Bab I Sdh Revisi 8 Lembar Revisi Bismillah.docx

  • Uploaded by: Eta Ari Yunita
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Sdh Revisi 8 Lembar Revisi Bismillah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,360
  • Pages: 8
1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat menurut WHO dalam Karina (2015) adalah “health is a state of complate physical, mental and social well-being and not merely the absence af disease or infirmity”. Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang. Anak yang sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis. Kesehatan seorang anak dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat dapat diterapkan dari yang terkecil mulai dari menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola makan yang sehat dan teratur (Santoso, 2008). Anak rentan terhadap penyakit dan pada akhirnya anak diharuskan rawat inap. Penyakit dan rawat inap sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi oleh anak (Sitohang, 2016). Menurut Novel (2011) penyakit yang menjadi penyebab kematian utama yang terjadi pada anak-anak yaitu Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau sering di sebut Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun. Penyakit DHF sering menyerang pada anak karena terutama pada anak usia kurang dari tujuh tahun belum dapat membentuk kekebalan

2

tubuh sendiri, aktivitas anak lebih banyak diluar rumah pada siang hari, sedangkan nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada siang hari (Nengrum, 2014). Data diseluruh dunia menyatakan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah terjadinya kasus DHF setiap tahunnya, khususnya di Asia Tenggara (Syahria, et al 2015). Menurut WHO (2016) data di tahun 2015, menyebutkan bahwa wabah demam berdarah tersebar di seluruh dunia. Filipina melaporkan lebih dari 169.000 kasus dan Malaysia melebihi 111.000 kasus dugaan demam berdarah, meningkat 59,5% dan 16% dalam jumlah kasus tahun sebelumnya. Diperkirakan 500.000 orang dengan dengue parah memerlukan rawat inap setiap tahunnya, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia). Kemenkes RI menyebutkan hingga akhir Februari tahun 2016, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DHF dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DHF di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DHF dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DHF di Indonesia pada anak usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur mencatat pada JanuariMaret 2016 terdapat 3.503 kasus DHF kasus itu tersebar di 10 kabupaten/kota di Kaltim, dengan 4 dari 10 kabupaten/kota yang mengalami kasus DHF

3

terbanyak yakni di kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 23,1 % kasus dan 6 kematian, pada Kutai Timur

didapatkan data sebesar 20,4% dengan 6

kematian, kota Samarinda sebesar 16,2% dengan 4 kematian dan Balikpapan sebesar 12,6 % dengan 6 kematian. Menurut Pusat data dan Informasi Kemenkes RI (2017) melaporkan jumlah penderita DHF di provinsi Kalimantan Timur dari Dinas Kesehatan Kota Balikpapan sepanjang tahun 2017 jumlah kasus mencapai 1.014 dengan jumlah korban meninggal dunia 2 jiwa dan di tahun 2018 pada awal bulan Januari terdapat 2 kasus DHF dan tidak ada korban meninggal (Cendana News, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Umboh (2016) menyebutkan bahwa faktor penyebab terjadinya DHF adalah virus dengue yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. dengan adanya genangan air bersih menjadi tempat perkembangbiakan larva nyamuk aedes aegypti. Sebagian besar penderita menunjukan gejala menimbulkan demam yang tidak khas. Tanda dan gejala DHF yang klasik antara lain berupa demam tinggi yang terjadi mendadak, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (retro-orbital), rasa sakit pada otot dan tulang, lemah badan, muntah, sakit tenggorokan, ruam kulit makulopapuler. Beratnya nyeri otot dan tulang yang dialami penderita menyebabkan demam dengue dikenal sebagai demam patah tulang (breakbone fever) (Soedarto, 2012). Dampak kerugian yang di timbulkan akibat penyakit DHF sangat besar. Di tinjau dari segi kesehatan, seseorang yang menderita penyakit

4

demam berdarah mempunyai resiko kematian yang tinggi terutama pada anak karena anak belum dapat membentuk kekebalan tubuh sendiri, aktivitas anak lebih banyak diluar rumah pada siang hari, sedangkan nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada siang hari (Nengrum, 2014). Ancaman yang paling berbahaya dari penyakit ini adalah shock/ perdarahan yang di timbulkan, dimana hal ini dapat menyebabkan kematian (Abdullah, 2015). Komplikasi DHF biasanya berhubungan dengan syok yang berat dan memanjang dan perdarahan berat. Pemberian cairan yang berlebihan selama fase kebocoran plasma dapat berakibat efusi massif, yang berujung pada gagal nafas. Dapat terjadi

gangguan

elektrolit/metabolik:

hipoglikemia,

hiponatremia,

hipokalsemia, atau terkadang hiperglikemia (Tjokroprawiro, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2015) masalah keperawatan yang bisa muncul karena DHF, yaitu hipertermia dan kekurangan volume cairan, tindakan keperawatan yang bisa dilakukan oleh perawat untuk mengatasi hipertermia yaitu menurunkan suhu tubuh pasien, yang pertama dengan cara kompres hangat pada, kedua ketiak, lipatan paha, kedua lutut bagian dalam paling banyak pembuluh darah, sehingga sel saraf akan segera memberi sinyal ke hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh (Susilo, 2016). Penggunaan kompres hangat dapat mencegah pasien tidak menggigil. Kompres hangat merangsang vasodilatasi sehingga mempercepat proses evaporasi dan konduksi yang dapat menurunkan suhu tubuh (Sodikin, 2012). Mengatasi mual muntah dengan mempertahankan intake dan output

5

yang adekuat, rehidrasi oral, seperti memberikan minum jus buah atau susu supaya tidak terjadi dehidrasi (Nugrahajati, 2012). Melihat kasus DHF tersebut khususnya yang terjadi pada anak maka untuk itu, dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif menggunakan pendekatan proses keperawatan, antara lain dengan memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan status kesehatan klien, memeriksa kondisi secara dini sesuai dengan jangka waktu tertentu untuk mengobati penyebab dasar dan dalam perawatan diri klien secara optimal, sehingga muncul pentingnya asuhan keperawatan dalam menanggulangi klien dengan DHF. Berdasarkan peran perawat yang dibahas, hal yang penting dilakukan

adalah

dengan

memberikan

asuhan

keperawatan

secara

komprehensif mengetahui faktor resiko dalam kejadian DHF pada anak, diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi pada anak sehingga kematian pada anak akibat DHF dapat dihindari. Dari data profil laporan rekam medik di Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo terdapat 263 kasus di tahun 2016 yang termasuk anak-anak maupun orang dewasa, dan dari data hasil wawancara di tanggal 31 Maret 2018 dengan perawat ruangan Flamboyan C pada tanggal bulan Oktober 2017 hingga Februari 2018 menunjukan terdapat 15 kasus DHF yang terjadi di ruang rawat inap Flamboyan C, dengan banyaknya kasus DHF tersebut maka kita perlu meningkatkan pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif (Profil RSKD, 2016).

6

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui secara nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF yang di rawat di ruang Flamboyan C Rumah Sakit dr Kanudjoso Djatiwibowo tahun 2018.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah diatas adalah bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF di ruang Flamboyan C RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah : 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF di ruang Flamboyan C RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2018. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus pada karya tulis ini adalah: a. Mengkaji klien anak dengan DHF di ruang Flamboyan C RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2018.

7

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien anak dengan DHF di ruang Flamboyan C RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2018. c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien anak dengan DHF di ruang Flamboyan C RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2018. d. Melaksanakan intervensi keperawatan pada klien anak dengan DHF di ruang Flamboyan C RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2018. e. Mengevaluasi asuhan keperawatan klien anak dengan DHF di ruang Flamboyan C RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2018.

D. Manfaat Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khususnya pada anak dengan DHF. 2. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya pengembangan asuhan keperawatan dalam pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo

8

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF.

Related Documents


More Documents from "prayunita"