Bab I Bu Qalbi.docx

  • Uploaded by: Syahraeni Thamrin
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Bu Qalbi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,389
  • Pages: 8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir, perlukaan biasanya ringan, tetapi ada juga yang luas dan berbahaya, sehingga setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perinium. Robekan perinium terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Periode awal penyembuhan luka perinium dibutuhkan waktu 7-10 hari. Fenomena yang ada di masyarakat menunjukan bahwa masyarakat sudah mengetahui bahwa penyembuhan luka perinium dibutuhkan makanan yang mengandung ekstra protein yaitu salah satu sumber makanan yang kaya protein adalah putih telur rebus. ( Walyani dkk, 2013 ). Organisasi tingkat internasional World Health Organization (WHO ) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan ( WHO, 2014 ). Angka kematian ibu ( AKI ) di Negara Asia Tenggara diantaranya indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup ( WHO, 2014 ).

Menurut World Health Organization ( WHO ) mencatat pada tahun 2012 tiap tahunya lebih dari 300 – 400/ 100.000 kelahiran hidup, perempuan meninggal yang disebabkan oleh eklamsia 28%, perdarahan 12%, abortus 13%, sepsis 15%, partus lama 8%, dan penyebab lain lain 2% ( Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013, jumlah AKI di Indonesia masih tinggi sebesar 359/100.000 (SDKI, 2016). Infeksi masih menyumbangkan angka kematian ibu pada ibu nifas jika tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada kandung kemih maupun infeksi jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan kematian pada ibu nifas sebanyak 50%. Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan postpartum. Selain itu ada keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama atau macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian untuk mendeteksi dini adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas (Walyani dkk, 2015). Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifasdan meningkatkan cakupan keluarga berencana pasca persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal

sebanyak 3 kali dengan ketentuan yaitu : kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan, kunjungan nifas kedua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan. Keberhasilan upaya upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan KF-3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar ( Profil kesehatan Sulawesi Selatan, 2015) Pada tahun 2014 cakupan kunjungan nifas di Indonesia hanya 86,41%, belum setinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mencapai 88,68%, Di Sulawesi Selatan cakupan persalinan kunjungan nifas yaitu 89,88%, sedangkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 92,69%, apabila jumlah cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tidak sama dengan cakupan nifas, kemungkinan terjadi komplikasi persalinan di masa nifas, atau masa nifas tidak terkontrol oleh penolong persalinan. Semakin lebar jarak persalinan dengan kunjungan nifas, maka risiko terjadinya kematian ibu semakin besar (Profil Kementrian Kesehatan, 2015). Asuhan masa nifas haruslah memberikan tanggapan terhadap kebutuhan khusus ibu selama nifas. Pelayanan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Nurjannah, dkk, 2013). Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir, perlukaan biasanya ringan, tetapi ada juga yang luas dan berbahaya, sehingga setelah

persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perinium. robekan perinium harus mendapat perawatan yang benar karena jika tidak, maka dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti : infeksi, karena kondisi perinium yang terkena lochia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Komplikasi yang Biasa terjadi yaitu munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Adapun kematian ibu post partum karena penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah, (Walyani dkk, 2015). Untuk mempercepat penyembuhan luka perinium terdapat banyak cara, salah satunya melalui perbaikan gizi dengan menggonsumsi umum protein. Sumber umum protein adalah daging, susu, roti, sereal, telur, ikan, kacang kacangan dan biji bijian. menurut Cleveland Clinic, untuk penyembuhan luka perinium harus meningkatkan asupan protein. Salah satu jenis makanan yang mengandung protein adalah putih telur, (Endang Buda Setyowati, 2014). Putih telur sangat kaya akan protein, bebas lemak dan kolesterol. Kandungan yang terdapat dalam putih telur berupa protein, putih telur juga mengandung zat besi bermanfaat dalam pembangun otot, jaringan tubuh,

jaringan tulang, namun tak dapat disimpan oleh tubuh,

maka untuk

menyembuhkan luka memerlukan asupan protein setiap hari. Berdasarkan studi pendahuluan data yang diperoleh di rekam medik Puskesmas Jumpandang Baru Makassar pada tahun 2015 jumlah ibu nifas sebanyak 1010 orang dengan kejadian luka perineum sebanya 200 orang (40,4%), tahun 2016 sebanyak 918 orang dengan kejadian luka perineum sebanyak 156 orang (58,84%),

tahun 2017 sebanyak 848 orang dengan

jumlah luka perineum sebanyak 85 orang (9,97%), dan Tahun 2018 Bulan July / November sebanyak 340 orang dengan kejadian luka perinium sebanyak 115 orang (29,56%). ( Rekam Medik Puskesmas Jumpandang Baru Makassar Tahun 2018). Secara fisiologi luka jahitan perineum dapat menimbulkan ketidak nyamanan dan rasa nyeri pada saat bangun dari tempat duduk atau hendak berbaring.

perineum

dalam

masa

nifas

sangat

diharapkan

untuk

menghindarkan ibu nifas dari bahaya infeksi atau keluhan fisiologi yaitu dengan cara penambahan asupan konsumsi tinggi protein dalam menu makan, dan makanan tinggi protein bisa di dapatkan dari telur, (Supiati, 2015). Jadi terdapat perbedaan secara signifikan waktu kesembuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara ibu nifas yang mengonsumsi putih telur rebus dengan ibu nifas yang tidak mengonsumsi putih telur rebus. Berdasarkan data diatas kejadian luka perineum merupakan masalah yang memerlukan penanganan yaitu “ apakah ada pengaruh konsumsi putih

telur rebus dengan percepatan penyembuhan luka perinium pada ibu nifas di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar Tahun 2018. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka di rumuskan permasalahan yaitu “ apakah

ada

pengaruh

mengonsumsi

putih

telur

rebus

terhadap

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di puskesmas jumpandang baru Makassar Tahun 2018\2019 “ C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh mengonsumsi putih telur rebus terhadap penyembuhan luka perinium pada ibu nifas di puskesmas jumpandan Baru Makassar Tahun 2018. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui penyembuhan luka perinium yang tidak diberi konsumsi telur rebus (kelompok kontrol) di puskesmas jumpandang baru Makassar Tahun 2018. b. Untuk mengetahui penyembuhan luka perinium yang diberi konsumsi putih telur rebus (kelompok perlakuan) di PKM Jumpandang Baru Makassar Tahun 2018. c. Untuk mengetahui pengaruh mengonsumsi putih telur rebus terhadap penyembuhan luka perinium di PKM Jumpandang Baru Makassar Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian 1.Manfaat Praktis Peneliti dapat lebih memahami masalah yang dikaji, memberikan masukan bagi ibu nifas tentang perawatan luka perinium dan konsumsi putih telur rebus sebagai terapi untuk penyembuhan luka perinium sehingga peneliti dapat memberikan pengetahuan ini kepada khayalak umum, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. 2.

Manfaat ilmiah Peneliti ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang kesehatan terutama dibidang kesehatan ibu post partum mengenai pengaruh mengonsumsi putih telur rebus terhadap penyembuhan luka perinium.

3.

Manfaat Teoritis Peneliti ini diusahakan dapat memberi manfaat bagi lembaga pendidikan agar dapat merencanakan kehiatan pendidikan dalam konteks asuhan kebidanan secara menyeluruh khususnya mengenai pengaruh mengonsumsi putih telur rebus terhadap penyembuhan luka perinium sehingga lulusan D-IV Kebidanan diharapkan mampu memberikan konstribusinya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa prodi D-IV Kebidanan Stikes Mega Rezky dan sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan manajemen pada kasus luka perinium.

4.

Manfaat bagi peneliti selanjutnya Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat menambah kepustakaan dan referensi dalam bidang pengaruh konsumsi putih telur rebus terhadap penyembuhan luka perinium serta dapat sebagai data besar untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Related Documents

Bab I Bu Eka.docx
June 2020 14
Bab I Bu Qalbi.docx
July 2020 15
Bab I Bu Retno .doc
December 2019 23
Bab 2 Bu Nani
August 2019 47
Bab Ii Bu Yunita.docx
December 2019 23

More Documents from "Ira Badriya"