1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat 1 dan 3 telah mengatur tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan dan pengaturan penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Sementara itu pasal keempat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai berikut: “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.” Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peranan sekolah tidak bisa dilepaskan begitu saja. Sekolah Menengah Kejuruan salah satu lembaga pendidikan yang melakukan pembelajaran dan pelatihan teknologi mempunyai tujuan memberikan bekal dasar kemampuan kejuruan kepada siswanya untuk
1
2
pengembangan diri siswa secara berkelanjutan sehingga mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dunia industri dan dunia usaha, serta mengubah status siswa dari status beban menjadi aset bangsa. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sarana belajar dan berlatih ilmu serta keterampilan untuk mempersiapkan siswanya menjadi lulusan yang siap pakai dan terampil mengisi lapangan kerja tingkat menengah. Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi terus berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan para lulusannya agar bisa terpakai di dunia usaha dan dunia industri (Kurikulum SMK 1999). Sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri 1 Sungai Manau merupakan salah satu SMK yang ada di indonesia dalam bidang kelompok teknologi industri. Dimana dituntut untuk berkompeten dalam bidang teknologi yang menghasilkan lulusan yang siap pakai, terampil, dan berkualitas dibidang teknologi. Program keahlian teknik mekanik otomotif merupakan salah satu program keahlian yang ada di SMK N 1 Sungai Manau. Tujuan dari program keahlian ini adalah seperti yang tercantum dalam kurikulum SMK (edisi 2004) adalah : “Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar berkompeten : 1. Perawatan dan perbaikan motor otomotif. 2. Perawatan dan perbaikan sistem pemindah tenaga otomotif. 3. Perawatan dan perbaikan chasis dan suspensi otmotif. 4. Perawatan dan perbaikan system kalistrikan otomotif”
3
Berdasarkan pada tujuan yang ada dalam kurikulum diatas ditarangkan bahwa, sebuah lembaga pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK dapat memberi pembekalan kepada setiap peserta didiknya melalui serangkaian mata pelajaran yang mendukung agar dihasilkan peserta didik yang terampil, berpengetahuan dan bersikap kompeten. Tentunya juga dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mencapai tujuan SMK tersebut banyak hal yang perlu diperhatikan dan dibenahi. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam sektor pendidikan terutama untuk sekolah menengah kejuruan teknologi antara lain: peningkatan kemampuan tenaga pengajar dan pendidik sebagai fasilisator, yang mendidik dan membimbing siswa dalam pengembangan potensi yang dimilikinya, penyesuaian kurikulum dan program pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan dari dunia usaha dan dunia industri, peningkatan sarana dan prasarana sekolah, serta yang tak kalah pentingnya siswa sebagai objek latihan dan pembelajaran yang perlu dikembangkan kemampuan dan potensinya sesuai dengan jurusan yang diminatinya. Dalam penyediaan sarana dan prasara sekolah, pemerintah daerah sudah berupaya agar peralatan bahan ajar yang diperlukan tersebut tersedia, namun hal tersebut tentunya juga menemukan kendala, seperti belum siapnya sekolah– sekolah dalam menyediakan tempat ( ruangan ) untuk peralatan tersebut, juga belum adanya tenaga ahli yang bisa bertanggung jawab menjaga dan merawatnya.
4
Pemanfaatan alat praktikum yang belum optimal membuat alat-alat yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan untuk kemajuan penyelenggaraan pendidikan. Ini menyebabkan sebagian siswa ada yang belum mengetahui kegunaan dan cara menggunakan peralatan yang ada di wokshop sekolah mereka. Sehubungan dengan itu maka tanggung jawab yang sangat berat terletak pada administrator, dalam hal ini adalah guru sebagi pengajar dan penyusun jadwal pembelajaran sampai pada kepala labor workshop agar mampu berusaha mengoptimalkan utulisasi dari semua fasilitas yang telah tersedia dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan diantaranya alat. Utilisasi yang tinggi dari alat praktek sangat penting bagi lembaga pendidikan mengingat tingginya biaya pembelian alat workshop. Jarangnya frekwensi penggunaan sebagian alat praktek di wokshop otomotif dan siswa yang menggunakanya sedikit. Sebaliknya serng juga didapati penggunaan suatu alat yang tinggi frekwensi penggunaanya dengan jumlah siswa yang menggunakanya jauh lebih banyak sehingga tidak semua siswa dapat menggunakan alat tersebut. Amran Gambut (1983 : hal 4): “Walaupun peralatan labor dan workshop sudah lengkap dan modern, kemudian skema kerja pembelajaran telah disusun dengan rapi, tapi bila mana masih ada peralatan yang belum dipergunakan sebagaimana mestinya, maka telah terjadi pemborosan secara ekonomi dalam jumlah yang besar.” Ini berarti pula bahwa perencanaan pengembangan yang telah diakukan serta pembiayaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah sia-sia”.
5
Mungkin ada beberapa alat praktek yang tidak digunakan secara optimal, misalkan satu alat praktek model terbaru dan mahal harganya tapi hanya dipakai oleh siswa hyanya sekali atau dua kali saja, bahkan ada bahan prakte yang menjadi barang pajangan saja karena tidak termasuk dalam bahan pengajaran. Dengan latar belakang semua aspek diatas, maka sangat dirasakan sekali perlu mengetahui seberapa besar faktor Utilisasi dari fasilitas yang telah ada, yaitu alat praktek. Dengan demikian dapat dinilai sejauh mana pemanfaatan fasilitas tersebut, sehingga dapat juga dijadikan bahan dalam peningkatan kegiatan penyelenggaraan program pendidikan dimasa yang akan datang, disamping itu perlu juga diselidiki apakah alat praktek yang dirancang sebelumnya memang terpakai untuk pengajaran sesuai dengan silabus dan kurikulum dengan cara meninjau penggunaan alat tersebut. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka
penulis tertarik
untuk
mengadakan penelitian dengan judul utulisasi Utilisasi Peralatan Praktikum pada Workshop Otomotif Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di SMK N 1 Sungai Manau Jambi.
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan bahwa permasalahan utama terletak pada permanfaatan peralatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar praktek di worshop. Permasalahan yang timbul adalah : 1.
Kurangnya frekwensi penggunaan beberapa alat praktek di workshop otomotif, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan frekwensi penggunaanya.
2.
Adanya
beberapa
alat
di
workshop
yang
tinggi
frekwensi
penggunaanya, sehingga kesempatan menggunakan bagi siswa sedikit. 3.
Adanya beberapa kerusakan yang sering terjadi pada satu alat praktikum
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka yang penulis teliti adalah pemanfaatan dan pemeliharaan peralatan praktikum
di
workshop otomotif jurusan teknik mekanik otomotif di SMK N 1 Sungai Manau Jambi.
7
D. Perumusan Masalah Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Seberapa besar frekwensi pemafaatan peralatan seperti peralatan tangan, alat ukur, alat bantu dan peralatan pendukung lainya di worshop otomotif di SMKN 1 Sungai Manau Jambi?
2.
Apakah semua peralatan seperti peralatan tangan, alat bantu, alat ukur dan peralatan lainya sudah digunakan sebagaimana menurut fungsinya masing-masing?
3.
Sejauh mana kerusakan alat tersebut terjadi dan apa faktor yang menyebabkan hal tersebut?
4.
Apakah
penyimpanan
peralatan
dengan
menggunakan
skema
menejemen sekarang sudah dapat terjaga dan dimanfaatkan dengan baik? 5.
Apakah penyediaan alat oleh pemerintah daerah, ditambah dengan pendanaan dari sekolah sendiri sudah mencukupi untuk dipergunakan secara optimal oleh para peserta didik?
6.
Apakah tindakan yang dilakukan oleh para guru dan kepala labor workshop otomotif sendiri sudah optimal dalam melakukan perawatan
8
peralatan praktikum di workhop otomotif di SMKN 1 Sungai Manau Jambi?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan peralatan praktikum di workshop otomotif jurusan teknik mekanik otomotif di SMK N 1 Sungai Manau Jambi. 2. Untuk mengetahiu apa penyebab kerusakan peralatan praktek tersebut yang menyebabkan bertambahnya frekwensi pemakaian peralatan yang lainya pada mata pelajaran selanjutnya. 3. memberikan masukan kepada para guru agar memberikan persiapan yang lebih kepada siswa sebelum melaksanakn praktikum agar peralatan yang ada dipergunakan sebagaiman fungsinya 4. Untuk mengetahui apakah penyimpanan peralatan dengan menggunakan menajemen sekarang sudah dapat terjaga dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya. 5. Memberikan masukan kepada para teknisi tindakan apa yang akan dilakukan dalam rangka pemeliharaan peralatan tersebut.
9
6. Untuk mengetahui seberapa besar pengadaan peralatan yang diberikan oleh pemerintah ataupun pangadaan yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai iformasi dan masukan bagi : 1.
Guru mata pelajaran produktif (paraktikum) di SMK N 1 Sungai Manau Jambi serta Kepala labor workshop agar dapat mengoptimalkan peratan praktikum yang sudah tersedia di dalam workshop otomotif.
2.
Kepala sekolah SMK N 1 Sungai Manau agar meningkatkan pemahaman dan kompetensi para guru yang dipimpinnya, sehingga pemanfaatan terhadap fasilitas peralatan praktek di workshop dapat dioptimalkan.
3.
Para peneliti lain sebagai pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan secara teoritis maupun praktis.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tinjauan Umum Didalam dunia pendidikan disadari
perlunya menghubungkan teori
dengan praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam teori, apa yang dapat dalam pengalaman praktek dicari dasar-dasarnya dalam teori beraifat berlapis-lapis, dimana teori dan praktek secara bergantian saling mengsi, saling mencari dasar mengkajinya. Sehubungan antara kaitan teori dan praktek maka kerja workshop dan fasilitasnya dalam proses pengajaran keterampilan perlu mendapatkan perhatian, maka dengan inilah perlu sekali pengtaranmenajemen workshop, sehingga pelakssanaan dan penggunaan alat dapat digunakan dengan sebaik-baiknya guna mencapai target dan tujuan yang diinginkan.
11
Dilihat dari segi sistem organisasi, workshop yang terdiri dari komponenkomponen : instruktur, teknisi dan para pembantu lainya hendaknya bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan yang akan dicapai dalam pengelolaan workshop adalah terselenggaranya proses belajar-mengajar di workshop dengan cara yang efektif dan efisien., sehingga dari proses belajarmengejar
tadi
siswa
yang
melaksanakan
praktikum dapat
memperoleh
keterampilan sesuai dengan tujuan pengajaran. 10 Susunan mata pelajaran dalam kurikulum jurusan teknik mekanik otomotif terdiri dari pengajaran teori dan praktek, terlihat dari silabus bahawa setiap mata pelajaran teori yang disajikan di kelas disertai dengan kegiatan praktikum di workshop. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa guna meningkatkan keterampilan siswa maka diperlukan adanya proses pembelajaran praktikum yang didasari dari kajian teori yang dikembangkan di dalam kelas Ini menunjukkan keterkaitan yang sangat besar antara kegiatan teori dan praktek yang sangat besar sekali. Menurut Syahrul (1981) mengenai pengelolaan dan kegiatan laboratorium IPA pada SMP negeri di Sumatera Barat, ia mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang sangat berarti dari kegiatan praktek terhadap hasil beajar siswa dibidang studi IPA. Dari penjelasan diatas, maka dapat kita mengerti bahwa kegiatan praktek tidak terlepas dari peralatan, merupakan kerugian jika peralatan jika peralatan tidak
12
digunakan sebagaimana fungsinya. Masalahnya yang timbul pada kenyataannya bagaimana memanfaatka peralatan yang ada supaya sesuai dengan fungsinya. 2. Utilisasi Utilisasi berasal dari kata utilization yang berarti pemanfaatan dan penggunaan. Kemudian yang dimaksud dengan utilisasi dalam penelitian ini adalah pemanfaatan peralatan dalam kegiatan praktikum. Salah satu cara untuk melihat apakah lembaga tersebut masih mungkin atau tidaka lagi untuk ditingkatkan daya tampungnya, maka hal ini dapat dilihat dari jumlah pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada pada lembaga tersebut atau sering disebut dengan utilisasi fasilitas. Lalu apa yang dimaksud dengan utilisasi dalam sebuah lembaga pendidikan. Banyak orang mengartikan utilisasi hanya jumlah jam dalam pemanfaatan alat, dibanding dengan jumlah pemanfaatan yang direncanakan. Artinya apabila alat yang dirancanakan untuk pemenfaatan 100 jam/semester dan kenyataanya 50 jam/semester maka utilisasi adalah 50 = 0.50 atau 50 % 100 Ini membicarakan gambaran keseluruhan, angka ini tidak berbicara tentang : 1. Banyak siswa yang memanfaatkan alat tersebut.
13
2. Kegiatan belajar apa yang dilakukan. 3. Apakah waktu 50 jam semata – mata untuk praktek. 4. Apakah waktu praktikum 50 jam sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Penyebab rendahnya utilisasi : 1. Berkurang / bertambahnya jurusan yang dibuka. 2. Kesukaran mengatur jam praktek dan teori dimana satu mata pelajaran dengan yang lainya berbeda. Menurut davies (1980) faktor utilisasi adalah perbandingan antara aktifitas (actifity) dengan kapasitas ruangan (capability). Jadi utilitas peralatan pada lembaga pendidikan berarti seberapa besar pemanfaatan alat untuk kegiatan belajar mengajar. Lebih tegasnya utilisasi alat berarti perbandingan seberapa besar alat telah dipergunakan / dimanfaatkan dibanding dengan daya tampungnya. Banyak factor yang mempengaruhi, diantaranya dalam menentukan satuan waktu yang dipergunakan. Menurut F. Barrow (1983) dalam buletinya mengemukakan bahwa utulisasi fasilitas tergantung pada 3 hal : -
Periode / jumlah jam pemakaian peralatan perminggu.
-
Jumlah siswa yang menggunakan fasilitas perminggu.
14
-
Jenis kegiatan yang berlangsung. Dalam hubungan diatas, bila dalam seminggu fasilitas dirancanakan 40
periode, kenyataan 27 periode maka dinyatakan utilisasinya 27 / 40 = 0.65 . agar dapat dikatakan suatu ruangan telah dimanfaatkan secara (full utilized), maka ruangan itu harus dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Menurut Adjis (1985) utilisasi ruangan dan peralatan didalamnya hanyalah sebagian dari utilisasi sumber belajar. Secara gairs besar ada 4 faktor yang dapat dilihat dan dihitung yaitu ruangan, peralatan, guru, dan siswa. Davies (1980) ada 3 faktor yang dihitung untuk utilisasi :1. factor utilitas (factor utility) 2. factor frekwensi ruangan 3. pemanfaatan tempat duduk 3. Peralatan Menurut bahasa peralatan berarti segala sesuatu yang secara langsung digunakan untuk meunjang aktifitas tertentu. Dalam dunia penddikan peralatan diartikan sebagai sarana penunjang terselenggaranya proses belajar mengejar untuk tujuan yang lebih baik. Berarti sarana pendidikan adalah peralatan dan perengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengejar, seperti ruangan kelas, meja, kursi serta media penagjaran yang menunjang proses pengajaran.
15
Nawawi (1987) dalam bafadal (2003 : 2) klasifikasi sarana pendidikan dilihat dari masa pemakaianya : 1. Sarana pendidikan habis dipakai. segala peralatan dan bahan yang bial digunakan bisa hyabis dalam jangka waktu yang relatif singkat seperti kapur, kertas, spidol, dll.
2. Sarana pendidikan yang tidak habis dipakai atau tahan lama. Semua alat yang digunakan terus menerus dalam waktu yang relative lama dan perawatan lebih seperti : mesin, meja, bangku, toll, dll. Menurut fungsinya alat dapat dibedakan dalam 3 bagian : 1. Alat mesin Alat yang mempunyai daya gerak atau tenaga baik dijalankan dengan motor penggerak atau tenaga manusia. 2. Alat tangan Alat – alat
kecil dalam pekerjaan yang digunakan untuk proses
perbaikan atau service pekerjaan yag menggunakan tangan atau digerakkan oleh tangan. 3. Alat ukur
16
Alat – alat yang digunakan untuk mengukur atau menghitung sepeti besaran luas, suhu, dll. Menurut Turangga dalam mersia (2006 : 11) sarana belajar merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk menunjang suatu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagaiman sarana peralatan sebagai penunjang terciptanya penyelenggaraan pengajaran dapat termanfaatkan secara optimal Selain itu Amran Gambut (1983 : hal 4) menjelaskan bahwa : “Walaupun perlatan labor dan workshop sudah lengkap dan modern, kemudian skema kerja pembelajaran telah disusun dengan rapi, tapi bila mana masih ada peralatan yang belum dipergunakan sebagaimana mestinya, maka telah terjadi pemborosan secara ekonomi dalam jumlah yang besar.” Dari pendapat diatas, dapat dipahami bahwa selain keselamatan para siswa dan alat, pemanfaatan peralatan dalam workshop juga harus diperhatikan karena jika peralatan yang sudah modern yang sudah di tata dengan rapi namun tidak dipergunakan dengan maksimal menyebabkan pemborosan dalam segi ekonomi. Menurut Slameto (1995) syarat keberhasilan belajar adalah belejar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. Berdasarkan sumber tersebut ketersediaan alat dan pemanfaatanya juga berpotensi untuk menciptakan suasana belajar yang tenang bagi siswa.
17
Semua peralatan yang digunakan akan di periksa (audit) keadaanya oleh para teknisi atau secara tidak langsung juga dilakukan oleh para guru.menurut peraturan pemerintah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 : “Pemeriksaan secara sistematik dan independen oleh para pengawas, untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan” Dari peraturan yang dikeluarkan pemerintah tersebut dapat dimengerti bahawa pemeriksaan harus dilakukan oleh setiap teknisi, agar semua sesuai dengan pengaturan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. 4. Workshop Workshop merupakan tempat terselenggaranya proses belajar mengejar praktikum, dimana disana juga ditempatkan, disimpan, dipelihara sarana dan prasarana
pendukung proses
pembelajaran
berupa
peralatan praktikum.
Mansurdin (1989:1) mengemukakan bahwa laboratorium / workshop adalah: “Suatu ruang atau bangunan atau suatu tempat baik tertutup maupun terbuka yang dignakan kegiatan ilmiah seperti melakukan percobaan, penelitian demontrasi dan lain sebagainya”. Selain penggunaan wokshop tersebut, pelaksaan dalm pemanfaatanya menjadi tanggung jawab teknisi di dalamnya. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang keselamatan kerja juga dijelaskan bahwa:
18
“Beberapa hal penting penyimpanan bahan adalah : 1. Seharusnya mudah bagi pekerja, forklifts dan peralatan penanganan mekanik seperti trolleys (kereta) dan drumlifters untuk bergerak didalam dan sekitar area gudang. 2. Bahan dapat disimpan pada rak, laci, dan kotak-kotak. 3. Fasilitas penyimpanan khusus, seperti lemari tahan api dan kaleng/teromol keamanan, diperlukan untuk barang-barang yang berbahaya. 4. Bahan kimia, secara jelas ada label dan disimpan ditempat yang aman yaitu kering, ventilasi baik, area jauh dari pekerja. 5. Jenis bahan kimia seharusnya dipisahkan. 6. Batas tingkatan Asap, debu dan radiasi seharusnya dimonitor pada lokasi gudang dan pada area kerja. 7. Bau yang menyengat, gumpalan awan dan debu dari asap seharusnya diselidiki”.
Dari penjelasan diatas dimaksudkan agar semua yang dilakukan oleh para teknisi dalam mengurusi ruangan praktikum dapat terealisasi dengan baik supaya semua peralatan yang ada terjaga dengan baik disamping keselamatam para siswa dalam praktikum juga dapat terjaga dengan baik. Agar laboratorium / workshop dapat dimanfaatkan sesuai dengan langkah – langkah yang seharusnya maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatannya antara lain, menurut Subiyanto (1988:81): 1. Ketersediaan peralatan laboratorium Agar laboratorium dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan tujuannya hendaknya dipersiapkan alat dan bahan yang memadai dan menunjang kegiatan Laboratorium 2. Petunjuk kegiatan laboratorium Guru hendaknya menyiapkan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan di laboratorium sehingga siswa dapat bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
19
3. Melibatkan siswa dalam laboratorium Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ada bebrapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan workshop yaitu : ketersediaan peralatan di dalamnya, adanya petunjuk bagi siswa agar dapat melekukan praktikum dengan baik disamping itu juga dapat menjaga keselamatan kerja bagi siswa tersebut kemudian secara langsung siswa sendiri juga menjadi faktor yang mempengaruhi pemenfaatanya.
Pemanfaatan wokshop / laboratorium secara maksimal tidak terlepas dari menejemen yang diterapkan oleh pada teknisi menurut standar yang di berikan oleh pemerintah, sebangaimana peraturan mentri tenaga kerja nomor 26 tahun 2008 tanggal 11 juni 2008 sebagai berikut : Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah/madrasah : 1. Menyusun rencana pengembangan laboratorium. 2. Merencanakan pengelolaan laboratorium. 3. Mengembangkan sistem administrasi laboratorium. 4. Menyusun prosedur operasi standar (POS) kerja laboratorium. Mengelola kegiatan laboratorium sekolah/madrasah : 1. Mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru. 2. Menyusun jadwal kegiatan laboratorium. 3. Memantau pelaksanaan kegiatan laboratorium. 4. Mengevaluasi kegiatan laboratorium. 5. Menyusun laporan kegiatan laboratorium. Menurut peraturan pemerinatah tersebut, maka pera teknisi yang bertugas tidak hanya menjaga agar peralatan yang ada menjadi terawatt juga harus
20
mengatur
menejerial
di
dalam
workshop
seperti
menyusun
rencana
pengembangan laboratorium, merencanakan pengelolaan laboratorium/workshop, mengembangkan sistem administrasi, dan menyuususn prosedur operasionalny.
B. Kerangka Konseptual Bertitik tolak dari teori-teori tentang utilisasi dan pemanfaatan peralatan di ruang praktikum yang telah dikemukakan diatas, maka untuk mengetahui sejauh mana pencapaian Utilisasi Peralatan Praktikum pada Workshop Otomotif Jurusan Teknik Mekanik Otomotif di SMK N 1 Sungai Manau Jambi perlu dirumuskan kerangka konseptual .Kerangka konseptual ini dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan arah penelitian yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Frekwensi pemanfaatan alat.
2. Pemanfaatan alat menurut fungsinya.
3. Kerusakan alat dan factor penyebabnya.
UTILISASI 4. Penyimpanan alat
21
5. Ketersediaan alat
6. Perawatan alat
Gambar 1. Kerangka Konseptual. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu sesuai dengan yang dikemukakan oleh arikunto (1989: 291) bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Kemudian Irawan (1999:60) juga mngemukakan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal apa adanya. Berdasarkan permasalahan yang ada, pada dasarnya penelitian ini melihat seberapa besar pemanfaatan peralatan sebagaimana fakta ap apa adanya. Data
22
hasil yang diperoleh dari penelitian diolah dan dianalisa secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistik.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi merupakan keseluruhsn subjek yang diteliti. Sudjana (1992:6) mengatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil penghitungan atau pengukuran, kulitatif atau kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan ingin di pelajari sifatsifatnya. Dalam penelitian ini peralatan praktikum yang ada dalam wokshop 21 dijadikan sebagai populasi. 2. Sampel Penelitian Menurut arikunto (1998:117) sampel yaitu sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mengukur apa yang hendak di ukur dan memiliki validitas yang tinggi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik stratifiet proportional random sampling karena populasi berstrata (sudjana, 1989: 172). Irawan (1999:183) menyebutkan bahwa sebagian pakar mengatakan apabila populasi ≤ 100 maka sebaiknya semua populasi dimasukkan sebagai sampel, akan tetapi apabila populasi ≥ 100 maka diambil minimal 25 – 30 %. Oleh karena itu semua populasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai sampel.
23
C. Teknik Pengambilan Data 1. Observasi Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dari obyek yang diteliti melalui pengamatan langsung oleh peneliti ketika penelitian berlangsung. Adapun yang diamati adalah: 1.
Pelaksanaan/pemakaian peralatan praktikum yang dilakukan para siswa saat praktikum.
2.
Jumlah jam /periode pelajaran yang terpakai saat praktikum.
3.
Jumlah siswa yang menggunakan peralatan tersebut.
2. Intervew Intervew adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara kepada teknisi dan para suru yng mengajar pelajaran, dalam penelitian ini digunakan sebagai data pelengkap.
D. Teknik Analisa Data Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik deskriptif dengan perhitungan persentase. Lebih lanjut menurut Agusfidar (1996:33) bahwa “Bila suatu penelitian bertujuan mendapatkan gambaran atau menemukan sesuatu sebagaimana adanya tentang obyek yang diteliti, maka analisis yang dibutuhkan cukup dengan perhitungan persentase”. Langkah-langkah dalam perhitungan persentase sebagai berikut :
24
P=
n x100 N
P
= Angka persentase yang ingin didapatkan.
n
= Jam alat terpakai
N
= Jam alat tersedia
100
= Angka tetap Penggunaan statistik sederhana ini bukan untuk melihat korelasi hubungan
antara dua variabel atau lebih, melainkan hanya untuk melihat kecendrungan hal atau keadaan tertentu secara faktual.