BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perdarahan pasca persalinan atau hemoragic postpartum merupakan
perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Mochtar, 1998). Salah satu penyebab utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan post partum, bersaing dengan preeklamsia dan infeksi. Pada proses perdarahan yang terus-menerus akan memengaruhi sirkulasi darah dan terjadi penurunan sel darah merah (anemia) dengan ditandai menurunnya tingkat hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah (hemoglobin) menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang dikirimkan ke jaringan, biasanya di tandai dengan kelemahan, kelelahan, dispnea, takikardia, ekstremitas dingin dan pucat (Kumar, 2013). Hal tersebut mengakibatkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada ibu maternal sehingga prioritas masalah yang terjadi apabila tidak mendapat penanganan yang tepat akan dapat mengancam nyawa hingga kematian. Berdasarkan Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 bahwa AKI di Indonesia mencapai 359 per-100 ribu penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2008 yang hanya sebesar 228 per-100 ribu penduduk. Penyebab utama kematian ibu maternal peringkat pertama adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), sepsis (11%), komplikasi puerperium (8%), dan partus macet (5%) (Depkes RI.2008). Berdasarkan data yang diperoleh dari di RSUD Bangil Pasuruan maka dapat
1
2
diketahui jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2014 bulan Juni sampai Desember yaitu ibu nifas dengan perdarahan (27 orang) yang disebabkan karena atonia uteri (12 orang), retensio plasenta (8 orang), dan laserasi jalan lahir (7 orang) Rekam Medik RS. Bangil, Pasuruan. Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi darah, atonia uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga akan menghambat penutupan pembuluh darah dan terjadi perdarahan terus menerus. Perdarahan akan bertambah apabila terjadi perlukaan yang luas seperti robekan servix, vagina, perineum dan trauma jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri (Winkjosastro, 2000). Hemoragic post partum akan memengaruhi sirkulasi darah dan penurunan sel darah merah sehingga aliran darah dalam pembuluh-pembuluh perifer menurun dan terjadi hipoksia akibat dari kurangnya pengangkutan oksigen oleh darah. Jika volume cairan turun serta kadar Hb yang mengangkut oksigen berkurang akibatnya dapat menghambat kerja metabolisme organ-organ lain. Efek fisiologis berubahnya aliran darah tergantung pada besarnya kebutuhan jaringan yang melebihi suplai oksigen dan nutrisi yang tersedia. Apabila kebutuhan jaringan tinggi, maka kebutuhan kompartemen tubuh meningkat dan jika terjadi sedikit penurunan aliran darah, maka dapat mengganggu pemeliharaan integritas jaringan sehingga jaringan menjadi iskemi (kekurangan suplai darah), malnutrisi dan kematian apabila tidak segera diperbaiki. Penanganan pada pasien hemoragic post partum dengan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat dilakukan dengan cara : monitor adanya daerah
3
tertentu yang hanya peka terhadap panas, dingin, tajam, dan tumpul; observasi keadaan umum, pengisian kapiler serta perubahan karakteristik kulit (parestesia); mendorong pasien untuk menggerakan anggota tubuh / latihan ekstremitas secara perlahan agar tidak terjadi atropi; kurangi atau lepaskan kompresi vena eksternal yang mengganggu aliran vena; pertahankan pemberian cairan IV, pasang dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi pasien serta transfusi darah diberikan bila diperlukan; kaji secara berkala input-output serta pemeriksaan laboratorium meliputi darah lengkap, Electro Cardio Graphic, dll; meningkatkan kesehatan pasien dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang kaya akan kandungan zat besi; monitor kemampuan eliminasi fecal dan urine; segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus Asuhan Keperawatan Maternitas dengan judul “ Asuhan Keperawatan dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada pasien Hemoragic Post Partum di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan.
1.2
Batasan Masalah Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan dengan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada pasien Hemoragic Post Partum di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan.
4
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pertanyaan masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada pasien Hemoragic Post Partum di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan?”
1.4 1.4.1
Tujuan Studi Kasus Tujuan Umum Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer pada pasien hemoragic post partum di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan. 1.4.2
Tujuan Khusus Mampu mengelola pasien dengan tahapan proses asuhan keperawatan
dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada pasien hemoragic post partum yang meliputi: 1) Melakukan pengkajian data pada pasien hemoragic post partum dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan 2) Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien hemoragic post partum dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan 3) Menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada pasien hemoragic post partum dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan
5
4) Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien hemoragic post partum dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan 5) Melakukan evaluasi tindakan asuhan keperawatan pada pasien hemoragic post partum dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan
1.5 1.5.1
Manfaat Penelitian Teoritis Sebagai kerangka pikir ilmiah dalam pengembangan ilmu keperawatan
terutama dalam lingkup keperawatan maternitas dengan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada pasien hemoragic post partum. 1.5.2
Praktis
1) Bagi Pasien Sebagai bahan tambahan dalam meningkatkan pengetahuan pasien untuk lebih memahami mengenai kasus Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada pasien post hemoragic post partum di Ruang Obstetri RSUD Bangil Pasuruan. 2) Bagi Rumah Sakit / Puskesmas Dengan dilakukan studi kasus ini dapat memberikan informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan serta meningkatkan pelayanan di Lingkungan Rumah Sakit dan Puskesmas.
6
3) Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan, serta mampu dijadikan referensi dan kajian untuk pengembangan peneliti khususnya dalam bidang Ilmu Keperawatan