsolidasikan, terdiri dari satu jenis mineral ( monominerallic ) atau lebih dan umumnya terdiri dari agregat/ kumpulan dari beberapa mineral yang berbeda ( Plummer, dkk, 2001 ). 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari praktikum petrologi ini adalah untuk : 1. Memahami pengertian batuan dan jenis-jenis batuan. 2. Mengerti bagaimana menentukan klasifikasi batuan baik batuan sedimen maupun metemorf. 3. Mengerti bagaimana distribusi batuan di kerak benua / samudera.

LAPORAN PETROLOGI

1

4. Mengerti bagaimana proses pembentukan batuan / genesa batuan. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan di kabupaten Donggala yaitu mengetahui genesa atau proses pembentukan daerah dan formasi-formasi yang ada di daerah tersebut dan juga mengetahui umur formasi yang berada di daerah tersebut . 1.4 Alat dan bahan Adapun alat yang digunakan untuk melakukan praktek di lapangan yaitu : -

Kompas

-

Palu Geologi

-

GPS

-

Peta lokasi penelitian

-

Kantong sampel

-

Alat tulis

-

Buku lapangan

-

Spidol permanent

-

Lembar deskripsi

-

Larutan HCl

-

Kamera

-

Tas

-

Roll meter

-

Lup

-

Komperator

1.5 Waktu, Letak, dan Kesampaian di daerah Pada praktek kali ini yang dilakukan di kabupaten Donggala yaitu pada STA 01 terletak di desa Buluri kabupaten Donggala. Pada saat itu kami tiba jam 09.00

LAPORAN PETROLOGI

2

WITA. Keadaan cuaca saat itu cerah dan berada di koordinat 0050’27,87” S, 119048’54,94” E. pada STA 02 terletak di desa Loli Saluran kabupaten Donggala. Pada saat itu kami tiba jam 10.00 WITA. Keadaan cuaca saat itu cerah dan berada di koordinat 0047’02” S, 119047’41,65” E. pada STA 03 terletak di desa Loli Tasiburi kabupaten Donggala. Pada saat itu kami tiba jam 11.00 WITA. Keadaan cuaca saat itu cerah dan berada di koordinat 0045’27,33” S, 119046’25,33” E. pada STA 04 terletak di desa Dangga kabupaten Donggala. Pada saat itu kami tiba jam 15 .00 WITA. Keadaan cuaca saat itu cerah dan berada di koordinat 0043’11,58” S, 119046’30,05” E. pada STA 05 terletak di desa Salubomba kabupaten Donggala. Pada saat itu kami tiba jam 16.00 WITA. Keadaan cuaca saat itu cerah dan berada di koordinat 0045’19,56” S, 119040’58,67” E. pada STA 06 terletak di desa Donggala kabupaten Donggala. Pada saat itu kami tiba jam 17.00 WITA. Keadaan cuaca saat itu cerah dan berada di koordinat 0041’15,59” S, 119045’38,21” E. 1.6 Metode dan Tahapan Peneltian 1.6.1 Metode Penelitian Dalam ekskursi ini kami melakukan metode geologi lapangan, di mana kami akan turun langsung ke lokasi penelitian. Adapun yang akan kami capai dalam metode ini yakni : -

Tahap pendahuluan

-

Penentuan lokasi menggunakan GPS (Global Position System)

-

Pengamatan singkapan

-

Pengamatan struktur geologi

-

Tahap pengambilan data lapangan

-

Tahap pengambilan dokumentasi

-

Tahap pembuatan laporan serta menyajikannya

LAPORAN PETROLOGI

3

1.6.2 Tahapan Penelitian 1. Mempelajari daerah praktikum 2. Perencanaan : 1.

- Pengadaan alat praktikum Geologi

2.

- Biaya

3.

- Jangka waktu yang ditentukan - Praktikum Lapangan - Pengambilan Sampel dan Dokumentasi

LAPORAN PETROLOGI

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mineral Pada Batuan 2.1.1 Pengertian Mineral Mineral adalah sebagai sebuah benda yang terbentuk secara alami yang umumnya tersusun oleh bahan anorganik di dalamnya mengandung beberapa unsur kimia yang memiliki bentuk dan sifat fisik yang khas. Mineral penyusun batuan terbagi atas 3 yaitu: 1. Mineral Utama (Essensial Mineral) Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangan menentukan dalam penamaan batuan. Mineralmineral utama ini terdapat pada deret Bowen Series (1928).

2.1 Gambar Bowen Reaction Series Deret Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) adalah suatu skema yang menjelaskan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan LAPORAN PETROLOGI

5

magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan faktor utama dalam Deret Reaksi Bowen adalah suhu (T). Bagan ini terbagi menjadi dua cabang, yaitu : 1.

Continous Branch (Deret Kontinyu) Deret Continuous, deret ini mewakili pembentukan feldspar

plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Cafeldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk. 2.

Discontinous Branch (Deret Diskontinyu) Pada bagian sebelah kiri adalah Deret Discontinous dimana deret ini

terbentuk dari mineral Ferromagnesian Silikat. Mineral yang terbentuk pada suhu tertinggi adalah Olivine, tetapi pada magma yang jenuh oleh SiO2 maka mineral Pyroxyne lah yang akan terbentuk terlebih dahulu. Olivine dan Pyroxyne ini disebut pasangan “Ingcongruent melting” dimana Olivine akan bereaksi dengan larutan sisa dan membentuk Pyroxyne. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah Biotit yang berarti semua besi dan magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan untuk membentuk mineral. Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak sempat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk (selubung) yang tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya. Berdasarkan warna mineral, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :

LAPORAN PETROLOGI

6

a. Mineral-Mineral Warna Terang (Mineral felsik)  Kelompok Plagioklas ( Anortit, Bitownit, Labradorit, Andesin, Oligoklas, Albit )  Kelompok Alkali Feldspar (Ortoklas, Mikrolin, Anortoklas, Sanidin)  Kelompok Feldspatoid ( Leusit, Nefelin, Sodalit )  Kuarsa  Muskovit Kelompok plagioklas dan kelompok alkali feldspar sering disebut feldspar.Tidak semua mineral felsik berwarna terang tetapi ada mineral felsik yang berwarna gelap yaitu, obsidian.Mineral yang berwarna terang disebabkan banyaknya kandungan SiO2 dan jarang mengandung Fe dan Mg. b. Mineral-Mineral Warna Gelap (Mineral Mafik)  Olivin (Forsterite dan Fayalite)  Piroksen, dibagi menjadi dua kelompok yaitu Orto Piroksen (piroksen tegak) dan klino piroksen (piroksen miring). Orto piroksen antara lain; Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigiri, Spodemen, Jadeit  Amfibol (Hornblende, Labprobolit, Riebeokit, Glukofan)  Biotit.

2. Mineral-Mineral Tambahan (Accessory Mineral) Mineral-mineral adalah mineral-k mineral yang bentuk oleh kristalisasi magma , terdapat dalam jumlah yang sedikit ( kurang dari 5 %). Kehadirannya tidak menentukan nama batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara lain : Zirkon, Magnesit, Hematit, Pyrit,Rutil, Apati, Garnet dan Sphen

LAPORAN PETROLOGI

7

3. Mineral Sekunder (Secondari Minerals) Mineral sekunder merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfisme terhadap mineral utama. Contohnya seperti : Serpentin, Kalsit, Serisit, Kalkopirit, Kaolin, Klorit dan Pirit. 2.2 Batuan Beku (Igneous Rock) 2.2.1 Pengertian Batuan Beku Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma merupakan materia silikat yang panas dan pijar yang terdapat didalam bumi dengan temperatur berkisar antara 600oC sampai 1500oC. Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Magma disusun oleh bahan yang berupa gas (volatil) seperti H2O dan CO2 dan bukan gas yang umumnya terdiri dari Si, O, Fe, Al, Ca, K, Mg, Na dan minor element seperti V, Sr, Rb, dll. Magma terdapat dalam rongga didalam bumi yang disebut dapur magma (Magma Chamber). Karena magma realitif lebih ringan dari batuan yang ada di sekitarnya, maka magma akan bergerak naik keatas. Gerakan dari magma keatas ini kadang-kadang disertai oleh tekanan yang besar dari magma itu sendiri atau dari tekanan disekitar dapur magma, yang menyebabkan terjadinya erupsi gunung api. Erupsi gunung api ini kadang-kadang hanya menghasilkan lelehan lava atau disertai degan letusan yang hebat (eksplosif). LAPORAN PETROLOGI

8

Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan pada saat pembentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan pendinginan dan reaksi yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen. 2.2.2 Proses Kristalisasi Magma Magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang meyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ionion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses ini disebut proses kristalisasi. Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung

dengan

lambat,

ion-ion

mempunyai

kesempatan

untuk

mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada saat pendinginan berlangsung dengan cepat, maka ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur) yang dinamakan dengan mineral glass. Pada saat magma mengalami pendinginan, atom atom oksigen dan silikon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetrahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dengan ionion lainnya akan membentuk inti kristal dari bermacam-macam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristal yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang LAPORAN PETROLOGI

9

lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan folatil juga mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut tekstur. Mineral pembentuk batuan beku berdasarkan kejadiannya, dibedakan menjadi: a.

Mineral Primer, Terjadi pada saat proses pembentukan batuan.

b.

Mineral Sekunder, Terbentuk pada saat setelah proses pembekuan batuan (leburan silikat) berakhir.

2.2.3 Jenis Batuan beku dapat berdasarkan genetiknya Jenis Batuan beku dapat dikelompokan berdasarkan genetiknya, yaitu sebagai berikut : 1. Batuan Beku Intrusif Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di dalam bumi, disebut juga dengan batuan plutonik. Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh batuan beku intrusi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: a. Konkordan, yaitu intrusi sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya, antara lain:  Sill: intrusi yang melembar (sheetlike) sejajar dengan batuan sekitar dengan ketebalan beberapa milimeter sampai beberapa kilometer.  Laccolith: sill dengan bentuk kubah (planconvex) di bagian atasnya.

LAPORAN PETROLOGI

10

 Lopolith: bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12 dari lebar tubuhnya dengan bentuk seperti melensa dimana bagian tengahnya melengkung ke arah bawah karena elastisitas batuan di bawahnya lebih lentur.  Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu lipatan. b. Diskordan, intrusi yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya, antara lain:  Dike: intrusi yang berbentuk tabular yang memotong struktur lapisan batuan sekitarnya.  Batholith: intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran >100km2, berbentuk tak beraturan, dan tak diketahui dasarnya.  Stock: intrusi yang mirip dengan batholith, dengan ukuran yang tersingkap di permukaan <100 km2. 2. Batuan Beku Ekstrusif Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma baik di daratan maupun di bawah permukaan laut yang disebut juga dengan batuan vulkanik. Batuan beku ekstrusif terbentuk di permukaan bumi yang magmanya mengalir atau terlontar dan mengalami pendinginan di permukaan bumi. 3. Jenis Batuan beku berdasarkan kandungan silika Berdasarkan kandungan silikanya, batuan beku terbagi atas : a. Batuan beku asam

: silika > 65%

b. Batuan beku menengah

: silika 65-52%

c. Batuan beku basa

: silika 52-45%

d. Batuan beku ultrabasa

: silika < 45%

4. Jenis Batuan Beku berdasarkan indeks warna Berdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya (mafic), maka batuan beku terbagi atas:

LAPORAN PETROLOGI

11

a.

Leucocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 0-30%

b.

Mesocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 3060%

c.

Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 6090%

d.

Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 90100%

2.2.4 Deskripsi Batuan Beku Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Ada beberapa sifat fisik batuan beku antara lain sebagai berikut. 1. Warna  Warna Segar: adalah warna yang belum terkontaminasi oleh lingkungan sekitar (warna di bagian dalam batu).  Warna Lapuk: adalah warna yang telah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar (warna dibagian luar batu). 2. Tekstur Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku terbagi atas : a. Kristalinitas Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk LAPORAN PETROLOGI

12

kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu: 1) Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan. 2) Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal. 3) Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan. b. Granularitas Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu: 1) Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. 2) Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.

3. Bentuk Kristal Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu: a) Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

LAPORAN PETROLOGI

13

b) Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi. c) Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

4. Hubungan Antar Kristal Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a) Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:  Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineralmineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.  Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineralmineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.  Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineralmineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral. b) Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

5. Struktur Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya: a. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.

LAPORAN PETROLOGI

14

b. Columnar joint/joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.

Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand specimen sample), yaitu: a) Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku. b) Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur. c) Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur. d) Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat. e) Xenolitis,

yaitu

struktur

yang

memperlihatkan

adanya

fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

6. Komposisi mineral Komposisi mineral dapat ditentukan berdasarkan indeks warnanya, apakah leucocratic, mesocratic, melanocratic, atau hypermelanic. Komposisi mineral pembentuk batuan, misalnya: kuarsa, plagioklas, ortoklas, biotit, hornblende, pyroksin, dll. Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:

LAPORAN PETROLOGI

15

1. Kelompok Granit-Riolit: berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat hornblende biotit muskovit dalam jumlah kecil. 2. Kelompok Diorit-andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet, terutama tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan kuarsa biotit ortoklas dalam jumlah kecil. 3. Kelompok Gabro-Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine plagioklas Ca, piroksen dan hornblende. 4. Kelompok Ultra basa; terutama tersusun oleh olivine, piroksen. Mineral lain yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.

2.2.5 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan IUGS (International Union of Geological Science) IUGS (International Union of Geological Science) menyatakan klasifikasi batuan beku berdasarkan ukuran kristal. Batuan beku faneritik diklasifikasikan sebagai plutonik (dibagi menjadi bagian asam-basa serta bagian ultra basa), sedangkan yang afanitik diklasifikasikan sebagai vulkanik. Pada masing-masing kategori utama tersebut, batuan diberi nama berdasarkan persentase mineralnya. Dalam klasifikasi ini digunakan diagram segitiga dengan mineral acuan diletakan di ujung masing-masing sudut segitiga, tidak seperti klasifikasi lainnya yang menggunakan tabel biasa. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam plotting satu titik dalam diagram tersebut.

LAPORAN PETROLOGI

16

Gambar 2.2 klasifikasi IUGS untuk Batuan Beku Plutonik Plagioclase Anorthosite

Olivine gabbro

lite cto Tro

Ga bb ro

90

Plagioclase-bearing ultramafic rocks

Pyroxene

(b)

Olivine

Gambar 2.3 Klasifikasi IUGS untuk Batuan Beku Fanerit yang Mafik (b) dan Ultramafik (a)

LAPORAN PETROLOGI

17

Q

60

60

Rhyolite

Dacite

20

20

Trachyte

Latite 35

A 10

(foid)-bearing Trachyte

Andesite/Basalt 65

(foid)-bearing Latite

Phonolite

(foid)-bearing Andesite/Basalt

P

10

Tephrite

60

60

(Foid)ites

F

Gambar 2.4 Klasifikasi IUGS untuk Batuan Beku Afanit (Vulkanik)

2.2.6 Tipe Granit (SIAM) Berdasarkan komposisi kimianya, granit mempunyai 4 jenis tipe, yaitu : 1. Type S Granit Granit ini terbentuk pada daerah metamorphisme trrane dan dihasilkan oleh proses partil melting dan metasedimen. S yang berarti berasal dari metasedimen. granit tipe ini mengandung Al yang tinggi, tapu tidak mengandung mineral hornblende, sedangkan mineral biotit, muskovit, dan garnet menjadi penciri grant tipe ini. Kandungan Rb yang tinggi pada source rock denganSr rasio >0,710. 2. Type I Granit Granit tipe ini terbentuk pada zona continental margin yang merupakan hasil peleburan (melting) dari batuan beku pada kerak bagian

LAPORAN PETROLOGI

18

dalam bumi. I untuk igneous yang berarti berasal dari batuan beku. Kandungan Cad dan Na yang tinggi serta kehadiran mineral hornblende dan sphene. Source rock nya mengandung Rb yang rendah dengan Sr rasio <0,708. 3. Type A Granit Tipe ini merupakan granit yang berasal dari anorogenik proses. A merupakan kata anorogenik atau anhydrous, dengan komposisi SiO2 mencapai 77%. Kandungan alkalinya tinggi, Fe/Mg dan berada pada lingkungan craton. 4. Type M Granit Tipe ini merupakan grnait yang dihasilkan dari fraksinasi peleburan mantel. M untuk kata mantel yang berarti berasal dari mantel bumi, yang kemungkinan telah mengalami asimilasi dan mixing dengan kerak. Memiliki kandungan Rb, Th, dan U yang rendah dengan Sr rasio <0,705.

2.3 Batuan Sedimen 2.3.1 Pengertian Batuan Sedimen Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi dari sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian terlithifikasi. Ada dua tipe sedimen yaitu: detritus dan kimiawi. Detritus terdiri dari partikel-2 padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi terdiri dari mineral sebagai hasil kristalisasi larutan dengan proses inorganik atau aktivitas organisme. Partikel sedimen diklasifikasikan menurut ukuran butir, gravel (termasuk bolder, cobble dan pebble), pasir, lanau, dan lempung. Transportasi dari sedimen menyebabkan pembundaran dengan cara abrasi dan pemilahan (sorting). Nilai kebundaran dan sorting sangat tergantung pada ukuran butir, jarak

LAPORAN PETROLOGI

19

transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen menjadi batuan sedimen terjadi melalui kompaksi dan sementasi. Batuan sedimen merupakan merupakan batuan yang terbentuk melalui proses sedimentasani baik secara fisik maupun secara kimia atau organic. pada sebagian sedimen organic seperti pada pembentukan batu gamoing tertumbu. Proses pisika berlangsung selama sedimentasi meliputi perombakan pengendapan kompaksi dan selanjutnya diikuti oleh proses diagenesis dan sementasi. Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi memilik kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya. Bentuk dan teksturnya mencerminkan adanya kesan pengendapan selama pembentukannya. Faktor yang berperan dalam pembentukan batuan sedimen adalah aspek mekanik, kimiawi dan biologis. Dalam hal ini akan dibahas secara terpisah dalam dua kelompok, yaitu sumber material sedimen dan lingkunga pengendapan. Adapun sumber-sumber material sedimen adalah sebagai berikut : a. Aktifitas vulkanik, yaitu material klastik atau rombakan yang dikeluarkan oleh

aktifitas

vulkanisme

sebagai

bahan

piroklastik

berupa

bomb,bloc,lapili da debu-debu vulkanik serta material piroklastik lainnya. b. Pelapukan mekanik, hasil perombakan melalui pelapukan mekanik terhadap dingkapan suatu batuan akan mengalami trnsportasi kemudian terakumulasi pada suatu cekungan, kemudian terjadi kompaksi, diagenesis sementasi dan litifikasi c. Larutan - larutan dalam air, berupa garam-garaman yang hancur dan lapuk baik di darat mapun dilaut pada kondisi tertentu dapat terjadi reaksi kimia d. Material organik, yaitu sisa mahluk hidup yang mati kemudian terendapkan dalam batuan.

LAPORAN PETROLOGI

20

Tabel 2.1 klasifikasi wenthworth  Pemilahan (Sortasi) Adalah merupakan penyeleksian ukuran butir, atau keseragaman antar butir penyusun batuan sedimen. Sortasi terbagi atas: a. Sortasi baik, jika ukuran materialnya relative sama (seragam). b. Sortasi jelek, bila ukuran butir bervariasi dengan range (perbedaan) butirsangat besar.  Derajat pembundaran (Roundnes) Derajat pembundaran suatu partikel yang kita amati adalah sudut permukaannya, yang terbagi atas: a. Sangat bulat (well rounded) b. Membulat (rounded) c. Agak bulat (subrounded) d. Agak runcing (subangular) e. Meruncing (angular)  Kemas Yaitu keterikatan antara partikel-partikel penyusun batuan. Jenis kemas terdiri atas dua istilah:

LAPORAN PETROLOGI

21

a. Kemas tertutup jika keterikatan antara partikel-partikel kuat atau massive. b. Kemas terbuka jika keterikatan partikel-partikel mudah lepas.  Komposisi mineral Butir/fragmen merupakan komponen-komponen besar dalam batuan, nampak seperti fenokres pada batuan beku. 1) Matriks, merupakan komponen-komponen yang lebih halus dan sebagai penyusun utama batuan sedimen (massa dasar). 2) Semen, merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami kristalisasi. Antara lain; Karbonat (kalsit), Silika (kuarsa) dan oksida besi.  Tekstur Batuan Sedimen Tekstur batuan sedimen non klastik 1. Amorf 2. Kristalin Tekstur batuan sedimen klastik 1. Ukuran Butir 2. Bentuk Butir 3. Sususnan Butir/komposisi  Struktur Batuan Sedimen Struktur batuan sedimen dikelompokan menjadi 2 yaitu struktur berlapis dan tidak berlapis. Struktur berlapis terjadi karena perbedaan warna batuan sedimen, perbedaan ukuran butir, perbedaan kompaksi mineral, dan perbedan sifat fisika dan kimia.

LAPORAN PETROLOGI

22

2.3.2

Jenis – jenis Batuan Sedimen 1. Batuan Sedimen Klastik Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan lain-lain. 2. Batuan Sedimen Non-Klastik Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen LAPORAN PETROLOGI

23

kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuhtumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal (batu bara), dan lain-lain.

2.3 Batuan Metamorf 2.3.1 Pengertian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terbentuk oleh perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstur dan strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukan batuan metamorf adalah: 1. Terjadi dalam suasana padat 2. Bersifat isokimia 3. Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa 4. Terbentuknya tekstur dan struktur baru. Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua factor utama yaitu Tekanan dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima yang berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru.

LAPORAN PETROLOGI

24

Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk atau berasal dari batuan Yang telah ada sebelumnya yang mengalami proses metamorfisme yaitu peerubahan fisik dan kimia batuan akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai ”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat (solid slate) pada suhu diatas 200°C dan tekanan 300 Mpa”. Batuan metamorf memerlukan perhatian tersendiri, karena perubahannya berlangsung dalam keadaan padat. Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak dan fragmen kerak bertabrakan, batuan terkoyak, tetarik (extended), terlipat, terpanaskan dan berubah dengan cara yang kompleks. Tetapi meskipun batuan sudah mengalami perubahan dua kali atau lebih, biasanya bekas atau bentuk batuan semula masih tersimpan, karena perubahannya terjadi dalam keadaan padat. Padat tidak seperti cair atau gas cenderung untuk menyimpan peristiwaperistiwa (events) pengubahannya. Diantara kelompok batuan, batuan metamorf merupakan yang paling kompleks, tetapi juga paling menarik karena didalamnya tersimpan semua cerita yang telah terjadi pada kerak bumi. 2.3.2 Proses Metamorfisme Proses metamorfisme, meliputi: 1. Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh tenaga kristaloblastik (tenaga dari sedimen-sedimen kimia untuk menyusun susunan sendiri). 2. Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunan kimianya tetap (isokimia) tidak ada perubahan komposisi kimiawi, tapi hanya perubahan ikatan kimia. LAPORAN PETROLOGI

25

Tahap-tahap proses metamorfisme yaitu: 1. Rekristalisasi Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi penyusunan kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya. 2. Reorientasi Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini pengorientasian kembali dari susunan kristak-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada. 3. Pembentukan mineral-mineral baru Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya sudah ada. a. Dalam metamorfosa yang berubah adalah tekstur dan asosiasi mineral, yang tetap adalah komposisi kimia dan fase padat (tanpa melalui fase cair). b. Teksturnya selalu mereflesikan sejarah pembentukannya. c. Ditinjau dari perubahan P & T, dikenal : 1) Progresive metamorfosa : perubahan dari P & T rendah ke P & T tinggi. 2) Retrogresive metamorfosa : perubahan dari P & T tinggi ke P & T rendah. Kondisi yang mengontrol metamorfosa/mempengaruhi rekristalisasi dan tekstur.

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau temperatur akan mengubah

LAPORAN PETROLOGI

26

mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran / kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.

2.3.3

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme Komposisi batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan himpunan

mineral baru, demikian pula dengan suhu dan tekanan. Suhu dan tekanan tidaklah berperan langsung, akan tetapi juga ada atau tidaknya cairan serta lamanya mengalami panas dan tekanan yang tinggi, dan bagaimana tekanannya, searah, terpuntir dan sebagainya. 1. Pengaruh cairan terhadap reaksi kimia Pori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atua batuan beku terisi oleh cairan (fluida), yang merupakan larutan dari gas-gas, garam dan mineral yang terdapat pada batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang tinggi intergranular ini lebih bersifat uap dan pada cair, dan mempunyai peran yang penting dalam metamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan yang tinggi akan terjadi pertukaran unsur dari larutan ke mineral-mineral dan sebaliknya. Fungsi cairan ini sebagai media transport dari larutan ke mineral dan sebaliknya, sehingga mempercepat proses metamorfisme. Jika tidak ada larutan atau jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfismenya akan berlangsung lambat, karena perpindahannya akan melalui diffusi antar mineral yang padat. 2. Suhu dan tekanan Batuan apabila dipanaskan pada suhu tertentu akan membentuk mineralmineral baru, yang hasil akhirnya adalah batuan metamorf. Sumber panasnya berasal dari panas dalam bumi. Batuan dapat terpanaskan oleh timbunan (burial) LAPORAN PETROLOGI

27

atau terobosan dapat juga menimbulkan perubahan tekanan, sehingga sukar dikatakan metamorfisme hanya disebabkan oleh keniakan suhu saja. Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai stress yang mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf memperlihatkan bahwa batuan ini terbentuk di bawah differensial stress, atau tekanannya tidak sama besar dari segala arah. Berbeda dengan batuan beku yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah pengaruh uniform stress, atau mempunyai bersaran yang sama dari semua arah. 3. Waktu Untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses metamorfisme tidaklah mudah dan sampai saat ini masih belum diketahui bagaimana caranya. Dalam percobaan di laboratorium memperlihatkan bahwa di bawah tekanan suhu tinggi serta waktu reasi yang lama akan menghasilkan kristal dengan ukuran yang besar. Dan dalam kondisi yang sebaliknya dihasilkan kristal yang kecil. Dengan demikian untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta suhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus, waktunya pendek serta suhu dan tekanan yang rendah

2.3.4 Fasies Metamorfisme Setiap fasies dalam batuan metamorf umumnya dinamakan jenis batuan (kumpulan mineral) yang dianggap kritis dan diagnestik untuk fasies yang bresangkutan. Fasies metamorfisme secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yakni fasies metamorfosa kontak dan fasies metamorfosa regional. 1. Fasies Metamorfosa Kontak Metamorfosa kontak dibagi berdasarkan penambahan suhu (baik tekanan air konstan maupun berkurang). Metamorfosa kontak disini berarti pengaruh suhu

LAPORAN PETROLOGI

28

sangat dominan, sedangkan tekanan tidak begitu dominan. Dibagi menjadi 4 fasies yaitu : a) Fasies Hornfels Albit-Epidot Fasies ini biasanya berkembang di bagian paling luar dari suatu kontak sehingga proses rekristalisasi dan reaksi metamorfosa seringkali tidak sempurna. Pencirinya adalah adanya struktur relict atau sisa yang tidak stabil. Fasies ini terbentuk pada tekanan dan suhu yang relatif rendah. Penamaan fasies ini didasarkan pada dua kandungan mineral utamanya yakni albit (plagioklas) dan epidot (garnet). Hornfels sendiri adalah nama salah satu batuan metamorf yang khas terbentuk pada zona metamorfisme kontak, dimana batuan asal biasanya berbutir halus. Fasies ini biasanya berkembang di bagian paling luar dari suatu kontak. b) Fasies Hornfels Hornblende Fasies ini mempunyai ciri khusus yaitu tidak ditemukan klorit dan muncul untuk pertama kalinya mineral diopsid, andradite, kordierit, hornblende, antofilit, gedrit, dan cumingtonit. Fasies ini terbentuk pada tekanan yang rendah, tetapi dengan suhu yang sedikit lebih tinggi daripada fasies hornfels albit-epidot. Walaupun penamaannya menggunakan hornblende, namun kemunculan mineral tidak hanya dibatasi oleh mineral itu saja. c) Fasies Hornfels Piroksen Disebut fasies Hornfels K.Feldspar – Kordierit, karena kedua mineral tersebut muncul pertama kalinya di fasies ini. Fasies ini terbentuk pada suhu yang tinggi dan tekanan yang rendah. Mineral pencirinya adalah orthopiroksen. d) Fasies Sanadinit Fasies sanadinit adalah salah satu fasies langka karena kondisi pembentukannya memerlukan suhu yang sangat tinggi, tetapi tekanannya rendah. Oleh karenanya, kondisi ini hanya bisa dicapai di sekitar daerah metamorfosa

LAPORAN PETROLOGI

29

kontak tetapi dengan syarat suhu tertentu. Karena jika suhu terlalu tinggi, maka batuan bisa melebur. 2. Fasies Metamorfosa Regional Fasies ini meliputi daerah yang penyebarannya sangat luas dan selalu dalam bentuk sabuk pegunungan (orogenic). Dibagi menjadi 7 fasies yaitu : a) Fasies Zeolit Fasies Zeolit adalah fasies metamorf tipe regional dengan derajat terendah, dimana jika suhu dan tekanan berkurang maka akan terjadi proses diagenesa. Pada batas diagenesa dan metamorfisme regional, akan terjadi pengaturan kembali mineral lempung, kristalisasi pada kuarsa dan K-feldspar, terombaknya mineral temperatur tinggi dan pengendapan karbonat. Bila perubahan ini terjadi pada butiran yang kasar, maka akan memasuki metamorfosa dengan fasies Zeolit. b) Fasies Prehnite–Pumpellyite Fasies ini terbentuk dengan kondisi suhu dan tekanan rendah, tetapi sedikit lebih tinggi daripada fasies Zeolit. Penamaan fasies ini berasal dari kandungan dua mineral dominan yang muncul yakni mineral prehnite dan pumpellyite (a sorosilicate). c) Fasies Greenschist (Sekis Hijau) Terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies yang penyebarannya sangat luas. Nama fasies ini sendiri diambil dari warna mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot. Batuan yang termasuk dalam fasies ini bisa batusabak, filit, dan sekis. d) Fasies Blueschist (Sekis Biru) Terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi temperatur lebih kecil daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies yang penyebarannya sangat luas. Nama fasies ini sendiri diambil dari warna mineral

LAPORAN PETROLOGI

30

dominan penyusunnya yakni ada glaukofan, lawsonite, jadeite, dll.Contoh batuan asal yang bisa membentuk fasies ini ialah basalt, tuff, greywacke dan rijang. e) Fasies Amfibolit Fasies amfibolit terbentuk pada tekanan menengah dan suhu yang cukup tinggi. Penyebaran fasies ini tidak seluas dari fasies sekis hijau. Batuan yang masuk dalam fasies ini adalah pelitik, batupasir-feldspatik, basal, andesit, batuan silikat-kapur, batupasir kapuran dan serpih amfibolit. f) Fasies Granulit Fasies ini terbentuk pada tekanan rendah hingga menengah, tetapi pada suhu yang tinggi. Fasies ini adalah hasil dari metamorfosa derajat tinggi, merupakan metamorfosa yang paling bawah dari kelompok gneissic. g) Fasies Eklogit Fasies metamorf yang paling tinggi, terbentuk pada tekanan yang sangat tinggi dan suhu yang besar jauh di dalam bumi. Batuan ini biasanya sangat keras karena terbentuk pada kedalaman yang besar di dalam bumi. 3. Metamorfisme Dinamik Metamorfisme dinamik terbentuk oleh adanya pergeseran atau dislokasi lapisan bumi. Faktor yang paling berperan adalah perubahan tekanan. pembentukan kekar, sesar atau lipatan oleh gerak tektonik dapat memicu terjadinya proses metamorfisme dinamik.

2.3.5

Tekstur Batuan Metamorf 1. Tekstur Foliasi Tekstur foliasi merupakan adanya orientasi atau penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Berdasarkan kenampakan tekstur batuan asalnya, batuan metamorf dapat dibagi menjadi dua yaitu kristaloblastik dan palimpsest. LAPORAN PETROLOGI

31

a. Kristaloblastik Jika tekstur batuan asalanya tidak terlihat lagi. Dalam penamaannya digunakan akhiran blastik kemudian dilihat dari kemasnya dan menggunakan istilah berikut :  Homoblastik

: jika terdiri dari satu jenis tekstur

 Heteroblastik

: jika lebih dari satu jenis tekstur

Tekstur yang dimaksud adalah :  Lepidoblastik

: sebagian besar mineralnya berbentuk pipih.

Contoh : mika  Nematoblastik

: sebagian mineralnya berbentuk kristal.

Contoh : plagioklas  Granoblastik

: sebagian besar mineralnya granular.

Contoh : kuarsa Sedangkan bentuk kristalnya digunakan istilah :  Idioblastik

: sebagian besar mineralnya berbentuk euhedral.

 Hipidoblastik

: sebagian besar mineralnya berbentuk subhedral.

 Xenoblastik

: sebagian besar mineralnya berbentuk anhedral.

b. Palimpsest Jika tekstur batuan asalnya masih terlihat atau tersisa.  Blasto Ofotik, batuan asalnya memiliki tekstur ofotik.  Balsto Porfiritik, batuan asalnya mempunyai tekstur porfiritik.  Blasto Psefitik, batuan asalnya merupakan batuan sedimen klastik berukuran kerikil.  Blasto Psamatik, batuan asalnya merupakan batuan sedimen klastik berukuran pasir.  Blastopelitik, batuan asalnya merupakan batuan sedimen klastik berukuran lempung.

LAPORAN PETROLOGI

32

Adapun struktur pada batuan metamorf yang berfoliasi yaitu :  Slaty

: Menampakan belahan-belahan yang sangat halus, umumnya

terdiri dari mineral yang pipih dan sangat halus.  Phylitic : Foliasi sudah mulai ada, oleh kepingan kepingan halus mineral mika, terdiri atas bentuk kristal lepidoblastik.  Schistose : Foliasi sudah mulai jelas oleh kepingan mineral mika, dengan belahan yang merata yang terdiri dari selang-seling bentuk kristal lepidoblastik dan granuloblastik.  Gneissic : Foliasi diperlihatkan oleh penyusunan mineral granular dan pipih (mika), belahan tidak rata atau terputus-putus. 2. Tekstur Non-Foliasi Ditunjukan dengan kenampakan tidak berlapis atau berlembar. Adapun struktur yang biasa terdapat pada batuan metamorf non-foliasi ini adalah : a. Granulose : tersusun atas mineral yang berukuran relatif sama. b. Hornfelsik : sebagian besar terdiri atas mineral tanpa penjajaran mineral pipih.

LAPORAN PETROLOGI

33

BAB III GEOLOGI REGIONAL

Gambar 3.1 Peta Geologi Lembar Palu 3.1 Geomorfologi Secara fisiografi daerah palu terdiri dari Palu Terdiri dari pematang timur dan pematang barat. Kedua duanya berarah utara-selatan dan terpisahkan oleh lembah palu (Fossa Sarasina). Pematang barat didekat palu hingga lebih dari dari 2000 meter tingginya, tetapi di Donggala menurun hingga mukalaut. Pematang timur dengan tinggi puncak dari 400 meter hingga 1900 meter, dan menghubungkan pegunungan di Sulawesi Tengah dengan lengan utara.

LAPORAN PETROLOGI

34

3.2 Stratigrafi Statigrafi regional, batuan tertua didaerah field trip adalah batuan dari formasi tinombo (Teot) yang terdiri dari batuan penyusun utama yaitu batuan sedimen seperti serpih,batu pasir konglomerat, dan batuan terobosan yaitu batuan volkanik dan berumur eosen hingga miosen awal. Satuan ini mungkin dapat di samakan dengan kompleks molasa yang diduga berumur lebih tua dan tertindih tak selaras dengan formasi tinombo dan kompleks metamorf (sekis mika,sekis ampfibol, genes dan pualam). Mengandung rombakan yang berasal dari formasi-formasi lebih tua, dan terdiri dari konglomerat, batu pasir dan lain sebagainya. Umur Oligosen sampai dengan Eosen. Batuan terobosan (Trmpi) yang di temukan saat field trip terdiri dari batuan volkanik berupa andesit, granit. Batuan andesit berwarna abu-abu kecoklatan dengan tekstur yaitu kristalinitas hipokristalin dikarenakan sebagian mineral penyusunnya terdiri dari masa gelas dan sebagian lainnya yaitu mineral yang berupa Kristal, komposisi mineral penyusunnya yaitu kuarsa,piroksin, dan plagioklas. Ada juga batuan yang mengintrusi batuan andesit berupa struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau pecahan batuan lain yang masuk kedalam batuan yang mengintruksi. Memiliki umur Eosen awal karna dia yang menorobos formasi tinombo.

3.3 Struktur Geologi Secara regional Struktur Geologi

orogenesa di Pulau Sulawesi mulai

berlangsung sejak zaman Trias, terutama pada Mandala Geologi Sulawesi Bagian Timur dimulai pada Kapur Akhir atau Awal Tersier. Perlipatan yang kuat menyebabkan terjadinya sesar anjak yang berlangsung pada Miosen Tengah di lengan Timur Sulawesi dan Bagian Tengah dari Mandala Sulawesi Barat, serta waktu yang bersamaan dengan trangresi local berlangsung di lengan Tenggara Sulawesi, suatu aktifitas vulkanik terjadi di lengan Utara dan Selatan. (Sukamto, 1975)

LAPORAN PETROLOGI

35

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Satuan Litologi Berdasarkan pengamatan dan pengambilan data dilapangan, serta melihat ciri fisik dan kenampakan litologi, posisi batuan dan hubungan antara batuan dilapangan, maka dikelompokan satuan litologi dari yang berumur tua sampai yang berumur muda. Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrunsif maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif. Berdasarkan pengamatan dan pemgambilan data dilapangan, serta melihat ciri fisik dan kenampakan litologi, posisi batuan dan hubungan anatara batuan dilapangan, maka dikelompokan satuan litologi dari yang berumur tertua sampai yang berumur muda. Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrunsif maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif. Berikut ini jenis batuan beku pada daerah fieldtrip : 1. Basalt Porfiri

4.1 Gambar Singkapan Batuan Basalt Porfiri LAPORAN PETROLOGI

36

Lokasi berada di daerah Buluri di stasiun 01 berada pada koordinat S 00040’54,94” dan E 199050’27,87”. Batuan Beku Basalt Porfiri termasuk dalam jenis batuan beku basa yang memiliki ciri-ciri fisik segar abu-abu, lapuk berwarna hijau keabu-abuan, tekstur kristanilitas hipokristalin, granularitas faneritik, bentuk subhedral-anhedral, relasi inequigranular. Struktur masive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu, kuarsa berwarna putih (transparan), piroksin berwarna hitam kehijauan, olivin berwarna hijau transparan dan plagioklas berwarna putih tulang. Genesa merupakan batuan ekstrusif yang terbentuk akibat proses dari pembekuan magma yang berlangsung secara cepat sehingga bentuk kristal yang dihasilkan tidak sempurna. Batuan beku basalt terbentuk pada temperature sekitar 12000-9000C di dapur magma, dan memiliki kandungan mineral yang dominan yaitu mineral piroksin sebagai penyusun mineral utamanya sehingga berwarna lebih gelap, yang bedanya pada batuan basalt porfiri adalah tektsturnya yang tersusun atas kristal dan massa gelas.

2. Andesit

4.2 Gambar Singkapan Batuan Andesit LAPORAN PETROLOGI

37

Lokasi berada di daerah Loli Saluran di stasiun 02 berada pada koordinat S 00047’02,58” dan E 119047’48,48” W. Batuan andesit termasuk dalam jenis batuan beku intermediet yang memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna hijau, lapuk berwarna hijau keabu-abuan, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiritik, bentuk subhedral, relasi equigranular. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu, kuarsa berwarna putih (transparan), piroksin berwarna hitam kehijauan, plagioklas berwarna putih tulang. Genesa batuan andesit merupakan batuan beku ekstrusif (batuan beku luar) atau batuan yang terbentuk diluar permukaan bumi yang biasanya ditemukan dalam aliran lava yang naik ke permukaan bumi akan mengalami proses pendinginan dengan cepat. Terbentuk pada suhu 7000-5000C di dalam permukaan bumi. 3. Diorit

4.3 Gambar Singkapan batuan Diorit

LAPORAN PETROLOGI

38

Lokasi keterdapatan Diorit berada di daerah Loli pada Stasiun 03 dengan koordinat S 00̊ 45’ 27,33” dan E 119̊ 46’ 25,33”. Batuan Diorit termasuk dalam jenis batuan beku yang memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna hitam bintik putih, lapuk berwarna coklat, tekstur kristalinitas holokristalin, granulitas fanerik, bentuk euhedral, relasi equigranular. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu, plagioklas berwarna putih tulang dan piroksin berwarna hitam kehijauan. Batuan ini merupakan batuan instrusif yang terbentuk akibat proses dari pembekuan magma yang berlangsung secara cepat sehingga bentuk kristal yang dihasilkan tidak sempurna . Diorit terbentuk pada temperature sekitar 8000-6000C di dalam permukaan bumi. Terbentuk di antara batuan beku asam dan batuan beku basa). Sehingga komposisi mineralnya ini termasuk batuan intermedit .

4. Gabro

4.4 Gambar Singkapan batuan Gabro

Lokasi berada di Desa Salubomba di stasiun 05 berada pada koordinat S 00̊ 45’ 19,56” dan E 119̊ 40’ 58,67”. LAPORAN PETROLOGI

39

Batuan Gabro termasuk dalam jenis batuan beku basa yang memiliki ciriciri fisik segar berwarna hitam, lapuk berwarna hitam kecoklatan, tekstur kristanilitas holokristalin, granularitas faneritik, bentuk euhedral-subhedral, relasi equigranular. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi mineral dari batuan ini yaitu, stasiun 03 piroksin berwarna hitam kehijauan, plagioklas berwarna putih tulang, ortoklas berwarna putih kecoklatan, dan stasiun 05 olivin berwarna hijau (transparan), hordblende berwarna hitam, kuarsa berwarna putih (transparan). Batuan ini merupakan batuan ekstrusif yang terbentuk akibat proses dari pembekuan magma yang berlangsung secara cepat sehingga bentuk kristal yang dihasilkan tidak sempurna. Batuan beku basalt terbentuk pada temperature sekitar 12000-9000C di dapur magma, dan memiliki kandungan mineral yang dominan yaitu mineral piroksin sebagai penyusun mineral utamanya sehingga berwarna lebih gelap, yang bedanya pada batuan basalt porfiri adalah tektsturnya yang tersusun atas kristal dan massa gelas.

5. Basalt

4.5 Gambar singkapan Batuan Basalt LAPORAN PETROLOGI

40

Lokasi berada pada daerah Pangga stasiun 04 berada pada dengan koordinat S 00̊ 43’ 11,85” dan E 119̊ 46’ 30,05”. Batuan Basalt termasuk dalam jenis batuan beku basa yang memiliki ciriciri fisik segar abu-abu, lapuk berwarna coklat kemerahan, tekstur kristanilitas holohialin, granularitas afanitik, bentuk anhedral, relasi inequigranular. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan. Komposisi kimia dari batuan ini yaitu, plagioklas berwarna putih tulang. Batuan beku basalt terbentuk pada temperature sekitar 12000-9000C di dapur magma, dan memiliki kandungan mineral yang dominan yaitu mineral piroksin sebagai penyusun mineral utamanya sehingga berwarna lebih gelap. Batuan ini merupakan batuan ekstrusif

yang terbentuk akibat proses

dari pembekuan magma yang berlangsung secara cepat sehingga bentuk Kristal yang dihasilkan tidak sempurna . Batuan beku basalt terbentuk pada temperature sekitar 12000-9000C di dapur magma, dan memiliki kandungan mineral yang dominan yaitu mineral piroksin sebagai penyusun mineral utamanya sehingga berwarna lebih gelap, yang bedanya pada batuan basalt porfiri adalah tektsturnya yang tersusun atas kristal dan massa gelas.

6. Wackestone

4.6 Gambar Singkapan wackestone

LAPORAN PETROLOGI

41

Lokasi keterdapatan batugamping berada di daerah Kabonga pada Stasiun 06 dengan koordinat S 00̊ 50’ 28,70” dan E 119̊ 48’ 55,29”. Wackestone termasuk dalam jenis batuan sedimen non-klastik yang memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna putih, lapuk berwarna abu-abu kehitaman, tekstur ukuran butir, porositas baik, permeabilitas buruk, kebundaran menyudut, sortasi baik, kemas baik. Struktur berongga. Komposisi mineral terdiri dari fragmen alga fosil, matriks pasir, semen kalsit. Komposisi mineral CaCo3 (Kalsit). Genesa batuan wackestone adalah batuan sedimen non klastik yang terbentuk di laut dangkal yang menyatu dengan fosil yang ada disekitarnya. Kemudian terangkat ke daratan karna proses tektonik dan surut laut. Biasanya terbentuk di kedalaman 40m – 45m di dalam laut. Suhu air laut dimana terumbu dapat hidup dan tumbuh harus hangat, suhu terendah berkisar 18 derajat celcius, dan tidak boleh lebih dari 30 derajad celcius. Sedangkan kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan terumbu adalah berkisar antara 25 - 29 derajad celcius.

LAPORAN PETROLOGI

42

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dan penulisan laporan ini, maka disimpulkan bahwa:  Bumi ini tersusun oleh material – material batuan yang terdiri dari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.  Batuan beku merupakan batuan hasil pembekuan magma yang sudah mendingin, baik yang pembekuannya di dalam kerak bumi maupun di luar.  Batuan sedimen merupakan hasil litifikasi dari batuan baik itu batuan beku, batuan sedimen, betuan metamorf yang tertrasport dengan medianya berupa air, angin, dan es dan diendapkan di laut.  Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat suhu dan tekanan. 5.2 Saran Saran dari penulis untuk praktikum ini yaitu sebaiknya sebelum mahasiswa memulai praktikum harus terlebih dahulu mengerti apa itu petrologi. Sehingga hasil yang diperoleh memuaskan dan tidak mengambang. Selain itu dengan adanya alat-alat laboratorium yang lengkap dan samplesampel yang banyak, sehingga praktikum ini dapat memberi pengetahuan yang mendalam tentang struktur batuan sehingga memudahkan dalam penamaannya.

LAPORAN PETROLOGI

43

Related Documents

Petro-canada.pdf
May 2020 14
Mussolini Petro
April 2020 16
Quimica Petro
November 2019 23
Petro Locations
May 2020 17

More Documents from ""