Bab I, Bab Ii, Bab Iii, Daftar Pustaka.docx

  • Uploaded by: Dira Andriani 1603115429
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I, Bab Ii, Bab Iii, Daftar Pustaka.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,189
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Menurut Stephen Covey, penulis buku “The Seven Habits Of Highly Effective People”

manusia yang efektif adalah manusia yang dilandasi oleh sikap-sikapadil (fairness), mengedepankan persamaan (equity), memiliki (integrity), jujur (honesty), martabat dan keseimbangan, serta senantiasa berfikir positif. Nilai nilai seperti diatas sangat penting karena akan membuat lebih percaya diri lebihringan dalam bertindak. Orang-orang yang tidak memiliki integritas, kurang adil, dan tidak jujur cenderung tidak stabil emosinya dan hidupnya tidak damai. Dia bisa memiliki usa hatetapi sulit menjadi besar. Selain itu, Covey juga mengemukakan bahwa karakter seseorangitu dibentuk oleh kebiasaan (habit). Oleh karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh seseorang wirausaha adalah kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif secara spesifik, kedelapan kebiasan tersebut adalah be proactive, begin with the end in mind, putfirst things first, think win/win, seek first to understand-the to be understood, synergize, sharpen the saw, they friend their voice, and help others find theirs. Salah satu ciri seseorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih berorientasi padatindakan (action). Dari pada sekedar bermimipi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana.Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiapmasalah yang dihadapi. Jika seorang wirausaha hanya berkata-kata dan tak bertindak, segalakesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian). Wirausaha

harus

cepat

mengambil

suatu

keputusan

agar

dapat

menggunakankesempatan sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus dapatmemutar akal dengan mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus memandang persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat b ahwakeputusan-keputusan utama akan mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya.

1

1.2

1.3

Rumusan Masalah 1.2.1

Bagaimana yang dimaksud dengan berorientasi pada tindakan?

1.2.2

Bagaimana sikap yang berorientasi pada tindakan?

1.2.3

Bagaimana sikap berorientasi pada resiko?

1.2.4

Bagaimana cara mengelola resiko?

Tujuan dan Manfaat Pembuatan makalah mengenai kewirausahaan yang berorientasi pada tindakan ini

memiliki beerapa tujuan dan manfaat. Diantar tujuan-tujuan tersebut yang pertama adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud denganberorientasi objek, bagaimana sikap yang mencerminkan berorientasi objek, mengetahui sikap yang berorientasi pada resiko, dan cara mengelola resiko. Dan adapun manfaatnya adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai kewirausahaan sehingga kemudian diharapkan dapat membantu kita dalam implementasi nya nanti saat mulai berwirausaha.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Defenisi Berorientasi Pada Tindakan Berorientasi pada tindakan adalah melakukan suatu tindakan yang dilandasi dengan

akal pikiran yang sehat berdasarkan pada keadaan yang sedang terjadi saat ini. Dalam melakukan tindakan ini, dibutuhkan keberanian dari diri orang itu sendiri dan tindakan yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuannya. Tujuan disini adalah untuk mendapatkan reaksi dari orang yang diharapkan. Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian). Selain itu, seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik, tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only) dan NACO (no action concept only). NATO hanya akan menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa tindakan, dan NACO hanya menghasilkan teori dan falsafah. Umumnya, yang berpikiran NACO adalah akademisi yang berpikir menggunakan logika formal. Karakter seorang pribadi yang berorientasi pada tindakan adalah memiliki pemikiran yang lebih berorientasi pada tindakan (action) daripada sekadar bermimpi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana. Seorang pribadi selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Apabila seorang pribadi hanya berkata-kata dan tidak bertindak, segala kesempatan yang ada akan berubah menjadi kerugian semata. Adapun terdapat beberapa karakter yang beriorentasi pada tindakan yaitu : 1. Pikirannya lebih berorientasi pada tindakan (action) atau berani bertindak daripada sekedar bermimpi, berkata-kata, berpikir pikir atau berwacana. 2. Berpikir dengan cepat dan bertidak terhadap suatu keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Karakter ini terkadang dikaitkan 3

dengan seberapa seseorang responsif terhadap keadaan, seberapa cepat untuk mengambil tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang ada, dan seberapa jauh komitmen orang tersebut atas perkataannya.

2.2

Sikap Berorientasi Pada Tindakan Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha.

Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa adanya tindakan. Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam menentukan nilai hidupnya. Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang kita ambil. Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan merupakan hal yang penting. Pribadi yang berorientasi pada tindakan akan berpikir dan bertindak cepat terhadap suatu keadaan yang dianggap menghasilkan solusi terbaik dan efektif dalam suatu permasalahan. Menurut Stephen Covey, pribadi seseorang itu dibentuk karena kebiasaan. Oleh karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh seseorang adalah kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif. Berikut ini merupakan sikap dan tindakan pribadi yang berorientasi pada tindakan dalam melakukan suatu tindakan: 1. Proaktif Seseorang yang efektif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu atau berwacana. Seseorang yang efektif adalah orang yang proaktif. Bertindak proaktif merupakan pengambilan tindakan sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki muncul. Dengan kata lain, orang-orang proaktif selalu mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dan cepat mengambil tindakan sebelum kejadian. 2. Bermula dari Ujung Pemikiran (Goal Oriented) Orang yang berorientasi pada tindakan tidak hanya mengejar pencapaian tujuan, akan tetapi juga berburu tujuan yang benar. Agar tujuan tercapai dengan baik maka perlu menyusun rencana tujuan yang jelas dan tepat. 3. Mendahulukan Hal yang Utama Intinya adalah seseorang harus fokus pada hal-hal yang urgent (mendesak) dengan membuat prioritas dan menyadari bahwa tidak semua hal dikategorikan

4

prioritas. Hal yang paling penting atau membutuhkan perhatian besar harus diutamakan. 4. Berpikir dan bertindak win/win Bisnis atau berwirausaha pada dasarnya adalah upaya untuk memenangkan kehidupan dalam kehidupan sehari-hari.. Terdapat beberapa alternative solusi dalam berhubungan dengan rekan rekan bisnis itu, yaitu win win, win-lose, lose-win dan lose lose solution. Manusia efektif akan selalu bersikap win win. Mereka berusaha agar semua pihak mencapai kondisi akhirnya yang baik. 5. Cari tahu dulu untuk memahami, baru Dipahami Dalam hal ini, kita harus dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan orang lain sebelum menguarakan tujuan pribadi kita. 6. Sinergi Dalam berwirausaha, seseorang harus mencari sinergi, yaitu suatu total yang lebih besar dari penjumlahan elemen-elemen tunggalnya. 7. Menajamkan ketahanan, fleksibilitas dan kekuatan Upaya yang dapat dilakukan adalah memberi makanan pada jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup yang seimbang, melakukan meditasi atau bisa juga dengan membaca buku-buku self hep yang membangkitkan semangat dengan kata-kata yang memotivasi. 8. Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya Menemukan keunikan berarti mengenal potensi yang dimiliki, yang tersebar pada empat elemen utama, yaitu pikiran (mind), tubuh, hati dan jiwa.

2.3

Berorientasi Pada Resiko Seorang wirausaha seharusnya tidak hanya berorientasi pada tindakan, tetapi juga harus

berorintasi pada risiko. Bagi seorang wirausaha (dalam kewirausahaan), menghadapi risiko adalah tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi kenyataan. Demikian pula pengambilan risiko bagi wirausaha berkaitan dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar keyakinan pada kemampuan dirinya, semakin besar pula pada kesanggupan untuk menelurkan hasil dari keputusan yang diambil. Bagi orang yang bukan wirausaha (misalnya pegawai negeri) kegiatan tersebut merupakan risiko, tetapi bagi wirausaha adalah tantangan dan peluang

5

untuk memperoleh hasil. Wirausaha berprinsip biar mundur satu langkah, tetapi nanti harus maju dua langkah. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko ini biasanya menjurus pada suatu hal yang merugikan bagi pelaku suatu kegiatan. Berikut ini pengertian risiko menurut beberapa ahli : 

Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard M.H.)



Risiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss) (A.Abbas Salim)



Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)



Risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan (Herman Darmawi)



Risiko adalah probabilitas suatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang diharapkan (Herman Darmawi) Identifikasi sebuah risiko merupakan sebuah proses memahami kejadian potensial yang

mana dapat merugikan sebuah objek tertentu. Proses ini mengidentifikasi suatu risiko yang kemungkinan terjadi dalam suatu aktivitas. Sumber dari risiko potensial adalah semua faktor yang bisa menyebabkan risiko tersebut. Menentukan risiko potensial harus dilakukan cepat, tetapi juga harus berlanjut untuk mengidentifikasi risiko berdasar perubahan lingkungan. Berikut ini merupakan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi risiko antara lain brainstorming (menghasilkan ide mengenai topik tertentu), survei atau observasi, wawancara, informasi historis, kelompok kerja, dan eksperimen. Berikut kami bahas mengenai survei dan eksperimen : 1. Survei atau Observasi Pelajari keputusan yang akan diambil untuk suatu hal yang akan kita tentukan. Hal-hal apa yang akan mempengaruhi pilihan kita. 6

2. Eksperimen Setelah kita mempelajari hendaknya kita mencoba dulu keputusan yang kita ambil dalam skala kecil. Bila hal-hal berpengaruh yang kita pelajari sebelumnya ditahap observasi berdampak terlalu besar maka kita hendaknya mengulang proses observasi sampai selesai terlebih dahulu agar nantinya sesuai dengan keputusan yang akan kita ambil. 2.4

Cara Mengelola Resiko Mengelola risiko atau disebut juga dengan manajemen risiko merupakan suatu proses

indentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Tujuan dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Adapun jenis-jenis strategi untuk mengelola risiko antara lain: 1. Risk Transfer, merupakan sebuah tindakan dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain. 2. Risk Avoidance, merupakan tindakan untuk menghindari atau tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko. 3. Risk Retention, merupakan tindakan untuk menerima sebagian atau seluruh konsekuensi dari risiko tertentu. 4. Risk Reduction, merupakan tindakan untuk mengurangi efek buruk dari sebuah risiko 5. Risk Deferral, merupakan tindakan untuk menunda aspek suatu proyek hingga peluang terjadinya suatu risiko itu kecil. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian besar. Berbagai cara pengelolaan risiko: 1. Penghindaran Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah dengan menghindar. Tetapi cara semacam ini tidak optimal. Contoh: jika ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.

7

2. Ditahan (Retention) Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan risiko tersebut/ risk retention). 3. Diversifikasi Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Contoh: memegang aset tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi, properti). Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset yang lainnya. 4. Transfer Risiko Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita dapat menstransfer risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut. Contoh: membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut. 5. Pengendalian Risiko Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran. 6. Pendanaan Risiko Mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang terjadi jika suatu risiko muncul. Keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari seperti perubahan nilai tukar dolar terhadap mata uang domestik di pasaran. Contoh: jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan. Sebuah perbankan mempunyai kebijakan harus memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dolar sehingga jumlah perkiraan akan terjadi kenaikan atau perubahan nilai tukar dapat diantisipas

8

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Berorientasi pada tindakan adalah melakukan suatu tindakan yang dilandasi dengan

akal pikiran yang sehat berdasarkan pada keadaan yang sedang terjadi saat ini. Dalam melakukan tindakan ini, dibutuhkan keberanian dari diri orang itu sendiri dan tindakan yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuannya. Tujuan disini adalah untuk mendapatkan reaksi dari orang yang diharapkan. Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan merupakan hal yang penting. Pribadi yang berorientasi pada tindakan akan berpikir dan bertindak cepat terhadap suatu keadaan yang dianggap menghasilkan solusi terbaik dan efektif dalam suatu permasalahan. Proaktif, Goal Oriented, Mendahulukan yang utama, Berpikir dan bertindak win/win¸ Cari tahu dulu untuk memahami, baru Dipahami, Sinergi, Menajamkan ketahanan, fleksibilitas dan kekuatan¸dan Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya. Seorang wirausahawan seharusnya tidak hanya berorientasi pada tindakan, tetapi juga harus berorintasi pada risiko. Risiko juga merupakan sesuatu yang harus dikelola. Jika seorang wirausahawan gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian besar. Ada beberapa cara mengelola resiko, diantaranya: Penghindaran, Ditahan, Diverifikasi¸Transfer Resiko, dan Pengendalian Resiko serta Pendanaan Resiko. 3.2

Saran Seorang wirausahawan diharuskan beorientasi kepada tindakan sehingga dapat

mengurangi kemungkinan-kemungkinan hal buruk seperti kerugian pada usahanya. Namun saat seorang wirausahawan sudah mengalami resiko-resiko tersebut dai disarankan untuk dapat mengelola resiko yang dialaminya.

9

DAFTAR PUSTAKA Diah Ayu. 2018. Makalah Kewirausahaan Berorientasi pada Tindakan. https://www.pdfcoke.com/document/388324606/MAKALAH-KEWIRAUSAHAANBERORIENTASI-PADA-TINDAKAN-docx (Tgl Akses 24 September 2018) Fajrin Khusnul. 2015. Makalah Berorientasi pada Tindakan. http://fajrinkhusnulkhotimah.blogspot.com/2015/05/makalah-berorientasi-padatindakan.html?m=1 ( Tgl Akses 24 September 2018)

Shella Aryana. 2017. Makalah Kewirausahaan. http://shellaryana05.blogspot.com/2017/03/makalah-kewirausahaan-iv.html (Tgl Akses 26 September 2018) Widia Nofendri. 2015. Berorientasi Pada Tindakan. http://widianofendri.blogspot.com/2015/05/berorientasi-pada-tindakan.html (Tgl Akses 26 September 2018)

10

Related Documents


More Documents from "mela yusnita maelani"