Bab I.docx

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (lebih atau sama dengan tiga kali) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam golongan besar yaitu infeksi (bakteri, virus, atau parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan (Depkes RI 2011). Penyakit diare masih menempati urutan kelima dari sepuluh penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit jika dibandingkan dengan penyakit lainnya yang berkaitan dengan kurangnya air, buruknya sanitasi dan hygiene seperti trachoma, schistosomiasis, ascariasis, malaria, penyakit kulit, pneumonia, influenza, dan Japanese encephalitis. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6-2 kali pertahun(Jon W, Tangka. 2011). Pada Puskesmas Tanjung Karang kejadian diare pada tahun 2015 terdapat sebanyak 2645 kasus. Sedangakan pada tahun 2016 kasus diare menurun dengan jumlah kasus diare sebanyak 2220 kasus. Penelitian oleh sri murni (2011), tentang gubungan antara kejadian diare pada balita dengan pengetahuan ibu dengan PHBS di Puskesmas Saintan Hulu Pontianak, dengan sample ibu-ibu yang membawa balitanya ke Puskesmas Saintan. Menunjukan jumlah balita yang menderita diare adalah sebanyak 40 balita (29,41%) dan terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian diare pada balita dengan pengetahuan ibu (p<0,005) (Jon W, Tangka. 2011). Faktor penggunaan air sumur sebagai kebutuhan hidup dengan kejadian diare, ternyata bermakna sebagai penelitian oleh Yuniarno (2015), di DAS Solo, pada 66 subjek menunjukan adanya pengaruh kandungan E.coli pada air sumur, yang tidak memenuhi standar (>50/100 ml sample) dan memiliki probabilitas untuk terkena diare sebesar 17%.

1

Factor hygiene perorangan (personal hygene) merupakan hal yang sagat penting untuk mencegah terjadinya diare. Penelitian Ginting (2011), tentang hubungan antara praktek personal hygiene ibu balita dan sarana sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada anak balita di Kecamatan Laos Kabupaten Cilacap, pada 60 kasus menunjukan bahwa hygiene personal yang kurang, beresiko terjadinya diare 2,98 kali daripada hygiene personal yang baik. Kondisi sanitasi yang belum memadai merupakan salah satu factor yang menyebabkan penyakit diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian. Disamping itu ada beberapa factor lain seperti keadaan gizi keluarga, skap ataupun pengetahuan ibu rumah tangga juga merupakan factor lainnya yang mendukung terjadinya penyakit diare ini. 1.2. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran factor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita yang berobat ke Poli MTBS Puskesmas Tanjung Karang pada periode November 2017. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dan kebersihan balita pada kejadian diare pada balita yang berobat ke Poli MTBS Puskesmas Tanjung Karang pada periode November 2017. 1.3. Manfaat 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan menambah wawasan tentang diare dan kebersihan balita. 2. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti terhadap pasien diare. 3. Bagi Pelayanan Kesehatan a. Memberikan gambaran tentang pengetahuan orang tua dengan kasus diare pada balita yang berkunjung ke Poli MTBS Puskesmas Tanjung Karang. b. Memberikan gambaran tentang kebersihan balita dengan kasus diare pada balita yang berkunjung ke Poli MTBS Puskesmas Tanjung Karang. 2

3