Bab 4 Dan 5 - Copy.docx

  • Uploaded by: mega
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4 Dan 5 - Copy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 12,696
  • Pages: 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan a. Keadaan Geografi dan Iklim Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Sulawesi. Ibu kotanya adalah Makassar, dahulu disebut Ujung Pandang. Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 45.764,53 km². Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan. Secara geografis, Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota Makassar memiliki posisi yang sangat strategis, karena terletak di tengah-tengah Kepulauan Indonesia. Tentunya dilihat secara ekonomis daerah ini memiliki keunggulan komparatif, dimana Selat Makassar telah menjadi salah satu jalur pelayaran internasional, disamping itu Kota Makassar telah pula ditetapkan sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI). Selain memiliki keunggulan dari letak geografis tersebut, Sulawesi Selatan juga memiliki keunggulan lain dilihat dari sisi etnik budaya, dimana masyarakat Sulawesi Selatan yang terdiri dari berbagai etnik budaya memiliki nilai-nilai luhur yang diangkat dari nilai tradisional dan budaya lokal, dan secara universal dapat dipadukan dengan cara pandang global. Nilai tersebut berfungsi sebagai rambu-

80

81

rambu/koridor

dalam

pelaksanaan

semua

aktivitas

pembangunan

yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Setidaknya ada tiga etnis besar yang mewarnai nilai-nilai luhur tersebut, yaitu etnis bugis, makassar, dan toraja, serta etnis mandar. Topografi

Provinsi Sulawesi Selatan dialiri 67 aliran sungai, dimana

sebahagian besar aliran sungai tersebut terdapat di Kabupaten Luwu yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang di daerah ini yaitu Sungai Saddang dengan panjang kurang lebih 150 km dengan melalui 3 kabupaten yakni Kabupaten Tator, Enrekang dan Pinrang. Selain aliran sungai, daerah ini juga memiliki sejumlah danau yaitu Danau Tempe di Kabupaten Wajo dan Danau Sidenreng di Kabupaten Sidrap, serta Danau Matana dan Danau Towuti di Kabupaten Luwu. Disamping memiliki sejumlah sungai dan danau. Selain itu, daerah ini juga memiliki 7 buah gunung, dimana Gunung Rantemario dengan ketinggian 3.470 m di atas permukaan laut merupakan yang tertinggi di daerah. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Luwu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari setiap keunggulan yang dimiliki dalam mewujudkan tujuan pembangunan, maka kemampuan untuk memadukan secara bijak antara potensi alam yang strategis dengan sumber daya manusia yang telah terbekali dengan nilai-nilai luhur di atas perlu dilakukan. Pengembangan potensi harus selalu direncanakan dengan sebaik mungkin dan dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin melalui berbagai aspek yang saling

82

terkait, saling mempengaruhi dan secara keseluruhan dikelola seoptimal mungkin dan diharapkan bermuara pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. b) Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Selatan Visi Sulawesi Selatan sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 - 2018, merupakan gambaran, sikap mental dan cara pandang jauh ke depan mengenai organisasi sehingga organisasi tersebut tetap eksis, antisipatif dan inovatif. Berdasarkan kondisi dan tantangan yang akan dihadapi Sulawesi Selatan, serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka Visi Pembangunan Sulawesi Selatan Tahun 2013 – 2018 adalah : "SULAWESI

SELATAN

SEBAGAI

PILAR

UTAMA

PEMBANGUNAN

NASIONAL DAN SIMPUL JEJARING KESEJAHTERAAN MASYARAKAT" Untuk memberikan kejelasan tentang makna yang terkandung dalam visi tersebut, maka Pemerintah Provinsi melaksanakan Misi yang akan dijalankan pada 5 (lima) tahun kedepan, sebagai berikut : 1. Mendorong semakin berkembangnya masyarakat yang religius dan kerukunan intra dan antar ummat beragama; 2. Meningkatkan kualitas kemakmuran ekonomi, kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan; 3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; 4. Meningkatkan daya saing daerah dan sinergitas regional, nasional dan global;

83

5. Meningkatkan kualitas demokrasi dan hukum; 6. Meningkatkan kualitas ketertiban, keamanan, harmoni sosial dan kesatuan bangsa; 7. Meningkatkan perwujudan kepemerintahan yang baik dan bersih. c) Kondisi Ekonomi Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Sulawesi Selatan tidak mengalami pergeseran dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari besarnya peranan masing-masing lapangan usaha ini terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan. Sumbangan terbesar pada tahun 2017, sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang dihasilkan oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, kemudian Industri Pengolahan; Perdagangan Besar dan Eceran; Konstruksi, dan lapangan usaha Jasa Pendidikan. Sementara peranan lapangan usaha lainnya di bawah 6 persen. Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Selatan selama periode penelitian selalu mengalami peningkatan, kontribusi tiap sektornya, ada 4 Sektor yang memiliki Jumlah di atas 10 persen yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menempati urutan pertama 21.35 persen diikuti dengan sektor Industri Pengolahan 14.04 persen di urutan kedua dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran 13.87 persen di urutan ketiga serta di urutan ke 4 yaitu Sektor Kontruksi dengan persentase 11.94 persen. 1) Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan IV 2017, dari sisi pengeluaran pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah, investasi dan net ekspor luar negeri.

84

Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat, realisasi belanja pemerintah, serta kinerja Negara mitra dagang yang membaik. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 terjadi pada sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang meningkat didorong oleh kinerja lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan dan Jasa Pendidikan. Secara keseluruhan, kinerja perekonomian Sulsel tahun 2017 mencapai 7,23% (yoy), yang merupakan pertumbuhan kedua secara nasional. Pertumbuhan tahun 2017 didorong oleh kinerja Lapangan Usaha Konstruksi; serta Perdagangan Besar dan Eceran. Sementara dari di sisi pengeluaran, perekonomian Sulsel ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, didorong pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan di Sulsel, serta peningkatan signifikan pengiriman hasil pertanian (udang segar, ikan, dan rumput laut) maupun produk industri (nikel matte). 2) Keuangan Pemerintah Daya dorong APBD Provinsi Sulsel terhadap perekonomian pada tahun 2017 sudah cukup tinggi. Realisasi belanja hingga akhir tahun 2017 tercatat mencapai Rp8,90 triliun atau 95,5% dari pagu anggaran sebesar Rp9,32 triliun, lebih tinggi di banding tahun 2016 yang mencapai 95,0%. Sebagian besar

85

penyerapan anggaran direalisasikan untuk belanja operasional (pangsa 70,9%) dan belanja transfer (pangsa 17,3%), sementara untuk realisasi belanja modal mencapai Rp1,05 triliun (pangsa 11,8%). Di sisi lain, pencapaian realisasi belanja pada APBN yang dialokasikan di Sulsel juga meningkat. Pada tahun 2017, total belanja telah terealisasi sebesar Rp17,01 triliun atau 91,6% dari yang dianggarkan sebesar Rp18,6 triliun. Peningkatan komponen belanja terjadi pada komponen belanja barang dan bantuan sosial. Oleh karena peran strategis APBD dan APBN dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel 2018, maka realisasi yang berbentuk pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan perlu didorong. Tekanan harga tahun 2017 meningkat karena administered price. 3) Inflasi Inflasi Sulsel di tahun 2017 sebesar 4,44% (yoy), berada pada sasaran 4±1% sesuai dengan sasaran yang ditetapkan pemerintah, meskipun lebih tinggi daripada 2016 (2,94%; yoy). Inflasi pada tahun 2017 terutama bersumber dari tekanan harga yang dikendalikan pemerintah (administered price). Adapun inflasi pada kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) cenderung stabil. Inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya, karena terdapat setidaknya 4 faktor pendorong utama. Pertama, based effect dari inflasi administered price. Kedua, keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan terkait penghapusan biaya STNK sehingga ada potensi inflasi administered price akan deflasi di tengah tekanan angkutan

86

udara dan cukai rokok yang minimal. Ketiga, panen yang diperkirakan mulai teradi di akhir Februari hingga pertengahan April yang akan menormalisasi harga pangan khususnya beras. Keempat, penyesuaian harga jual korporasi pada kelompok inti yang sudah dilakukan di bulan Januari dan relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan terjaganya inflasi dan volatilitas nilai tukar. 4) Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulsel pada triwulan II diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,3- 7,7% (yoy) . Sumber pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2018 diperkirakan akan berasal dari naiknya seluruh komponen konsumsi (Rumah Tangga (RT), Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) dan pemerintah), terutama didorong oleh perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu bulan Ramadhan dan lebaran, serta kembali adanya pencairan gaji ke-13 dan 14 terkait dengan THR dan tunjangan pendidikan. Dari sisi produksi, LU Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi diperkirakan akan tumbuh signifikan karena tingginya aktivitas masyarakat disertai dengan hari libur. Untuk keseluruhan tahun 2018, diprakirakan ekonomi akan tumbuh 7,0 – 7,4% (yoy). Terus berlanjutnya hilirisasi industri menjadi pondasi terus membaiknya ekonomi Sulsel secara keseluruhan. Berdasarkan kelompok pengeluaran, perekonomian akan didorong oleh tetap kuatnya konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor yang membaik. Sementara dari sisi

87

lapangan usaha, LU Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; Pertambangan dan Penggalian; dan Industri Pengolahan menjadi buffer utama penopang perekonomian. Dari sisi inflasi, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 dan keseluruhan 2018 diperkirakan akan cenderung stabil pada kisaran 3,5±1%. Penguatan koordinasi melalui penguatan kerjasama antar instansi dan optimalisasi peran TPID. ( Kajian Bank Indonesia) d) Penduduk dan Ketenagakerjaan Jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2018 sebesar 8.342.047 jiwa dan jumlah Angkatan kerja tahun 2018 sebesar 3.991.818 jiwa serta Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menunjukkan penurunan. Pada tahun 2018 tercatat 4,77%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 2. Analisis Perkembangan PDRB dan Potensi Pertumbuhan Ekonomi. Penulisan Thesis bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan serta potensi pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan sehingga sektor-sektor strategis yang potensial dapat di kembangkan untuk meningkatkan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mengetahui potensi sektorsektor ekonomi yang mendukung PDRB Provinsi Sulawesi Selatan maka digunakan alat analisis LQ yaitu untuk mengetahui apakah sektor ekonomi tersebut termasuk sektor basis atau non basis, juga digunakan metode Shift Share sebagai pendukung alat analisis LQ.

88

a. Analisis Perkembangan PDRB Struktur perekonomian menggambarkan peranan atau sumbangan dari masing-masing sektor dalam pembangunan PDRB yang dalam konteks lebih jauh akan memperhatikan bagaimana suatu sektor perekonomian mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor. Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Sulawesi Selatan tidak mengalami pergeseran dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari besarnya peranan masing-masing lapangan usaha ini terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan. Sumbangan terbesar pada tahun 2017, sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang dihasilkan oleh sektor lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, kemudian sektor Industri Pengolahan; sektor Perdagangan Besar dan Eceran; serta sektor Konstruksi yang distribusi persentasenya terhadap PDRB provinsi Sulawesi Selatan di atas 10 persen, . Sementara peranan lapangan usaha lainnya di bawah 6 persen.

Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Selatan selama periode penelitian selalu mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh jumlah nominalnya yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan seperti pada tabel 2 di bawah dilihat dari kontribusi tiap sektornya, ada 4 Sektor yang memiliki Jumlah di atas 10 persen yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menempati urutan pertama 21.35 persen diikuti dengan sektor Industri Pengolahan 14.04 persen di urutan kedua dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran 13.87 persen di urutan ketiga serta di urutan ke 4 yaitu Sektor Kontruksi dengan persentase 11.94 persen. PDRB Provinsi Sulawesi Selatan menurut lapangan usaha dirinci menjadi 17

89

kategori lapangan usaha dan sebagian besar kategori dirinci lagi menjadi subkategori. Pemecahan menjadi subkategori atau sublapangan usaha ini disesuaikan dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2010. Perkembangan setiap lapangan usaha diuraikan di bawah ini. Tabel 2. Distribusi Persentase PDRB Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 20013-2017 Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21.35 21.84 21.56 21.70 22.89 Pertambangan dan Penggalian 6.09 6.29 6.30 5.92 5.36 Industri Pengolahan 14.04 14.23 14.18 14.28 13.71 Pengadaan Listrik dan Gas 0.09 0.10 0.09 0.10 0.06 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah 0.14 0.13 0.12 0.12 0.10 Kontruksi 11.94 11.82 11.95 11.88 12.74 Perdagangan Besar dan Eceran 13.87 13.83 13.92 14.24 13.94 Transpotasi dan Pergudangan 3.89 3.66 3.65 3.66 4.18 Penyediaan akomodasi dan Makanan 1.36 1.36 1.34 1.36 1.36 Informasi dan Komunikasi 6.33 6.22 6.27 6.31 4.76 Jasa Keuangan dan Asuransi 3.50 3.45 3.45 3.65 3.77 Real Estate 3.65 3.66 3.67 3.63 3.86 Jasa Perusahaan 0.43 0.43 0.42 0.42 0.44 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & JS 4.73 4.50 4.52 4.16 4.34 Jasa Pendidikan 5.48 5.33 5.34 5.31 5.19 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.85 1.89 1.93 1.95 1.95 Jasa Lainnya 1.26 1.26 1.28 1.31 1.33 Jumlah Total 100 100 100 100 100 Sumber BPS, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 (diolah) b. Analisis Potensi Pertumbuhan Sektor Ekonomi 1) Analisis Location Quotient (LQ) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi manakah yang termasuk sektor basis atau berpotensi ekspor dan manakah yang tidak berpotensi ekspor dan merupakan sektor non basis. Hal tersebut dapat terlihat jika LQ menunjukkan angka lebih dari satu (LQ > 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Kemudian jika hasil menunjukkan angka kurang dari satu (LQ<1) berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor basis. Hasil perhitungan

90

Location Quotient (LQ) Provinsi Sulawesi Selatan selama 5 tahun (2013-2017) selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil Perhitungan Teknik Analisis Location Quotient (LQ) Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 2013 2014

2015

2016

2017

Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.57 1.62 1.60 Pertambangan dan Penggalian 0.61 0.66 0.71 Industri Pengolahan 0.63 0.64 0.64 Pengadaan Listrik dan Gas 0.08 0.09 0.08 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah 1.65 1.57 1.43 Kontruksi 1.23 1.19 1.18 Perdagangan Besar dan Eceran 0.99 0.98 1.00 Transpotasi dan Pergudangan 1.01 0.93 0.91 Penyediaan akomodasi dan Makanan 0.44 0.44 0.43 Informasi dan Komunikasi 1.44 1.35 1.29 Jasa Keuangan dan Asuransi 0.91 0.90 0.87 Real Estate 1.19 1.19 1.20 Jasa Perusahaan 0.27 0.26 0.25 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & JS 1.30 1.27 1.27 Jasa Pendidikan 1.74 1.69 1.64 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.74 1.73 1.72 Jasa Lainnya 0.81 0.78 0.77 Sumber BPS, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 (diolah)

1.63 0.70 0.64 0.09 1.41 1.17 1.03 0.89 0.44 1.25 0.88 1.18 0.24 1.18 1.64 1.73 0.76

1.61 0.71 0.63 0.09 1.42 1.16 1.07 0.87 0.45 1.23 0.85 1.16 0.24 1.20 1.70 1.72 0.75

LQ Ratarata 1.606 0.678 0.636 0.086 1.496 1.186 1.014 0.922 0.440 1.312 0.882 1.184 0.252 1.244 1.682 1.728 0.774

Ket. Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis

Berdasarkan tabel diatas, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki 9 sektor basis, sektor basis tersebut yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,60. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor yang memiliki kekuatan ekonomi yang sangat baik di Provinsi Sulawesi Selatan di samping Provinsi Sulawesi Selatan memeliki luas lahan Pertanian yang begitu luas sekitar 648.900 hektar dan mengembangkan sejumlah terobosan guna meningkatkan produktivitas pertanian, upaya memaksimalkan hasil pertanian tersebut meliputi perbaikan sistem budi daya, program cetak sawah, perbaikan jaringan irigasi tersier, tersedianya bendungan serta ketersediaan alat dan

91

mesin pertanian. Dengan terbosan tersebut Provinsi Sulawesi Selatan mampu menjadikan

sektor

pertanian

sebagai

kekuaktan

ekonomi

utama

dengan

pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Sektor basis terbesar selanjunya dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,72 adalah sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Pelayanan kesehatan gratis yang dicanangkan sejak tahun 2008, oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan merupakan momentum yang sangat baik dan tepat dalam rangka memberikan kesempatan bagi masyarakat Sulawesi selatan guna mengakses pelayanan kesehatan baik masyarakat menengah ke bawah, di samping memberikan solusi bagi pengembangan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta akan berdampak pula pada sumbangan yang begitu besar terhadap PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan yang tumbuh seiring dengan pesatnya kegiatan jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan dikonfirmasi dari kredit yang disalurkan ke jasa kegiatan sosial meningkat dari 9,85% menjadi 11,98% atau Rp2,88 triliun dan pembangunan infrastruktur kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, lainnya terus ditingkatkan jumlah dan pelayanannya sehingga terjangkau di pelosok desa yang menjadi alasan pertumbuhan dan penyumbang PDRB cukup besar di Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor basis terbesar ke tiga dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,68 adalah sektor jasa pendidikan. Dimana pengembangan sektor jasa pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan tumbuh seiring dengan pesatnya kegiatan Pendidikan dan dikonfirmasi dari kredit yang disalurkan ke jasa pendidikan meningkat dari 9,85% menjadi 11,98% atau Rp2,88 triliun yang menjadi alasan pertumbuhan dan penyumbang PDRB Ke tigadi Provinsi Sulawesi Selatan.

92

Sektor basis terbesar keempat dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,49 adalah sektor Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah di Provinsi Sulawesi Selatan, beberapa tahun terakhir sektor swasta mulai terlibat dalam pembangunan begitu pula dengan suplai gas dan air bersih di Provinsi Sulawesi Selatan. Lapangan Usaha Pengadaan Air tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan. Lapangan usaha ini tumbuh 7,30 % lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang tumbuh 5,58 %. Peningkatan ini tercermin dari pertumbuhan kredit pada listrik, gas dan air sebesar Rp2,82 triliun. Sektor basis ke lima dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,31 adalah sektor informasi dan Komunikasi. Dimana perkembangan dunia modern sehingga sektor informasi dan Komunikasi di Provinsi Sulawesi Selatan tumbuh seiring dengan pesatnya kegiatan telekomunikasi ini karena peningkatan penggunaan data internet media sosial, transaksi online, dan peningkatan penggunaan telepon pintar / gadget di Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor basis ke enam dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,24 adalah sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan jaminan sosial. Dimana perkembangan dunia modern sehingga sektor informasi dan Komunikasi di Provinsi Sulawesi Selatan tumbuh seiring dengan pesatnya kegiatan telekomunikasi ini karena peningkatan penggunaan data internet media social, transaksi online, dan peningkatan penggunaan telepon pintar / gadget di Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor basis terbesar ke tujuh dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,18 adalah sektor kontruksi. Dimana pengembangan sektor kontruksi di Provinsi Sulawesi Selatan tumbuh seiring dengan pesatnya kegiatan pembangunan rumah hotel,

93

jembatan, jalan, pelabuhan, dan menjamurnya mall-mall besar serta pusat-pusat perdagangan lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan.serta pemukiman yang telah ada yang menjadi alasan pertumbuhan dan penyumbang PDRB Ke empat dalam penerimaan pendapatan di Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor basis kedelapan Real estate yang menempati urutan kesepuluh penyumbang PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,18. Dimana indikator pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan terus meningkat membuat para investor menanamkan modalnya di sektor real estate di Provinsi Sulawesi Selatan karena Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu magnet pembangunan di kawasan Indonesia Timur. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya daya beli masyarakat akan sektor properti dan adanya program sejuta rumah untuk Indonesia. Sektor basis yang terakhir yang juga merupakan sektor terbesar adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang menempati urutan ke Sembilan penyumbang PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,01. Dimana indikator pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan terus meningkat membuat para investor menanamkan modalnya di sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Provinsi Sulawesi Selatan karena indikasi terlihat dari meningkatnya penjual mobil dan motor output makanan dan miuman hingga peningkatan reparasi mobil dan motor. Sektor yang merupakan sektor bukan basis selama periode tahun 20132017 terdapat 8 sektor yaitu sektor Penyediaan akomodasi dan Makanan dengan LQ rata-rata sebesar 0,44; sektor Pengadaan Listrik dan Gas dengan LQ rata-rata sebesar

94

0,08; dan sektor Jasa Perusahaan; dengan LQ rata-rata sebesar 0,25; sektor Industri Pengolahan dengan LQ rata-rata sebesar 0,63; sektor Pertambangan dan Penggalian dengan LQ rata-rata sebesar 0,67; sektor Industri Transpotasi dan Pergudangan dengan LQ rata-rata sebesar 0,92; sektor Jasa Lainnya dengan LQ rata-rata sebesar 0,77, sektor Pertambangan dan Penggalian dengan LQ rata-rata sebesar 0,67. Walaupun sektor basis merupakan sektor yang paling potensial untuk dikembangkan dan untuk

memacu pertumbuhan

ekonomi Provinsi Sulawesi

Selatan, sektor non basis harus dikembangkan untuk menjadi sektor basis baru ditunjang dengan adanya sektor basis yang telah ada. 2) Analisis Shift Share Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis

perubahan

struktur

ekonomi

daerah

dibandingkan

dengan

perekonomian nasional. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Untuk mengetahui proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan menggunakan analisis Shift Share digunakan variabel penting seperti tenaga kerja, penduduk dan pendapatan. Dalam penelitian ini digunakan variabel pendapatan yaitu PDRB untuk menguraikan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan. Pertumbuhan PDRB total (∆ Er) dapat diuraikan menjadi komponen Shift dan Komponen Share yaitu: a.

Komponen National Share (NS) adalah banyaknya pertambahan PDRB seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Provinsi

95

selama periode yang tercakup dalam studi. b. Komponen Proportional shift (Pr) mengukur besarnya net shift Kota yang diakibatkan oleh perubahan komposisi sektor-sektor PDRB Kota. Apabila (Pr > 0) artinya kota yang bersangkutan berspesialisasi pada sektor-sektor yang pada tingkat provinsi tumbuh lebih cepat dan apabila (Pr < 0) berarti kota yang bersangkutan berspesialisasi pada sektor yang ditingkat provinsi tumbuh lebih lambat atau bahkan sedang merosot. c. Komponen Differential shift (Dr) mengukur besarnya shift netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan dibandingkan dengan tingkat nasional (Provinsi) yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Daerah yang mempunyai keuntungan lokasional, seperti sumber daya yang baik akan mempunyai differential shift component positif (Dr > 0), sebaliknya daerah yang tidak memiliki keuntungan lokasional akan mempunyai differential shift component (Dr < 0). Tabel 4. Hasil Perhitungan Komponen Shift Share di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 - 2017 Tahun ∆ Er NS ∆ Er – NS 2013-2014 16,398.90 10,890.15 5,508.75 2014-2015 16,770.30 9,754.91 7,015.39 2015-2016 18,580.30 11,465.69 7,114.61 2016-2017 19,569.93 12,818.88 6,751.05 Sumber BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dan Negara Indonesia (diolah) Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013-2014 komponen pertumbuhan PDRB total Provinsi Sulawesi Selatan (∆Er) adalah 16,398.90 padahal banyaknya

pertumbuhan

PDRB

Provinsi

Sulawesi

Selatan

seandainya

pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDB Nasional Indonesia (NS) adalah sebesar 10,890.15 ini berarti akan terjadi penyimpangan positif sebesar

96

5,508.75 dan ini menunjukkan pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Nasional Indonesia. Pada tahun berikutnya tahun 2014-2015 komponen pertumbuhan ekonomi total Provinsi Sulawesi Selatan (∆Er) mengalami kenaikan yaitu 16,770.30 sedangkan komponen pertumbuhan ekonomi total PDB Nasional Indonesia (Ns) menurun, penyimpangan yang terjadi pada komponen pertumbuhan Provinsi Sulawesi Selatan 7,015.39 yang berarti pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan

masih lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Nasional

Indonesia. Pada tahun 2015-2016 kedua komponen (∆Er) dan (Ns) mengalami peningkatan, dengan penyimpangan yang semakin meningkat pula menjadi sebesar 7,114.61 yang berarti pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan masih lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Nasional Indonesia. Sedangkan pada tahun tahun 2016-2017 komponen pertumbuhan ekonomi total Provinsi Sulawesi Selatan (∆Er) mengalami peningkatan yaitu 19,569.93 sedangkan komponen pertumbuhan ekonomi total PDB Nasional Indonesia (Ns) yaitu 12,818.88 mengalami peningkatan, dan juga penyimpangan yang terjadi justru Semakin besar yaitu 6,751.05 yang berarti pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan masih jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Nasional Indonesia. Bukti dari penyimpangan positif tersebut dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa persentase pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan selalu lebih tinggi dari persentase pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan.

97

Tabel 5. Persentase Pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dan Negara Indoensia Tahun 2013-2017 Tahun ∆ Er Ns 2013-2014 7,53 % 5,01 % 2014-2015 7,17 % 4,17 % 2015-2016 7,41 % 4,57 % 2016-2017 7,27 % 4,76 % Sumber BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dan Negara Indoensia (diolah) Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang menjadi spesialisasi daerah serta pertumbuhannya digunakan komponen proportional shift (Pr) dan differential shift (Dr). Oleh karena itu analisis selanjutnya yaitu analisis untuk mencari sektorsektor yang memiliki pertumbuhan lebih cepat atau lambat dan sektor mana yang memiliki daya saing tinggi atau tidak memiliki daya saing. Tabel 6. Hasil Perhitungan Komponen Pertumbuhan Proportional Shift (Pr) Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 2013201420152016- RataLapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 Rata Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -355.89 -211.68 2,472.36 -554.09 337.68 Pertambangan dan Penggalian -605.21 -1,116.32 722.58 -649.56 -412.13 Industri Pengolahan -110.16 53.38 1,625.75 -186.88 345.52 Pengadaan Listrik dan Gas 1.79 -7.64 10.53 -8.27 -0.89 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah 0.69 8.75 13.85 -0.48 5.70 Kontruksi 512.76 605.36 1,370.23 649.90 784.56 Perdagangan Besar dan Eceran 54.13 -528.19 1,596.47 -124.09 249.58 Transpotasi dan Pergudangan 199.51 217.10 418.03 368.11 300.69 Penyediaan akomodasi dan Makanan 22.64 4.43 154.09 28.83 52.50 Informasi dan Komunikasi 703.93 805.33 718.44 858.90 771.65 Jasa Keuangan dan Asuransi -24.47 355.82 396.08 70.95 199.60 Real Estate -0.69 -5.06 420.54 -105.49 77.33 Jasa Perusahaan 45.00 35.27 48.44 42.04 42.69 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & JS -270.47 48.73 518.36 -303.15 -1.63 Jasa Pendidikan 55.09 394.62 611.70 -157.51 225.97 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118.83 111.60 221.54 106.77 139.68 Jasa Lainnya 107.29 115.14 146.67 137.29 126.60 Jumlah 454.79 886.64 11,465.69 173.27 3245.10 Sumber BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dan Negara Indonesia (diolah) Berdasarkan tabel pertumbuhan komponen proporsional Shift (Pr) Provinsi Sulawesi Selatan selama periode penelitian ini diketahui bahwa Provinsi Sulawesi

98

Selatan berspesialisasi pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di Perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan apabila nilai (Pr) rata-ratanya positif, sedangkan apabila rata-rata nilai (Pr) negatif,

maka Provinsi Sulawesi Selatan

berspesialisasi pada sektor yang tumbuh lambat di perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor-sektor yang memiliki nilai rata-rata komponen pertumbuhan proporsional yang positif yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor industri pengolahan, pengadaan air, pengolahan sampah, limbah: sektor kontruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; sektor transpotasi dan pergudangan; sektor Penyediaan akomodasi dan makanan; sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor jasa pendidikan; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial; sektor jasa lainnya. Tabel 7. Hasil Perhitungan Komponen Pertumbuhan Differensial Shift (Dr) Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Tahun 2013-2017 2013201420152016Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,686.27 1,050.96 2,552.71 ‘802.99 Pertambangan dan Penggalian 1,413.40 1,593.98 3.06 653.35 Industri Pengolahan 1,329.39 821.03 1,385.67 309.06 Pengadaan Listrik dan Gas 22.11 -5.41 14.18 11.69 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah -9.29 -20.23 5.49 10.51 Kontruksi -178.42 541.92 457.49 596.66 Perdagangan Besar dan Eceran 608.39 1,730.97 2,039.77 2,416.88 Transpotasi dan Pergudangan -517.72 9.89 35.34 -20.72 Penyediaan akomodasi dan Makanan 60.52 47.89 111.29 223.38 Informasi dan Komunikasi -601.33 -259.83 -118.03 120.16 Jasa Keuangan dan Asuransi 81.89 -94.76 409.11 -107.42 Real Estate 235.57 280.91 154.96 78.43 Jasa Perusahaan -28.51 -18.29 5.49 0.01 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & JS -5.58 316.90 -481.37 478.63 Jasa Pendidikan -97.02 -10.03 409.41 866.20 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 91.31 116.10 159.75 105.63 Jasa Lainnya -37.03 26.76 57.48 32.35 Jumlah 5,053.96 6,128.76 7,201.80 6,577.78 Sumber BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dan Negara Indonesia (diolah)

RataRata 1,773.23 915.95 961.29 10.64 -3.38 354.41 1,699.00 -123.30 110.77 -214.76 72.21 187.47 -10.33 77.15 292.14 118.20 19.89 6,240.58

99

Dari tabel 7 diatas dapat diketahui pertumbuhan differensial Shift (Dr) ratarata sektor ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2013- 2017 menunjukkan adanya nilai positif dan negatif. Nilai positif menunjukkan bahwa di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat sektor ekonomi yang tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Nasional . Sedangkan nilai negatif menunjukkan bahwa sektor tersebut tumbuh lambat dibanding dengan sektor yang sama di tingkat Nasional. Terdapat 13 sektor di Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai Dj rata-rata positif yaitu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas; sektor kontruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; sektor Penyediaan akomodasi dan makanan; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, & jaminan sosial sektor jasa pendidikan; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial; sektor jasa lainnya. Ketiga belas sektor diatas merupakan sektor yang pertumbuhannya cepat sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. 3) Tipologi Sektoral Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient ( LQ > 1 ), kompo7u9onen differential shift ( Dr > 0 ), dan komponen proportional shift ( Pr > 0 ) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen (Dr) dan (Pr) dalam analisis

100

Shift Share, tipologi sektoral diharapkan dapat memperjelas dan memperkuat hasil analisis. Tipologi sektoral tersebut adalah sebagai berikut: 1) Tipologi I Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan pertumbuhan di Provinsi Sulawesi Selatan lebih cepat dibandingkan Provinsi (Dr rata-rata > 0) meskipun di tingkat provinsi pertumbuhannya cepat (Pr rata-rata > 0). 2) Tipologi II Sektor tersebut adalah sektor basis dengan

LQ rata-rata > 1 dan

pertumbuhan di Provinsi Sulawesi Selatan lebih cepat dibandingkan dengan Provinsi (Dr rata-rata > 0) karena ditingkat provinsi pertumbuhannya lambat (Pr rata-rata < 0). 3) Tipologi III Sektor tersebut adalah sektor basis dengan

LQ rata-rata > 1 dan di

Provinsi Sulawesi Selatan pertumbuhannya lebih lambat dibanding Provinsi (Dr rata-rata < 0) karena ditingkat provinsi pertumbuhannya cepat (Pr ratarata > 0). 4) Tipologi IV Sektor tersebut adalah sektor basis dengan

LQ rata-rata >1 dan di

Provinsi Sulawesi Selatan pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan provinsi (Dr rata-rata < 0) padahal ditingkat provinsi pertumbuhannya juga lambat (Pr rata-rata < 0). 5) Tipologi V

101

Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Provinsi Sulawesi Selatan lebih

cepat

di banding

pertumbuhan di tingkat provinsi (Dr rata-rata > 0) padahal di provinsi sendiri pertumbuhannya jg cepat (Pr rata-rata > 0).

6) Tipologi VI Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Provinsi Sulawesi Selatan lebih

cepat

di banding

pertumbuhan di tingkat provinsi (Dr rata-rata > 0) meskipun di provinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pr rata-rata < 0) 7) Tipologi VII Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Provinsi Sulawesi Selatan lebih lambat di banding provinsi (Dr rata-rata < 0) meskipun di provinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pr rata-rata > 0). 8) Tipologi VIII Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Provinsi Sulawesi Selatan lebih lambat di banding provinsi dengan Dr rata-rata < 0 meskipun di tingkat provinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pr < 0).

Tabel 8. Makna Tipologi Sektoran Ekonomi Tipologi LQ Rata-rata Dr Rata-rata Pr rata-rata

Tingkat

102

I (LQ > 1) II (LQ > 1) III (LQ > 1) IV (LQ > 1) V (LQ < 1) VI (LQ < 1) VII (LQ < 1) VIII (LQ < 1) Sumber : Saerofie, 2005: 66

(Dr > 0)rrrr (Dr > 0) (Dr < 0) (Dr < 0) (Dr > 0) (Dr > 0) (Dr < 0) (Dr < 0)

(Pr > 0) (Pr < 0) (Pr > 0) (Pr < 0) (Pr > 0) (Pr < 0) (Pr > 0) (Pr < 0)

Kepotensialan Istimewa Baik Sekali Baik Lebih Dari Cukup Cukup Hampir Dari Cukup Kurang Kurang Sekali

Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam Tipologi I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ”istimewa” untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis (LQ > 1). Selain itu, di Provinsi Sulawesi Selatan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi (Dr > 0), meskipun ditingkat provinsi juga tumbuh dengan cepat. (Pr rata-rata positif). Sektor ini akan mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 7 di atas ( LQ, Dj dan Pj), maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya ”baik sekali” untuk dikembangkan, Tipologi III ”baik”, Tipologi IV ”lebih dari cukup”, Tipologi V ”cukup”, Tipologi VI ”hampir dari cukup”, Tipologi VII ”kurang”, Tipologi VIII ”kurang sekali”. e) Pembahasan 1. Pembahasan Per Sektor Provinsi Sulawesi Selatan a. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sektor pertanian di Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai peran yang besar, terlihat pada kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan.

103

Besarnya kontribusi sektor pertanian pada tahun 2017 sebesar 22,89 persen dan menempati urutan ke Pertama dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan di hasilkan oleh lapangan usaha mencakup Sublapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang terdiri atas tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, dan jasa pertanian dan perburuan, Sublapangan Usaha kehutanan dan Penebangan Kayu, dan Sublapangan Usaha Perikanan. Pada tahun 2017 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berla sebesar 23,29 persen. Sublapangan usaha tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar terhadap Lapangan usaha pertanian yaitu tercatat sebesar 33,50 persen dari seluruh nilai tambah pertanian. Peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia terdapat pada sub sektor tanaman pangan seperti padi, jagung dan ubi kayu merupakan penghasil terbesar di kawasan timur Indonesia yang menyandang predikat sebagai lumbung pangan nasional di Indonesia. Daerah penyokong di Sulawesi Selatan adalah Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Bulukumba, Banteng, Jeneponto, Takalar dan Maros. Serta hasil sub sektor perekebunan seperti jambu mete, kelapa dan kemiri, sebagian besar terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar, Pangkep dan Barru. Sedangkan hasil sub sektor perikanan seperti rumput laut, bandeng dan udang. Beberapa komoditi pertanian Sulawesi Selatan mampu diekspor keluar negeri seperti kakao, biji-bijian berminyak, ikan dan udang. Sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian di Indonesia

104

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor yang memiliki kekuatan ekonomi yang sangat baik di Provinsi Sulawesi Selatan di samping Provinsi Sulawesi Selatan memeliki luas lahan Pertanian yang begitu luas sekitar 648.900 hektar dan memiliki sejumlah terobosan guna meningkatkan produktivitas pertanian, upaya memaksimalkan hasil pertanian tersebut meliputi perbaikan sistem budi daya, program cetak sawah, perbaikan jaringan irigasi tersier, tersedianya bendungan serta ketersediaan alat dan mesin pertanian. Dengan terbosan tersebut Provinsi Sulawesi Selatan mampu menjadikan sektor pertanian sebagai kekuaktan ekonomi utama dengan pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Tabel 9. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 No Aspek Parameter Nilai Makna 1 LQ >1 1,60 Sektor Basis 2 Pr Positif 337.68 Tumbuh lebih Cepat 1,773.23 Pertumbuhan lebih Cepat di banding Nasional 3 Dr Negatif 4 Tipologi I Istimewa Tingkat kepotensialannya Istimewa Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Berdasarkan hasil LQ selama 5 tahun terakhir (2013-2017), sektor pertanian smenunjukan nilai rata-rata LQ yang sangat besar yaitu sebesar 1,60. Hal ini berarti sektor ini termasuk sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari satu ini berarti sektor pertanian Sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerah tersebut sehingga sektor ini berpotensi ekspor sebesar 0,60 persen. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (2013-2017) untuk sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, nilai rata-rata komponen Proportional Shift (Pr)-nya adalah sebesar 337.68 yang menunjukan bahwa sektor ini merupakan sektor yang tumbuh Cepat di Provinsi Sulawesi Selatan karena nilainya positif. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen Differensial Shift, sektor pertanian

105

adalah sektor yang yang daya saingnya sangat tinngi sehingga pertumbuhannya lebih cepat bila di banding pertumbuhan di nasional. Hal ini ditunjukan dengan besaran rata-rata komponen Differensial Shift (Dr) yang negatif, yaitu sebesar 1,773.23.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis tipologi sektoral, sektor pertanian termasuk dalam tipologi I sehingga sektor ini adalah sektor yang sangat berpotensi untuk di kembangkan karena merupakan sektor basis dan pertumbuhannya lebih cepat di bandingkan nasional sehingga Provinsi Sulawesi selatan sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam Provinsi Sulawesi Selatan dan mampu mengsuply kubutuhan khususnya bidang pertanian di provinsi lainnya. b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan di Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai peran yang cukup, terlihat pada kontribusi sektor Pertambangan terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Besarnya kontribusi sektor Pertambangan pada tahun 2013 sebesar 6.09 persen terlihat pada kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dan menempati urutan ke enam, karena di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami transformasi struktutal yang terjadi dalam suatu daerah yang dibarengi oleh

perombakan dan modernisasi struktur

ekonominya (transformasi struktural). Sub sektor pertambangan tanpa migas yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap sektor pertambangan dan penggalian di provinsi Sulawesi Selatan. Potensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir besi, batu gamping, marmer dan pasir kuarsa. Daerah penghasil sektor pertambangan dan penggalian terdapat di Kabupaten Pangkajene (batuan Gamping), Luwu Timur (biji nikel),

106

Takalar (pasir besi), Kepulauan Selayar, Bone, Sidrap. Peran sektor pertambangan dan penggalian bagi perekonomian Indonesia terdapat pada nikel yang merupakan komoditas utama dalam pertambangan di Sulawesi Selatan. Bahkan ekspor Sulawesi Selatan terbesar saat ini, merupakan komoditas nikel dan semua produknya diekspor ke negeri Jepang. Sehingga dapat memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian Indonesia

Tabel 10. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 No Aspek Parameter Nilai Makna 0.678 1 LQ <1 Sektor Non Basis -412.13 Tumbuh lebih lambat 2 Pr Negatif 915.95 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih Cepat di banding Nasional 4 Tipologi II Baik Tingkat kepotensialannya Baik Sekali Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil analisis LQ selama 5 tahun terakhir (2013-2017) menunjukkan sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai rata-rata LQ di bawah angka satu yaitu sebesar 0,678 hal ini berarti sektor ini termasuk sektor non basis. Nilai LQ yang kurang dari angka satu ini berarti sektor pertambangan dan penggalian belum dapat memenuhi atau mencukupi seluruh kebutuhan pembangunan daerah di provinsi Sulawesi Selatan dan sektor ini berpotensi impor dari daerah lain 0,37. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (tahun 20132017), untuk sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan nilai rata-rata komponen (Pr) sebesar -412,13, karena itu maka sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lambat di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil perhitungan komponen Differensial Shift (Dr) sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan angka sebesar 915,95. Ini berarti sektor pertambangan dan penggalian tidak mempunyai daya saing sehingga pertumbuhannya lebih lambat dari provinsi. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor pertambangan dan

107

penggalian termasuk dalam tipologi II sehingga sektor ini adalah sektor yang berpotensi untuk di kembangkan karena basis dan pertumbuhannya lebih cepat di bandingkan provinsi meskipun di tingkat provinsi pertumbuhannya juga lambat. Pada hasil perhitungan Shift Share nilai komponen P (negatif) menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang lambat di tingkat Indonesia. Sub sektor P (negatif) sub sektor minyak dan gas bumi. Melemahnya sektor pertambangan dan penggalian karena terjadinya penurunan import di Negara yang mengimportir diakibatkan ketidakpastian ekonomi global. Sedangkan nilai komponen D (positif) berarti bahwa sektor pertambangan dan penggalian mempunyai daya saing yang meningkat, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada Indonesia. Karena provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi dimana komoditas nikel yang diekspor ke Negara lain. Analisis Tipoloy Klassen di lihat dari pemerataan yang berada pada posisi kuadran II sektor yang maju dan tumbuh pesat yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini berarti memiliki laju pertumbuhan dan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat Nasional. c. Sektor Industri Pengolahan Kegiatan industri merupakan salah-satu motor perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki sumbangan terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017 sebesar 13,71 persen dan menempati urutan kedua dalam struktur pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana Provinsi Sulawesi Selatan memiliki kawasan industri yang cukup besar. Aktivitas industri tersebut ditunjang oleh keberadaan Kawasan Industri Makassar (KIMA). Kawasan

108

dengan fasilitas jaringan jalan, listrik, air bersih dan pengolahan limbah dan dalam beberapa tahun mendatang KIMA tidak mampu lagi menampung perkembangan industri di Provinsi Sulawesi Selatan maka perlu adanya industri baru di daerah khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan sudah menjadi sektor yang berbasis sektor industri manufaktur dan sektor tersier. Secara khusus, sektor industri pengolahan tampaknya perlu mendapat perhatian. Kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDRB masih relatif kecil, dan bahkan relatif menurun. Tahun 2017, kontribusinya hanya sebesar 13,71%, sedikit menurun dibandingkan lima tahun sebelumnya (14,23%). Dengan kata lain, proses transformasi ekonomi di Sulsel bergerak lamban. Ke depan, daerah ini perlu segera mendorong diversifikasi industri pengolahan dan mempercepat hilirisasi industri untuk mengoptimalkan nilai tambah sumberdaya alam, sambil memperkuat dukungan sumberdaya manusia, teknologi dan inovasi, logistik dan infrastruktur. Hal ini Sesuai dengan teori basis ekonomi (Economic Base Theory), bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang mencakup pembentukan istitusiintitusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Arsyad, 2004: 298). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan mehasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Namun dalam upaya untuk meningkatkan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, tentunya sektor dunia usaha industri kecil (home industry) harus pula

109

turut diberdayakan. Tentunya sektor ini akan pula menjadi penopang sektor industri besar, seperti hasil pabrik industri tekstil yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku lokal bagi industri konfeksi baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil yang tersebar di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 11. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Pengolahan Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 No Aspek Parameter Nilai Makna 0.636 1 LQ <1 Sektor Non Basis 345.52 Tumbuh cepat di provinsi 2 Pr Positif 961.29 Pertumbuhan lebih cepat di banding Nasional 3 Dr Positif 4 Tipologi V Cukup Tingkat kepotensialannya Cukup Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 menunjukkan sektor industri pengolahan dengan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 0,636 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang tidak berpotensi untuk di ekspor sehingga harus menginpor dari daerah lain sebesar 0,37. Hasil dari analisis Location Quotient (LQ) sektor industri pengolahan pada sektor non basis < 1. Di mana perusahan industri pengolahan mengalami penurunan disebabkan oleh kurangnya pengelolaan perusahan sehingga kontribusi di provinsi Sulawesi selatan menurun. Sebagian besar sub sektor juga menjadi sub sektor non basis. Kabupaten yang penghasil sektor industri pengolahan terdapat di Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang. Peran sektor industri pengolahan bagi perekonomian Indonesia terdapat pada sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya serta sub sektor semen dan barang galian bukan logam. Hal ini sejalan dengan banyaknya industri besar sedang yang mayoritas bergerak

110

pada golongan barang kayu dan hasil hutan serta semen dan barang galian bukan logam, cenderung menunjukkan trend yang meningkat sehingga dapat memberi kontribusi yang besar bagi Indonesia Hasil analisis Shift Share tahun 2013-2017 sektor industri pengolahan menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) sebesar 345,52 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) sektor industri pengolahan menunjukkan nilai negatif sebesar 961,29 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat disbanding nasional. Berdasarkan

perhitungan

analisis

tipologi

sektoral,

sektor

industri

pengolahan termasuk dalam tipologi V sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan lebih dari cukup untuk di kembangkan. d. Sektor Listrik dan Gas Sumbangan sektor listrik, gas dan air bersih di Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2017 sebesar 0,06 persen dan hanya menempati urutan ke tujuhbelas dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor listrik dan gas merupakan sektor pokok untuk kebutuhan masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus melakukan dan mengelola sumber daya yang dimiliki daerah sehingga untuk mecapai pembangunan ekonomi daerah yang maju pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama dengan sektor swasta untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan,

111

Maka dengan itu pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melakukan terobosan dan kerja sama investasi untuk mengembangkan sektor tersebut, Investasi Asing terbanyak di Provinsi Sulawesi Selatan di dominasi Sektor Listrik dan Gas, Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai sumber daya alam dan di olah secara baik. Daerah penghasil sektor listik, gas dan air bersih di Kabupaten Wajo (gas alam) dan Kota Pare-Pare, Sidrap.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kebutuhan tenaga listrik adalah pertumbuhan

PDRB, pertumbuhan

Faktor

ekonomi

sangat

seiring

dengan

berjalannya

penduduk,

berpengaruh terhadap pembangunan.

dan

pembangunan

kebutuhan

energi

daerah. listrik

Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan memiliki peran penting dalam pengembangan wilayahnya, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan listrik. Sesuai teori pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2004:298). Tabel 12. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 No Aspek Parameter Nilai Makna 0.086 1 LQ <1 Sektor Non Basis -0.89 2 Pr Negatif Tumbuh lambat di provinsi 10.64 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih cepat di banding Nasional Hampir 4 Tipologi VI Tingkat kepotensialannya Hampir dari cukup cukup Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 sektor listrik, gas dan air

112

bersih menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 0,086 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang tidak berpotensi untuk di ekspor sehingga harus mengimpor sebesar 0,92. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 sektor listrik, gas dan air bersih menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) negatif yaitu sebesar -0,89 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lambat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) sektor listrik, gas dan air bersih menunjukkan nilai positif sebesar 10,64 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih disbanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor listrik, gas dan air bersih termasuk dalam tipologi VI sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan hampir cukup untuk di kembangkan. e. Sektor Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah Sumbangan sektor Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah di Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2017 sebesar 0,10 persen sangat rendah dan hanya menempati urutan ke enam belas dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Permasalahan

dalam

penyelenggaraan

air

minum dan

sanitasi di

provinsi Sulawesi Selatan adalah minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air minum dan sanitasi. Upaya

113

pemenuhan air bersih di Sulawesi Selatan diupayakan melalui peningkatan kapasitas produksi bahan

baku

air

lainnya,

bersih,

pemberdayaan

dan

pemanfaatan

sumber

serta pengoptimalisasian sistem distribusi air bersih

khususnya di kawasan perkotaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk melayani kawasan perkotaan dan perdesan di Sulawesi Selatan dialokasikan pada satu wilayah pengembangan guna

menunjang

operasionalitas

kegiatan perkotaan dan perdesaan. Arah

pengembangan prasarana air bersih lebih difokuskan pada penambahan jaringan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sampai saat ini belum terlayani jaringan air bersih di Sulawesi Selatan. Tabel 13. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Bangunan Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 No Aspek Parameter Nilai Makna 1.496 1 LQ >1 Sektor Basis 5.70 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi -3.38 3 Dr Negatif Pertumbuhan lebih lambat di banding Nasional 4 Tipologi III Baik Tingkat kepotensilannya baik Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017, sektor bangunan menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 1.496 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan, namun juga memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang berpotensi untuk di ekspor sebesar 0,49. Hasil analisis Shift Share tahun 2013-2017 sektor bangunan menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 5.70 yang berarti sektor ini

114

merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) sektor bangunan menunjukkan nilai negatif sebesar –3.38 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor bangunan termasuk dalam tipologi III sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan baik untuk di kembangkan. f. Sektor Kontruksi Sumbangan sektor kontruksi di Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2017 sebesar 12,74 persen dan menempati urutan keempat dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat tiap tahunnya membuat para investor menanamkan modalnya di sektor kontruksi di Provinsi Sulawesi Selatan, karena Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu magnet pembangunan di kawasan Indonesia Timur. Peningkatan Lapangan Usaha Konstruksi terkonfirmasi oleh hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Indeks Penjualan Eceran (IPE) semen tumbuh meningkat dari 40,91%. menjadi 45,96%. Faktor penjualan semen yang meningkat akibat terdapat proyek pembangunan terminal di Kab. Bantaeng, kereta api jalur BarruParepare, stasiun listrik Belopa, kawasan pelabuhan ikan Untia, dan lainnya. Penyaluran kredit ke lapangan usaha konstruksi tumbuh meningkat di angka 8,83%, (Kajian Bank Indonesia,2018) Tabel 14. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Kontruksi Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017

115

No Aspek Parameter Nilai Makna 1.186 1 LQ >1 Sektor Basis 784.56 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi 354.41 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih cepat di banding Nasional 4 Tipologi I Istimewa Tingkat kepotensialannya Istimewa Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017, sektor kontruksi menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 1.186 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan, namun juga memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang berpotensi untuk di ekspor sebesar 0,18. Hasil analisis Shift Share tahun 2013-2017 sektor kontruksi menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 784,56 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) sektor bangunan menunjukkan nilai positif sebesar 354,41 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor bangunan termasuk dalam tipologi I sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan istimewa untuk di kembangkan. g. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Besarnya kontribusi sektor Perdagangan Besar dan Eceran pada tahun 2017 adalah sebesar 13.94 persen. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran berkembang sangat pesat, sehingga perdagangan di Provinsi Sulawesi Selatan terus meningkat, ini bisa dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan terus

116

meningkat membuat para investor menanamkan modalnya di sektor bangunan di Provinsi Sulawesi Selatan karena indikasi terlihat dari meningkatnya penggunaan tenaga kerja sekitar 2,1 juta, penjualan mobil dan motor output makanan dan miuman hingga peningkatan Reparasi mobil dan motor sesuai yang dikemukakan oleh Schumpeter dalam Suryana, (2000:57), bahwa pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Sehingga sektor ini menunjukkan yang sangat potensial untuk di kembangkan karna memberikan kontribusi peran yang besar bagi pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor ini menempati urutan ketiga dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 15. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017 No Aspek Parameter Nilai Makna 1.014 1 LQ >1 Sektor Basis 249.58 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi 1,699.00 Pertumbuhan lebih lambat di banding Nasional 3 Dr Positif 4 Tipologi I Istimewa Tingkat kepotensialannya Istimewa Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 sektor Perdagangan Besar dan Eceran menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 1,014 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan, namun juga memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang berpotensi untuk di ekspor. Sebesar 0,014. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 sektor Perdagangan Besar dan Eceran menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 249.58 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi

117

Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) menunjukkan nilai positif sebesar 1,699.00 yang berarti sektor Perdagangan Besar dan Eceran ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor Perdagangan Besar dan Eceran termasuk dalam tipologi I sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan istimewa untuk di kembangkan. h. Sektor Transpotasi dan Pergudangan Besarnya kontribusi sektor Transpotasi dan Pergudangan pada tahun 2017 adalah sebesar 4,18 persen. Hal ini menunjukkan pula bahwa sektor ini merupakan sektor yang memberikan kontribusi peran yang besar bagi pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor Transpotasi dan Pergudangan merupakan sektor yang memiliki kekuatan ekonomi yang sangat baik di Provinsi Sulawesi Selatan karena dalam perkembangannya Provinsi Sulawesi Selatan merupakan kota yang terus berkembang dan di ikuti oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat baik di bidang Transpotasi dan Pergudangan, Dan ini terlihat di sektor angkutan tersediannya Bandara Internasional Sultan Hasanuddin yang membuat Provinsi Sulawesi Selatan memiliki aksebilitas yang baik dan semakin terbuka dengan kota- kota di seluruh Indonesia bahkan mancanegara, serta adanya ruas jalan tol Provinsi Sulawesi Selatan Keberadaan jaringan jalan Trans - Sulawesi menjadikan aksesibilitas Provinsi Sulawesi Selatan dengan kabupaten - kota lainnya. Sektor ini menempati urutan ke sembilan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan.

118

Tabel 16. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Transpotasi dan Pergudangan Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017. No Aspek Parameter Nilai Makna 0.922 1 LQ <1 Sektor Non Basis 300.69 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi -123.30 3 Dr Negatif Pertumbuhan lebih lambat di banding Nasional 4 Tipologi VII Kurang Tingkat kepotensialnnya Kurang Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 sektor Transpotasi dan Pergudangan menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 0.922 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang tidak berpotensi untuk di ekspor sehingga harus menginpor 0,08. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 sektor Transpotasi dan Pergudangan menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 300.69 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) sektor angkutan dan Komunikasisi menunjukkan nilai negative sebesar -123.30 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan

yang lebih lambat dibanding

nasional dan tidak memiliki daya saing yang meningkat. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral menunjukkan sektor Transpotasi dan Pergudangan termasuk ke dalam tipologi VII sehingga sektor ini adalah sektor yang memiliki tingkat kepotensialannya kurang dan menunjukkan bahwa sektor ini memiliki kinerja sektor yang juga tidak dapat diandalkan i. Sektor Penyediaan akomodasi dan Makan Minum

119

Besarnya kontribusi sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum pada tahun 2017 adalah sebesar 1.36 persen. Perkembangan sektor penyediaan akomodasi dan makanan cukup stabis. Pertumbuhan yang meningkat di usaha ini terkonfirmasi dari hasil Survey Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) pada bahan makanan, makanan jadi dan minuman menunjukkan pertumbuhan yang meningkat menjadi 4,45 persen atau sebesar 118,23 di periode laporan dari sebelumnya yang tumbuh 3,29 persen. Selain itu, subusaha akomodasi yang meningkat terlihat dari rata-rata tingkat komsumsi masyarakat kota. Tabel 17. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Penyediaan akomodasi dan Makanan Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 20132017. No Aspek Parameter Nilai Makna 0.44 1 LQ <1 Sektor Non Basis 52.50 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi 110.77 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih Cepat di banding Nasional 4 Tipologi V Cukup Tingkat kepotensialnnya Cukup Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 sektor Penyediaan akomodasi dan Makanan menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 0,44 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang tidak berpotensi untuk di ekspor sehingga harus mengimpor sebesar 0,66. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 sektor Perdagangan Besar dan Eceran menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 52.50 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi

120

Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr)

menunjukkan nilai positif sebesar 110.77 yang berarti

sektor Penyediaan

akomodasi dan Makanan ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor Penyediaan akomodasi dan Makanan termasuk dalam tipologi V sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan cukup untuk di kembangkan. j. Sektor Informasi dan Komunikasi Besarnya kontribusi sektor Informasi dan Komunikasi pada tahun 2017 adalah sebesar 4,76 persen. Perkembangan dunia modern sehingga sektor informasi dan Komunikasi di Provinsi Sulawesi Selatan tumbuh seiring dengan pesatnya kegiatan telekomunikasi ini karena peningkatan penggunaan data internet media social, transaksi online, dan peningkatan penggunaan telepon pintar / gadget di Provinsi Sulawesi Selatan juga meningkat dan memberikan sumbangsi yang cukup besar dalam penerimaan PDRB Provinsi Sulawesi selatan di urutan ke lima sektor basis. Perubahan teknologi ini merupakan inti dari proses pertumbuhan ekonomi dan menyoroti pentingnya investasi dalam modal manusia. (Ascani, Crescenzi, & Iammarino, t.t. 2013) Dalam pengembangan teori Romer menempatkan stok pengetahuan sebagai salah satu faktor produksi yang semakin meningkat. Sehingga tingkat pertumbuhan dapat terus ditingkatkan sesuai dengan kemampuan masing – masing negara untuk meningkatkan dan menciptakan stok pengetahuan. Oleh karena itu daerah maju dengan kemampuan menciptakan pengetahuan / teknologi yang

121

lebih cepat dibandinkan dengan daerah miskin akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat Tabel 18. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Informasi dan Komunikasi Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017. No Aspek Parameter Nilai Makna 1.312 1 LQ >1 Sektor Non Basis 771.65 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi -214.76 3 Dr Negatif Pertumbuhan lebih lambat di banding Nasional 4 Tipologi III Baik Tingkat kepotensialnnya Baik Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 sektor Informasi dan Komunikasi menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 1.312 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan, namun juga memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang berpotensi untuk di ekspor sebesar 0,31. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 sektor sektor Informasi dan Komunikasi menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 771.65 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi

Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) menunjukkan nilai negatif sebesar -214.76 yang berarti sektor sektor Informasi dan Komunikasi ini memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor Perdagangan Besar dan Eceran termasuk dalam tipologi III sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan baik dikembangkan. k. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Sumbangan

sektor

jasa

keuangan

dan

asuransi

lainnya

terhadap

122

pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan selalu mengalami peningkatan setiap tahun. dengan sumbangan terendah pada tahun 2013 sebesar 3.50 persen dan terus meningkat hingga 3.77 persen pada tahun 2017, Sektor ini menempati urutan kesebelas dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Secara umum kinerja sektor jasa keuangan di Provinsi Sulawesi Selatan tetap menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik dengan tingkat resiko terjaga, seperti besaran asset perbankan, penyaluran kredit, himpunan dana ketiga dan lainnya. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan yang terus meningkat maka berdampak pula pendapatan perkapita masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan ikut meningkat sehingga hampir seluruh bank besar di Indonesia memiliki cabang di Provinsi Sulawesi Selatan, selain itu terdapat beberapa bank asing bahkan diantaranya menempatkan kantor wilayah yang melayani seluruh kawasan timur Indonesia. Tabel 19. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017. No Aspek Parameter Nilai Makna 0.882 1 LQ <1 Sektor Non Basis 199.60 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi 72.21 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih cepat di banding Nasional 4 Tipologi V Cukup Tingkat kepotensialannya Cukup Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan menunjukkan nilai rata-rata kurang dari satu yaitu sebesar 0.882 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sector non basis. Artinya sektor ini hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan dan tidak berpotensi untuk di ekspor di daerah lainnya dan harus menginpor sebesar 0,12. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 sektor keuangan, sewa

123

dan jasa perusahaan menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 199.60 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi

Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan menunjukkan nilai positif sebesar72.21 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan termasuk dalam tipologi V sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan cukup untuk di kembangkan. l. Sektor Real Estate Sumbangan sektor Real Estate di Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2017 sebesar 3.86 persen. Dimana pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat tiap tahunnya membuat para investor menanamkan modalnya di sektor Real Estate di Provinsi Sulawesi Selatan, karena Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu magnet pembangunan di kawasan Indonesia Timur. Sektor real estate yang menempati urutan ke sepuluh penyumbang PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan dimana indikator pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan terus meningkat membuat para investor menanamkan modalnya di sektor real estate di Provinsi Sulawesi Selatan karena Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu magnet pembangunan di kawasan Indonesia Timur. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya daya beli masyarakat akan sektor property dan adanya program sejuta rumah untuk Indonesia.

124

Tabel 20. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Real Estate Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017. No Aspek Parameter Nilai Makna 1.184 1 LQ >1 Sektor Basis 77.33 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi 187.47 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih cepat di banding Nasional 4 Tipologi I Istimewa Tingkat kepotensialannya Istimewa Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017, sektor Real Estate menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 1.184 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan, namun juga memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dengan kata lain sektor ini merupakan sektor yang berpotensi untuk di ekspor sebesar 1,18. Hasil analisis Shift Share tahun 2013-2017 sektor Real Estate menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 77.33 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) sektor bangunan menunjukkan nilai positif sebesar 187.47 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor Real Estate termasuk dalam tipologi I sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan istimewa untuk di kembangkan. m. Sektor Jasa Perusahaan Sumbangan sektor Jasa Perusahaan lainnya terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan selalu mengalami peningkatan setiap tahun. dengan sumbangan pada tahun 2016 sebesar 0.42 persen dan terus meningkat hingga 0.44

125

persen pada tahun 2017, Sektor ini menempati urutan ke limabelas dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor jasa perusahaan merupakan sektor yang potensial untuk di kembangkan karena Provinsi Sulawesi Selatan merupakan Kota yang beorientasi pasa sektor sektor industri jasa (sektor tersier), sehingga mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan sesuai yang di kemukakan oleh Clark-fisher dalam Adisasmita, (2008:23) dalam teori pertumbuhan sektor (sektoral theory of Growth) yaitu laju pertumbuhan dalam sektor akan mengalami perubahan dan pergesaran (sektor shift), yang mengemukan bahwa kenaikan pendapatan perkapita akan dibarengi oleh penurunan dalam proporsi sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer) dan kenaikan dalam sektor industri manufaktur (sektor sekunder) dan kemudian dalam industri jasa (sektor tersier). Tabel 21. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Jasa Perusahaan Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017. No Aspek Parameter Nilai Makna 0.252 1 LQ <1 Sektor Non Basis 42.69 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi -10.33 3 Dr Negatif Pertumbuhan lebih lambat di banding Nasional 4 Tipologi VII Kurang Tingkat kepotensialannya Kurang Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 sektor jasa perusahaan menunjukkan nilai rata-rata kurang dari satu yaitu sebesar 0.252 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan dan tidak berpotensi untuk di ekspor di daerah lainnya sehingga harus mengimpor sebesar 0,75. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 sektor jasa perusahaan

126

menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 42.69 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) sektor jasa perusahaan menunjukkan nilai negatif sebesar -10.33 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral sektor jasa perusahaan termasuk dalam tipologi VII sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan kurang untuk di kembangkan. n. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib Sumbangan sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib lainnya terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan setiap tahun. dengan sumbangan tertinggi pada tahun 2013 sebesar 4.73 persen dan terus

menurun hingga 4.34 persen

pada tahun 2017, Sektor

ini

menempati urutan ke delapan dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Mengingat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan yang terus meningkat maka berdampak pula pendapatan perkapita masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan ikut meningkat sehingga hampir seluruh bank besar di Indonesia memiliki cabang di Provinsi Sulawesi Selatan, selain itu terdapat beberapa bank asing bahkan diantaranya menempatkan kantor wilayah yang melayani seluruh kawasan timur Indonesia.

127

Tabel 22. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017. No Aspek Parameter Nilai Makna 1.244 1 LQ >1 Sektor Non Basis -1.63 2 Pr Negatif Tumbuh lambat di provinsi 77.15 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih cepat di banding Nasional 4 Tipologi II Baik Tingkat kepotensialannya Baik Sekali Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 sektor Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 1.244 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan namun juga memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dan sektor ini berpotensi untuk di ekspor di daerah lainnya sebesar 0,24. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) negative yaitu sebesar -1.63 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh lambat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib menunjukkan nilai positif sebesar 77.15 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib termasuk dalam tipologi II sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan baik untuk di kembangkan.

128

o. Sektor Pendidikan Sumbangan sektor Pendidikan lainnya terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan hingga 5.19 persen pada tahun 2017, Sektor ini menempati urutan ke tujuh dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Mengingat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan yang terus meningkat maka berdampak pula pendapatan perkapita masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan ikut meningkat sehingga hampir seluruh bank besar di Indonesia memiliki cabang di Provinsi Sulawesi Selatan, selain itu terdapat beberapa bank asing bahkan diantaranya menempatkan kantor wilayah yang melayani seluruh kawasan timur Indonesia, Sesuai yang dikemukakan Sadono Sukirno (2011:11) mendefinisikan pembangunan ekonomi merupakan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang. Tabel 23. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Pendidikan Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017. No Aspek Parameter Nilai Makna 1.682 1 LQ >1 Sektor Non Basis 225.97 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi 292.14 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih cepat di banding Nasional 4 Tipologi I Istimewa Tingkat kepotensialannya Baik Sekali Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 Sektor Pendidikan menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 1.682 yang berarti sektor ini

129

termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan namun juga memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dan sektor ini berpotensi untuk di ekspor di daerah lainnya sebesar 0,68. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 Sektor Pendidikan menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 225.97 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan differensial shift (Dr) Sektor Pendidikan menunjukkan nilai positif sebesar 292.14 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral Sektor Pendidikan termasuk dalam tipologi I sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan istimewa untuk di kembangkan. p. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Sumbangan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial lainnya terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan selalu mengalami peningkatan setiap tahun. dengan sumbangan terendah pada tahun 2013 sebesar 1.85 persen dan terus meningkat hingga 1.95 persen pada tahun 2017, Sektor ini menempati urutan ke duabelas dalam urutan kontribusi

terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan.

Mengingat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan yang terus meningkat maka berdampak pula pendapatan perkapita masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan ikut meningkat sehingga hampir seluruh bank besar di Indonesia memiliki cabang di Provinsi Sulawesi Selatan, selain itu terdapat beberapa bank asing bahkan

130

diantaranya menempatkan kantor wilayah yang melayani seluruh kawasan timur Indonesia, sesuai yang dikemukakan Sadono Sukirno (2011:11) mendefinisikan pembangunan ekonomi merupakan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang. Tabel 24. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 20132017. No Aspek Parameter Nilai Makna 1.728 1 LQ >1 Sektor Non Basis 139.68 2 Pr Positif Tumbuh cepat di provinsi 118.20 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih cepat di banding Nasional 4 Tipologi I Istimewa Tingkat kepotensialannya Baik Sekali Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil dari perhitungan LQ selama tahun 2013-2017 Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial menunjukkan nilai rata-rata lebih dari satu yaitu sebesar 1.728 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Provinsi Sulawesi Selatan namun juga memenuhi kebutuhan dari luar daerah lainnya. Dan sektor ini berpotensi untuk di ekspor di daerah lainnya sebesar 0,72. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2013-2017 Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial menunjukkan nilai Proportional Shift (Pr) positif yaitu sebesar 139.68 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi

Sulawesi Selatan. Sedangkan dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan

131

differensial shift (Dr) Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial menunjukkan nilai positif sebesar 118.20 yang berarti sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding nasional. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial termasuk dalam tipologi I sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya menunjukkan istimewa untuk di kembangkan. q. Sektor Jasa Lainnya Sumbangan sektor jasa-jasa di Provinsi Sulawesi Selatan terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2017 sebesar 1.33 persen dan menempati urutan ke empat belas dalam urutan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan. Sektor jasa-jasa merupakan sektor yang potensial untuk di kembangkan karena Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang beorientasi pasa sektor industri manufaktur (sektor sekunder) dan sektor industri jasa (sektor tersier), sehingga mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan. Sesuai yang di kemukakan oleh Clark-fisher dalam Adisasmita, (2008:23) dalam teori pertumbuhan sektor (sektoral theory of Growth) yaitu laju pertumbuhan dalam sektor akan mengalami perubahan dan pergesaran (sektor shift), yang mengemukan bahwa kenaikan pendapatan perkapita akan dibarengi oleh penurunan dalam proporsi sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian (sektor primer) dan kenaikan dalam sektor industri manufaktur (sektor sekunder) dan kemudian dalam industri jasa (sektor tersier).

132

Tabel 25. Hasil Perhitungan Analisis Sektor Jasa Lainnya Menurut Lapangan Usaha Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2017. No Aspek Parameter Nilai Makna 0.774 1 LQ <1 Sektor Non Basis 126.60 2 Pr Positif Tumbuh lebih lambat di provinsi 19.89 3 Dr Positif Pertumbuhan lebih lambat di banding provinsi 4 Tipologi V Cukup Tingkat kepotensialannya Cukup Sumber : BPS, PDRB Provinsi Sulawesi Selatan (diolah) Hasil analisis LQ selama 5 tahun terakhir (2013-2017) sektor jasa-jasa menunjukkan nilai rata-rata LQ di bawah angka satu yaitu sebesar 0.774. Hal ini berarti sektor ini termasuk sektor non basis. Nilai LQ yang kurang dari angka satu ini berarti sektor jasa-jasa belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan harus mengimpor sebesar 0,23. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian (tahun 20132017), untuk sektor jasa-jasa menunjukkan nilai rata-rata komponen Proportional Shift (Pr) sebesar 126.60 karena menunjukkan nilai positif maka sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di provinsi Sulawesi Selatan. Hasil perhitungan komponen Differensial (Dr) sektor jasa-jasa menunjukkan angka positif sebesar 19.89 berarti sektor ini mempunyai daya saing yang meningkat sehingga pertumbuhannya lebih cepat dari provinsi. Perhitungan analisis tipologi sektoral menunjukkan sektor jasa- jasa termasuk dalam tipologi V sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialannya hampir dari cukup.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti di Provinsi Sulawesi Selatan mengenai analisis potensi pertumbuhan ekonomi , maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Selatan selama 5 tahun dari tahun 2013-2017 selalu mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh jumlah nominalnya yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. 2. Sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat di tingkat Nasional (P+) di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 14 sektor yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor industri pengolahan, pengadaan air, pengolahan sampah, limbah: sektor kontruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; sektor transpotasi dan pergudangan; sektor Penyediaan akomodasi dan makanan; sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor jasa perusahaan; sektor jasa pendidikan; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial; sektor jasa lainnya. 3. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing (D+) di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 13 sektor yaitu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian;

133

134

sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas; sektor kontruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; sektor Penyediaan akomodasi dan makanan; sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor real estate; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, & jaminan sosial sektor jasa pendidikan; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial; sektor jasa lainnya. 4. Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan kriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis dan kompetitif

terdapat

7

sektor

adalah

Sektor

Pertanian;

Sektor

Pertambanagan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor kontruksi; sektor perdagangan besar dan eceran; sektor real estate; serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. B. Saran Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini lebih banyak mengandalkan data sekunder dengan segala kelemahannya, maka ada saran atau rekomendasi yang dapat dijadikan bahan acuan untuk mengoptimalkan dan mengembangkan potensi pertumbuhan ekonomi ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut: 1. Berdasarkan pemahaman terhadap potensi yang dimiliki Provinsi Sulawesi Selatan, maka pemerintah provinsi ini diharapkan merumuskan strategi pengembangan wilayah yang paling menguntungkan untuk diterapkan di masa mendatang, yakni dengan mengutamakan kegiatan unggulan berupa:

135

pengembangan industri, perdagangan, keuangan dan perbankan, serta sektor jasa. Namun dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan melalui sektor-sektor basis hendaknya tidak mengabaikan sektor-sektor non basis, karena dengan meningkatkan peran dari sektor non basis diharapkan sektor tersebut dapat tumbuh menjadi sektor basis dan pada akhirnya semua sektor ekonomi dapat secara bersama-sama mendukung peningkatan potensi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Pengembangan sektor industri, perdagangan, dan keuangan sebagai sektor basis disarankan sektor ini dapat di memanfaatkan sebaik mungkin oleh peemerintah Provinsi Sulawesi Selatan karena sektor tersebut memberikan sumbangsi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan, baik melibat pemerintah pusat maupun dari sektor swasta khususnya para Sulawesi

Selatan

investor yang mau berinvestasi di Provinsi

sehingga

sektor

tersebut

bukan

hanya

dapat

meningkatkan pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan tapi juga dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi kelangsungan hidup masyarkat Provinsi Sulawesi Selatan. 3. Secara khusus, sektor industri pengolahan tampaknya perlu mendapat perhatian. Walaupun bukan merupakan sektor unggulan di Kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDRB masih relatif kecil, dan bahkan relatif menurun. Tahun 2017, kontribusinya hanya sebesar 13,71%, sedikit menurun dibandingkan lima tahun sebelumnya (14,23%). Dengan kata

136

lain, proses transformasi ekonomi di Sulsel bergerak lamban. Ke depan, daerah ini perlu segera mendorong diversifikasi industri pengolahan dan mempercepat hilirisasi industri untuk mengoptimalkan nilai tambah sumberdaya alam, sambil memperkuat dukungan sumberdaya manusia, teknologi dan inovasi, logistik dan infrastruktur, sehingga akan berdampak pada penerimaan PDRB provinsi Sulawesi selatan.

137

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2008. Ekonomi Archipelago. Yogyakarta: Graha Ilmu Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. -----------------------. 2011. Pengatar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Anonim. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. Bungin, Burhan. 2011. Metedologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Jhingan, M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Katalog BPS. 2012. Makassar Dalam Angka 2012. Makassar: Badan Pusat Statistik.

138

Mahyudi, Ahmad. 2001. Ekonomi Pembangunan dan Analisis Data Empiris. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. Munarfah dan Hasan, Muhammad. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Praktika Aksara Semesta. Saerofie, Mujid. 2015. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan SWOT) .Skripsi: Universitas Negeri Semarang. Sukirno, Sadono. 2011. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group. ----------------------.

2011.

Makroekonomi

Teori

Pengantar.

Jakarta:

PT

RajaGrafindo Persada. Sumarni, Murtini dan Wahyuni, Salamah. 2006. Metedologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan: Prolematika dan Pendekatan. Jakarta: PT Salemba Empat. Taringan, Robinson. 2012. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Todaro, Michael dan Smith, Stephen. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

139

Tambunan, Tulus TH. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Related Documents

Bab 4 Dan 5 - Copy.docx
November 2019 55
Bab 4 Dan Bab 5.docx
November 2019 15
Bab 5 Dan Dapus.docx
June 2020 18
Bab 4 & 5.docx
May 2020 5

More Documents from "Lili Purnama"

Vine.docx
December 2019 83
Friendly Kasus Ham.docx
December 2019 79
Bab 4 Dan 5 - Copy.docx
November 2019 55
2.docx
December 2019 40
Cr Cardiovaskuler.docx
November 2019 45