BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para ahli tumbuh kembang anak mengatakan bahwa periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak sebagai “Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity), atau Masa Kritis (critical period)”. Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia dan merupakan masa yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Pada masa ini otak balita bersifat lebih plastis dibandingkan dengan otak orang dewasa dalam arti anak balita sangat terbuka dalam menerima berbagai macam pembelajaran dan pengkayaan baik yang bersifat positif maupun negatif. Sisi lain dari fenomena ini yang perlu mendapat perhatian, otak balita lebih peka terhadap asupan yang kurang mendukung pertumbuhan otaknya seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena itu kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk member masukan dan nilai-nilai yang postiif, menghindari masukan yang bersifat negatif dan sedapat mungkin memberikan asupan gizi yang adekuat, memberikan stimulasi yang baik dan benar, serta memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi anak. Mengingat masa 5 tahun pertama merupakan masa yang ‘relatif pendek’ dan tidak akan terulang kembali dalam kehidupan seorang anak, maka para orang tua, pengasuh dan pendidik harus memanfaatkan periode yang ‘singkat’ ini untuk membentuk anak menjadi bagian dari generasi penerus yang tangguh dan berkualitas.
1
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merumuskan latar belakang yaitu : 1. Apakah definisi dari SDIDTK ? 2. Berapakah umur anak dalam pendeteksian SDIDTK ? 3. Apakah stimulasi dini tumbuh kembang anak ? 4. Apa saja jenis kegiatan SDIDTK? 5. Bagaimanakah intervensi dini penyimpangan perkembangan anak ? 6. Bagaimanakah rujukan dini penyimpangan perkembangan anak? 1.3 Tujuan Penulisan 1
Untuk mengetahui definisi dari SDIDTK.
2
Untuk mengetahui umur anak dalam pendeteksian SDIDTK.
3
Untuk mengetahui stimulasi dini tumbuh kembang anak.
4
Untuk mengetahui jenis kegiatan SDIDTK.
5
Untuk mengetahui intervensi dini penyimpangan perkembangan anak.
6
Untuk mengetahui rujukan dini penyimpangan perkembangan anak.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial). Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masingmasing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemapuan sosialisasi dan kemandirian. Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Intervensi dini penyimpangan
3
perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang perkembangan kemampuannya
menyimpang
karena
tidak
sesuai
dengan
umurnya.
Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak. 2.2 Umur Anak Dalam Pendeteksian (SDIDTK) Tidak semua umur anak bisa dilakukan pendeteksian. Anak bisa dideteksi ketika menginjak umur 0 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 15 bulan, 18 bulan, 21 bulan, 24 bulan, 30 bulan, 36 bulan, 42 bulan, 48 bulan, 54 bulan, 60 bulan, 66 bulan, dan 72 bulan. Usia ini adalah standar usia yang telah ditetapkan. Jadwal atau waktu pendeteksian anak yaitu : a. Anak umur
0 - 1 tahun = 1 bulan sekali
b. Anak umur > 1 - 3 tahun = 3 bulan sekali c. Anak umur > 3 - 6 tahun = 6 bulan sekali Jika umur si anak belum menginjak usia standar pemeriksaan maka jangan dilakukan pendeteksian, namun tunggu si anak mencapai usia yang ditentukan. Misal jika si anak lahir tanggal 12 Agustus 2009, maka waktu yang tepat untuk pendeteksiannya adalah : a. Hitung umur si anak saat ini, dalam contoh anak lahir tanggal 12 Agustus 2009 maka saat ini (12 Juni 2013) usia si anak adalah 46 bulan. Dalam standar usia pendeteksian, 46 bulan tidak termasuk standar usia pendeteksian, sedangkan menurut standar usia adalah 48 bulan. Maka si anak baru bisa di deteksi 2 bulan kedepan atau 60 hari kedepan yaitu pada tanggal 11 atau 12 Agustus 2013. b. Satu bulan dihitung 30 hari. c. Toleransi kelebihan usia anak pada saat pendeteksian dari usia standar adalah 29 hari kedepan.
4
1.3 Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak Stimulasi dini adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar anak mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Anak usia 0-6 tahun perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus-menerus pada setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh-kembang yang bahkan dapat menyebabkan gangguan yang menetap. Stimulasi kepada anak hendaknya bervariasi dan ditujukan terhadap kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, kemampuan sosialisasi dan kemandirian, kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral-spiritual. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan para pendidik, pengasuh dan orang tua, yaitu: 1. Stimulasi dilakukan dengan cara-cara yang benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan yang menangani bidang tumbuh kembang anak. 2. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak. 3. Selalu menunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah laku orang-orang terdekat dengannya. 4. Berikan stimulasi sesuai kelompok umur anak. 5. Dunia anak dunia bermain, oleh karena itu lakukanlah stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman. 6. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak. 7. Menggunakan alat bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar kita. 8. Anak laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama. Jenis kegiatan deteksi atau disebut juga skrining, dalam SDIDTK adalah sebagai berikut : 1.
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK).
5
2.
Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu meliputi Pendeteksian menggunakan a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) b. Tes Daya Lihat (TDL) c. Tes Daya Dengar (TDD)
7.
Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan a. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) b. Check List for Autism in Toddlers (CHAT) atau Cek lis Deteksi Dini Autis c. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
1.4 Jenis Kegiatan SDIDTK Beberapa jenis kegiatan SDIDTK yaitu : 1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal DDTK. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih, yaitu tenaga kesehatan yang telah mengikuti pelatihan SDIDTK. b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan dapat dilihat pada table di bawah ini.
6
Tabel 2.1 Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Tingkat
Pelaksana
Alat yang Digunakan
Pelayanan Keluarga,
1. Orang tua
1. KMS
masyarakat
2. Kader kesehatan
2. Timbangan dacin
3. Petugas PAUD, BKB, TPA dan Guru TK
Puskesmas
1. Dokter
1. Table BB/TB
2. Bidan
2. Grafik LK
3. Perawat
3. Timbangan
4. Ahli gizi
4. Alat ukur tinggi
5. Petugas lain
badan 5. Pita
pengukur
lingkar kepala
2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan a. Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Tujuan deteksi/skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal atau tidak. Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada saat umur anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining terdekat yang lebih muda. 1) Alat yang dipakai : Formulir KPSP menurut kelompok umur. Formulir KPSP berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
7
telah dicapai anak, petugas memeriksa atau menanyakan kepada orang tua dan anak. Formulir KPSP tersedia untuk untuk setiap kelompok umur anak dari 3 bulan hingga 72 bulan. 2) Interpretasi hasil KPSP : bila jawaban "Ya" mencapai 9-10 berarti perkembangan anak SESUAI dengan tahap perkembangannya, bila jawaban
"Ya"
berjumlah
7-8
berarti
perkembangan
anak
MERAGUKAN, sedangkan bila jawaban "Ya" berjumlah 6 atau kurang berarti kemungkinan ada PENYIMPANGAN perkembangan anak. Bila perkembangan anak sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut: a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik. b) Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak. c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering, sesuai dengan umur dan kesiapan anak. d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan kelompok bermain dan TK. e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3 bulan pada berumur kurang dari umur 24 bulan dan setiap 6 bulan pada umur 24 bulan sampai 72 bulan. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut: a) Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin. b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpanan/ mengejar ketinggalannya.
8
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan/ mengejar ketinggalannya. d) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit
yang
menyebabkan
penyimpangan
perkembangannya. e) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang jawabannya “ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpanga (P). Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan sbb: Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemanidirian) b. Tes Daya Dengar (TDD) Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD setiap 3 bulan pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan keatas. Jadwal dilakukannya tes ini yaitu setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya. Pemeriksa memakai alat/instrumen TDD menurut usia anak, gambargambar binatang dan manusia serta mainan (boneka, cangkir, sendok dan bola). Pada anak usia kurang dari 24 bulan, semua pertanyaan dijawab oleh orang tua/pengasuh, sedangkan pada anak usia lebih dari 24 bulan, pertanyaan berupa perintah-perintah kepada
anak melalui
orang
tua/pengasuh untuk dikerjakan anak. Pemeriksa mengamati dengan teliti kemampuan anak dalam melakukan perintah yang diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh. Jawaban 'Ya' bila anak dapat melakukan yang
9
diperintahkan, jawaban 'Tidak' bila anak tidak adapat atau tidak mau melakukan perintah. Bila ada satu atau lebih jawaban "Tidak" kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya yaitu bila perlu pemeriksaan diulang 2 minggu kemudian untuk meyakinkan bahwa ada gangguan pendengaran. Anak dirujuk ke Rumah Sakit bila diduga mengalami gangguan pendengaran. c. Tes Daya Lihat (TDL) Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan/kelainan daya lihat anak sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti sehingga kesempatan memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal TDL setiap 6 bulan pada anak usia pra-sekolah (36-72 bulan). Jadwal dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72 bulan. Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih. 1) Alat yang diperlukan : a) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik. b) Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa. c) Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak. d) Alat penunjuk 2) Cara melakukan tes daya lihat : a) Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik. b) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk. c) Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E” mengahap ke poster “E”. d) Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa. e) Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa, beri pujian setiap
10
kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar. f) Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas. g) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu- persatu mulai garis pertama sampai garis ke empat atau garis “E” terkecil yang masih dapat dilihat. h) Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster. i) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama. j) Setiap kali anak mampu mencocokkan, berikan anak pujian. 3) Interpretasi Hasil Pemeriksaan Bila anak tidak dapat mencocokkan sampai baris ketiga Poster E dengan kedua matanya maka diduga anak mengalami gangguan daya lihat. Untuk itu lakukan intervensi: Minta kepada orang tua agar membawa anaknya untuk memeriksa ulang 2 minggu kemudian. Bila pada pemeriksaan ulang 2 minggu kemudian didapati hasil yang sama maka kemungkinan anak memang mengalami gangguan daya lihat. Selanjutnya pemeriksa menganjurkan anak diperiksa ke Rumah Sakit dengan membawa surat rujukan yang berisi keterangan mata yang mengalami gangguan (mata kiri, kanan atau keduanya). Ada 4 aspek yang dinilai dalam perkembangan: 1) Gerakan motorik kasar Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, terutama melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dll 2) Gerakan motorik halus Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
11
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. 3) Bahasa Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. 4) Sosialisasi dan kemandirian Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersoialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Tujuan pemeriksaan ini untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada anak agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan, dilakukan untuk anak yang berusia 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan anak. Alat yang digunakan untuk mendeteksi yaitu : a. Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan-72 bulan. Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak prasekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72 bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan anak. 1) Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan. 2) Cara melakukan Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau
12
pengasuh anak. Catat jawaban “Ya”, kemudian hitung jumlah jawaban “YA”. 3) Interpretasi Bila ada jawaban “YA”,Maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Bila jawaban “ya” hanya 1 (satu) lakukan konseling kepada orang tua menggunakan buku pedoman pola asuh yang mendukung perkembangan anak. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak. Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan. b. Ceklis autis anak pra sekolah Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) bagi anak umur 18-36 bulan. Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism pada anak umur 18-36 bulan. Jadwal deteksi dini autism pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih keadaan yaitu keterlambatan bicara, gangguan komunikasi atau interaksi social, dan perilaku yang berulang-ulang. 1) Alat yang digunakan adalah CHAT CHAT ini ada dua jenis pertanyaan, yaitu ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak. Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orang tua untuk tidak raguragu atau takut menjawab. Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT.
13
2) Cara menggunakan CHAT a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak. b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT. c) Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. 3) Interpretasi a) Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4. b) Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A7 dan B4. c) Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5. d) Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2, dan 3. 4) Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak. c. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas (GPPH) Menggunakan Abreviated Conner Ratting Scale Bagi anak umur 36 bulan keatas. Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH pada anak umur 36 bulan ke atas. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
14
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan ini yaitu anak tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah, dan perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsif 1) Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa. 2) Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab. b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH. c) Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lainlain. Setiap saat dan ketika anak denngan siapa saja. d) Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. 3) Interpretasi Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total. a) Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak b) Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak c) Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak d) Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
15
4) Intervensi a) Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak. b) Bila nilai total kurang dari 1 tetapi anda ragu- ragu jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak. Jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada table di bawah. Tabel 2.3 Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining/Deteksi Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan Deteksi Dini
Deteksi Dini
Deteksi Dini
Umur
Penyimpangan
Penyimpangan
Penyimpangan Mental
anak
Pertumbuhan
Perkembangan
Emosional
KPSP TDD TDL
KMME
BB/ TB
LK
0 bulan
√
√
3 bulan
√
√
√
√
6 bulan
√
√
√
√
9 bulan
√
√
√
√
12 bulan
√
√
√
15 bulan
√
18 bulan
√
21 bulan
√
24 bulan
√
30 bulan
√
36 bulan
√
42 bulan
√
√ √ √ √
CHAT* GPPH*
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
16
√
√ √
48 bulan
√
54 bulan
√
60 bulan
√
66 bulan
√
72 bulan
√
√ √ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan : BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan TDL
: Tes Daya Lihat
KPSP
: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
LK
: Lingkaran Kepala
KMME
: Kuesioner Masalah Mental Emosional
TDD
: Tes Daya Dengar
GPPH
: Gangguan Pemusatan Perhatian
CHAT
: Checlist for Autism in Toddlers
Hiperaktivitas Tanda *: Deteksi atas indikasi
1.5 Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak Yang dimaksud intervensi dini adalah serangkaian tindakan tertentu yang dilakukan orang tua, pengasuh atau pendidik pada anak usia dini yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan usianya. Tujuan intervensi dini untuk mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Penyimpangan perkembangan anak dapat terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Intervensi dini dilakukan bila hasil pemeriksaan deteksi dini perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Pertumbuhan (KPSP) didapatkan hasil yang meragukan (M) yang mengindikasikan kemampuan anak tidak sesuai 17
dengan usianya. Intervensi berupa pemberian petunjuk kepada orang tua agar menyetimulasi anaknya dan mengajari cara melakukan stimulasi yang benar serta menganjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan anak untuk mencari adanya penyakit yang dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak. Orang tua diminta datang membawa anaknya 2 minggu kemudian. Setelah orang tua melakukan stimulasi di rumah selama 2 minggu, petugas melakukan penilaian kembali memakai KPSP serta evaluasi lainnya (tentang evaluasi intervensi perkembangan akan dibahas pada tulisan tersendiri). Waktu yang tepat untuk melakukan intervensi dini adalah sesegera mungkin setelah diketahui anak memiliki penyimpangan tumbuh kembang karena waktu terbaik adalah ketika anak belum berusia lima tahun, bila terlambat maka sulit mengoreksinya. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak (balita) merupakan “Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity), atau Masa Kritis (critical period)”, maka periode itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memperbaiki penyimpangan. 1.6 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut : 1. Tingkat keluarga dan masyarakat Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA. 2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman.
18
Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas. 3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog.
19
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
3.2 Saran Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu melakukan perawatan secara komprehensif dan optimal serta mampu memberikan informasi untuk kesejahteraan pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. (2009). Pedoman Pelatihan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan dasar. Nursalam. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC
21