Bab I.docx

  • Uploaded by: puspita
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,635
  • Pages: 11
MAKALAH ANTIMIKROBA TUGAS INTERAKSI OBAT SORE

DISUSUN OLEH : Nurisma Tampubolon Ratna Hutagalung Nurmutiya Lia Istiani Triyani Maria Fransiska Puspita Tamam Irfan Abdul Aziz UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

1

BAB I PENDAHULUAN I.1.

LATAR BELAKANG Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit, adalah obat yang digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena infeksi mikroba atau invasi parasit. (ISO Indonesia, 2013). Penggunaan antimikroba sebagai terapi penyakit infeksi berkembang sangat pesat sejak abad ke-19 hingga saat ini. Terdapat banyak jenis antimikroba yang banyak beredar di masyarakat yang dapat dibedakan dalam beberapa golongan seperti berdasarkan mekanisme kerjanya, spektrum, struktur kimia, aksi utamanya, dan tempat kerjanya. (Anonim, 2014). Penggunaan antimikroba yang sembarangan atau tidak tepat sesuai dengan indikasi, dapat mengakibatkan gagalnya terapi dan dapat menimbulkan resiko seperti resistensi atau terjadinya efek samping. (Tjay, dkk, 2010).

I.2

RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu Antimikroba? 2. Apa saja jenis-jenis dan penggolongan Antimikroba? 3. Bagaimana efek samping dari penggunaan Antimikroba? 4. Bagaimana interaksi obat antimikroba ?

I.3

TUJUAN 1. Untuk mengetahui apa itu antimikroba. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan penggolongan antimikroba. 3. Untuk mengetahui efek samping dari penggunaan antimikroba. 4. Untuk mengetahui interaksi obat antimikroba.

2

BAB II PEMBAHASAN II.1

ANTIMIKROBA Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit, adalah obat yang digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena infeksi mikroba atau invasi parasit. (ISO Indonesia, 2013). Kemoterapeutika (antimikroba) didefinisikan sebagai obatobat kimiawi yang digunakan untuk memberantas penyakit infeksi mikroorganisme seperti bakteri, fungi, virus dan protozoa, serta infeksi oleh cacing. Obat-obat tersebut berkhasiat memusnahkan parasit tanpa merusak jaringan tuan-rumah. (Tjay, dkk, 2010). a.

Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat mikroba jenis lain. Antibiotik adalah segolongan senyawa yang punya efek membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, misalnya ketika terjadi infeksi bakteri.

Kata

antibiotik

diberikan

pada

produk

metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme. (Pelczar, 2008). Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander Fleming, tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan Perang Dunia II, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk

3

menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran. (Tjay, dkk, 2010). Para peneliti di seluruh dunia menghasilkan banyak zat lain dengan khasiat antibiotis, namun berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat. Beberapa diantaranya : 1.

Aminoglikosida (Cth : Kantrex dan Mycrifradin), untuk mengobati diare dan kondisi lain yang khas.

2.

Sefalosporin

(Cth : Sefadrin

dan

Sefadroksil),

untuk

infeksi saluran pencernaan atas seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, dan lain-lain. 3.

Kloramfenikol (Cth : Chloromycetin dan Mychel), untuk infeksi berbahaya.

4.

Eritromisin (Cth : Pedamycin

dan

Robimycin),

untuk

infeksi saluran bagian atas, infeksi telinga, dan sifilis. 5.

Penisilin (Cth : Ampisilin dan Amoxsan), untuk infeksi saluran napas atas, bronkhitis, saluran kemih, dan lainlain.

6.

Tetrasiklin (Cth ; Terramycin

dan

Tetrasiklin),

untuk

kolera dan beberapa jenis jerawat.

II.2.

PENGGOLONGAN ANTIMIKROBA Antimikroba, khususnya antibiotika digolongkan dalam beberapa golongan, yaitu berdasarkan spektrum, struktur kimia, aksi utama, tempat kerja, dan mekanisme kerjanya. 1.

Berdasarkan Spektrumnya a. Antibiotik dengan spektrum sempit, efektif terhadap satu jenis mikroba. b. Antibiotik dengan spektrum luas, efektif baik terhadap gram positif maupun gram negatif. Contoh : tetrasiklin, amnifenikol, aminoglikosida, makrolida, turunan penisilin.

4

c.

d.

e.

f. g.

Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap gram positif. Contoh : eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, dan beberapa turunan sefalosporin. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram negatif. Contoh : kolkistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae (antituberkulosis). Contoh : streptomisin, kanamisin, rifampisin. Antibiotik yang aktif trhadap jaumr (antijamur). Contoh : griseofulvin, amfoterisin B, dan kandisidin. Antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (antikanker) Contoh : aktinomisin, bleomisin, dan mitramisin.

2.

Berdasarkan Struktur Kimianya a. Antibiotik β-laktam b. Turunan amfnikol c. Turunan tetrasiklin d. Aminoglikosida e. Makrolida f. Polipeptida g. Linkosamida h. Polien i. Ansamisin j. Antrasiklin

3.

Berdasarkan Aksi Utamanya a. Bakteriostatik, menghambat pertumbuhan mikroba. Contoh : Penisilin, Aminoglikosida, Sefalosporin, Kotrimoksasol, Isoniasida, Eritromisin (kadar tinggi), Vankomisin. b. Bakterisida, membunuh/memusnahkan mikroba. Contoh : Tetrasiklin, Asam fusidat, Kloramfenikol, PAS, Linkomisin, Eritromisin (kadar rendah), klindamisin. Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisida bila kadar antimikroba ditingkatkan melebihi KHM dan menjadi KBM. KHM (Kadar Hambat Minimal), kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan organisme. 5

KBM (Kadar Bunuh Minimal), kadar minimal yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme. 4.

Berdasarkan Tempat Kerjanya a.

b. c. d.

5.

Dinding sel, menghambat biosintesis peptidoglikan. Contoh : penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin. Membran sel, fungsi dan integritas membran sel. Contoh : nistatin, amfoteresin, polimiksin B. Asam Nukleat, menghambat biosintesis DNA, mRNA. Contoh : mitomisin C, rifampisin, griseofilvin. Ribosom, menghambat biosintesis protein. Contoh : aminosiklitol, tetrasiklin, amfenikol, makrolida, linkosamida.

Berdasarkan Mekanisme Kerjanya a.

Antimikroba

yang

Menghambat

Metabolisme

Sel

Mikroba Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Mikroba patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoat (PABA) untuk kehidupan hidupnya. Koenzim asam folat diperlukan oleh mikroba untuk sintesis purin dan pirimidin dan senyawa-senyawa lain yang diperlukan untuk pertumbuhan seluler dan replikasi. Apabila asam folat tidak ada, maka sel-sel tidak dapat tumbuh dan membelah. Melalui mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Antimikroba seperti sulfonamide secara struktur mirip dengan PABA, asam folat, dan akan berkompetisi dengan PABA untuk membentuk asam folat, jika senyawa antimikroba yang menang bersaing dengan PABA, maka akan terbentuk asam folat non fungsional yang akan mengganggu kehidupan mikroorganisme. Contoh : Sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat.

6

b.

Antimikroba yang Menghambat Sintesis Dinding Sel Mikroba Antimikroba golongan ini dapat menghambat biosintesis peptidoglikan, sintesis mukopeptida atau menghambat sintesis peptide dinding sel, sehingga dinding sel menjadi lemah dan karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga bakteri akan mati. Contoh : penisilin, sefalosporin, sikloserin, vankomisin, basitrasin, dan antifungi golongan Azol.

c.

Antimikroba yang Menghambat Sintesis Protein Sel Mikroba Sel mikroba memerlukan sintesis berbagai protein untuk kelangsungan hidupnya. Sintesis protein berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Ribosom bakteri terdiri atas dua subunit yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 3OS dan 5OS. Supaya berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS. Antimikroba akan menghambat reaksi transfer antara donor dengan aseptor atau menghambat translokasi t-RNA peptidil dari situs aseptor ke situs donor yang menyebabkan sintesis protein terhenti. Contoh : kloramfenikol, golongan tetrasiklin, eritromisin, klindamisin, dan pristinamisin.

d.

Antimikroba yang Menghambat Sintesis Asam Nukleat Sel Mikroba Contoh obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu rifampisin dan golongan kuinolon. Salah satu derivat rifampisin yaitu rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-RNA (pada subunit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Pada golongan kuinolon dapat menghambat enzim DNA girase pada mikroba yang berfungsi menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel mikroba yang kecil.

7

e.

Antimikroba yang Mengganggu Keutuhan Membran Sel Mikroba Obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu polimiksin, golongan polien serta berbagai kemoterapeutik lain seperti antiseptik surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa amonium-kuartener dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap bakteri Gram positif karena jumlah fosfor bakteri ini rendah. Bakteri Gram negatif menjadi resisten terhadap polimiksin ternyata jumlah fosfornya menurun. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungi sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Bakteri tidak sensitif terhadap polien karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya. Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain.

II.3. EFEK SAMPING PENGGUNAAN ANTIMIKROBA Efek samping penggunaan antimikroba dapat dikelompokkan menurut reaksi alergi, reaksi idiosikrasi, reaksi toksik, serta perubahan biologi dan metabolik pada hospes. 1. Reaksi Alergi

Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes.terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat . Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi. 2. Reaksi Idiosinkrasi

Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh 10% pria

8

berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakulin. Ini disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD. 3. Reaksi Toksik

AM pada umumnya bersifat toksik-selektif , tetapi sifat ini relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis antimikroba. 4. Perubahan Biologik Dan Metabolik

Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderita infeksi, terdapat populasi mikroflora normal.

II.4 INTERAKSI OBAT Tabel 1. Daftar Interaksi Obat – Antibiotik

Antibiotik Tetrasiklin Tetrasiklin

Tetrasiklin

Kloramfenikol

Kloramfenikol

Aminoglikosida Kloramfenikol Metronidazol Isoniazid Siprofloksasin Klaritromisin Eritromisin Flukonazol Griseofulvin Itrakonazol Ketokonazol

Interaksi Zinc, kalsium, didanosin, antasida Diuretik

Rifampisin, fenobarbital, fenitoin, karbamazepin Obat yg imetabolisme oleh sitokrom P 450; Tolbutamid, fenitoin, siklofosfamid, warfarin Rifampisin

Efek Pembentukan senyawa kelat dan mengganggu absorbs Risiko peningkatan konsentrasi urea serum – tidak dengan doksisiklin Waktu paruh doksisiklin memendek

Kloramfenikol menurunkan metabolism

Relaksan otot Fenitoin, antifungal

Rifampisin menurunkan konsentrasi kloramfenikol melalui induksi metabolism Hambatan neuromuscular Toksisitas fenitoin

Teofilin

Agitasi, konvulsi

Warfarin Warfarin Antasida oral antagonis H2

Peningkatan antikoagulasi Penurunan efek antikoagulan dan Penurunan absorbs antifungal

9

Aminoglikosida Ketokonazol Kuinolon Metronidazol Rifampisin Kotrimoksazol Sulfonamid

Siklosporin A

Nefrotoksisitas siklosporin

Alkohol Kontrasepsi oral Antikoagulan

Mual muntah (efek disulfiram) Penurunan efikasi kontrasepsi Peningkatan antikoagulan

10

DAFTAR PUSTAKA Anonim.“Antimikroba”.https://www.pdfcoke.com/doc/5290110/Antimi kroba/. 5 Oktober 2014. Anonim. “Cara Kerja Antibiotik: Bagaimana antibiotik membunuh bakteri”. http://www.amazine.co/17365/cara-kerja-antibiotikbagaimana-antibiotik-membunuh-bakteri/. 5 Oktober 2014. Anonim. “Dasar Pengertian Desinfektan dan Antiseptik”. www.sawitchem.com/post/6/dasar-pengertian-desinfektan-dan -antiseptik.html. 5 Oktober 2014 Anonim. “Mekanisme Kerja Antimikroba”. www.Ilmuveteriner.com/mekanisme-kerja-antimikroba/. 5 Oktober 2014 Anonim. “Perbedaan Antiseptik dan Desinfektan”. www.ilmy007.blogspot.com/2013/03/perbedaan-antiseptikdesinfektan.html. 5 Oktober 2014. Badan POM RI. 2013. ISO Indonesia Volume 48. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan Jakarta. Pelczar, Michael. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta : UI Press. Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Depok : LESKONFI. Tjay, Tan, dkk. 2010. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

11

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab I.docx
November 2019 52
Bab Ii.docx
December 2019 61
Pokja Pmkp Mustofa.docx
April 2020 40
Bab I Yeay.docx
November 2019 52
Surat Pernyataan.doc
November 2019 37