BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apa yang dimaksud Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali Pusat Dokumentasi atau yang sekarang lebih dikenal dengan Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali adalah pusat untuk mendokumentasikan budaya Bali yang kebanyakan berupa buku-buku sastra dan lontar baik berupa barang asli maupun salinan. Pemerintah Daerah Tingkat I Bali sungguh-sungguh memberikan perhatiannya dalam upaya penyelamatan dan pewarisan disamping menggali dan mengkaji warisan budaya daerah. Kesungguhannya itu diwujudkan dengan dibentuknya Unit Pelaksana Daerah Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali (UPD PDKB) dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 311 Tahun 1986, tanggal 12 November 1986. Keputusan ini disempurnakan lagi dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 234 Tahun 1987 tanggal 27 Juni 1987. Keputusan tersebut memuat tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Daerah Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali. Selanjutnya UPD PDKB ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 14 Tahun 1988. Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam pengembangan kebudayaan Bali yang meliputi kegiatan penggalian, menghidupkan serta memperkaya kebudayaan Bali, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan kembali UPD PDKB. Sehubungan dengan itu, dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 7 Tahun 1992, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Dokumentasi Budaya Bali Povinsi Daerah Tingkat I Bali. Peraturan ini merupakan penjabaran dari Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 68 Tahun 1991 tanggal 10 Agustus 1991.
4
Gedung Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali berada di Jalan Ir. Juanda No.1, Sumerta Kelod, Denpasar Timur. Gedung yang terletak di Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini memiliki 1 sekretariat, 3 UPT (Unit Pelaksanaan Teknis), serta 4 staf bidang. Dimana 1 sekretariat tersebut terdiri dari sie keuangan, sie kepegawaian, sie inventarisasi, serta sie pengembangan dan sastra. 3 Unit Pelaksanaan Teknis yang dimaksud adalah Unit Pelaksanaan Teknis Museum Bali, Unit Pelaksanaan Teknis Monumen Perjuangan Rakyat Bali, dan Unit Pelaksanaan Teknis Taman Budaya. Sedangkan 4 staf bidang tersebut terdiri dari bidang dokumentasi kebudayaan, bidang kesenian dan perfilman, bidang sejarah purbakala, dan bidang nilai-nilai budaya. Di gedung yang terdiri dari dua lantai ini terdapat sebuah ruangan perpustakaan lontar yang didalamnya memuat 7.462 judul buku agama yang terdiri dari 11.500 eksemplar, 2.006 judul alih aksara lontar yang terdiri dari 6.700 eksemplar, 388 judul file-file penting, 60 buah kaset recorder, 2.000 buah slide, 80 buah microfische, 20 buah VCD, 150 buah DVD, 60 album, serta 3.116 takep lontar asli. Dan jika beranjak ke lantai dua, kita bisa menemukan dua ruangan yang saling berhadapan, yakni ruang baca dan ruang lontar. Dimana kedua ruangan ini menggunakan pelayanan tertutup, yaitu pengunjung manapun tidak dapat meminjam, memfotocopy ataupun membawa pulang koleksi-koleksi yang ada di ruang baca maupun ruang lontar. Kira-kira sebanyak 100 pengunjung mengunjungi ruang baca dan ruang lontar dengan mayoritas pengunjungnya yakni para mahasiswa dan dosen-dosen S2 atau S3 yang sedang mengerjakan tugas akhir pendidikan mereka. Ruang baca merupakan ruangan yang berisi buku-buku sastra dan salinan maupun terjemahan lontar untuk dibaca. Di dalam ruangan ini dapat ditemukan rak-rak buku yang berisi arsip alih lontar, buku-buku penelitian, dan lembaran daerah. Saat pertama kali memasuki ruangan ini kita bisa menanyakan kepada petugas mengenai buku yang ingin dicari, juga mencari sendiri buku yang ingin dibaca dengan cara mencari judul ataupun tema buku dalam buku Bibliografi edisi 1994, buku Bibliografi edisi 2003, buku Bibliografi edisi I 2004, buku Bibliografi edisi II 2004, dan Katalog Lontar yang terletak di atas meja baca di tengah ruangan.
5
Koleksi yang paling banyak diminati atau dicari oleh pengunjung ketika mengunjungi ruang baca di Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali ini adalah lontar asli dan salinan lontar berbahasa kawi. Hal ini bisa terjadi karena kebanyakan/mayoritas orang yang berkunjung belum bisa atau belum pasif menggunakan bahasa Bali atau menerjemahkan aksara Bali. Sedangkan ruang lontar merupakan ruangan yang menyimpan koleksi-koleksi lontar asli maupun salinan yang dikumpulkan oleh Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali. Di dalam ruangan ini bisa ditemukan berbagai lontar yang diletakkan di dalam keropak (tempat menyimpan lontar) di dalam lemari kaca. Lontar adalah sebuah media dokumentasi ilmu pengetahuan yang terbuat dari kulit kayu, batu, dan kulit binatang. Pengumpulan lontar yang dilakukan oleh Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali adalah untuk menyelamatkan warisan budaya Bali agar bisa dilestarikan oleh masyarakat. Cara Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali mengumpulkan lontar tersebut adalah dengan cara mengumpulkan koleksi-koleksi lontar yang ada di masyarakat dengan cara menyalin dan membeli koleksi lontar tersebut. Selain itu ada juga yang menjual ataupun menitipkan lontar tersebut kepada Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali. Di ruang lontar kita juga bisa melihat berbagai macam jenis lontar yang disimpan di dalam keropak, antara lain : -
Usada
I-XII
- Kalpa Sastra I-VIII
-
Mantra Astawa
I-V
- Geguritan
I-XXX
-
Wariga
I-XIII
- Kekawin
I-XIII
-
Babad
I-XIV
- Sasana
I-V
-
Tantri
- Kanda
I-XVIX
-
Niti Sastra
- Kidung
I-IX
-
Sastra
- Pala Kerta
I-IV
-
Parwa
- Tutur
I-XXXIX
I-IV
6
Dalam membuat atau menulis lontar ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu lubang 1 dan 2 jaraknya berbeda agar tahu dari mana menulis atau membacanya dan garis yang sempit menandakan bagian atas lontar. Proses pembuatan lontar kira-kira berlangsung selama 6 bulan1 tahun. Lontar ditulis dengan menggunakan Tingkih, Camplung, dan Nagasari. Proses pembuatan lontar dengan menggunakan daun ental, antara lain : 1. Memotong daun lontar, 2. Pengeringan daun lontar, 3. Pembersihan daun lontar, 4. Perebusan daun lontar, 5. Pengeringan tahap 2 (di jemur), 6. Daun lontar dipress, 7. Proses peralatan di bidang sisi lontar, 8. Menghasilkan bidang sisi, 9. Pemberian lubang, dan 10. Lembaran garis. Lontar-lontar yang berada di Bali mayoritas menggunakan aksara Bali dengan Bahasa Bali, Bahasa Kawi, dan Bahasa Jawa Kuno. Dalam penulisan lontar tentunya menggunakan formatformat penulisan untuk memudahkan mengetahui isi dari lontar tersebut. Dan format lontar yang di koleksi oleh Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali adalah: 1. Nama Lontar 2. Nomor kode 3. Ukuran lontar 4. Jumlah lembaran 5. Nama pengarang 6. Nama penulis 7. Isi pokok 8. Dimulai dengan kalimat “Om Awignam Astu” 9. Diakhiri dengan waktu penulisan
7
2.2 Sejarah Terbentuknya Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali Pemerintah Daerah Tingkat I Bali memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam pembangunan kebudayaan. Hal ini diwujudkan dalam konsep pembangunan yang berwawasan budaya. Dengan konsep pembangunan yang berwawasan budaya diharapkan segala gerak dan langkah pembangunan yang dilaksanakan di Bali harus dilandasi oleh kebudayaan. Kesungguhan perhatian Pemerintah Daerah Tingkat I Bali dalam bidang kebudayaan terbukti dnegan dibentuknya Kantor Dokumentasi Budaya Bali sebagai badan yang refresentatif dalam menangani masalah kebudayaan, khususnya dalam pelestarian nilai-nilai budaya Bali. Sebenarnya upaya pelestarian nilai-nilai budaya Bali telah dirintis oleh Pemerintah Hindia Belanda. Usahanya ini ditempuh dengan mendirikan Yayasan Kirtya Liefrinck van der Tuuk yang secara resmi telah dibuka tanggal 14 September 1928. Yayasan Kirtya Liefrinck van der Tuuk yang lebih dikenal dengan nama Gedong Kirtya mempunyai misi khusus yaitu untuk menyelamatkan naskah-naskah lontar yang ada di wilayah Keresidenan Bali dan Lombok. Perhatian Pemerintah Hindia-Belanda terhadap pendirian yayasan ini, tidak saja pada penyediaan dana untuk biaya operasional dan pengadaan naskah, tetapi juga dalam penyiapan tenaga-tenaga ahli yang akan ditugaskan untuk mengelola naskahnaskah yang ada. Untuk itu didatangkan seorang Guru Besar Ahli Jawa Kuna dari Universitas Leaden yang bernama C.C. Berg. Pekerjaan itu kemudian dilanjutkan oleh DR. R. Goris yang sekaligus menjabat sebagai Penasehat Yayasan Gedong Kirtya. Pada era kemerdekaan perkembangan Gedong Kirtya mengalami berbagai macam kesulitan karena tidak mampu melaksanakan tugas yang diembannya. Melihat perkembangan Gedong Kirtya yang keadannya mengkhawatirkan, Pemerintah Daerah Tingkat I Bali mendapat bantuan untuk melakukan pengelolaan terhadap Gedong Kirtya, baik berupa dana maupun tenaga. Namun hal ini tidak mampu mengangkat eksistensinya, akhirnya Yayasan Gedong Kirtya dengan Surat Keputusan Ketua Yayasan Gedong Kirtya No.100.b/G.K/1987 membubarkan Yayasan Gedong Kirtya dan seluruh aset yang dimilikinya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Bali.
8
Untuk menangani seluruh aset budaya yang dimiliki Gedong Kirtya, Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, menyerahkan pengelolaannya kepada Unit Pelaksana Daerah Kantor Pusat Dokumentasi Budaya Bali sebagai sebuah badan yang refresentatif untuk menangani masalahmasalah kebudayaan. Dengan adanya sanggupan dari Pemerintah Daerah Tingkat II Buleleng untuk menanggung biaya yang diperlukan serta untuk lebih efisien pengelolaannya, maka Pemerintah Daerah Tingkat I Bali menyerahkan urusan Gedong Kirtya kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Buleleng. Penyerahan ini dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 115 Tahun 1994 tanggal 29 Maret 1994.
2.3 Kedudukan, tugas pokok, dan fungsi Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali a. Kedudukan Kedudukan Kantor Dokumentasi Budaya Bali, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 7 Tahun 1992 disebutkan bahwa Kantor Dokumentasi Budaya Bali adalah Unit Pelaksana Daerah yang berada di lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali. Kantor Dokumentasi Budaya Bali dipimpin oleh seorang kepla Kantor yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Kantor Dokumentasi Budaya Bali berada di bawah koordinasi administratif Sekretaris Wilayah/Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Kepala Kantor Dokumentasi Budaya Bali dalam melaksanakan tugas pokok mendokumenatasikan kebudayaan Bali sesuai dengan arah dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali dibantu oleh seorang Kepala Bagian Tata Usaha dan seorang Kepala Bidang Pelayanan Teknik serta kelompok Tenaga Fungsional. Kepala Bagian Tata Usaha membawahi Kepala Sub Bagian Umum, Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala Sub Bagian Program dan Kepala Sub Bagian Kepegawaian yang maisng-masing membawahi beberapa orang staf. Demikian juga Kepala Bidang Pelayanan Teknik, membawahi Kepala Kepala Seksi Kerjasama dan Kepala Seksi Perawatan yang dibantu oleh beberapa staf.
9
b. Tugas Pokok Kantor Dokumentasi Budaya Bali Provinsi Daerah Tingkat I Bali mempunyai tugas pokok menggali, mengumpulkan, menyimpan, mengamankan, mempublikasikan, merawat serta melestarikan dokumen-dokumen kebudayaan Bali. c. Fungsi Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana di atas, Kantor Dokumentasi Budaya Bali Provinsi Daerah Tingkat I Bali mempunyai fungsi, antara lain : 1. Penyusunan program, pendataan, pengendalian, dan evaluasi sesuai dengan perundang-undangan yang ada 2. Penginventarisasian, pendokumentasian, pengkajian, pempublikasian dan perawatan dokumen-dokumen kebudayaan Bali lainnya 3. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri serta mengelola perpustakaan 4. Pengelolaan perpustakaan 5. Pengevaluasian dan pelaporan 6. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga
2.4 Hubungan Bidang Dokumentasi dengan mata pelajaran Agama Hindu dan Bahasa Bali Seni, budaya dan agama merupakan sesuatu yang sulit dipisahkan. Meskipun tidak dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi. Dari segi budaya, agamaagama itu telah memberikan sesuatu bagi kita sebagai warisan yang perlu dipelihara. Karena budaya sangat erat kaitannya dengan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif.
10
Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya. Salah satu contoh sebuah budaya berdasar agama yang masih dilestarikan hingga zaman sekarang ini adalah budaya ngaben. Dimana budaya ngaben atau kremasi ini sudah ada sejak zaman purba, seperti terdapat di dalam kisah Mahabharata. Sedangkan contoh budaya berdasar bahasa bali yaitu menuliskan aksara bali di lontar tentang ilmu pengobatan. Dengan adanya hal ini membuktikan bahwa agama dan bahasa bali mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai patokan utama dari masyarakat untuk selalu menjalankan perintah agama dan melestarikan kebudayaannya. Selain itu masyarakat juga turut mempunyai andil yang besar dalam melestarikan budaya, karena masyarakatlah yang menjalankan semua perintah agama dan ikut menjaga budaya agar tetap terpelihara. Pendirian Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali yang di lakukan oleh Pemerintah Tingkat I Bali ini adalah salah satu cara agar budaya-budaya yang saling berhubungan dengan agama tersebut tidak punah dan bisa dipelajari kembali atau diwariskan ke generasi mendatang. Oleh karena itu, Bidang Dokumentasi ini sangat penting dan berperan dalam pelestarian dan penjagaan budaya-budaya.
2.5 Manfaat Bidang Dokumentasi Banyak manfaat yang bisa didapat dari dibentuknya Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali ini antara lain, mudah mengetahui informasi-informasi yang tertulis di dalam lontar atau buku-buku sastra lainnya berupa koleksi asli yang menggunakan bahasa Bali atau bahasa Sansekerta maupun dalam bentuk yang sudah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, menyimpan dokumentasi-dokumentasi penting tentang berbagai sejarah masa lalu, kita bisa juga menyimpan atau menyumbangkan lontar maupun buku-buku sastra yang kita miliki untuk didokumentasikan dan dirawat di Bidang Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali. Dengan manfaat-manfaat itu bisa membantu para generasi penerus untuk mengenal budaya-budaya yang telah kita miliki sebelumnya dan mencegah dari adanya kepunahan budaya dan pencurian budaya di masa depan.
11