BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan tahun 2025 jumlah lanjut usia (lansia) di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang ditahun 2050. Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18 juta jiwa (diatas 80 tahun) atau sekitar 7,6% dari total jumlah penduduk Indonesia. Sementara itu jumlah penduduk lansia didata terpadu 2015 setelah ditambah +2 tahun (per 2017) adalah 11 juta (Badan Pusat Satistik/ BPS, 2015). Tiga Provinsi dengan persentase penduduk lansia terbesar berada di Provinsi DI Yogyakarta (13,5%), Jawa Tengah (11,7%) dan Jawa Timur (11,5%) (BPS, 2015). Usia Harapan Hidup (UHH) Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar 72,75 dan pada tahun 2012 sebesar 72,35, tertinggi di Jawa Tengah dengan usia 72,75 tahun, dan melampaui UHH rata-rata provinsi Jawa Tengah, yaitu 71.71 tahun (Profil Perkembangan Kependudukan Kota Surakarta, 2014). Pesatnya perkembangan jumlah lansia menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan fisik. Hal ini dikarenakan lansia merupakan kelompok populasi yang rentan dalam menghadapi berbagai penyakit infeksi.
Kerentanan lansia tersebut terjadi dikarenakan berkurangnya produksi immunoglobulin sebagai antibodi dan menurunnya respon sistem kekebalan tubuh, adanya penyakit penyerta yang timbul setelah terjadinya penurunan struktur dan fungsi organ tubuh, gangguan fungsional tubuh, mal-nutrisi yang menyebabkan rentan terkena penyakit infeksi, dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Secara garis besar penyakit yang biasa dialami oleh lansia adalah penyakit infeksi meliputi influenza, diare, pneumonia, dan infeksi saluran kemih, serta penyakit tidak menular/degeneratif meliputi diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan penyakit sendi. Hasil prevalensi penyakit menular pada usia 56 – 75 tahun di Indonesia bahwa diare merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi pada usia pra-lansia, lansia, dan lansia tua. (Riskesdas, 2013). Diare diartikan sebagai suatu kondisi buang air besar tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dengan atau tanpa disertai darah atau lendir akibat dari proses inflamasi pada lambung atau usus (Muslimah, 2010). Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa bahkan lansia. Diperkirakan setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di USA, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahunnya (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan diare atau gastroenteritis. Berdasarkan data WHO, angka prevalensi diare 2-3 kali lipat lebih besar pada negara berkembang dibandingkan negara maju. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian
Diare yang masih tinggi, hal ini dilihat dari morbiditas dan mortalitasnya. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare, sementara lansia umur 55-65 tahun sebanyak 3,2% (Kemenkes RI, 2013). Diare menyerang kelompok usia baik balita, anak, dewasa bahkan lansia (Murniwaty, 2005). Kejadian penyakit diare di Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Purworejo memiliki angka kematian (CFR) tertinggi sebesar 5,36%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Sedangkan laporan hasil pengamatan penyakit di Puskesmas seluruh Surakarta selama tahun 2014, ditemukan kasus diare sebanyak 12.677 (50% dari perkiraan jumlah kasus diare). Kasus diare berhubungan dengan perilaku masyarakat, penyediaan kualitas air bersih dan kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Resiko terjadinya diare sebenarnya bisa diminimalkan dengan upaya pencegahan dan pengobatan. (Profil Kesehatan Kota Surakarta, 2014). B. Tujuan Tujuan makalah ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengertian mengenai penyakit diare 2. Mengetahui penyebab terjadinya penyakit diare 3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit diare 4. Mengetahui cara penatalaksanaan dan pencegahan penyakit diare 5. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien
C. Manfaat 1. Dapat mengetahui dan mempelajari lebih rinci tentang penyakit diare dan mampu menerapkan teori – teori yang di dapat di dalam instisusi pendidikan. 2. Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan dibidang profesi keperawatan.