Bab I Yeay.docx

  • Uploaded by: puspita
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Yeay.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 639
  • Pages: 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poliploidi adalah suatu kondisi dimana suatu organisme memiliki lebih dari dua set kromosom lengkap. Kondisi ini timbul akibat adanya duplikasi genom dalam satu spesies (autopoliploidi) atau hibridasi dua spesies yang berbeda (Alloploidi) (Comai, 2005). Peristiwa poliploidi seringkali dijumpai pada spesiesspesies tumbuhan dibandingkan hewan, sebab menurut Fried&Hademenos (2006), poliploidisasi pada tumbuhan biasanya menghasilkan karakter baru yang lebih menguntungkan bagi manusia. Pada spesies hewan, poliploid sering dijumpai pada kelompok kadal, amfibi serta ikan. Poliploid alami juga biasa ditemukan pada organisme hermaprodit seperti cacing tanah dan planaria. Poliploidi sering terjadi sebagai rusaknya apparatus spindle selama satu atau lebih pembelahan meiosis ataupun selama pembelahan mitosis. Poliploid dapat terjadi dengan perlakuan tekanan, kejutan suhu, maupun paparan beberapa senyawa kimia di alam bebas. Poliploidi dapat dimanfaatkan dalam rekayasa genetika untuk menghilangkan sifat yang dikode oleh gen dan mempertahankan sifat makhluk hidup untuk budidaya, untuk itu diperlukan analisis poliploidi. Analisis poliploidi merupakan salah satu cara untuk mengetahui jumlah dari perangkat kromosom. Salah satu cara untuk melakukan analisis poliploid adalah dengan melakukan perhitungan terhadap nucleolus Carman (1992). Teknik ini memiliki keunggulan dimana mudah dilakukan serta lebih ekonomis. Ikan betik (Anabas testudineus) ataupun betok merupakan ikan air tawar yang dianggap tahan dalam segala kondisi. Perawakan ikan ini sedang, tidak terlalu besar dan memiliki sirip serta sisik yang tajam. Warna dari ikan ini hijau keabuabuan. Terdapat beberapa perbedaan penyebutan ikan pada daerah, misalnya Kalimantan. Pada daerah Kalimantan ikan ini disebut sebagai ikan papuyu dan terdapat dua variasi warna badan, yaitu warna hijau dan kuning, tetapi karakter morfologinya sama. Ikan papuyu galam memiliki bentuk badan yang lebih kecil dibandingkan dengan ikan papuyu hijau (Rohansyah dalam Hidayat, 2016) . Sedangkan ikan papuyu yang lazim dijumpai di pulau jawa adalah ikan betook yang memiliki warna hijau keabu-abuan.

Berdasarkan keberadaan dan persebaran ikan tersebut di alam maka perlu diketahui apakah kondisi ikan tersebut juga mengalami mutasi kromosom berupa peristiwa poliploid, dan apakah peristiwa tersebut terpengaruh oleh ketinggian habitat dari ikan tersebut. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Frekuensi Poliploidi pada Ikan Betik (Anabas testudineus) dari daerah Mojokerto, Batu, dan Pujon dengan Metode Penghitungan Nukleolus”.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan frekuensi poliploidi ikan betik yang berasal dari Mojokerto, Batu, dan Pujon? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh tempat terhadap poliploidi ikan betik? 3. Apa yang mempengaruhi terjadinya peristiwa poliploidi pada ikan betik yang berasal dari Mojokerto, Batu, dan Pujon?

1.3 Manfaat Penelitian 1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan frekuensi poliploidi ikan betik yang berasal dari Mojokerto, Batu, dan Pujon. 2. Mengetahui perbedaan pengaruh tempat terhadap poliploidi ikan betik. 3. Mengetahui peristiwa yang memengaruhi terjadinya poliploidi pada ikan yang berasal dari Mojokerto, Batu, dan Pujon.

1.4 Batasan Masalah Adapun batasan dalam penelitian ini yaitu 1. Jenis ikan yang dipakai adalah ikan betik (A.testudineus) dari tiga daerah 2. Bagian tubuh yang dipakai dalam penelitian ini yaitu sirip kaudal. 3. Ikan betik yang digunakan pada setiap ulangan menggunakan ikan yang berbeda. 4. Penelitian ini hanya terbatas pada perhitungan jumlah nukleolus. 5. Jumlah ploidi yang dihitung yaitu n, 2n, 3n, dan 4n pada setiap bidang pandang

1.5 Asumsi Penelitian 1

Ikan betik (A.testudineus) yang digunakan dianggap memiliki jenis kelamin yang sama.

2

Ikan betik (A.testudineus) yang digunakan dianggap memiliki umur yang sama.

3

Jumlah larutan yang digunakan saat pembuatan preparat dianggap sama.

1.6 Definisi Operasional Beberapa hal yag dijadikan definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ikan poliploid memiliki lebih dari dua perangkat lengkap kromosom. 2. Jumlah nukleolus adalah banyaknya nukleolus yang terdapat pada setiap sel ikan betik. 3. Perhitungan jumlah nukleolus pada tiap sel tidak memperhatikan ukuran dari nukleolus.

Pustaka Fried, G.H., Hademenos, G.J. 2006. Schum’s outlines: Biologi edisi kedua. Jakarta: Jane Bartlett Publisher, Inc. Hidayat, Rahmat, Odang Carman, Alimuddin. 2016. Perbedaan pertumbuhan ikan papuyu Anabas testudineus jantan dan betina :Sexual dimorphism related to growth in climbing perch Anabas testudineus. Jurnal Akuakultur Indonesia 15 (1)

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"

Bab I.docx
November 2019 52
Bab Ii.docx
December 2019 61
Pokja Pmkp Mustofa.docx
April 2020 40
Bab I Yeay.docx
November 2019 52
Surat Pernyataan.doc
November 2019 37