BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nursing health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehtannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum meraka meminta bantuan pada orang lain (Mubarak, 2011). Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 17 Tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025 adalah “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”. Untuk
mewujudkan
visi
tersebut
ditetapkan
9
(sembilan)
arah
pembangunan jangka panjang, yang salah satunya adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, salah satu arah yang ditetapkan adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia, yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia`(IPM) dimana salah satu unsurnya derajat kesehatan. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya SDG’s (Sustainable Development Goals).
1
Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
mengamanatkan
bahwa
pembangunan
kesehatan
harus
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atau sumber daya dibidang kesehatan. Namun, disamping itu, setiap orang juga tidak luput dari kewajiban-kewajiban dibidang kesehatan.
Pemerintah
telah
berhasil
menggalang
peran
aktif
dan
memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan melalui gerakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dibanyak desa dan kelurahan hendak diulang dan dibangkitkan kembali melalui gerakan pembangunan dan pembinaan desa siaga. Sampai dengan tahun 2012 tercatat 52.804 desa dan kelurahan (40%) kelurahan yang ada di Indonesia telah memulai upaya mewujudkan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga. Namun, banyak dari antaranya yang belum berhasil menciptakan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga yang sesungguhnya, yang disebut sebagai Desa Siaga aktif atau Kelurahan Siaga aktif.Sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengenai urusan wajib, dimana salah satu urusan tersebut adalah penanganan bidang kesehatan. Dengan demikian, jelas bahwa pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif merupakan salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat Desa dan Kelurahan di wilayahnya, agar target cakupan desa dan Kelurahan Siaga Aktif dapat dicapai. Salah satu adalah melalui pengembangan sejumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia (UKBM) salah satunya dengan pembentukan Pokjakes.
2
Berdasarkan wawancara dengan ketua Lurah Sri Meranti dan Puskesmas Umban Sari bahwa di kelurahan Sri Meranti sudah tercipta Desa Siaga aktif atau Kelurahan Siaga aktif. Dari hasil pengolahan data kesehatan sementara, masyarakat di RW 18 Kelurahan Sri Meranti terdapat beberapa hal terkait kesehatan yang perlu dibenahi. Hasil pengkajian didapatkan mayoritas masyarakat tidak memiliki jaminan kesehatan, Perilaku hidup bersih dan sehat yang tidak sesuai (pembuangan dan pengelolaan sampah). Dan ini harus diupayakan oleh warga masyarakat sendiri dengan terlibat aktif. Hal ini dapat dilakukan secara kolektif oleh warga dengan koordinasi oleh sebuah Pokjakes yang angggotanya adalah warga sendiri. Pokjakes merupakan sebuah wadah/organsasi yang anggotanya terdiri dari warga masyarakat setempat yang akan membina dan merupakan kepanjangan tangan dari fasilitas kesehatan diwilayahnya. Pokjakes harus dibentuk guna meningkatkan status kesehatan masyarakat. Kader-kader pokjakes harus mendapat bekal yang cukup tentang pokjakes dan kesehatan melalui pembekalan / pelatihan kader. Wilayah RW 18 Kelurahan Sri Meranti sebagai daerah bidang praktek lapangan keperawatan komunitas mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKes Payung Negeri Pekanbaru kelompok 2 tidak luput dari masalah kesehatan atau keperawatan di wilayahnya. Untuk mengidentifikasi masalah tersebut, telah dilakukan pengkajian data kesehatan komunitas diwilayah RW 18 Kelurahan Sri Meranti yang dilakukan oleh mahasiswa melalui pengkajian wilayah dan
komunitas. Sebagai bentuk mengaktifkan masyarakat dan
bekerjasama dengan warga untuk menentukan permasalahan kesehatan serta penyelesaiannya, diperlukan wadah untuk menyampaikan hasil pengkajian data yang telah dilakukan. Atas dasar pertimbangan tersebut diatas, dirasa perlu untuk melaksanakan program pengembangan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga aktif di Kelurahan Sri Meranti. Dari hasil analisis data yang dijelaskan diatas, ada beberapa masalah terkait kesehatan komunitas yang ditemukan dan dianggap penting untuk 3
diselesaikan agar tidak mengganggu perkembangan dikomunitas. Untuk menentukan cara yang tepat serta ketersediaan sumber daya yang dapat digunakakan dalam menangani masalah kesehatan dikomunitas, maka perlu diadakan rapat bersama seluruh anggota komunitas, dinas kesehatan terkait, untuk merumuskan cara penanganan nya. Untuk
itu perlu diadakan
pertemuan seluruh perangkat desa, anggota komunitas, dan dinas terkait yang disebut sebagai Lokakarya Mini atau Musyawarah Masyarakat Desa (MMD/Lokmin) di Kelurahan Sri Meranti.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan dan mendukung percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat melalui pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
2. Tujuan khusus a.
Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan ilmu yang terkait dengan praktik keperawatan komunitas dan kelompok khusus (anak sekolah, pekerja) melalui pengkajian keperawatan komunitas serta kelompok khusus.
b. Mahasiswa mampu mengelola data hasil pengkajian komunitas, melakukan analisa data keperawatan komunitas, dan merumuskan diagnosa keperawatan komunitas dan kelompok khusus. c.
Mahasiswa mampu berkolaborasi dengan sektor lain dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan komunitas dan kelompok khusus.
d. Melaksanakan
intervensi keperawatan pada komunitas sesuai dengan
permasalahan yang ada dengan menggunakan strategi yang sesuai. 4
e.
Melaksanakan implementasi keperawatan komunitas kesehatan kepada komunitas.
f.
Melakukan evaluasi terhadap proses dan
hasil asuhan keperawatan
komunitas dan kelompok khusus. Mendokumentasikan proses dan hasil asuhan keperawatan komunitas.
C. Manfaat Penulisan 1. Dinas Kesehatan Penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi gambaran umum kondisi kesehatan masyarakat di kota Pekanbaru, khususnya RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, sehingga dapat menjadi bahan dalam menyusun dan mengembangkan kebijakan atau rencana. 2. Pihak Puskesmas Laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan bahan atau data untuk menyusun program kerja dibidang kesehatan dimasa yang akan datang. 3. Institusi Pendidikan Laporan hasil kegiatan ini menjadi alat untuk mengembangkan program pelaksanaan profesi keperawatan komunitas selanjutnya. 4. Masyarakat Laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam melaksanakan setiap kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ditemukan di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep keperawatan komunitas 1. Konsep SDG’s MDGs (millennium development goals) merupakan kesepakatan antara negara-negara dari 189 negara yang tergabung dalam Perserikatan BangsaBangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000 dan berakhir pada tahun 2015. Indonesia merupakan salah satu negara yang tergabung dalam PBB dan mendukung terwujudnya tujuan MDGs. Berdasarkan sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 pada bulan September 2015 di New York, Amerika Serikat, menjadi titik sejarah baru dalam pembangunan global. Sebanyak 193 kepala negara dan pemerintahan dunia hadir untuk menyepakati agenda pembangunan universal baru yang tertuang dalam dokumen berjudul Transforming Our World: the 2030 Agenda for Sustainable Development—berisi 17 Tujuan dan 169 Sasaran yang berlaku mulai tahun 2016 hingga tahun 2030. Dokumen ini dikenal dengan istilah Sustainable Development Goals atau SDGs. SDGs merupakan kelanjutan Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh negara anggota PBB pada tahun 2000 dan berakhir pada akhir tahun 2015. Namun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, baik dari segi substansi maupun proses penyusunannya. MDGs yang disepakati lebih dari 15 tahun lalu hanya berisi 8 Tujuan, 21 Sasaran, dan 60 Indikator. Sasarannya hanya bertujuan mengurangi separuh dari tiaptiap masalah pembangunan yang tertuang dalam tujuan dan sasaran.
6
SDGs untuk tahun 2016 – 2030. SDGs ini, merupakan program yang kegiatanya meneruskan agenda-agenda MDGs sekaligus menindaklanjuti program yang belum selesai. Bidang kesehatan yang menjadi sorotan adalah sebaran balita kurang gizi di Indonesia, proporsi balita pendek, status gizi anak, tingkat kematian ibu, pola konsumsi pangan pokok, dan sebagainya. SDGs membawa 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan, yaitu 1) People (manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperity (kemakmuran), 4) Peace (perdaiaman), dan 5) Partnership (kerjasama). Kelima prinsip dasar ini dikenal dengan istilah 5 P dan menaungi 17 Tujuan dan 169 Sasaran yang tidak dapat dipisahkan, saling terhubung, dan terintegrasi satu sama lain guna mencapai kehidupan manusia yang lebih baik. Rockstrom, dalam Griggs (2012) menyatakan bahwa, pembangunan yang berkelanjutan memiliki 6 aspek yang perlu dicapai dalam dunia global, antara lain: thriving lives and livehoods (kehidupan yang sehat dan layak), sustainablefood security (keamanan dan ketahanan pangan), secure sustainable water (sumber air bersih), universal clean energy (energi yang aman), healthty and productive ecosystems (ekosistem yang produktif dan sehat) governance for sustainable societies (kebijakan yang berpihak terhadap komunitas).. Secara teknis, dari delapan tujuan pembangunan milenium ini masingmasing telah memiliki program yang berkelanjutan untuk dilaksanakan serta memiliki alokasi anggaran baik dari pemerintah pusat, daerah maupun lembaga donor. Sasaran pertama, dalam penanggulangan kemiskinan, ada program klaster PKH, Raskin, PNPM mandiri, KUR dan UKM serta program pemenuhan kebutuhan fasilitas dasar. Program sasaran kedua, dalam rangka mencapai pendidikan dasar untuk semua, pemerintah telah menyelenggarakan pendidikan dasar yang 7
terjangkau dan berkualitas, yang ditempuh antara lain melalui program Bantuan Operasional Sekolah yang dilaksanakan sejak tahun 2005 dan cakupan pada tahun 2011 sebesar 42,1 juta orang. Program sasaran ketiga, dalam mendorong Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan upaya peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia ini secara umum dicapai karena gencarnya upaya pengarusutamaan gender (PUG) yang dilakukan sejak tahun 1999. Sasaran keempat, dalam menurunkan Angka Kematian Anak, berbagai upaya yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesehatan anak Indonesia, yakni melaluicontinuum of care berdasarkan siklus hidup, continuum of care berdasarkan pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), continuum of care pathway sejak anak di rumah, di masyarakat (pelayanan posyandu dan poskesdes), di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, dan di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan. Sasaran kelima, dalam meningkatkan Kesehatan Ibu, pemerintah mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi ibu-ibu dalam persalinan antara lain dikembangkan tiga program penting, yaitu Jaminan Persalinan, Kelas Ibu Hamil, dan Rumah Tunggu Ibu Hamil. Selain itu penurunan angka kematian ibu diperkuat oleh program keluarga berencana. Sasaran keenam, dalam Memerangi Hiv Dan Aids, Malaria Dan Penyakit Menular Lainnya telah dilakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satu upaya tersebut yakni penggunaan kondom pada hubungan seksual yang berisiko tinggi menularkan HIV dan AIDS. Sasaran ketujuh, dalam memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dalam rangka meningkatkan rasio luas kawasan tertutup pepohonan dan rasio luas kawasan lindung, Pemerintah Indonesia telah melakukan kegiatan prioritas rehabilitasi hutan dan lahan kritis, termasuk hutan mangrove,
8
pantai, gambut dan rawa pada Daerah Aliran Sungai prioritas di seluruh Indonesia dengan target pada periode 2010-2014 seluas 2,5 juta hektar. Sasaran kedelapan, dalam Membangun Kemitraan Global Untuk Pembangunan, Berbagai langkah dilakukan untuk meningkatkan rasio besarnya ekspor dan impor terhadap PDB, antara lain melalui kebijakan peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas melalui diversifikasi pasar serta peningkatan keberagaman dan kualitas produk, yang didukung oleh strategi, mendorong upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor untuk mengurangi
tingkat
ketergantungan
kepada
pasar
ekspor
tertentu;
meningkatkan keberagaman dan kualitas produk terutama untuk produkproduk manufaktur yang bernilai tambah lebih besar, berbasis pada sumber daya alam, dan permintaan pasarnya besar; dan meningkatkan kualitas perluasan akses pasar, promosi, dan fasilitasi ekspor nonmigas di berbagai tujuan pasar ekspor melalui pemanfaatan skema kerjasama perdagangan baik bilateral, regional maupun multilateral; serta melakukan pengendalian impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya saing produk domestik di pasar dalam negeri. Berdasarkan hasil dari pertemuan pertemuan The Earth Summit tersebut, menyepakati 10 prinsip bahwa SDGs dengan asas “inclusive and transparant intergovernmental processopen to all stakeholders, with a view to developing global sustainable development goals to be agreed by the General Assembly”. Berikut ini 10 prinsip yang harus tercantum dalam pertimbangan SDGs. a. Must be based on agenda 21 and the Johannesburg plan of implementation Menjadi dasar pertimbangan yang menetapkan bahwa agenda abad 21 dan rencana implementasi dari rencana Johannesburg yang telah di sepakati sebelumnya sehingga nilai-nilai yang sudah tertanam tetapi dilanjutkan. 9
b. Must fully respect all the rio principles Menyatakan program SGD’s harus mengindahkan pada perjanjian dan kesepakatan terhadap prinsip. c. Must be consistent with international law Mengenai konsistensi terhadap peraturan international yang menjadi bagian hukum international. d. Must build upon commitment already made Perihal komitmen yang telah dibuat sebelumnya, hal ini menunjukan komitmen terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebelum SGD’s dibentuk. e. Must contribute to the full implementation of the outcome of all major summits in the oconomic, social and environmental fields Mengenai kontribusi terhadap aspek yang menyeluruh dari hasil implementasi seluruh aspek utama yaitu ekonomi, social dan lingkungan. f. Must focus on priority areas for the achievement of sustainable development, being guided by the outcome document Merupakan pemberian prioritas untuk meraih keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan sebagai bentuk aturan dari hasil dokumen program international. g. Must address and incorporate in a balanced way all three dimensions of sustainable development and their interlinkages Harus diarahkan dan berhubungan dengan keseimbangan dari ketiga komponen pembangunan keberlanjutan. h. Must be coherent with and integrated into the United Nations Development agenda beyond 2015 Harus berkesinambungan dan terintegrasi ke dalam agenda pembangunan PBB i. Must not divert focus or effort from the achievement of the millennium development Goals 10
Harus tidak bertolak belakang dari pencapaian tujuan MGDs sebelumnya karena SGDs merupakan bentuk evaluasi dari MGDs. j. Must include active involment of all relevant stakeholders, as appropriate, in the proces Mengenai keterlibatan seluruh stakeholder yang berkaitan sebagai pihak yang menyelenggarakan bahkan dalam prosesnya. 2. Konsep Keperawatan Komunitas a. Defenisi Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nursing health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehtannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum meraka meminta bantuan pada orang lain (Mubarak, 2011). Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan professional kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit.Peningkatan
kesehatan
dengan
menjamin
keterjangkauan layanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Mubarak, 2011). Keperawatan
komunitas
merupakan
perpaduan
antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses
11
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes RI,2000). Falsafah keperawatan komunitas mengacu kepada falsafah atau pradigma keperawatan secara umum yaitu: 1) Manusia : komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/klien yang berada di lokasi atau batas geografis tertentu yang memiliki nilainilai, keyakinan dan minat relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok beresiko tinggi antara : daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh. 2) Kesehatan : sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor. 3) Lingkungan : semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien, yang bersifat biologis, psikologis, sosial cultural dan spiritual. 4) Keperawatan : intervensi yang bertujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas menghadapi stressor melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pada dasarnya tim keperawatan komunitas terdiri dari sejumlah individu dari berbagai profesi yang bekerjasama dalam mencatat kesehatan dan social ditangani secara bersama atau antar profesi (Blackie, 2003). b. Tujuan keperawatan komunitas Pencegahan
dan
peningkatan
kesehatan
masyarakat
melalui
pelayanan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus dalam konteks komunitas dan perhatian langsung terhadap
12
kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, kelompok. Lima fungsi komunitas : 1) Produksi, distribusi, konsumsi dan pelayanan yang baik berkaitan dengan penyediaan kebutuhan ekonomi anggota masyarakat dan tidak terbatas pada makanan dan pakaiantetapi juga termasuk penyediaan air, listrik, keamanan, proteksi kebakaran dan pembuangan sampah. 2) Sosialisasi Merupakan suatu proses yang halus dalam perpindahan/ pertukaran nilai, pengetahuan, budaya dan berbagai keterampilan lain. Komunitas membuat lembaga seperti keluarga, rumah ibadah, media organisasi sosial, dan lain-lain yang erat kaitannya dengan sosialisasi. 3) Kontrol Sosial Kontrol sosial dilaksanakan untuk menjaga kestabilan komunitas, penerapan hukum yang ditunjang dengan kekuatan kepolisian, regulasi kesehatan publik untuk mengimplementasikan perlindungan masyarakat dari penyakit 4) Interpartisipasi sosial Adanya interpretasi sosial membuat kagiatan masyarakat harus diatur dengan hubungan kerja sama untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian juga yang terjadi dalam keluarga, rumah ibadah dan organisasi lainnya. 5) Dukungan mutualistis Dukungan
mutualistis
terlihat
pada
penanganan
bantuan
dalam
menyiapkan sumber-sumber pada waktu sakit atau adanya bencana, meskipun keluarga tetap akan menangani masalah tersebut tetapi perlu mendapat
bantuan
dari
masyarakat
menyulitkan.
13
dalam
suatu
periode
yang
c. Sasaran Keperawatan Komunitas 1) Individu Merupakan bagian dari anggota keluarga keadaan sakit atau masalah kesehatan yang dialami oleh individu dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya (fisik, mental, dan sosial). 2) Keluarga Merupakan unit terkecil dari masyarakat, bila satu atau beberapa anggota keluarga lainnya dan mungkin juga berpengaruh terhadap keluarga sekitarnya. 3) Kelompok khusus (kumpulan individu yang rawan terhadap masalah kesehatan) a) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus(ibu hamil, bayi baru lahir, balita, anak usia sekolah, lansia) b) Kelompok dengan masalah kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan (penderita penyakit menular, TBC, AIDS, penyakit kelamin. Penderita penyakit tidak menular, DM, CHF, cacat fisik, gangguan mental). c) Kelompok yang beresiko terserang penyakit (pekerja seks komersial, kelompok penyalah gunaan narkotik, kelompok pekerja tertentu) d) Lembaga sosial, perawatan, rehabilitasi (PSTW, Panti Asuhan, Pusat-Pusat rehabilitasi, TPA). 4) Masyarakat 5) Peneliti Melakukan penelitian untuk mengembangkan keperawatan komunitas.
d. Strategi intervensi keperawatan komunitas Adapun strategi intervensi keperawatan komunitas yaitu proses kelompok pendidikan kesehatan dan kerjasama (friendship). 14
e. Peran perawat komunitas 1) Memberikan pelayanan kesehatan Memberikan pelayanan secara langsung dan tidak langsung kepada klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat. 2) Pendidik Memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan dan lain-lain. 3) Pengelola Mengelola (merencanakan, mengorganisasi, mengerakkan, mengevaluasi) pelayanan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung dan menggunakan peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan keperawatan komunitas. 4) Konselor Memberikan konseling/bimbingan kepada kader kesehatan, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas sesuai prioritas. 5) Pembelaan klien Melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan komunitas. 6) Peneliti Melakukan penelitian untuk mengembangkan keperawatan komunitas.
3. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan perkembangan kesehatan komunitas Pembangunan
kesehatan
secara
nasional
diarahkan
untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah 15
Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan financial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok pada rancangan kesehatan 2015-2019 yaitu: a. Meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu dan anak b. Meningkatnya pengendalian penyakit c. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama didaerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan kesehatan e. Terpenuhinya tenaga kesehatan, obat dan vaksin f. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Dalam bidang kebijakan, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan dan menetapkan peraturan terkait kebijakan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementrian Negara serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 1144/Menkes/per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan dan Sekretariat Jendral. Untuk mendukung dan mewujudkan pembangunan kesehatan masyarakat, maka pemerintah menetapkan tujuan dengan pencapaian melalui program-program generic teknis, meliputi: a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya b. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS). Secara teknis meliputi:
16
a. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Dan Anak b. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan dan Lingkungan c. Program Pembinaan Upaya Kesehatan d. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Pemerintah dalam hal peningkatan dan pembangunan kesehatan masyarakat telah diupayakan melalui kegiatan: a. Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran program pembangunan kesehatan. b. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan c. Meningkatkan pelaksanaan pemberdayaan dan promiso kesehatan pada masyarakat. d. Meningkatnya upaya pengurangan resiko krisis kesehatan
4. Mengembangkan
dan
menjelaskan
konsep
komunitas
yang
berhubungan dengan komunitas yang dipilih a. Batasan Komunitas 1) Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada di luarnya serta saling tergantung untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. 2) Komunitas adalah unit dari organisasi sosial dan territorial, yang tergantung dari besarnya, sehingga dapat berupa RT, RW, Desa dan kota 3) Komunitas adalah sekelompok manusia serta hubungan yang ada di dalamnya sebagaimana yang berkembang dan digunakan dalam suatu agen, institusi serta lingkungan fisik yang lazim.
17
b. Komponen komunitas Komponen komunitas adalah seperti berikut : 1) Manusia (people) 2) Ruang dan waktu (space and time) 3) Tujuan (Purpose)
c. Fungsi komunitas Fungsi komunitas adalah sebagai berikut : 1) Produksi, distribusi dan konsumsi Kemampuan memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggota.Biasanya dicerminkan dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perdagangan dan industry yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sendiri. 2) Sosialisasi Kemampuan
meneruskan
nilai-nilai
sosial,
moral,
budaya,,
pengetahuan dan keterampilan kepada para anggota. Biasanya dilakukan melalui institusi-institusi yang ada di masyarakat, seperti keluarga, sekolah, atau organisasi sosial. 3) Kontrol sosial Kemampuan memelihara berbagai ketentuan, peraturan serta norma masyarakat.
Biasanya
terkait
untuk
menjamin
keamanan
masyarakat.Dilakukan baik melalui keluarga, sekolah, maupun pengajian. 4) Partisipasi Cara
masyarakat
anggota.Biasanya
berperan
serta
dilaksanakan
dalam
melalui
memuaskan berbagai
organisasi
masyarakat, termasuk keluarga (untuk para anggota keluarga). 5) Dukungan bersama
18
para
Kemampuan
masyarakat
melaksanakan
upaya
khusus
yang
diperlukan oleh para anggota terutama dalam keadaan darurat, dapat berupa bantuan keluarga untuk para anggota keluarga, atau bantuan masyarakat untuk kelompok yang tidak punya/ mampu (yatim piatu, lansia).
d. Pengaruh komunitas terhadap kesehatan Fungsi komunitas tidak sempurna, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah, baik terhadap individu maupun terhadap komunitas secara keseluruhan. Masalah yang bisa timbul seperti berikut : 1) Gangguan pada fungsi produksi, distribusi dan konsumsi pangan, misalnya dapat menimbulkan kekurangan gizi 2) Gangguan pada fungsi dukungaan bersama (mutual support) pada lansia, misalnya dapat memperberat berbagai penyakit lansia 3) Gangguan pada fungsi sosialisasi nilai-nilai moral, misalnya dapat menimbulkan penyakit seksual.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan, dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan, dan dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinue, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatandari klien, keluarga, serta kelompok atau masyarakat (Mubarak, 2011). 19
1. Pengkajian Menurut Mubarak (2011) pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis, sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat,baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, social, ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Pada tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat, dan prioritas masalah. Berikut ini akan dipaparkan beberapa metode pengumpulan data komunikasi: a. Pengumpulan data langsung 1. Windshield/ walking survey Proses pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan indera mengenai kekuatan dan kelemahan komunitas. Metode ini dilakukan dengan melihat gambaran wilayah dengan cara mengelilingi seluruh lingkungan komunitas. 2. Obsevasi Kegiatan pengumpulan data dengan melakukan observasi atau pengamatan langsung tentang kehidupan suatu komunitas, sehingga dapat mengetahui status kesehatan masyarakat lebih dalam lagi. 3. Wawancara Metode ini dilakukan pada orang yang memiliki informasi khusus, seperti puskesmas, kelurahan, dan kelompok kesehatan yang ada di daerah tersebut.Wawancara dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan. 4. Survey Metode survey dilakukan dengan menyebarkan kuisioner sehingga data status kesehatan dapat terkumpul dengan lengkap. 5. Focus Group Discussion (FGD) 20
Suatu metode pengmpulan data informasi yang sistemastis terhadap suatu masalah, issue, program dari suatu kelompok masyarakat, dimana merupakan kelompok kecil yang akan mendiskusikan satu masalah. Kelompok bersifat homogen dan yag rdiri dari 6-10 orang. 6.
Literatur Review Mengumpulkan data dari berbagai literatur kepustakaan.
7.
Data sekunder Mengumpulkan data berdasarkan hasil pencatatan atau pelaporan yang dilakukan oleh suatu instan tertentu. Tahapan kegiatan yang dilakukan pada proses pengkajian adalah: 1) Mengumpulkan
data
dengan
menggunakan
berbagai
metode
pengumpulan data 2) Pengolahan data, dimulai dari mengklarifikasi data, perhitungan persentasi, dan tabulasi data dalam berbagai bentuk diagran atau grafik. 3) Menginterfrestasikan data atau menterjemahkan data sehingga dapat mengambarkan masalah esehatan msayrakat dan kekuatan atau kelemahan masyarakat 4) Menganalisa
data
mengidentifikasikan
yang atau
telah
diolah
merumuskan
sehingga
diagnosa
dapat
keperawatan
komunitas. b. Pengumpulan data laporan Data sebelumnya dari berbagai instansi dan sumber terpercaya (catatan kesehatan, catatan pertemuan warga, dokumen publik, statistik) Pengkajian inti meliputi : 1. Data demografi (individu, keluarga dan masyarakat), usia, pendidikan, gender, pekerjaan, agama, dan riwayat terjadinya komunitas (sejarah perkembangan) 21
2. Wiendshield survey a) Perumahan, lingkungan, daerah (bangunan : tua, bahan arsitektur, bersatu,berpisah, dll) b) Lingkungan terbuka (luas, sempit, kualitas, pribadi, umum, dll) c) Batas (ada batas daerah, jalan, got, kondisi bersih,kotor) d) Kebiasaan (tempat kumpul ; siapa, jam berapa dll) e) Transportasi (cara datang dan pergi, situasi jalan, jenis, transportasi) f) Pelayanan kesehatan di masyarakat (puskesmas, pustu, balai pengobatan) g) Tempat rekreasi (keluarga, anak-anak, umum) h) Tempat ibadah (masjid, gereja, wihara) i) Sekolah/ perguruan tinggi/ lembaga kursus/ pelatihan dll) j) Organisasi di masyarakat (pokjakes, kepemudaan dll) k) Politik (kampanye/ poster) 3. Pelayanan kesehatan dan sosial Pelayanan kesehatan dan non kesehatan. 4. Ekonomi Indikator ekonomi dan sumber-sumber informasi : a) Rumah tangga (rata-rata pendapatan biaya perbulan masingmasing rumah tangga) b) Individu (pendapatan per KK, persen yang miskin) 5. Keamanan transportasi a) Keamanan / pelayanan/ perlindungan b) (kebakaran, polusi, sanitasi ; limbah, sampah dan air kotor) c) Kualitas air d) Transportasi 6. Politik dan pemerintahan a) Pemerintahan (RT, RW, Lurah, Camat, dst) 22
b) Kelompok pelayanan masyarakat (PKK, LKMD, Panti werdha, karang taruna, posyandu, dll) c) Politik : peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan, kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan 7. Pendidikan Status pendidikan, tingkat pendidikan, tipe sekolah, bahasa, pendidikan yang tersedia di dalam/luar masyarakat. 2. Diagnosa Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan, baik yang aktual maupun potensial.Maslahan actual adalah masalaha yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalaha potensial adalah masalaha yang mungkin timbul kemudian.Jadi, diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.Dengan
demikian,
diagnosis
keperawatan
ditetapkan
berdasrkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalaha dan status kesehatan masyarakat, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial). 3. Intervensi Rencana keperawatan adalah penyususnan rencanan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawtan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup elemen-elemen berikut ini : a. Perumusan tujuan b. Rencanan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan 1) Identifikasi alternative tindakan keperawatan 23
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan 3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyususn perencanaan melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau loka karya mini masyarakat 4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia 5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat 6) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai 7) Tindakan harus bersifat realistis 8) Disusun secara berurutan c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan 4. Implementasi Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana ashuan keperawatan yang telah disusun. Perawata kesehatan masyarakat dalam implementasi asuhan keperawatan komunitas harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal ini melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada Keperawatan komunitas adalah inovatif, integrasi, rasional, mampu danmandiri, serta ugem (yakin atau percaya pada kemampuannya) 5. Evaluasi Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membanfingkan antara tingkat kemandirian masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam penilaian adalah sebagai berikut :
24
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan b. Menilai efektivitas proses keperawatan, mulai dari tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan melihat respons komunitas terhadap program kesehatan. Macam evaluasi antara lain : 1) Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif 2) Evaluasi input, proses, dan output.
25
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Persiapan Sebelum menerapkan atau mengaplikasikan asuhan keperawatan di komunitas, perlu adanya persiapan. Persiapan dibutuhkan untuk menjamin bahwa apa yang akan dilakukan dimengerti dan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu adanya persiapan yang baik. Berikut ini diuraikan persiapan-persiapan yang telah dilakukan mahasiswa sebelum melaksanakan pengkajian diwilayah binaan hingga terlaksananya Loka Karya Mini atau Musyawarah Masyarakat Desa. 1.
Melaksanakan pembekalan ditahap akademik sebelum melakukan kunjungan wilayah binaan.
2.
Sebelum melakukan pengkajian dimasyarakat, alat yang digunakan sudah disiapkan dan telah dikonsulkan dengan pembimbing akademik dan pihak puskesmas.
3.
Sebelum melakukan keperawatan komunitas telah dilakukan kunjungan terlebih dahulu ke wilayah binaan untuk pengenalan lingkungan.
4.
Persiapan alat-alat yang mendukung praktik keperawatan komunitas telah disiapkan seperti PHN kit yang berisi alat-alat kesehatan yang berfungsi untuk mengukur dan mendapatkan data kesehatan dikomunitas.
5.
Mempersiapkan surat izin kepada instansi terkait dengan pelaksanaan kegiatan pengkajian keperawatan komunitas (Puskesmas, Kelurahan, RW).
6.
Memberitahu sasaran 1 hari sebelumnya bahwa akan dilakukan kegiatan keperawatan komunitas
7.
Memberitahu sasaran 1 hari sebelumnya bahwa akan dilakukan kegitan pengkajian keperawatan komunitas.
26
Beberapa hari sebelum pelaksanaan Lokmin atau Musyawarah Masyarakat Desa, undangan harus sudah disebar kepada masyarakat, tokoh agama, pengurus RW/RT, pengurus desa, petugas puskesmas, dan sektor terkait lainnya yang dianggap perlu. Satu hari sebelum dilaksanakannya Lokmin, hal-hal yang harus sudah disiapkan seperti: 1. Tempat pelaksanaan untuk Lokmin, dengan tempat yang luas, bersih, pencahayaan baik dan udara tidak pengap. 2. Buku tamu dan alat tulis 3. Data hasil pengkajian komunitas 4. Laptop atau komputer 5. Lcd proyektor, sound system 6. Air minum daan makanan ringan (snack) 7. Susunan acara Lokmin, yaitu: a. Pembukaan b. Pembacaan ayat suci Al Qur’an dan terjemahannya (jika perlu) c. Sambutan-sambutan:
Ketua panitia lokmin
Ketua kepala desa/ketua RW atau tokoh masyarakat
Kepala puskesmas atau petugas kesehatan
d. Pembacaan data hasil pengkajian komunitas e. Perumusan masalah f. Prioritas masalah g. Diskusi kelompok untuk penyusunan POA (Plann of Action) h. Pembacaan hasil diskusi oleh masing-masing kelompok i. Pengucapan ikrar seluruh peserta lokmin j. Doa dan penutup
27
B. Pelaksanaan & Pengkajian Asuhan keperawatan komunitas di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai dilaksanakan pada tanggal 26 Juli – 02 Juli 2018. Dalam tahap ini, pengkajian dilaksananakan sesuai tanggal diatas dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang telah disusun dan telah dikonsulkan dengan pihak akademik dan puskesmas yang memiliki wilayah kerja di kelurahan Rantau Panjang. Tahap pelaksanaan pengkajian dilaksanakan 26 Juni – 02 Juli 2018. Jumlah KK yang berhasil dilakukan pengkajian di RW 18 terdiri dari 178 KK, pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Tenik total sampling merupakan cara pengambilan sampel secara keseluruhan dari populasi, selanjutnya dilakukan tahap analisa data pada tanggal 03 Juli – 06 Juli 2018. Sebelum dilakukan pengkajian, terlebih dahulu dilakukan Winshield survey yaitu mengobservasi secara langsung keadaan wilayah di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Setelah survey dilakukan, selanjutnya dilaksanakan penyusunan angket untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi di wilayah RW 18. Sebelum dilakukan penyebaran angket mahasiswa membina hubungan saling percaya dengan masyarakat tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat. a. Tahap pelaksanaan pengkajian Tahap ini dimulai dari memperbanyak angket yaitu sebanyak 198 angket, dan melakukan wawancara secara langsung pada setiap keluarga yang bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masyarakat. Jumlah angket yang berhasil dikumpulkan mahasiswa berjumlah 178 angket. Berdasarkan hasil dari pengumpulan data di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai.
28
C. Penyampaian Hasil Pengkajian (Angket, Wawancara, Observasi) 1. Data geografi Wilayah RW 18 Kelurahan Rantau Sri Meranti Rumbai dari hasil winshield survey pada bagian : Barat
: Berbatasan dengan RW 03 Kelurahan Sri Meranti
Utara
: Berbatasan dengan RW 03 Kelurahan Sri Meranti
Timur
: Berbatasan dengan RW 04 Kelurahan Sri Meranti
Selatan : Berbatasan dengan Jalan Raya Yosudarso tempat ibadah yang ada disekitar RW 18 adalah mesjid Al-Ilham. kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga RW 18 meliputi pengajian rutin ibu-ibu yang dilaksanakan setiap hari Kamis.
2.
Data Demografi a.
Data Umum 1.
Data demografi berdasarkan wilayah RT
29
Diagram 3.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan wilayah RT di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarakan hasil diagram distribusi frekuensi penduduk berdasarkan wilayah RT di wilayah RW 18, jumlah anggota KK di RT 01 sebanyak 39,33%, anggota KK RT 02 sebanyak 32,58%, anggota KK RT 03 sebanyak 28,09%.
2.
Data demografi berdasarkan pendidikan
30
Diagram 3.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat bahwa dari 178 KK dengan 689 jiwa jumlah pendidikan tertinggi SMA sebanyak 39,33%, pendidikan SMP 38,20%, pendidikan sarjana 1,69%, dan pendidikan diploma 0,56%.
3.
data demografi berdasarkan agama
31
Diagram 3.3 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarakan hasil diagram distribusi frekuensi penduduk berdasarkan agama di wilayah RW 18 mayoritas agama masyarakat RW 02 adalah islam yaitu 100%.
4.
data demografi berdasarkan pekerjaan
Diagram 3.4 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di RW 18,
Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai
N: 178 KK
(682Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi penduduk berdasarkan pekerjaan,masyarakat yang bekerja sebagai pns sebayanyak 5%, masyarakat 32
yang bekerja sebagai swasta sebanyak 25,28%,masyarakat yang bekerja sebagai buruh sebanyak 24,16%,masyarakat yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 38,20%, masyarakat yang bekerja sebagai wirausaha sebanyak 38,20%, dan masyarakat yang tidak bekerja sebanyak 6,74%. Dapat disimpulkan masyoritas pekerjaan masyarakat di wilayah RW 02 adalah sebagai wiraswasta dengan distribusi frekuensi sebanyak 38,20%.
5.
Data demografi berdasarkan suku bangsa
Diagram 3.5 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018.
33
Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi penduduk berdasarkan suku bangsa di RW 18, masyarakat yang bersuku minang sebanyak 67,42%, masyarakat yang bersuku melayu sebanyak 29,78%, masyarakat yang bersuku batak sebanyak 0,56% dan masyarakat yang bersuku jawa sebanyak 2,25%. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas suku bangsa masyarakat di RW 18 adalah minang yaitu dengan distribusi frekuensi 67,42%.
b. Data jumlah jiwa 1.
data demografi berdasarkan jenis kelamin
34
Diagram 3.6 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan jenis kelamin di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai
N: 178 KK
(682Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan
hasil
berdasarkan jenis kelamin
diagram
distribusi
frekuensi
masyarakat
adalah masyarakt yang berjenis kelamin
perempuan berumlah 52,93% dan laki-laki berjumlah 47,07%.
2.
Data demografi berdasarkan kriteria umur
Diagram 3.7 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kriteria Umur di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai (682Jiwa) Juli 2018.
35
N: 178 KK
Berdasarkan
hasil
berdasarkan kriteria umur
diagram
distribusi
frekuensi
masyarakat
adalah masyarakat dengan umur 0-5 tahun
sebanyak 6,45%, masyarakat yang berumur 5-11 tahun sebanyak 10,85%, masyarakat yang berumur 12-16 tahun sebanyak 10,85%, masyarakat yang berumur 17-25% sebanyak 19,50%, masyarakat yang berumur 26-35 tahun sebanyak 18,18%, masyarakat 37-45 tahun sebanyak 14,96%, masyarakat yang berumur 46-55 tahun sebanyak 11,29%, dan masyarakat yang berumur 56-65 tahun sebanyak 7,92%.
3. Data Tabungan Kesehatan
Diagram 3.8 Distribusi Frekuensi Tabungan kesehatan di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018.
36
Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi tabungan kesehatan, didapatkan yang memiliki tabungan kesehatan (BPJS) sebanyak 150 KK (84,27%) dan yang tidak memiliki tabungan kesehatan sebanyak 28 KK (15,73%). a. Keadaan Lingkungan 1. Data Demografi berdasarkan tipe rumah
Diagram 3.9 Distribusi Frekuensi Tipe Rumah di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi tipe rumah, didapatkan rumah petak sebanyak 78,65%, dan rumah bulatan sebanyak 21,35% 37
2.
Data demografi jenis rumah warga
Diagram 3.10 Distribusi Frekuensi jenis Rumah di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi jenis rumah, didapatkan 53,37% permanen, 28,09% semi permanen, dan 18,54% non permanen.
38
3.
Data demografi keadan ventilasi rumah warga
Diagram 3.11 Distribusi Frekuensi pencahayaan Rumah di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai
N: 178 KK (682
Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi ventilasi rumah, didapatkan 53,37% dengan ventilasi cukup, 33,15% dengan ventilasi baik, dan 13,48% dengan ventilasi kurang.
39
4.
Data demografi tipe lantai rumah warga
Diagram 3.12 Distribusi Frekuensi Tipe Lantai Rumah di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi tipe lantai rumah, didapatkan rumah dengan lantai kayu sebanyak 66,29%, lantai semen 22,47% dan lantai keramik sebanyak 11,24%.
40
5.
Data demografi pencahayaan rumah
Diagram 3.13 Distribusi Frekuensi pencahayaan Rumah di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi pencahayaan rumah, didapatkan 80,90% pencahayaan baik dan 19,10% pencahayaan kurang baik. Dapat disimpulkan secara keseluruhan pencahayaan rumah di wilayah RW 18 baik,hanya beberapa rumah saja pencahayaan nya kurang baik.
41
6.
Data demografi berdasarkan sumber air
Diagram 3.14 Distribusi Frekuensi Sumber Air Minum dan Memasak di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 179 KK yang berhasil didata di RW 18 sebagian besar warga memiliki sumber air berupa air sumur gali 74,16% , sumur BOR sebanyak 14%, PDAM 11,24%.
42
7.
Data demografi berdasarkan tempat penyimpanan air keluarga
Diagram 3.15 Distribusi Frekuensi Tempat Penampungan Air Bersih keluarga di RW 18, Kelurahan sri meranti Kec.Rumbai . Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwa dari 178 KK yang berhasil didata di RW 18 untuk tempat yang digunakan dalam menampung air bersih untuk minum sebagian besar warga menggunakan ember gentong terbuka 66,29%, dan ember gentong tertutup 33,71%.
43
8. Data demografi berdasarkan mebersihkan tempat penampungan air bersih
Diagram 3.16 Distribusi Frekuensi berapa kali masyarakat membersihkan tempat penampungan air bersih di RW 18. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi masyarakat yang membersihkan tempat penampungan air bersih minimal 1 kali seminggu sebanyak 98,88% dan yang melakukan pembersihan 2 kali dalam sebulan sebanyak 1,12%. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat RW 18 sudah melakukan pembersihan tempat penampungan air dengan baik yaitu 1 kali seminggu.
44
9.
Data demografi berdasarkan jarak sumber air dengan pembungan limbah
Diagram 3.17 Distribusi Frekuensi jarak sumber air dengan pembuangan limbah di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi jarak sumber air dengan pembuangan air limbah,jarak kurang 10 meter sebanyak 76,40%, lebih 10 meter sebanyak 23,60%.
45
10.
Data demografi berdasarkan jenis pembuangan air limbah keluarga
Diagram 3.18 Distribusi Frekuensi jenis pembuangan air limbah keluarga di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan diagram distribusi frekuensi jenis pembuangan air limbah keluarga, secara keseluruhan warga mengatakan pembuangan melalui got/saluran terbuka dengan frekuensi 100%.
46
11.
Data demografi berdasarkan kondisi saluran limbah keluarga
Diagram 3.19 Distribusi Frekuensi kondisi saluran limbah keluarga di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi kondisi saluran limbah, 61,24% saluran tertutup lancar, 38,20% saluran terbuka lancar dan 0,56% saluran terbuka tergenang.
47
12.
Data demografi berdasarkan tempat pembuangan tinja warga
Diagram 3.20 Distribusi Frekuensi tempat pembuangan tinja di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Secara keseluruhan masyarakat di wilayah RW 18 tempat pebuangan tinja adalah melalui saptik tank dengan frekuensi 100%.
48
13.
Data demografi berdasarkan kepemilikan tempat pembuangan tinja keluarga
Diagram 3.21 Distribusi Frekuensi kepemilikan tempat pembuangan tinja keluarga di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan
diagram
distribusi
frekuensi
kepemilikan
tempat
pembuangan tinja keluarga,rata-rata yang menggunakan WC umum sebanyak 93,82% dan yang menggunakna WC umum sebanyak 6,18%.
49
14. Data demografi berdasarkan jarak smber air dengan pembuangan tinja
Diagram 3.22 Distribusi Frekuensi jarak sumber air dengan pembuangan tinja masyarakat di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan diagram distribusi frekuensi jarak sumber air dengan pembuangan tinja kurang 10 meter sebanyak 76,40% dan lebih dari 10 meter sebanyak 23,60%.
50
15. Data demografi berdasarkan kondisi pembuangan sampah keluarga
Diagram 3.23 Distribusi Frekuensi kondisi pembuangan sampah keluarga di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi kondisi pembuangan sampah warga RW 18,terbuka sebanyak 78,09% dan tertutup 21,91%.
51
16. Data demografi berdasarkan cara pembuangan sampah keluarga
Diagram 3.24 Distribusi Frekuensi cara pembuangan sampah keluarga di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi cara pembuangan sampah,1,12% sampah di bakar oleh masyarakat itu sendiri, dan 98,88% di ambil oleh petugas.
52
17. Data demografi berdasarkan penghasilan bulanan
Diagram 3.25 Distribusi Frekuensi penghasilan bulanan masyarakat di RW 18. Berdasarkan hasil diagram distribusi rekuensi penghasilan bulaknan masyarakat RW 18 adalah penghasilan Rp. 2557,498 yaitu sebanyak 42,70%.
53
18. data demografi berdasarkan transportasi
Diagram 3.26 Distribusi Frekuensi transportasi di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi freuensi transportasi masyarakat di RW 18, masyarakat yang menggunakan kendaraan roda dua adalah sebanyak 88,89%, masyarakat yang menggunakan roda empat sebanyak 1,69% dan masyarakat yang tidak memiliki kendaraan transportasi adalah sebanyak 8,43%.
54
d. Data kesehatan keluarga 1. Data demografi berdasarkan penyakit 6 bulan terakhir
Diagram 3. 27
Distribusi Frekuensi menderita penyakit 6 bulan terakhir di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018.
Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi yang menderita penyakit enam bulan terakhir sebanyak 51,69% , dan yang tidak menderita penyakit enam bulan terakhir sebanyak 48,31%.
55
2. Data demografi berdasarkan jenis Penyakit 6 bulan terakhir
Diagram 3.28
Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit Enam Bulan Terakhir di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018.
Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi jenis penyakit enam bulan terakhir didapatkan 24,16% Batuk pilek, 20,22%, Demam, 14,04%, 6,18% Gatal-gatal dan yang tidak ada penyakit 48,31%.
56
3. Data deografi berdasarkan penyakit kronis
Diagram 3.29 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Penyaki Kronis yang diderita keluarga di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi berdasarkan jenis penyakit kronis yang diderita keluarga didapatkan 26,97% Hipertensi,13,48% Asam Urat, 3,37% Jantung, 1,69% TBC, 1,69 asam lambung, 0,56% rematik, 056% rematik diabetes melitus, dan 51,69% tidak menderita penyakit kronis.
57
4. Data demografi berdasarkan yang dilakukan ketika anggots keluarga sakit
Diagram 3.30 Distribusi Frekuensi Berdasarkan yang dilakukan keluarga jika anggota keluarga sakit di RW 18, Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai N: 178 KK (682 Jiwa) Juli 2018. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi berdasarkan yang dilakukan keluarga jika anggota keluarga sakit yaitu 94,38% Periksa ke Yankes, 5,62% beli obat sendiri.
58
e. Data kesehatan jiwa
1. data demografi berdasarkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Diagram 3.31 Distribusi Frekuensi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ditemukan 1,12% anggota masyarakat RW 18 yang mengalami gangguan jiwa.
59
2. data demografi berdasarkan konsumsi obatan
Diagram 3.32 Distribusi Frekuensi masyarakat yang mengkonsumsi obat rutin gangguan jiwa di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi masyarakat yang mengkonsumsi obat rutin gangguan jiwa adalah sebanyak 1,12%.
60
3. data demografi diagnosa keperawatan gangguan jiwa
4.
Diagram 3.33 Distribusi Frekuensi diagnosa keperawatan gangguan jiwa di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai dengan jumlah jiwa Berdasarkan hasil dstribusi frekuensi diagnosa keperawatan gangguan jiwa di RW 18 yang mengalami halusinasi sebanyak 0,56% dan resiko perilaku kekerasan sebanyak 0,56% dan 98,88% tidsk mengalami gangguan jiwa.
61
f. Data pertanyaan kelurahan siaga 1.data demografi berdasarkan sarana kesehatan terdekat
Diagram 3.34 Distribusi Frekuensi sarana kesehatan yang terdekat di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil dstribusi frekuensi sarana kesehatan yang terdekat di RW 18 masyarakat mengatakan sudah terdapat sarana kesehatan terdekat dengan distribusi frekuensi 100%.
62
2.Data demografi berdasarkan transportasi ke tempat pelayanan kesehatan
Diagram 3.35 Distribusi Frekuensi cara keluarga membawa ketempat pelayanan kesehatan di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi cara keluarga membawa ketempat pelayanan kesehatan,masyarakat yang membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan dengan kendaraan pribadi sebanyak 88,20%, menggunakan kendaraan umum sebanyak 1,12% dan menggunakan amblan sebanyak 10,67%.
63
3.Data demografi berdasarkan apakah perlu adanya sarana trasportasi bagi penderita di kelurahan
Diagram 3.36 Distribusi Frekuensi perlu adanya sarana transportasi bagi penderita di wilayah RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi 100% masyarakat mengatakan perlu sarana transportasi bagi penderita di wilayah RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai.
64
4. data demografi berdasarkan dimana perlu disipakan kendaraan tersebut
Diagram 3.37 Distribusi Frekuensi dimana perlu di siapkan kendaraan tranportasi ke pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi secara keseluruuhan masyarakat mengatan perlu adanya di persiapkan kendaraan tranpostasi di tiap RW dengan frekuensi 100%.
65
5.
Data demografi berdasarkan apakah perlu adanya tenaga terlatih bila ada bencana di masyarakat
Diagram 3.38 Distribusi Frekuensi apakah perlu adanya tenaga terlatih bila ada bencana di masyarakat di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi, secara keseluruhan masyarakat mengatakan sangat di perlukan adanya tenaga kesehatan terlatih bila ada bencana dengan frekuensi 100%
66
6. data demografi berdasarkan apakah bersedia ikut menjadi petugas penanggulangan gawat darurat bencana
Diagram 3.39 Distribusi Frekuensi apakah bersedia ikut menjadi petugas penanggulangan gawat darurat bencana di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi, secara keseluruhan masyarakat mengatakan ingin ikut menjadi petugas penanggulangan gawat darurat bencana dengan frekuensi 100%.
67
7.
data demografi berdasarkan petugas penanggulangan bencana
Diagram 3.40 Distribusi Frekuensi apakah bersedia untuk di latih menjadi petugas penanggulang bencana di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi,secara keseluruhan masyarakat
mengatakan bersedia apabila di
latih
menjadi
penanggulang bencana di wilayah RW 18 dengan frekuensi 100%.
68
petugas
8. data demografi berdasarkan sumber donor darah
Diagram 3.41 Distribusi Frekuensi kemana keluarga mencari donor darah apabila membutuhkan. di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi,masyarakat yang mengatakan mencari donor darah ke PMI sebanyak 15,17%, dan mencari donor daraj ke keluarga sebanyak 84,83%.
69
9. data demografi berdasarkan perlu adanya darah di desa
Diagram 3.42 Distribusi Frekuensi apakah perlu adanya darah di desa di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi, secara keseluruhan masyarakat mengatakan perlu adanya darah di desa dengan frekuensi 100%.
70
10.
data demografi berdasarkan kesedian menjadi donor darah
Diagram 3.43 Distribusi Frekuensi apakah bersedia menjadi pendonor darah bila anggota masyarakat sedang membutuh di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi, secara keseluruhan masyarakat mengatakan bersedia menjadi pendonor bagi anggota masyarakat yang sedang membutuhkan darah dengan frekuensi 100%.
71
g. Data PUS 1. data demografi berdasarkan ikut KB
Diagram 3.44 Distribusi Frekuensi apakah ibu ikut program KB di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi ibu tidak mengikut program KB 70,00 % (56 PUS), dan ibu yang mengikut KB 30,00% (24 PUS)
72
2. Data demografi berdasarkan jenis kontrasepsi
Diagram 3.45 Distribusi Frekuensi apakah jenis kontrasepsi yang di gunakan di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi kontrasepsi SUNTIK yang digunakan ibu 27,50%, kontrasepsi MOW/MOP yang digunakan ibu 2,50% dan yang tidak mengunakan kontrasepsi 70,00%.
73
3. data demografi berdasarkan keluhan KB
Diagram 3.46 Distribusi Frekuensi apakah ada keluhan mengunakan kontrasepsi yang di gunakan di RW 18 kelurahan sri meranti kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi kontrasepsi
yang
digunakan ibu tidak ada keluhan 27,50%, kontrasepsi yang digunakan ibu mengalami keluhan saat mengunakan kontrasepsi 2,50% mengalami keluahan kontrasepsi 70,00%.
74
dan yang tidak
5. data demografi berdasar alasan tidak ikut KB
Diagram 3.47 Distribusi Frekuensi apakah alasan tidak mengunakan kontrasepsi di RW 18 kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan
hasil
diagram
distribusi
frekuensi
alasan
tidak
menggunakan kontrasepsi disebabkan karena ingin punya anak 36,25%, tidak boleh suami
sebanyak 27,50%, adat/agama sebanyak 3,75%, tidak tahu
sebanyak 2,50%, mengikuti KB 30,00%.
75
h. Data anak usia sekolah 1. data demografi berdasarkan pola makan
Diagram 3.48 Distribusi Frekuensi bagaimana pola makan anak di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi pola makan anak dalam 3x/hari 52,70% , pola makan anak sesuai keinginan 47,30%.
76
2. data demografi berdasarkan penyakit yang diderita anak
Diagram 3.49 Distribusi Frekuensi penyakit yang di derita anak ibu saat ini di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi penyakit yang di derita anak ibu dengan penyakit ISPA 9,46%, yang di derita anak ibu dengan penyakit sakit kulit 4,05% dan yang di derita anak ibu saat ini tidak ada 86,49%.
77
3. data demografi berdasarkan apa yang dilakukan ketika anak sakit
Diagram 3.50 Distribusi Frekuensi apa yang dilakukan keluarga ketika anak sakit di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi yang dilakukan keluarga ketika anak sakit ke perawat/bidan 70,27%, yang dilakukan keluarga ketika anak sakit ke puskesmas 24,32% dan yang di lakukan keluarga ketika anak sakit ke rumah sakit 5,41%.
78
4. Data demografi berdasarkan pekerjaan tugas
Diagram 3.51 Distribusi Frekuensi apakah anak anda mengerjakan tugas yang diberikan di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anak yang mengerjakan tugas 62,16% dan anak yang tidak mengerjakan tugas 37,84%.
79
5. data demografi berdasarkan kompetisi anak
Diagram 3.52 Distribusi Frekuensi apakah anak anda mampu berkompetesi dengan teman sebayanya di sekolah di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anak yang mampu berkompetesi dengan teman sebayanya di sekolah 67,57% dan anak yang tidak mampu berkompetesi dengan teman sebayanya di sekolah 32,42%.
80
i. Data remaja 1. data demografi berdasarkan tentang fungsi reproduksi
Diagram 3.53 Distribusi Frekuensi apakah remaja mengetahui tentang fungsi reproduksi di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan
hasil
diagram
distribusi
frekuensi
remaja
yang
mengetahui tentang fungsi reproduksi 38,89%, dan remaja yang tidak mengetahui tentang fungsi reproduksi 61,11%.
81
2. data demografi berdasarkan tentang pengetahuan PMS
Diagram 3.54 Distribusi Frekuensi apakah remaja mengetahui tentang PMS di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan
hasil
diagram
distribusi
frekuensi
remaja
yang
mengetahui tentang PMS 51,11%, dan remaja yang tidak mengetahui tentang PMS 48,89%.
82
3. data demografi berdasarkan pengetahuan tentang alat kontrasepsi
Diagram 3.55 Distribusi Frekuensi apakah remaja mengetahui tentang alat kontrasepsi di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan
hasil
diagram
distribusi
frekuensi
remaja
yang
mengetahui tentang alat kontrasepsi 17,78%, dan remaja yang tidak mengetahui tentang alat kontrasepsi 82,22%.
83
4. data demografi berdasarkan kebiasaan remaja
Diagram 3.56 Distribusi Frekuensi apakah anak remaja punya kebiasaan tidak baik di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anak remaja yang kebiasaan merokok 28,89%, anak remaja yang kebiasaan minuman keras 1,11%, anak remeja yang kebiasaan narkoba 1,11% dan anak remaja yang kebiasaan buruk tidak ada 68,89%.
84
5. data demografi berdasarkan pengambilan keputusan
Diagram
3.57
Distribusi
Frekuensi
apakah
anda
merasa
selalu
bimbang/binggung saat mengambil keputusan di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anak remaja yang merasa selalu bimbang/binggung dalam mengambil keputusan 82,22%, dan anak remaja yang tidak bimbang/binggung dalam mengambil keputusan 17,78%.
85
6. data demografi berdasarkan rencana masa depan
Diagram 3.58 Distribusi Frekuensi apakah anak remaja mempunyai rencana masa depan di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anak remaja yang mempunyai rencana masa depan 91,11%, dan anak remaja yang tidak mempunyai rencana masa depan 8,89%.
86
7. data demografi berdasarkan berkomunikasi remaja
Diagram
3.59
Distribusi
Frekuensi
apakah
anak
remaja
sering
berkomunikasi/bercerita dengan orang sekitarnya di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anak remaja
yang
sering bercerita/berkomunikasi dengan orang sekitarnya 91,11%, dan anak remaja yang tidak sering bercerita/berkomunikasi dengan orang sekitarnya 8,89%.
87
8. data demografi berdasarkan orang untuk bercerita
Diagram 3.60 Distribusi Frekuensi siapa orang yang sering anda ajak untuk bercerita tentang masalah pribadi di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anak remaja yang sering cerita dengan orang tuanya tentang masalah pribadi 68,89%, dan anak remaja yang sering cerita dengan temannya 31,11%.
88
9. data demografi berdasarkan suka diri sendiri
Diagram 3.61 Distribusi Frekuensi apakah anak remaja meyukai dengan diri sendiri di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi anak remaja yang menyukai dengan dirinya sendiri 100%, tidak ada anak remaja yang tidak menyukai dirinya sendiri.
89
j. Data Lansia 1. data demografi berdasarkan penyakit saat ini
Diagram 3.62 Distribusi Frekuensi apakah masyarakat ada yang menderita sakit saat ini di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi masyarakat yang menderita penyakit Diabetes melitus 7,41%, masyarakat yang menderita penyakit TBC PARU 1,85% , masyarakat yang menderita penyakit HIPERTENSI 18,52%, masyarakat yang menderita penyakit RHEUMATIK 14,81%, masyarakat yang menderita penyakit DIMENSIA 7,41%, dan masyarakat yang tidak ada menderita penyakit 46,30%.
90
2. data demografi berdasarkan kebutuhan lansia
Diagram 3.63 Distribusi Frekuensi apakah lansia membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan
hasil
diagram
distribusi
frekuensi
lansia
yang
membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari hari 11,11% dan lansia yang tidak membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan seharihari 88,89%.
91
3. data demografi berdasarkan kondisi lingkungan lansia
Diagram 3.64 Distribusi Frekuensi kondisi lingkungan tempat tinggal lansia di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi kondisi lingkungan tempat tinggal lansia di lantai licin 11,11% , kondisi lingkungan tempat tinggal lansia di selokan terbuka 18,52%, dan kondisi lingkungan tempat tinggal lansia tidak membahayakan 70,37%.
92
4. data demografi berdasarkan kegiatan sosial lansia
Diagram 3.65 Distribusi Frekuensi kegiatan sosial apa yang lansia ikut di masyarakat di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi lansia yang mengikuti kegiatan sosial seperti wirid di masyarakat 40,74%, dan lansia yang tidak mengikuti kegiatan sosial di masyarakat 59,26%.
93
5. data demografi berdasarkan aktivitas lansia
Diagram 3.66 Distribusi Frekuensi bagaimana aktivitas lansia di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi aktivitas lansia merokok, minum kopi, alkohol 29,63%, aktivitas lansia memasak 46,30%, dan aktivitas lansia berjualan 24,07%.
94
6. data demografi berdasarkan kegiatan lansia di puskesmas
Diagram 3.67 Distribusi Frekuensi kegiatan yang lansia ikut di puskesmas pada saat ini di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi kegiatan yang di ikutin di puskesmas pemeriksaan kesehatan lansia 42,59%, kegiatan yang diikutin puskesmas pemeriksaan kesehatan rutin 40,74%, dan kegiatan yang tidsk ada di ikutin lansia di puskesmas 16,67%.
95
7. data demografi berdasarkan merasa kehidupan lebih baik dari orang lain
Diagram 3.68 Distribusi Frekuensi apakah anda merasa kehidupan anda lebih baik dari pada orang di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi masyarakat yang merasakan kehidupan lebih baik dari orang 88,89%, masyarakat yang tidak merasakan kehiduapan lebih baik dari orang 11,11%.
96
8. data demografi berdasarkan perasaan kehidupan tidak berarti
Diagram 3.69 Distribusi Frekuensi apakah anda merasa kehidupan tidak berarti di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi lansia yang merasa kehidupannya berarti 88,89%, dan lansia yang merasa kehidupannya tidak berarti 11,11%.
97
9. data demografi berdasarkan perasaan kehilangan
Diagram 3.70 Distribusi Frekuensi apakah anda merasa kehilangan saat ini di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi lansia yang merasa kehilangan saat ini 81,48%, dan lansia yang tidak merasa kehilangan saat ini 18,52%
98
10.
data demografi berdasarkan keinginan aktif dalam kegiatan sehari-hari
Diagram 3.71 Distribusi Frekuensi apakah anda merasa ingin aktif melakukan kegiatan sehari hari lagi di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi lansia yang ingin aktif melakukan kegiatan sehari-hari lagi 74,07%, dan lansia yang tidak ingin aktif melakukan kegiatan sehari hari lagi 25,93%.
99
11.
data demografi berdasarkan takut tidak memiliki waktu untuk hal lain
Diagram 3.72 Distribusi Frekuensi apakah anda takut tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal lain lagi di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi lansia takut tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal lain lagi 11,11%, dan lansia yang ingin memiliki waktu untuk melakukan hal-hal lain lagi 88,89%.
100
k.
Data Balita 1. Data demografi berdasarkan jumlah balita
Diagram 3.73 Distribusi Frekuensi bayi balita di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi jumlah bayi balita di RW 18 sebanyak 44 balita dengan frekuensi 100%.
101
2. Kemana Ibu Menimbang Berat Badan Balita Setiap Bulannya
Diagram 3.74 Distribusi Frekuensi kemana ibu menimbang anak setiap bulan di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. 44 balita. Berdasarkan
hasil
diagram
distribusi
frekuensi
kemana
ibu
menimbang anak setiap bulan yaitu 84,09% (37 balita) ke posyandu dan 15,91% (7 balita) ke puskesmas..
102
3. Apakah Ibu Rutin Membawa Bayi Dan Balita Untuk Melakukan Pemeriksaan Atau Kunjungan Ke Posyandu Setiap Bulan
Diagram 3.75 Distribusi Frekuensi apakah ibu rutin membawa anak ke posyandu di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. 44 balita. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi apakah ibu rutin membawa anak ke posyandu yaitu 95,45% (42 balita) Rutin membawa ke posyandu dan 4,56% (2 balita) tidak rutin .
103
4. Apakah Balita Mempunyai KMS
Diagram 3.76 Distribusi Frekuensi apakah balita mempunyai KMS di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. 44 balita. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi
apakah balita
mempunyai KMS yaitu 65,91% (29 balita) memiliki KMS, dan 34,09% (19 balita) tidak meimiliki KMS.
104
5. Apa Arti Yang Ada Pada KMS
Diagram 3.77 Distribusi Frekuensi apa arti yang ada dari KMS di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. 44 balita. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi apa arti yang ada dari KMS yaitu 56,82% (25 balita) Gizi anak, 18,18% (8 balita) berat badan anak, 18,18% (8 balita) Tidak tau, dan 6,82% (3 balita) tinggi badan anak.
105
6. Arti Warna Merah Pada KMS
Diagram 3.78 Distribusi Frekuensi apa arti warna merah pada KMS di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. 44 balita. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi apa arti warna merah pada KMS yaitu 81,82(36 balita) gizi kurang dan 18,18%(8 balita) tidak tahu.
106
7. Dimana Balita Mendapatkan Imunisasi
Diagram 3.79 Distribusi Frekuensi dimana balita mendapat imunisasi di RW 18 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. 44 balita. Berdasarkan hasil diagram distribusi frekuensi dimana balita mendapat imunisasi yaitu 88,64% (39 balita) imunisasi di posyandu dan 11,36% (5 balita) imunisasi di praktek bidan.
107
3. ANALISA DATA Proses analisa data dilaksanakan pada saat kegiatan lokakarya mini berlangsung dan waktunya adalah setelah pembacaan data hasil pengkajian komunitas. Sebelum dilakukan analisa data, terlebih dahulu dilakukan identifikasi dan dan sampaikan kepada masyarakat data senjang hasil pengkajian komunitas yaitu data-data dengan distribusi frekuensi paling banyak, terutama data yang berhubungan dengan kondisi penyakit, lingkungan yang tidak sehat, kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat, perilaku masyarakat yang tidak sehat atau data hasil pengkajian komunitas yang
menyimpang
dari
kondisi
normal.
Kemudian
data
tersebut
dikelompokkan dan dimasukkan kedalam tabel analisa data komunitas. Berikut ini ditampilkan tabel analisa data-data senjang yang berhasil dikumpulkan saat dilakukan pengkajian di Kelurahan Sri Meranti, khususnya RW 18.
No
DATA MASALAH KESEHATAN DATA OBJEKTIF 1. 4,55% bayi dan balita yang tidak rutin dibawa kunjungan keposyandu 2. 34,09% tidak mempunyai KMS 3. 18,18% tidak tahu arti pada KMS 4. 18,18% tidak tahu arti warna merah pada KMS 5. Tidak mempunyai tabungan kesehatan
108
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS BAYI BALITA PERILAKU KESEHATAN CINDERUNG BERISOKO
15,73% 6. 57,30% pendapatan keluarga < Rp. 2. 557.486 DATA SUBJEKTIF 1. Banyak ibu mengatakan bahwa jarak puskesmas dan posyandu jauh dari rumah 2. Banyak kepala keluarga mengatakan tidak memiliki tabungan kesehatan 3. Banyak ibu mengatakan jik waktunya imunisasi anak sedang sakit 4. Banyak ibu mengatakan jika setelah imunisasi anak jadi demam 5. Banyak ibu mengatakan tidak tahu arti dari KMS 6. Banyak ibu mengatakan tidak tahu warna merah
109
pada KMS DATA OBSERVASI 1. Ibu tampak bingung melihat buku KMS yang di miliki
2
MASALAH KESEHATAN DICEGAH DENGAN DATA OBJEKTIF 1. 51,69% yang menderita penyakit kurang dari enam bulan yaitu 24,16 yang mengalami batuk pilek, 20,22% demam, 6,18% gatalgatal. 2. 19,10% pencahayaan kurang 3. 13,48 venilasi kurang 4. 66,29% tempat penyimpanan air ember terbuka 5. 76,40% jarak sumber air dengan pembuangan limbah < 10 meter
110
KOMUNITAS PENYAKIT YANG DAPAT PEMELIHARAAN LINGKUNGAN DEFISIENSI KESEHATAN KOMUNITAS
6. 100% pembuangan limbah got/saluran terbuka 7. 38,20% saluran limbah terbuka tergenang 8. 78,09% kondisi pembuangan sampah terbuka Masalah kesehatan komunitas 1. Ada 15,73% dari 178 KK yang tidak memiliki tabungan kesehatan Data DATA SUBKJEKTIF 1. Masyarakat mengatakan bahwa penampungan air dengan ember dan tidak tertutup karena kalau habis langsung isi Masa Masalah kesehatankomunitas 1. Sebagian masyarakat mengatakan tidak memiliki jaminan
111
kesehatan 2. Sebagian masyarakat mengatakan belum mengurus jaminan kesehatan karena masalah biaya dan waktu DATA OBSERVASI 1. Banyak genangan air limbah disekitar rumah 2. Got/ parit tampak tergenang 3. Tampak banyak sampah di got/ saluran 4. Banyak sampah berserakan 5. Banyak jentik jrentik nyamuk di sekitar got/ parit 6. Sampah di tempat pembuangan besar tampak berserak
112
3
MASALAH KESEHATAN KELOMPOK LANSIA PENYAKIT AKIBAT POLA HIDUP TIDAK SEHAT DATA OBJEKTIF DEFISIENSI KESEHATAN KOMUNITAS 1. Dari 178 KK (682 jiwa) jumlah lansia terdapat 54 orang (7,92%) 2. 18,52% lansia dengan hipertensi 3. 16,67% lansia tidak mengikuti kegiatan di puskesmas 4. 15,73% tidak memiliki tabungan 5. 40,74% lansia mengikuti wirid 6. 57,30% pendapatan keluarga < Rp. 2. 557.486
SUB DATA SUBJEKTIF 1. Lansia mengatakan tidak memiliki posyandu lansia di RW 18 2. LANSIA mengatakan jarak rumah ke puskesmas jauh O
DATA OBSERVASI 1. Banyak terdapat lansia di RW 18 2. Banyak lansia yang aktif dalam kegiatan wirid
113
4.
Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan perumusan diagnosa keperawatan komunitas dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan kegiatan ini dilakukan pada saat musyawarah masyarakat desa/Lokakarya mini. Berikut ini dijelaskan dan dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan komunitas berdasarkan data hasil pengkajian yang berhasil dikumpulkan dan dianalisa di Kelurahan Sri Meranti Kec. Rumbai, khususnya di RW 18.
Data
Diagnosis
NOC
Keperawatan Kode
Diagnosis
Kode
Hasil
NIC Kode
Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas : BAYI BALITA DO:
00188
7. 4,55% bayi dan balita yang tidak rutin dibawa kunjung an keposya ndu 8. 34,09% tidak mempu nyai KMS 9. 18,18%
Perilaku kesehatan
Prevensi Primer
Prevensi
1606 Partisipasi dalam
cinderung
keputusan perawatan
beresiko
kesehatan 1602 Perilaku promosi
Primer 5510
kesehatan 5520
kesehatan 1603 Perilaku mencari
Fasilitas pembelajaran
8500
kesehatan
Pengembang an kesehatan
1636 Prilaku skrining kesehatan pribadi
Pendidikan
komunitas 5510
1700 Keyakinan kesehatan
Pendidikan kesehatan
4350
Manajemen perilaku
tidak
Prevensi sekunder
tahu arti
4360
Modifikasi perilaku
114
pada
Keyakinan
KMS
kesehatan: perceived
10. 18,18%
untuk mengontrol
tidak
Keyakinan
tahu arti
kesehatan: sumber
Prevensi
warna
daya yang dirasakan
Sekunder
merah
Orientasi kesehatan
pada
Derajat Kesehatan
KMS
masyarakat
11. Tidak mempu
kesehatan
6650
Surveilans
6610
Identifikasi
2605 Partisipasi tim
n
kesehatan
kesehata
dalamkeluarga.
n
Skrining
Prevensi Tersier
nyai tabunga
6520
resiko
7400
2606 Kesehatan fisik
15,73%
Panduan sistem
anggota keluarga
kesehatan
12. 57,30% pendapa
8700
tan
Pengembang an program
keluarga < Rp. 2.
Prevensi
557.486
Tersier 7140
DS 1. Banyak ibu
Dukungan keluarga
mengatakan bahwa jarak puskesmas
115
dan posyandu jauh dari rumah 2. Banyak kepala keluarga mengatakan tidak memiliki tabungan kesehatan 3. Banyak ibu mengatakan jik waktunya imunisasi anak sedang sakit 4. Banyak ibu mengatakan jika setelah imunisasi anak jadi demam 5. Banyak ibu mengatakan tidak tahu arti dari KMS 6. Banyak ibu
116
mengatakan tidak tahu warna merah pada KMS
Data pendukung masalah kesehatan komunitas : penyakit akibat lingkungan tidak sehat DATA OBJEKTIF 1) 51,69% yang
00215
Defisiensi
Prevensi Primer
Kesehata
Prevensi Primer
Komunitas
2700 Kompetensi
menderita
5510
Primer 5520
masyarakat
penyakit
Prevensi
Pendidikan kesehatan
8500
Fasilitas
kurang dari
2701 Derajat kesehatan
pembelajaran
enam bulan
masyarakat
Pengembang
yaitu 24,16 yang
5510 1805 Pengetahuan:
mengalami
perilaku sehat
komunitas 4350
batuk pilek, 20,22%
an kesehatan
Pendidikan kesehatan
1832 Pengetahuan:
demam,
promosi kesehatan
6,18% gatal-
4360
Manajemen perilaku Modifikasi
gatal.
1855 Pengetahuan: gaya
2) 19,10%
hidup sehat
pencahayaan
117
perilaku
kurang
1602 Perilaku promosi
Prevensi
kesehatan
Sekunder
3) 13,48 venilasi kurang 4) 66,29%
6520 1603 Pencarian perilaku
tempat
sehat
kesehatan 6486
penyimpanan air ember
1606 Partisipasi dalam
5) 76,40% jarak sumber air
keamanan
pengambilan
6650
Surveilans
keputusan pearwatan
7400
Panduan
kesehatan
sistem
dengan
kesehatan 1704 Keyakinan
limbah < 10
kesehatan: ancaman
meter
yang dirasakan
8700
Pengembang an program
5515
6) 100%
Peningkatan kecakapan
pembuangan limbah
Manajemen lingkungan:
terbuka
pembuangan
Skrining
dalam
Prevensi Sekunder 1602 Perilaku
kesehatan
got/saluran
meningkatkan status
(Health
terbuka
kesehatan
Literacy
7) 38,20%
Euhancement
saluran
1603 Perilaku pencarian
limbah
kesehatan
Prevensi
terbuka tergenang
Tersier 2700 Kompetensi
8) 78,09%
5440
komunitas
sistem
kondisi pembuangan
Peningkatan
dukungan 2701 Status kesehatan
8100
Rujukan
komunitas
5430
Dukungan
sampah
118
terbuka 9) 15,73% dari 178 KK yang tidak memiliki tabungan kesehatan
kelompok 2807 Efektivitas skrining kesehatan komunitas
2810 Kontrol resiko kesehatan
DS: 1. Masyarakat mengatakan
1908 komunitas: deteksi 2808 resiko
bahwa
Efektivitas program
penampungan
Kelompok /
air dengan
Komunitas
ember dan tidak tertutup karena kalau habis langsung isi 2. Sebagian
Prevensi Tersier 2012 Status kenyamanan:
masyarakat mengatakan tidak
sosiokkultural 2000 Kualitas hidup 1805 Pengetahuan:
memiliki jaminan
promosi kesehatan 1606 Partisipasi dalam
kesehatan
mengambil
3. Sebagian
keputusan pada
masyarakat
perawatan
mengatakan belum
119
mengurus jaminan kesehatan karena masalah biaya dan waktu
-
5.
Prioritas Masalah Setelah
masala/diagnosa
keperawatan
komunitas
dapat
dirumuskan,
selanjutnya masalah/diagnosa tersebut perlu dilakukan prioritas masalah untuk dicari pemecahan masalahnya. Kegiatan ini berlangsung dan melibatkan masyarakat. Proses memprioritaskan masalah keperawatan komunitas ini juga dilakukan penetapannya bersama masyarakat melalui Musyawarah Masyarakat Desa/Lokakarya Mini (Lokmin). Prioritas masalah dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan dan kekhususan. Proses memprioritaskan masalah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat tabel prioritas masalah, (3 kolom): kolom masalah, kolom pentingnya masalah untuk diatasi, peningkatan kualitas hidupbila diatasi dan kolom jumlah. 2. Mengajak masyarakat untuk memberi pertimbangan terhadap masalah yang ada berdasarkan kategori masalah dengan cara memberi scor. 3. Seluruh skor dijumlahkan dan skor tertinggi ditetapkan sebagai prioritas pertama.
120
Berikut ini adalah tabel prioritas masalah keperawatan komunitas di Kelurahan Sri Meranti Kec.Rumbai RW 18. Diagnosa keperawatan komunitas Perilaku Kesehatan Cinderung Beresiko
Kriteria
Skor Bobot Skoring
Sifat masalah Skala: 1. tidak/ kurang sehat 2. ancaman kesehatan 3. keadaan sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah Skala: 1. mudah 2. sebagian 3. tidak dapat Potensi masalah untuk dicegah Skala: 1. tinggi 2. cukup 3. rendah Menonjolnya masalah Skala: 1. masalah berat, harus ditangani 2. ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 3. masalah tidak dirasakan
Jumlah Skor
121
1 3 2 1 2
2 1 0 1
3 2 1 1 2 1 0
Diagnosa keperawatan komunitas Defisiensi kesehatan komunitas
Kriteria
Skor Bobot Skoring
Sifat masalah Skala: 1. tidak/ kurang sehat 2. ancaman kesehatan 3. keadaan sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah Skala: 1. mudah 2. sebagian 3. tidak dapat Potensi masalah untuk dicegah Skala: 1. tinggi 2. cukup 3. rendah Menonjolnya masalah Skala: 1. masalah berat, harus ditangani 2. ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 3. masalah tidak dirasakan
1 3 2 1 2
2 1 0 1
3 2 1 1 2 1 0
Jumlah Skor
6.
Perencanaan Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Perencanaan komunitas ini dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa/Loka Karya Mini (Lokmin). Sebelum melakukan kegiatan Lokmin, perlu dilakukan Pra Lokmin terlebih dahulu. Pada kegiatan Pra Lokmin, bertujuan untuk memastikan bahwa apa yang akan
122
dilakukan dan kegiatan pada Lokakarya Mini sesungguhnya dapat berjalan dengan baik. Pada kegiatan pra lokmin disampaikan hasil pengkajian dan analisa data serta dibahas tentang strategi penyampaian hasil pengkajian, merumuskan masalah bersama masyarakat dan menyusun POA (Plann of Action) dengan masyarakat dan pembentukan panitia Lokmin. Sedangkan pada kegiatan lokmin disampaikan hasil pengkajian dalam bentuk distribusi frekuensi, masalah yang dirumuskan dan strategi pemecahan masalah dalam bentuk diskusi. Kegiatan lokmin dimaksudkan agar masyarakat terpanggil dan turut serta mencari solusi pemecahan masalah kesehatan yang ada dilingkungan mereka sendiri dan melaksanakan rencana pemecahan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan data hasil pengkajian dan bersama-sama dilakukan penyusunan masalah keperawatan komunitas bersama warga melalui Musyawarah Masyarakat Desa/ Loka Karya Mini (Lokmin). Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan dalam rencana memberikan intervensi keperawatan komunitas. Dibawah ini dibahas mengenai perencanaan yang telah dibuat dan tahapan pelaksanaan nya Di Kelurahan Sri Meranti, khususnya RW 18. 1. Mengadakan Kegiatan Loka Karya Mini (Lokmin) ini dilaksanankan guna menentukan rencana-rencana apa yang dapat diimplementasikan atau yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya. Dalam lokmin ini direncanakan akan membahas terkait data-data senjang yang berhasil ditemukan dan yang telah dianalisis serta turut serta mencari solusi pemecahan masalahkesehatan yang ada dilingkungan sendiri dan melaksanakan rencana pemecahan masalah yang telah disepakati bersama. 2. Dalam kegiatan Lokmin ini direncanakan sampai terbentuknya POA (planning of action) yang telah terbentuk sehingga dapat dilaksanakan dan dievaluasi pada tahap selanjutnya.
123
Berikut ini disajikan POA yang telah disusun dan akan didiskusikan bersama dalam Lokmin berdasarkan diagnosis keperawatan komunitas. Diagnosa Keperawatan Perilaku kesehatan cinderung beresiko di RW 18 kelurahan Sri meranti Kecamatan Rumbai.
Tujuan
Strategi
Intervensi
Pendidikan 1. Penyuluhan Tujuan kesehatan kepada jangka masyarakat panjang : Setelah tentang program dilakukan dan penyuluhan tindakan imunisasi pada keperawatan bayi dan balita diharapkan 2. Melakukan masalah pengontrolan ketidakefektifa berkala terhatap n pemeliharaan bayi dan balita kesehatan di RW 18 Kelurahan Sri Meranti menjadi efektif. Tujuan Jangka Proses 1. Mengikut Pendek: kelompok sertakan bayi & Setelah balita dalam dilakukan kegiatan lomba tindakan “Balita sehat” keperawatan 2. Memotifasi diharapkan : kunjungan Pengetahuan posyandu bayi keluarga balita tentang pentingnya Partnership 1. Bekerja sama pemeliharaan dengan pihak kesehatan yang puskesmas dan bertujuan posyandu bayi untuk bayi balita, terkait balita semakin promotif dan meningkat preventif. 1. Kelurga 124
Evaluasi Kriteria Stander Respon 90% verbal masyarakat dapat mengetahui tentang pentingnya menjaga kesehatan diri dan keluarga, dan mampu menjadi role model untuk diri sendiri dan keluargany a.
Respon verbal dan afektif
30% bayi mengikuti kegiatan belita sehat di RW 05 dapat bergabung dalam kegiatan belita sehat. Respon 80% kader afektif yang telah dan dibentuk psikomot aktif dan or bertanggun g jawab terhadap tugasnya
1QJUI2HH mampu meningkatk an kunjungan posyandu bayi balita Pemberday 1. Pelatihan Kader aan Posyandu masyarakat 2. Menggerakan Pokjakes 3. Memberikan penyuluhan pada kader.
Respon verbal dan afektif
Kader yang dibentuk dapat bertanggun g jawab dan aktif terhadap tugasnya dan 80 % masyarakat yang memiliki balita aktif membawa balitanya keposyandu ,
Intervensi 1. Menyediakan keperawata fasilitas untuk n melakukan cek profesional kesehatan dasar, konseling kesehatan, dan perawatan dasar di POSKO 2
Respon afektif dan psikomot or
90% masyarakat di RW. 01 Kelurahan Sri Meranti rutin melakukan pemeriksaa n kesehatan
125
KOMUNITAS : Defisiensi kesehatan komunitas di RW 18 kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai.
Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah defisiensi kesehatan komunitas di RW 18 Kel.Sri Meranti menjadi afektif. Tujuan jangka Pendek : setelah dilakukan tindakan kepearawatan diharapkan :
Pendidikan 1. Penyuluhan Respon kesehatan kepeda verbal masyarakat tentang perlunya menjaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungan. 2. Penyuluhan kepada masyarakat tentang bpenyakit Hipertensi
Proses kelompok
1. Mengikut Sertakan Masyarakat dalam kegiatan pemeriksaan Tensi secara rutin
Partnership 1. Bekerja sama dengan kader, 1. Pengetahua puskesmas dan n keluarga dinas terkait tentang dalam pentingnya melakukan pemelihara penyuluhan an tentang PHBS di kesehatan RumahTangga, , meningkat dan K3. 2. Keluarga 2. Perlombaanmampu perlombaan menerapka untuk n perilaku meningkatkan hidup motivasi bersih dan kelompok dalam sehat. menangani masalah
126
80% masyarakat dapat mengetahui tentang pentingnya pemelihara an kesehatan, dan meningkatk an kesadaran masyarakat
Respon afektif dan psikomot or
80% kader posyandu dan pokjakes ikut serta dalam pelatihan
kesehatan, seperti “Lomba RT bersih,
Pemberday 1. Pelatihan kader aan posyandu masyarakat 2. Penyegaran kader POKJAKES 3. Gotong royong Intervensi 3. Lomba Rumah keperawata Sehat. n Menyediakan profesional fasilitas untuk melakukan cek kesehatan dasar, konseling kesehatan, dan perawatan dasar di POSKO 2 .
Respon afektif dan psikomot or
80% warga ikut dalam kegiatan gotong royong
Respon verbal dan afektif
90% masyarakat di RW. 18 Kelurahan Sri Meranti mampu mengenal penyebab dari masalahmasalah kesehatan yang muncul, dan mampu memanfaat kan pelayanan kesehatan yang tersedia dengan baik.
Respon Verbal
80% lansia dapat mengetahui tentang Hipertensi
4. Melakukan Penyuluhan tentang : a. Pentingnya Posyandu b. PHBS di Rumah Tangga c. PHBS di Sekolah d. K3 Bagi UKK.
KELOMPOK LANSIA Defesiensi Kesehatan Kelompok Lansia
Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan
Pendidikan kesehatan
127
1. Penyuluhan kepada kelompok Lansia 2. tentang
di RW Kelurahan Meranti Kecamatan Rumbai
18 tindakan Sri keperawatan diharapkan masalah defisiensi kesehatan Proses kelompok Kelompok lansia di RW 18 Kel.Sri Meranti menjadi afektif Tujuan jangka Pendek : setelah dilakukan tindakan kepearawatan diharapkan : 1. Pengetahu an Lansia tentang Hipertensi dan Penangana n nya tentang pentingny a pemelihar aan kesehatan meningkat 2. Keluarga mampu
Hipertensi
1. Mengikuti sertakan lansia dalam kegiatan Senam Lansia
Respon afektif dan psikomot or
80% lansia dapat mengikuti senam lansia
Partnership
1. Bekerja sama dengan puskesmas untuk melakukan pemeriksaan sehat lansia 2. Bekerja sama dengan dinas sosial untuk memberdaya kan lansia melalui kegiatan menyulam
Respon afektif dan psikomot or
80% lansia mengikuti kegiatan pemeriksaa n sehat lansia
Pemberday aan Masyarakat
1. Menggerakk an Pokjakes
Intervensi Keperawata n Profesional
1. Penanaman TOGA
Respon afektif dan psikomot or Respon afektif dan psikomot or
128
90% lansia mengikuti penanaman obat
menerapka n perilaku hidup bersih dan sehat.
7.
tradisional (TOGA)
Pelaksanaan dan Evaluasi Pelaksanaan atau implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan komunitas yang tertuang dalam Planning Of Action (POA). Implementasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan,
kemitraan
dan
pemberdayaan
masyarakat.
Implementasi
keperawatan berfungsi untuk meningkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan, mencegah penyakit, dan memfasilitasi rehabilitasi. Setelah POA yang disusun dalam Lokmin, selanjutnya akan dilakukan pengorganisasian dan dilakukan kerjasama lintas sektoral. Selain itu intervensi keperawatan komunitas juga difokuskan pada tingkat pencegahan baik primer, sekunder dan tersier. Setelah implementasi dilakukan, untuk menilai sejauh mana kegiatan berjalan maka perlu dilakukan evaluasi.
129