BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Tn. S dan Tn. M di Ruang Mawar Rumah Sakit Tk IV (DKT) Singkawang. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. A. Pengkajian Teori Penyebab : Keturunan, obesitas, kurang gerak badan, pola makan, usia, stress
Pasien 1 Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita diabetes melitus, tidak pernah berolahraga dan cenderung dirumah, suka dan sering makan dan minum yang manis, usia pasien tergolong lansia
74
Pasien 2 Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita diabetes melitus, tidak pernah berolahraga, sering makan dan minum yang manis, sering memikirkan anaknya di pulau jawa karena sudah lama tidak pulang
Kesenjangan Berdasarkan pengkajian teori dengan apa yang ditemukan pada pasien yang mengalami diabetes melitus yaitu pada Tn. S dan Tn. M adalah sama namun ditemukan sedikit perbedaan yaitu faktor penyebab terjadinya diabetes melitus pada Tn. S adalah pasien tidak pernah olahraga, cenderung dirumah, pasien mengatakan suka dan sering makan dan minum yang manis, usia klien tergolong lansia Sedangkan pada Tn. M pasien mengatakan tidak pernah berolahraga, sering makan makanan yang manis, banyak pikiran (stres) karena sering memikirkan anaknya yang
75
Eliminasi Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering buang air kecil (poliuria), inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat berkemih, glukosuria
Pasien mengatakan mampu menahan urin yang akan di keluarkan (tidak terjadi inkontinensia), sering buang air kecil dengan warna urin kuning pekat dan tidak merasa sakit saat berkemih
Pasien mengatakan kadang tidak mampu menahan urin yang akan di keluarkan, warna urin kuning pekat, tidak merasakan sakit saat berkemih
Mata : adakah penglihatan kabur, diplopia, lensa mata keruh
Mata cekung, konjungtiva anemis, pasien mengatakan penglihatan kadang-kadang kabur saat bangun tidur dan hanya bersifat sementara.
Mata cekung, konjungtiva anemis, pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam melihat
berada di pulau jawa. Berdasarkan pengkajian teori dengan apa yang ditemukan pada pasien yang mengalami diabetes melitus sama namun ditemukan perbedaan antara kedua pasien tersebut yaitu Tn. S mampu menahan urin yang akan dikeluarkan, sedangkan Tn. M kadang tidak mampu menahan urin yang akan dikeluarkan (inkontinensia urin), hal ini selain diakibatkan oleh usia Tn. S yang tergolong lansia (terjadi penurunan fungsi organ), juga diakibatkan karena Tn. S mengalami keterbatasan aktivitas fisik sehingga mengalami hambatan jika ingin ke toilet, karena Tn. S tidak mau menggunakan pampers dan hanya ingin BAK di toilet Pengkajian teori dengan apa yang ditemukan pada pasien sama namun ditemukan perbedaan pada kedua pasien yaitu Tn. S mengatakan kadang kadang penglihatannya kabur biasanya
76
terjadi saat bangun tidur dan hanya bersifat sementara, hal ini disebabkan karena adanya riwayat hipertensi, pasien juga mengatakan pernah mengalami operasi katarak sekitar ± 6 bulan yang lalu, sedangkan pada Tn. M tidak mengalami kesulitan dalam melihat
B. Diagnosa Keperawatan Teori Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Pasien 1 Pasien 2 Ketidakseimbangan Kelemahan fisik nutrisi kurang dari berhubungan kebutuhan tubuh dengan penurunan berhubungan produksi metabolik dengan defisiensi DS : insulin, penurunan - Pasien intake oral mengatakan DS : badan terasa - Pasien sangat lemah mengatakan nyeri - Sulit untuk ulu hati, mual dan beraktivitas, tidak muntah sebanyak mampu duduk 2 kali setelah dan berjalan makan tanpa bantuan - Pasien makan 2 orang terdekat kali sehari dan DO : habis hanya ½ - Pasien lebih porsi sering berbaring - Semenjak ditempat tidur menderita - Aktivitas pasien penyakit kencing lebih banyak manis 1 tahun dibantu oleh yang lalu berat keluarga badannya 59 kg dan setelah di timbang di rumah sakit berat badannya menjadi 45 kg DO : - Pasien pucat
Kesenjangan Pada pasien 1 pasien mengeluh mual, nyeri epigastrium, dan muntah sebanyak 2 kali setelah makan, pasien mengalami penurunan berat badan sehingga diagnosa yang lebih prioritas pada pasien 1 adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sedangkan pada pasien 2 mengeluh badan terasa sangat lemah, sulit beraktivitas, tidak mampu duduk dan berjalan tanpa bantuan orang terdekat sehingga diagnosa prioritas pada pasien 2 adalah kelemahan fisik
77
Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral
Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi
- Adanya nyeri tekan epigastrium - Pasien tampak lemah - BB : 45 kg - TB : 157 cm Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi DS : - Pasien mengatakan sering merasa pusing saat terlalu banyak bergerak dan mata berkunang kunang - Sering merasa lelah - Tidak mampu berjalan tanpa bantuan keluarga DO : - Pasien lemah - Pasien lebih banyak baring ditempat tidur - Pasien tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri - Aktivitas lebih banyak dibantu oleh keluarga Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik DS : - Pasien mengatakan sering merasa haus namun malas minum karena merasa mual, pasien muntah 2 kali setelah makan - Buang air kecil
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral DS - Pasien mengatakan mual, nafsu makan berkurang - Makan 3 kali sehari habis 2 sdm setiap kali makan - BB ± 8 bulan yang lalu 50 kg dan setelah ditimbang di rumah sakit 43 kg DO : - BB 43 kg - TB 154 cm - Pasien pucat - Adanya nyeri tekan epigastrium - Pasien makan hanya habis 2 sdm
Pada pasien 1 masih mampu berjalan meskipun dengan bantuan keluarga, sehingga diagnosa prioritas kedua adalah kelemahan fisik. Sedangkan pasien 2 sama dengan teori yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, karena pasien makan 3 kali sehari habis 2 sdm, dan tidak disertai dengan muntah.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik DS : - Pasien mengatakan buang air kecil 14 kali dalam sehari - Pasien merasa sering haus namun malas untuk minum air putih karena jika sering
Pada pasien 1 dan pasien 2 resiko kekurangan volume cairan menjadi diagnosa keperawatan terakhir karena untuk kedua pasien, cairan yang dikonsumsi pasien tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh dalam sehari, serta seringnya BAK tidak dominan dirasakan oleh pasien karena pasien sudah terbiasa merasakan
78
12 kali sehari minum air putih - Minum hanya ± maka akan 3-4 gelas sehari semakin sering (± 600-800 buang air kecil cc/hari) - Pasien minum ± 4DO : 5 gelas sehari (± - Kulit pasien 800-1000cc/hari) kering DO : - Bibir kering - Kulit pasien kering - Mata cekung - Bibir kering dan pucat
sering buang air kecil
C. Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang penulis lakukan pada Tn. S dan Tn. M diagnosa
:
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral dengan tujuan umum
:
keseimbangan
nutrisi
terpenuhi
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil : nafsu makan meningkat, pasien tidak mengeluh nyeri abdomen, pasien tidak muntah, pasien tidak pucat. Tujuan khusus, Catat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah, Monitor adanya alergi terhadap makanan tertentu, Jelaskan
pentingnya
nutrisi
untuk
kesembuhan,
Anjurkan
keluarga
memberikan makanan hangat sedikit tetapi sering sesuai dengan diet, Ciptakan lingkungan yang nyaman yang dapat mempengaruhi nafsu makan seperti pencahayaan dan kebersihan, Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit, Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan gula darah dan pemberian insulin. Diagnosa : Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi dengan tujuan umum setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien tidak mudah lelah dan kelemahan fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien menunjukkan
79
aktivitas yang adekuat, memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik. Tujuan khusus : Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, Berikan penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal, Bantu pasien melakukan ROM aktif / pasif, Anjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sesuai kemampuan, Ciptakan lingkungan yang aman, Kolaborasi dengan tim kesehatan tentang aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh klien.
Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan deuresis osmotik dengan tujuan umum setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien mampu mempertahankan hidrasi yang adekuat, kekurangan volume cairan tidak terjadi, dengan kriteria hasil : tanda – tanda vital stabil, turgor kulit baik, pasien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. Tujuan khusus : Kaji riwayat pasien sehubungan dengan intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan, Pantau TD, Nadi, RR, Kaji keadaan turgor kulit, Anjurkan pasien untuk minum sesuai kebutuhan tubuh, Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan sesuai indikasi.
D. Implementasi Keperawatan Dalam melakukan implementasi keperawatan pada pasien Tn. S dan Tn. M penulis menyesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, dan sesuai dengan teori bahwa implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan, yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana. Implementasi yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
80
defisiensi insulin, penurunan intake oral antara lain : pada tanggal 29 April 2016 pukul 08.00 WIB penulis Mencatat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah, Memonitor adanya alergi terhadap makanan tertentu, Menjelaskan pentingnya nutrisi untuk kesembuhan, Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan hangat sedikit tetapi sering sesuai dengan diit, Menciptakan lingkungan yang nyaman yang dapat mempengaruhi nafsu makan seperti pencahayaan dan kebersihan, Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan gula darah dan pemberian insulin. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. S belum bisa teratasi untuk masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral. Implementasi kedua yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral antara lain : pada tanggal 30 April 2016 pukul 08.00 WIB penulis Mencatat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah, Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan hangat sedikit tetapi sering sesuai dengan diit, Menciptakan lingkungan yang nyaman yang dapat mempengaruhi nafsu makan seperti pencahayaan dan kebersihan,
Berkolaborasi
dengan
ahli
gizi
dalam
pemberian
diit,
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan gula darah. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. S belum teratasi untuk masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral.
81
Implementasi ketiga yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral antara lain : pada tanggal 1 Mei 2016 pukul 08.00 WIB penulis Mencatat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah, Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan hangat sedikit tetapi sering sesuai dengan diit, Menciptakan lingkungan yang nyaman yang dapat mempengaruhi nafsu makan seperti pencahayaan dan kebersihan,
Berkolaborasi
dengan
ahli
gizi
dalam
pemberian
diit,
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan gula darah dan pemberian insulin. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. S teratasi untuk masalah
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral. Implementasi yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi pada tanggal 29 April 2016 pukul 09. 00 WIB, penulis Mengkaji kemampuan pasien
dalam
melakukan
aktivitas,
Memberikan
penjelasan
tentang
pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal, Membantu pasien melakukan ROM aktif / pasif, Menganjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sesuai kemampuan, Menciptakan lingkungan yang aman, Berkolaborasi dengan tim kesehatan tentang aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh klien. Tindakan keperawatan yang diberikan belum kepada Tn. S belum teratasi untuk masalah kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi.
82
Implementasi kedua yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi antara lain : pada tanggal 30 April 2016 pukul 09. 00 WIB, penulis Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, Membantu pasien melakukan ROM aktif / pasif, Menganjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sesuai kemampuan, Menciptakan lingkungan yang aman, Berkolaborasi dengan tim kesehatan tentang aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh klien, Memberikan informasi kepada pasien untuk belum boleh melakukan aktivitas berat. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. S belum teratasi untuk masalah kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi. Implementasi ketiga yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi antara lain : pada tanggal 1 Mei 2016 pukul 09. 00 WIB, penulis Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, Membantu pasien melakukan ROM aktif / pasif, Menganjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sesuai kemampuan, Menciptakan lingkungan yang aman, Berkolaborasi dengan tim kesehatan tentang aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh klien, Memberikan informasi kepada pasien untuk belum boleh melakukan aktivitas berat. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. S teratasi untuk masalah kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi. Implementasi yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik antara lain : pada tanggal 29 April 2016 pukul 10.00 WIB adalah Mengkaji riwayat pasien
83
sehubungan dengan intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang
berlebihan,
Memantau
TTV,
Memantau
keadaan
turgor
kulit,
Menganjurkan keluarga untuk memberikan lotion pada pasien, Menganjurkan pasien untuk banyak minum, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan sesuai indikasi. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. S belum teratasi untuk masalah resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Implementasi kedua yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik antara lain : pada tanggal 30 April 2016 pukul 10.00 WIB adalah Mengkaji riwayat pasien sehubungan dengan intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan, Memantau TTV, Memantau keadaan turgor kulit, Menganjurkan keluarga untuk memberikan lotion pada pasien, Menganjurkan pasien untuk banyak minum, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan sesuai indikasi. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. S belum teratasi untuk masalah resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Implementasi ketiga yang penulis lakukan pada Tn. S dengan diagnosa Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik antara lain : pada tanggal 1 Mei 2016 pukul 10.00 WIB adalah Mengkaji riwayat pasien sehubungan dengan intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan, Memantau TTV, Memantau keadaan turgor kulit, Menganjurkan keluarga untuk memberikan lotion pada pasien, Menganjurkan pasien untuk banyak minum, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan sesuai indikasi. Tindakan keperawatan yang
84
diberikan kepada Tn. S teratasi untuk masalah resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Implementasi yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi antara lain : pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 08.00 WIB adalah Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, Memberikan penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal, membantu pasien melakukan ROM aktif / pasif, Menganjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sesuai kemampuan, Menciptakan lingkungan yang aman, Berkolaborasi dengan tim kesehatan tentang aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh klien, Memberikan informasi kepada pasien untuk lebih banyak beristirahat dan tidak boleh banyak beraktivitas untuk mengurangi resiko jatuh. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. M belum bisa teratasi untuk masalah kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi. Implementasi kedua yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi antara lain : pada tanggal 3 Mei 2016 pukul 09.00 WIB adalah Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, Memberikan penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal, membantu pasien melakukan ROM aktif / pasif, Menganjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sesuai kemampuan, Menciptakan lingkungan yang aman, Berkolaborasi dengan tim kesehatan tentang aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan
85
oleh klien, Memberikan informasi kepada pasien untuk tidak melakukan aktivitas berat. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. M belum teratasi untuk masalah kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi. Implementasi ketiga yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi antara lain : pada tanggal 4 Mei 2016 pukul 10.00 WIB adalah Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas, Membantu pasien melakukan ROM aktif / pasif, Menganjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas atas dan bawah sesuai kemampuan, Menciptakan lingkungan yang aman, Berkolaborasi dengan tim kesehatan tentang aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh klien. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. M teratasi untuk masalah kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi. Implementasi yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral antara lain : pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 08.00 WIB adalah Mencatat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah, Memonitor adanya alergi terhadap makanan tertentu, Menjelaskan pentingnya nutrisi untuk kesembuhan, Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan hangat sedikit tetapi sering sesuai dengan diit, Menciptakan lingkungan yang nyaman yang dapat mempengaruhi nafsu makan seperti pencahayaan dan kebersihan, Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan gula darah. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. M belum bisa
86
teratasi untuk masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral. Implementasi kedua yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral antara lain : pada tanggal 3 Mei 2016 pukul 09.00 WIB adalah Mencatat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah, Menjelaskan pentingnya nutrisi untuk kesembuhan, Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan hangat sedikit tetapi sering sesuai dengan diit, Menciptakan lingkungan yang nyaman yang dapat mempengaruhi
nafsu
makan
seperti
pencahayaan
dan
kebersihan,
Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan gula darah dan pemberian insulin. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. M belum teratasi untuk masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral. Implementasi ketiga yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral antara lain : pada tanggal 4 Mei 2016 pukul 10.00 WIB adalah Mencatat adanya nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah, Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan hangat sedikit tetapi sering sesuai dengan diit, Menciptakan lingkungan yang nyaman yang dapat mempengaruhi nafsu makan seperti pencahayaan dan kebersihan,
Berkolaborasi
dengan
ahli
gizi
dalam
pemberian
diit,
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan gula darah. Tindakan keperawatan
yang
dilakukan
pada
Tn.
M
teratasi
untuk
masalah
87
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral. Implementasi yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik antara lain : pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 08.00 WIB adalah Mendapatkan riwayat pasien sehubungan dengan intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan, Memantau TTV, Memantau keadaan turgor kulit, Menganjurkan keluarga untuk memberikan lotion pada pasien, Menganjurkan pasien untuk banyak minum, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan sesuai indikasi. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. M belum teratasi untuk masalah resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Implementasi kedua yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik antara lain : pada tanggal 3 Mei 2016 pukul 09.00 WIB adalah Mendapatkan riwayat pasien sehubungan dengan intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan, Memantau TTV, Mengkaji keadaan turgor kulit, Menganjurkan keluarga untuk memberikan lotion pada pasien, Menganjurkan pasien untuk banyak minum, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan sesuai indikasi. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. M belum teratasi untuk masalah resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. Implementasi ketiga yang penulis lakukan pada Tn. M dengan diagnosa Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik antara lain : pada tanggal 4 Mei 2016 pukul 10.00 WIB adalah Mengkaji
88
riwayat pasien sehubungan dengan intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan, Memantau TTV, Memantau keadaan turgor kulit, Menganjurkan keluarga untuk memberikan lotion pada pasien, Menganjurkan pasien untuk banyak minum, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan sesuai indikasi. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn. M teratasi untuk masalah resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
E. Evaluasi keperawatan Teori Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam hasil evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan metode SOAP. a. Subjektif (S) adalah hal-hal yang di temukan oleh keluarga dan pasien secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. b. Objektif (O) adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif
Tn. S a. Diagnosa keperawatan Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral S: - Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan ulu hati - Mual sudah berkurang - Pasien makan 3 kali sehari dan habis 1 porsi O: - Tidak ada nyeri tekan epigastrium - Pasien makan habis 3 kali sehari 1 porsi - GDS : 188 mg / dl A: - Masalah teratasi P: - Intervensi dihentikan
Tn. M a. Diagnosa keperawatan Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi S: - Pasien mengatakan badan terasa lebih nyaman - Pasien mengatakan sudah mampu berjalan tanpa bantuan keluarga walaupun hanya pelan-pelan O: - Pasien mulai mampu beraktivitas secara mandiri - Pasien mampu melakukan ROM pasif dan mampu menggerakkan ekstremitas - Pasien mampu berjalan secara mandiri A: - Masalah teratasi P:
Kesenjangan Setelah dilakukan implementasi kepada kedua partisipan ternyata dalam pelaksanaannya ditemukan beragam respon yang membuat peneliti semakin tertarik dan menemukan pokok permasalahan sesungguhnya. Setelah diidentifikasi ternyata ada beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam tingkat durasi yang mempengaruhi kesembuhan partisipan. Setelah dilakukan implementasi maka dilakukan evaluasi dari setiap partisipan dengan teknik evaluasi formatif
89
setelah dilakukan intervensi keperawatan. c. Analisis (A) adalah analisis dari hasil yang telah di capai dengan mengacu pada tujuan yang terkai dengan diagnosis. d. Perencanaan (P) adalah yang akan datang setelah melihat respons keluarga pada tahap evaluasi (Ekasari, 2007).
- Intervensi dihentikan b. Diagnosa keperawatan Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolik energi S: - Pasien mengatakan badan terasa lebih segar - Pasien mengatakan sudah mampu berjalan tanpa bantuan keluarga O: - Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri - Pasien mampu melakukan ROM aktif dan menggerakkan ekstremitas A: - Masalah teratasi P: - Intervensi dihentikan c. Diagnosa keperawatan Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik S: - Pasien mengatakan buang air kecil 8 kali sehari - Tidak ada muntah - Pasien mengatakan minum ± 5-6 gelas sehari (1000-1200 cc)
b. Diagnosa keperawatan Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral S: - Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan ulu hati - Tidak ada mual dan muntah - Pasien mengatakan makan 2 kali sehari dan habis 1 porsi O: - Pasien makan habis 1 porsi - GDS : 193 mg / dl A: - Masalah teratasi P: - Intervensi dihentikan
c. Diagnosa keperawatan Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik S: - Pasien mengatakan tidak ada muntah - Buang air kecil ± 7-8 kali dalam sehari - Pasien mengatakan minum air hangat ± 6 gelas dalam
dan evaluasi sumatif setelah satu shif. Pasien pertama Tn. S ternyata mempunyai faktor pendukung dari keluarga, mempunyai semangat untuk sembuh yang sangat tinggi, kepribadian sabar, menyerahkan masalah kepada Tuhan, mematuhi program pengobatan, selalu menerapkan teknik yang dianjurkan oleh perawat, sedangkan faktor penghambatnya adalah Tn. S kadang-kadang masih suka makan makanan yang manis maka dari itu diperlukan pengawasan keluarga dalam mengontrol pemberian makanan pada Tn. S sehingga hari ke tiga setelah dilakukan evaluasi partisipan dapat mencapai tujuan. Pasien kedua Tn. M memiliki faktor pendukung dari keluarga, semangat untuk sembuh yang
90
O: - Kulit pasien tampak lembab - Keelastisitasan kulit baik - TD : 140 / 100 mmHg - N : 77 x / menit - RR : 21 x / menit - S : 36,3 ͦ C A: - Masalah teratasi P: - Intervensi dihentikan
sehari (1200 cc) O: - Keelastisitasan kulit baik - Kulit tampak lembab - TD : 140 / 90 mmHg - N : 86 x / menit - RR : 21 x / menit - S : 36,6 ͦ C A: - Masalah teratasi P: - Intervensi dihentikan
sangat tinggi, mematuhi program pengobatan, selalu menerapkan teknik yang dianjurkan dari perawat, sedangkan faktor penghambatnya adalah Tn. M memiliki umur yang cukup tua, banyak pikiran (stress) akibat selalu memikirkan anaknya yang sudah lama tidak pulang yang berada di pulau jawa, maka dari itu diperlukan pengawasan keluarga untuk mengalihkan stres dan memperhatikan kondisi Tn. M sehingga ke tiga setelah dilakukan evaluasi partisipan dapat mencapai tujuan.