BAB I Latar belakang
folklor merupakan bentuk refleksi dari kehidupan masyarakat yang membesarkan cerita tersebut. Umumnya memiliki kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, dan sistem proyeksi. Vansina (dalam Hutomo, 1991, hlm.12) mengemukakan bahwa folklor merupakan segala macam keterangan lisan dalam bentuk laporan tentang suatu hal yang terjadi pada masa lampau. Danandjaya (2007, hlm.5) mengatakan bahwa folklor merupakan cara untuk mengabadikan hal-hal yang dirasakan penting oleh masyarakat pada sesuatu di masa tertentu. Dengan begitu sangatlah jelas bahwa legenda merupakan bentuk inventarisasi budaya masyarakat yang berbentuk lisan. Kendati demikian, kemunculan folklor di tengah-tengah masyarakat lisan sering menyebabkan terjadinya transmisi bahkan interpolasi yang menimbulkan ketegangan antara penelitian folklor lisan dan tulis (Endraswara, 2009, hlm.17). Tidak dapat disangkal bahwa pergerakan waktu terus mendorong folklor lisan dan tulis berkembang sehingga lambat laun kelisanan akan berbaur dengan budaya tulis/keberaksaraan. Jika keadaan terus seperti itu, maka para peneliti dituntut cermat dalam menanggapi dan mengambil data yang aktual dari kedua hal tersebut. Folklore merupakan gabungan dari dua kata Folk dan Lore, Kata Folklore Berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing memiliki arti sebagai berikut: Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri khas tertentu seperti kebudayaan, fisik yang membedakan dengan kelompok lainnya. Lore adalah kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan maupun Isyarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Folklore adalah suatu kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Baik itu dalam bentuk lisan maupun isyarat. Folkore identik dengan tradisi dan kesenian yang telah berkembang pada zaman sejarah yang telah menyatu didalam kehidupan masyarakat. Di indonesia setiap daerah, etnis, kelompok, suku, dan golongan agama masing-masing masyarakatnya telah mengembangakan folklorenya sendiri Sehingga terdapat beranekaragam folklore yang ada di indonesia.
Perkembangan sajak di nusantara Sajak adalah persamaan bunyi atau persamaan suara. Dalam puisi kata-kata yang berima sangat diperlukan. Gunanya adalah untuk menambah nilai keindahan. A.
Menurut Posisinya
Menurut posisinya sajak dibedakan menjadi dua, yaitu: a.
Sajak Awal
Sajak Awal adalah persesuaian bunyi suku kata yang terletak di awal kata. Contoh: Betapa berat beban derita ini b.
Sajak Akhir
Sajak Akhir adalah persesuaian bunyi suku kata yang terletak di akhir kata. B.
Menurut Kesesuaian Bunyi Suku Kata
Menurut kesesuaian bunyi suku katanya, sajak digolongkan menjadi beberapabagian, yaitu: a.
Sajak penuh atau sajak sempurna
Yaitu persamaan bunyi suku kata terakhir secara panuh. b.
Sajak paruh atau sajak tidak sempurna
Yaitu persamaan bunyi suku kata terakhir namun tidak secara keseluruhan. c.
Sajak Aliterasi
Yaitu persamaan bunyi pada huruf konsonan pada setiap kata-kata dalam puisi. Kesamaan bunyi sajak ini tidak terletak pada bagian akhir tau bagian depan baris puisi sajak namun terletak pada keseluruhan kata demi kata.
d.
Sajak Asonansi
Yaitu persamaan bunyi pada huruf fokal pada setiap kata-kata dalam puisi. Kesamaan bunyi sajak ini tidak terletak pada bagian akhir atau bagian depan baris puisi saja namun terletak pada keseluruhan kata demi kata.
e.
Sajak Rangkai
Yaitu persamaan bunyi huruf fokal pada beberapa suku kata.
f.
Sajak Rangka
Yaitu persamaan bunyi pada huruf konsonan pada beberapa suku kata dalam puisi. Sajak Apakah sajak itu? Tidak ada satu defenisipun yang mampu menjawabnya dengan sempurna, kecuali jawaban penyair Boris Pasternak dalam sajaknya yang berjudul batasan sajak sajak adalah siul melengking suram sajak adalah gemertak kerucut salju beku sajak adalah daun-daun menges sepanjang malam sajak adalah dua ekor burung malam menyanyikan duel sajak adalah manis kacang kapri mencekik mati sajak adalah air mata dunia diatas bahu sebuah sajak pada hakekatnya mengundang kita berasosiasi. Tidak berinterpretasi, bertafsirtafsir. Sekaitan dengan masalah inilah kiranya kesan keseluruhan tepat diterapkan suatu penilayan.
Puisi Rakyat, Definisi singkat. Puisi rakyat merupakan puisi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat sebagaimana kesenian rakyat pada umumnya seperti permainan, dll. Karena pada umumnya puisi berkembang di tengah lingkungan kerajaan yang bait-baitnya biasanya ditujukan untuk memuji pemerintahan raja atau menceritakan kondisi di sekitar istana kerajaan. Contoh-contoh puisi rakyat seperti pantun, syair dan gurindam.1 1. Secara umum, pantun dikenal sebagai puisi asli indonesia, yang mana hampir di setiap daerahnya memiliki tradisi tersebut. Puisi disebut sebagai jenis puisi lama yang paling dikenal selain syair. Pada mulanya pantun merupakan sastra lisan, yang diucapkan dari mulut ke mulut, pembuatnya pun anonim. Pantun biasanya digunakan secarfa berbalasan, atau saling menjawab antar pantun dalam dialog antar kelompok untuk perkara tertentu seperti serah terima calon pengantin dalam upacara pernikahan. Contoh: Ikan nila dimakan berang-berang Katak hijau melompat ke kiri Jika berada di rantau orang Baik-baik membawa diri
1
Lihat http://www.ilmubindo.com/2017/02/pengertian-dan-contoh-puisi-rakyat.html diakses tangga 10 maret 2018 pukul 11.58
Pantun tersebut mempunyai empat larik. Yang pertama dan ketiga mempunyai bunyi akhir yang sama yaitu rang. Sedangkan yang kedua dan keempan berbunyi akhir ri. Adapun ciri-ciri pantun sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
Tiap bait terdiri atas empat larilk. Tiap larik terdiri atas empat sampai enam kata. Tiap larik terdiri dari delapan sampai dua belas suku kata Larik pertama dan kedua merupakan sampiran Larik ketiga dan keempat merupakan isi Rima (persamaan bunyi atau persajakan) akhir larik bersajak a-b-a-b. Bunyi akhir larik pertama dan ketiga harus sama, begitupun bunyi larik kedua dan keempat.
Ada beberapa jenis puisi lama yang bentuknya mirip dengan pantun, seperti seloka dan talibun. 2. Syair2, merupakan jenis dari puisi lama yang berasal dari kesusasnteraan arab. Kata syair berasal dari bahasa arab, sya’ar yang artinya tembang. Bentuknya yaitu puisi dengan lirik yang halus dan penuh perasaan. Syair digunakan selain untuk menceritakan suatu kisah juga biasanya berisi nasihat-nasihat, kiasan bahkan khayalan belaka. Ciri-cirinya sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
Terdiri atas empat larik setiap baris. Semua baris bermakna dan sebagai satu kesatuan. Semua baris merupakan isi (tidak ada sampiran). Sajak akhir tiap baris selalu sama. Jumlah suku kata tiap baris hampir sama. Isinya berupa nasihat, petuah, cerita, pengajaran dan mistik.
3. Gurindam, merupoakan puisi lama yang berasal dari India. Istilah nya pun dari bahasa India yaitu kirindam yang artinya mula-mula atau perumpamaan. Menurut Raja Ali Haji, Ulama-Pujangga-Negarawan) dari kerajaan Riau Lingga yang menulis Gurindam Dua Belas, gurindam adalah perkataan yang bersajak pada akhir pasangannya, tetapi sempurna perkataan dengan satu pasangan saja, dengan demikian, jasdilah sajak yang yang pertama itu seperti sebagai syarat dan yang kedua sebagai jawaban. Ciri-cirinya sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
2
Terdiri atas dua bari salam sebait Tiap baris memiliki jumlah kata sekira 10-14 kata Tiap baris memiliki irama yang sama atau bersajak a-a, b-b, c-c dan seterusnya. Satu baitnya merupoakan satu kesatuan utuh. Baris pertama berisi soal, masalah atau perjanjian. Baris kedua berisi jawaban, akibat masalah, atau perjanjian baris pertama.
Lebih lengkap mengenai syair terutama di dunia arab dapat merujuk pada kitab Taarikh Adab al-Arabie karya Dr. Umar Farrukh, cetakan ke-4 1981M Darul Ilmi lil Mulabibiin, Beirut.
g. Isi gurindam berupa nasihat, filosofi hidup dan kata hikmah.