BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberi gejala lanjut ke suatu organ target seperti stoke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertropi ventrikel kiri/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung) menurut Bustan dalam bukunya yang berjudul managemen pengendalian penyakit tidak menular tahun 2015. Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang (Soenarta, 2015). Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam) karena penderita tidak tahu dirinya menderita hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial, dan ekonomi. Hipertensi juga merupakan faktor ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dapat memicu terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovaskuler (Widyanto dan Cecep, 2013). Data Word Health Organization (WHO) tahun 2013, di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5,3 juta (7,4%) dari total populasi,sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24 juta (9,77%) dari total populasi, dan pada tahun 2020
1
diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta (11,34%) dari total populasi. Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi. Dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun. (Infodatin Kemenkes RI, 2016) Jumlah lansia pada tahun 2015 di NTB mencapai 370,6 ribu jiwa atau 7,66% dari seluruh penduduk provinsi NTB kemudian naik menjadi 383,7 ribu jiwa atau sebesar 7,84% pada tahun 2016. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun 2016 tercatat angka hipertensi pada lansia sebanyak 11.917 Orang. (Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2017) Menurut data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Mataram tahun 2018, didapatkan 10 penyakit terbanyak di Kota Mataram. Hipertensi merupakan penyakit terbanyak ke dua di Kota Mataram dengan jumlah 24,471 kasus. Dari data yang didapat dari Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram tahun 2018 terdapat jumlah lansia sebanyak 5,342 orang, dan yang penderita hipertensi sebanyak 611 orang. (data poli lansia di Puskesmas Tanjung Karang, 2018) Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2016, jumlah lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa atau 8,96% dari jumlah penduduk.
2
Sementara menurut proyeksi BPS tahun 2015, pada tahun 2018 jumlah lansia diperkirakan mencapai 9,3% atau 24,7 juta jiwa (Kementrian Kesehatan Republik Indonsia, 2018). Hipertensi dapat disebabkan oleh gaya hidup yang buruk seperti merokok, kurang orahraga, mengkonsumsi alkohol dan mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam yang tinggi. Zat nikotin yang terdapat dalam
rokok
dapat
meningkatkan
pelepasan
epenefrin
yang
dapat
mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam rokok adalah karbon monoksida yang mengakibatkan jantung akan bekerja lebih berat untuk memberi cakupan oksigen ke sel-sel tubuh. Rokok berperan membentuk arterosklerosis dengan cara meningkatkan penggumpalan sel darah (Meylen dkk, 2014). Alkohol memiliki efek hampir sama dengan karbon monoksida yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa untuk memompa darah lebih kuat agar darah yang sampai ke jaringan tercukupi (komaling dkk, 2013). Aktivitas fisik yang kurang dapat mengakibatkan penumpukan lemak di pembuluh darah dan jaringan sekitar yang mengakibatkan terjadinya arterosklerosis. Mengkonsumsi garam atau makanan yang mengandung natrium dapat menyebabkan tekanan darah. Natrium yang diserap kedalam pembuluh darah yang berasal dari knsumsi garam yang tinggi mengakibatkan adanya retensi air, sehingga volume darah meningkat. Peningkatan volume darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. (Santi,2015) Hasil penelitian tentang hubungan gaya hidup dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia yang dilakukan oleh Solehatul Mahmudah dkk bahwa subyek pada penelitian ini lebih banyak usia early old age (usia 60
3
sampai 70 tahun) sebanyak 64 responden (73,6%), sedangkan usia advanced old age (usia >70 tahun) sebanyak 23 responden (26,4%). Untuk distribusi jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 80 responden (92,0%), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 responden (8,0%) (Solehatul, 2015). Berdasarkan data diatas saya sebagai peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup lansia pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram Tahun 2019. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :“Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup lansia pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram Tahun 2019? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup lansia pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram Tahun 2019 2. Tujuan khusus a. Mengindentifikasi karakteristik resonden berdasarkan umur, jenis kelamin dan pekerjaan pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram. b. Mengindentifikasi faktor berdasarkan gaya hidup lansia yang merokok pada penderita hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang.
4
c. Mengindentifikasi faktor
berdasarkan
gaya
hidup
lansia
yang
mengkonsusmsi alkohol pada penderita hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang. d. Mengindentifikasi faktor
berdasarkan
gaya
hidup
lansia
yang
mengkonsusmsi garam berlebihan pada penderita hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang. e. Mengindentifikasi faktor
berdasarkan
gaya
hidup
lansia
yang
mengalami obesitas pada penderita hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang. f. Mengindentifikasi faktor berdasarkan gaya hidup lansia yang kurang berolahraga pada penderita hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mahasiswi kebidanan. 2. Bagi Puskesmas Tanjung Karang Diharapkan dapat menjadi masukan dalam rangka melakukan upaya-upaya pengendalian kualitas penduduk yang mengalami hipertensi, mengurangi resiko terkena hipertensi serta mengurangi angka kejadian hipertensi pada wanita menopause. 3. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan serta pengalaman
dilapangan
karena
5
berhubungan
langsung
dengan
masyarakat dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah sehingga dapat mengaplikasikan suatu informasi baru dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta sebagai salah satu tugas akhir perkuliahan. 4. Bagi peneliti lain Dijadikan sebagai sumber/bahan referensi untuk penelitian berikutnya.
6