BAB I PENDAHULUAN
1. 1.
Latar Belakang Tugas rancangan Elemen mesin merupakan kewajiban yang harus
diselesaikan mahasiswa jurusan teknik mesin Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen.oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengambil Tugas rancangan Elemen Mesin yang terhubung dengan kopling kendaraan. Mesin bergerak memerlukan suatu komponen yang dapat memutuskan dan menghubungkan daya dan putaran,komponen ini dinamakan kopling.dimana putaran yang dihasilkanoleh poros input akan dihubungkan ke poros output.pada sebuah kendaraan,kopling memegang peranan penting,sebab sebelum kopling ditemukan motor dihentikan dengan mematikan mesinnya. Tetapi setelah kopling ditemukan pemindahan dan pemutusan daya dapat dilakukan dengan aman dan mudah tanpa terlebih dahulu mematikan mesinnya.
1. 2.
Batasan Masalah Rancangan ini
akan membahas kopling plat gesek “ TOYOTA
FORTUNER” dengan speksifikasi daya dan putaran adalah : Daya
= 165 Ps
Putaran
= 5000 rpm
dirancang/ menghitung bagian bagian/ ukuran ukuran utama kopling gesek.
1
1. 3.
Tujuan tugas rancangan Untuk melatih melakukan perancangan kopling gesek dengan perhitungan 1
perhitungan serta mengadakan pemeriksaan terhadap hasil perhitungan apakah konstruksi yang akan dirancang dapat dikatakan aman terhadap masalah masalah yang akan timbul nantinya.
2
3
Keterangan gambar 1.Flywheel 2.Plat gesek 3.Poros penggerak 4.Baut pengikat flywheel dan poros penggerak 5.Bantalan radial 6.Spline 7.Naf 8.Plat pembawa Plat Gesek 9.Paku keling pengikat plat gesek 10.Baut pengikat tutup kopling 11.Tutup kopling 12.Plat penekan 13.Plat penahan pegas kejut 14.Pegas kejut 15.Poros yang di gerakkan 16.Sleeve 17.Bantalan axial 18.Pegas matahari 19.Paku keling pengikat tutup kopling dan pegas matahari 20.Pegas kejut 21.Paku keling pengikat pegas kejut dan plat penahan pegas kejut
4
1 .4 Cara Kerja Kopling Cara kerja kopling dapat ditinjau dari dua keadaan yaitu : 1. Kopling dalam keadaan terhubung ( pedal kopling tidak ditekan ) Poros penggerak yang berhubungan dengan motor meneruskan daya dan putaran ke flywheel ( roda penerus ) melalui baut pengikat.daya dan putaran ini diteruskan ke plat gesek yang ditekan oleh plat karena adanya tekanan dari pegas matahari.akibat putaran dari plat gesek,poros yang digerakan ikut berputar dengan perantaraan spline dan naaf. 2. Kopling dalam keadaan tidak terhubung ( pedal kopling ditekan ) Bantalan pembebas menekan pegas matahari sehingga gaya yang dikerjakannya pada plat penekan menjadi berlawanan arah. Hal ini menyebabkan plat penekan tertarik kearah luar sehingga plat gesek berada dalam bebas diantara plat penekan dan flywheel. Pada saat ini tidak terjadi transmisi daya dan putaran.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kopling Kopling adalah suatu elemen yang dibutuhkan untuk memindahkan daya
dan putaran dari poros penggerak keporos yang digerakkan. Secara umum kopling dapat dibagi dua yaitu : 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap
2.1.1. Kopling Tetap Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak keporos yang digerakkan secara pasti tanpa terjadi slip. Dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat berbeda sedikit dari sumbunya. Koping tetap terdiri dari tiga jenis, 1. Kopling Kaku a. Kopling bus b. Kopling flens kaku c. Kopling flens tempa 2. Kopling Luwes a. Kopling flens luwes b. Kopling karet ban c. Kopling karet bintang
6
d. Kopling gigi e. Kopling rantai 3. Kopling Universal a. Kopling universal hook b. Kopling universal kecepatan tetap
2.1.1.1. Kopling Kaku Kopling kaku dipergunakan apabila kedua poros dihubungkan dengan sumbu garis. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum dipabrikpabrik.
a. Kopling Bus Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong(bus) dan baut-baut yang dibenamkan. Sering juga dipakai berupa pasak yang dibenamkan pada ujungujung porosnya.
Gambar 2.1. Kopling bus
7
b. Kopling Flens Kaku Kopling flens kaku terbuat dari besi cor atau baja coran dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan baut. Kopling ini tidak mengijinkan sedikitpun ketidaklurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan getaran transmisi.
Gambar 2.2. Kopling flens kaku c. Kopling Flens Tempa Pada kopling flens tempa masing-masing ujung poros terdapat flens yang dilas atau ditempa dan kedua flens diikat dengan baut-baut. Pada kopling ini momen dipindahkan melalui pergeseran baut atau pergeseran antara kedua flens.
8
Gambar 2.3. Kopling flens tempa
2.1.1.2. Kopling Luwes Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang baik antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga kedua ujung poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat bergerak satu sama lain.
a. Kopling Flens Luwes Kopling flens luwes memiliki bentuk yang hampir sama dengan kopling flens kaku. Yang membedakan adalah bus karet atau kulit yang terdapat pada kopling flens luwes sehingga lebih fleksibel.
Gambar 2.4. Kopling flens luwes
9
b. Kopling Karet Ban Pada kopling ini moment dipindahkan lewat sebuah elemen yang berbentuk iklan dari karet.
Gambar 2.5. Kopling karet ban
c. Kopling Karet Bintang Kopling ini terdiri dari dua paruh yang identic dilengkapi dengan pena penggerak dan lubang dalam jumlah yang sama. Keuntungan kopling ini adalah aman tembusan aliran.
Gambar 2.6. Kopling karet bintang
10
d. Kopling Gigi Kopling ini terdiri dari sebuah bumbungan yang bagian-bagiannya berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk tirus.
Gambar 2.7. Kopling gigi
2.1.1.3. Kopling Universal Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak terletak dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong (membentuk sudut).
Gambar 2.8. Kopling Universal
11
2.1.2. Kopling Tak Tetap Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam maupun berputar.
Macam-macam kopling tak tetap : 1. Kopling Cakar Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral.
Gambar 2.9. Kopling Cakar
2. Kopling Plat Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya.
12
Gambar 2.10. Kopling plat
3. Kopling Kerucut Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan konstruksi sederhana dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat memindahkan momen yang besar.
Gambar 2.11. Kopling kerucut
4. Kopling Friwil Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila poros penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang digerakkan.
13
Gambar 2.12. Kopling friwil
2.1.3. Mekanisme Kopling Mekanisme kopling terdiri dari : 1. Plat Gesek (clutch disc) 2. Tutup Kopling (clutch honsing) 3. Plat Penekan (preassure plate) 4. Tuas Pembebas (release fork) 5. Bantalan Aksil (release bearing) 1. Plat Gesek (Clutch disc) Plat gesek berfungsi sebagai penerus pertama melalui gesekan sehingga pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak sewaktu dihubungkan dapat dihindari. 2. Tutup Kopling (Clutch konsing) Tutup kopling berfungsi sebagai tempat kedudukan plat penekan dan tumpuan pegas matahari, tutup kopling tund berputa pada roda penerus (Hywhell).
14
3. Plat Penekan Plat penekan berfungsi untuk menekan plat gesek pada permukaan hywhell. Plat penekan juga harus tahan aus dan suku yang tinggi. 4. Tuas Pembebas Berfungsi untuk meneruskan daya tekan pada saat pedal kopling ditekan bila kopling ditekan maka tuas pembebas akan bergerak kedepan dan mendorong bantalan aksial yang akan menekan pegas diafragma. 5. Bantalan Aksial Bantalan aksial bergerak maju mundur di dalam tutup kopling dengan bantalan tuas pembebas. Bila tuas pembebas menekan kedepan maka bantalan aksial akan terdorong kedepan.
2.2.
Poros Poros
merupakan
salah
satu
komponen
yang
berfungsi
untuk
mentrasmisikan daya dan putaran dalam suatu kontruksi mesin.
2.2.1 Jenis-jenis Poros Jenis-jenis poros berdasarkan pembebanan yaitu : 1. Poros Transmisi Poros jenis ini mendapat beban 15unter murni atau gabungan beban punilir atau lentur.Pada poros ini daya dapat ditransmisikan melalui kopling, pulley sabuk, roda gigi, spooket rantai dan lain-lain. 2. Poros Spindle 15
Poros ini hanya hanya mendapat beban 16unter saja sebagai beban utamanya dan banyak digunakan sebagai poros utama mesin perkakas. Poros spindle ini harus mempunyai deformasi yang sangat kecil, bentuk dan ukurannya harus kecil, bentuk dan ukuranya harus kecil, dan umumnya relative pendek. 3. Poros Ganda Poros ganda ini banyak digunakan pada roda-roda beserta barang dimana tidak
terdapat beban
puntiran yang kadang-kadang tidak
boleh berputar. Jenis poros ganda ini hanya
dapat berputar dan mendapat beban
punter kecuali jika digerakkan oleh penggerak mulai yang akan mengalami beban punter juga, Menurut bentuknya poros ganda dapat digolongkan atas: 1. Poros Lurus 2. Poros Engkol 3. Poros Luwes
2.2.2. Hal-hal yang Penting Dalam Perencanaan Poros Dalam perencanaan sebuah poros harus diperhatikan hal-ha sebagai berikut : 1. Kekuatan Poros Suatu poros transmisi dapat mengalami beban tarik atau tekun, seperti pada poros baling-baling dapat atau poros tubin. Hal-hal seperti : kelehan, tumbukan, pengaruh konsentrasi tegangan bila poros dibuat
16
bertangga atau berikar pasak sehingga perlu direncanakan agar poros itu benar-benar kuat.
2. Kekakuan Poros Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup. Tetapi jika kelenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan kerusakan. Karena itu disamping kekutan poros belakangnya juga harus diperhatikan dan diperhitungkan sesuai dengan jenis mesin yang akan dilayani poros tersebut. 3. Putaran Kritis Mesin mengalami kenaikan putaran, maka suatu harga putaran tertentu dapat terjadi suatu getaran yang sangat besar. Putaran ini disebut putaran kritis bila hal ini terjadi maka dapat mengakibatkan kerusakan pada poros. Maka dari pada itu poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritis. 4. Korosi Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih apabila kontak dengan fluida yang korosif.Demikian juga bagi poros yang sering berhenti bekerja untuk waktu yang lama memerlukan perlindungan terhadap korosi. 5. Bahan Poros Poros untuk mesin-mesin biasanya dibuat dari batang baja yang dapat meneruskan putaran tinggi dan beban berat.Pada umumnya poros terbuat dari bahan baja karbn maupun baja paduan.Jadi dapat kita
17
ambil bahan poros kopling dari baja paduan dengan pengerasan fluida yang sangat tahan terhadap keausan.
2.3.
Spline Spline berguna untuk meneruskan momen dan putaran dari elemen
penggerak kebagian yang digerakkan.Pada pemindahan daya spline menjadi pilihan utama karena dapat menruskan daya yang besar.Jenis spline berdasarkan jenis gerakannya terhadap poros yaitu : 1. Spline fleauble : dimana bagia yang dihubungkan dengan poros dapat bergeser scara aksial. 2. Spline tetap
: dimana bagian yang dihubungkan berkunci pada poros.
Spline dibedakan berdasarkan bentuk yaitu : 1. Spline Persegi Jenis ini membuat alur dan gigi berbentuk persegi dan memiliki standar yang tetap yang dikeluarkan esosiasiteknik, yaitu society American engineering (SAE). Poros ini umumnya mempunyai jumlah spline : 4,6,10 dan 16 buah spline.
18
2. Spline Involut Jenis ini mempunyai gigi (Spline) yang berbentuk sudut-sudut tertentu seperti yang terlihat pada gambar.
Gambar 2.13. Spline
2.4.
Plat Gesek Plat gesek adalah suatu plat yang digunakan sebagai medium gesekan
antar plat penekan dan flywheel dalam meneruskan putaran dan daya pada mekanisme kopling. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perenanaan plat gesek yaitu : a.
Bahan plat gesek harus tahan arus dan terhadap suhu yang tinggi.
b.
Kekuatan plat gesek.
c.
Koefisien plat gesek.
Gambar 2.14. Plat gesek 19
2.5.
Pegas Pegas adalah suatu elemen yang dapat meredam getaran dan tumbukan
dengan memanfaatkan sifat elastisnya. Jenis-jenis pegas yaitu: a. Pegas tekan b. Pegas tarik c. Pegas punter d. Pegas daun e. Pegas poring (perald dan seri) f. Pegas batang g. Pegas spiral. 2.5.1. Pegas Kejut Pegas kejut berfungsi untuk meredam kejutan dan tumbukan waktu kopling bekerja. Dalam hal ini pegas kejut termasuk jenis pegas tekan.
Gambar 2.15. Pegas kejut
20
2.5.2. Pegas Matahari(diafragma) Prinsip kerja pegas ini pada dasarnya berbeda dengan pegas yang biasa digunakan. Defleksi yang terjadi pada pegas ini diakibatkan oleh gaya yang diberikan oleh bantalan penekan.
Gambar 2.16. Pegas matahari
2.6.
Paku keling Penyambungan dengan paku 21 keling merupakan penyambungan yang
banyak sekali dijumpai pada kontruksi mesin, misalnya pada ketel uap tanki, pipa dan kontruksi mobil. Macam-macam cara pengelingan yaitu : 1. Pengelingan angin 2. Pengelingan hidrolik 3. Pengelingan demotasi.
21
Gambar 2.17. Jenis-jenis paku keling
2.7.
Baut Baut merupakan salah satu jenis elemen mesin yang berfungsi sebagai
pengikat antar dua buah komponen. Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya yaitu : -
Segi enam
-
Suket segi enam
-
Bentuk kepala persegi
Menurut kerjanya, baut dibagi atas : -
Baut tembus
-
Baut tap
-
Baut tanam
Gambar 2.18. Prinsip kerja bau 22
2.8.
Bantalan Bantalan adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai tumpuan
untuk poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Jenis gerakan bantalan terhadap poros, bantalan dapat digolongkan yaitu : 1. Bantalan gelinding, terdiri dari dua jenis, yaitu : a. Bantalan pelum b. Bantalan rod 2. Bantalan lumur Jenis pembebanan pada bantalan, dapat digolongkan atas : 1. Bantalan radial: arah bantalan tegak lurus terhadap sumbu poros 2. Bantalan aksial: arah beban sejajar terhadap sumbu poros 3. Bantalan gelinding khusus : arah beban tegak lurus dan sejajar terhadap sumbu poros. Rancangan ini bantalan yang kita gunakan adalah bantalan pelum jenis radial dan aksial.
Gambar 2.19. Jenis-jenis bantalan radial dan axsial
23
BAB III PERHITUNGAN DAN PEMERIKSAAN UKURAN UTAMA
3.1.
Poros
3.1.1. Defenisi Poros Poros merupakan salah satu komponen mesin , namun yang akan dibahas disini adalah poros yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya.kopling yang direncanakan adalah kopling gesek dengan data daya sebagai berikut :
3.1.2. Perhitungan Poros Daya (P)
= 165 Ps
Putaran (n)
= 5000 rpm
Bila suatu batang poros berputar maka poros mengalami momen puntir,maka : Pd = fc . P (KW) Dimana : Pd = Daya rencana fc = faktor kritis P = Daya nominal output mesin Jika daya dalam daya kuda (Ps) , maka harus dikalikan dengan 0,735 untuk daya dalam KW ; Jadi : P = 165 Ps x 0,735 = 121,275 KW
24
Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start , dengan demikian sering kali diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada perencanaan .
Tabel 3.1. Faktor-faktor daya yang akan ditransmiskan ,fc
Daya yang akan ditransmisikan
fc
Daya rata-rata yang diperlukan
1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan
0,8 – 1,2
Daya normal
1,0 – 1,5
Jika fc yang dipilih = 1,2 untuk pemakaian daya rata-rata maka : Pd = fc . P = 1,2 x 121,2 KW = 145,44 KW Jika T = momen puntir / momen rencana ( kgmm )............Literature 1,halaman 7. Maka : T = 9,74 x 105 T = 9,74 x 105
Pd n 145,44 5000
T = 19480 kgmm Jika bahan poros yang dipakai adalah batang baja yang difinis dingin JIS G 4501 dengan lambang S55C maka kekuatan tarik b
=
66 kg / mm2 . Ini
diperoleh dari tabel dibawah ini :
25
Tabel 3.2. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja yang difinis dingin untuk poros
Standar dan Macam
Lambang
Perlakuan Panas
Kekuatan Tarik
S 30 C
Penormalan
48
S 35 C
-
52
S 40 C
-
55
S 45 C
-
58
S 50 C
-
62
S 55 C
-
66
Keterangan
Baja karbon kontruksi mesin (JIS G 4501)
ditarik dingin, S 35 CD
-
53
digerinda,
S 45 CD
-
60
dibubut atau
S 55 CD
-
72
gabungan
Baja karbon yang difinis dingin
antara hal-hal tersebut
Sehinga
gdapat
dihitung dalam satuan (kg/mm2) ...............Literatur 5,halaman 8.
maka :
g =
g
b Sf 1xSf 2
=
a =
66kg / mm 2 6,0 x2,0
5,5 kg / mm2
dimana : Sf1 = Faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan S-C dengan harga = 6,0.
26
Sf2 = Faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi tagangan cukup besar dengan harga (1,3 – 3,0) diambil 2.
(satuan mm)
Tabel 3.3. Diameter poros 4
10
*22,4
40
24 11
4,5
5
*5,6
25
*11,2
28
12
30
*12,5
14
42
45
*31,5
48
32
50
35
55
*35,5
56
(15) 6
16
38
60
(17) *6,3
18
100
*224
(105)
240
110
250
420
260
440
*112
280
450
120
300
460
*315
480
125
320
500
130
340
530
140
*355
560
150
360
160
380
600
170 63
180
19
190
20
200
22
400
65
7
70
*7,1
71
630
220
75 8
80 85
9
90 95
27
Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standard. 2. Bilangan di dalam kurung hanya untuk bagian di mana akan dipasang bantalan gelinding.
Diameter poros [ ds ]..............................................................Literatur 5,halaman 8. ds =
5,1
. kt . cb . T
a
1/3
dimana : kt = (1,0 3,0 ) Jika terjadi sedikit kejutan dan timbukan dan kt yang dipilih adalah 2,0 cb = faktor pembebanan lenturan ( 1,2 2,3 ) diambil adalah 1,5 maka : ds =
5,1 . 2,0. 1,5 . 19480 kgmm 5,5kg / mm 2
ds =
62530,8
1/3
1/3
ds = 20,44 mm Berdasarkan tabel diatas maka diameter poros adalah 20 mm. Untuk
menghilangkan tegangan geser ( ) yang terjadi digunakan rumus :
=
5,1xT ds 3
................................................Literatur 5,halaman 7.
dimana T = 19480 kgmm dan ds = 20 mm maka :
=
= 1,2 kg/mm
5,1x19480kgmm (20) 3 mm3
28
Untuk menghitung panjang poros yang digerakkan ( l ) digunakan rumus :
= 584
TxL Gxds4
𝜆=
𝑔×𝑑𝑠4 ×∅𝑥 T.584
→
dimana
= 0,250 atau 0,30 (defleksi puntiran) dan yang diambil adalah 0,3
untuk mesin dalam kondisi kerja normal G = 8,3 x 103 kg/mm2 ( modulus geser baja ) maka : L=
Gxds4 x T .584
8,3x10 3 kg / mm 2 (20) 4 x0,3 = 584 x19480 kgmm
L= 116,7 mm diambil 117 mm
Massa Poros (M) : M= xv
;
dimana dari baja = 7770 kg/mm3 = 7,77x10-6 kg/mm3
M = 7,77 x 10-6 . 36738 m3
v = /4 . (ds)2 . L = 3,14 / 4 . (20)2 . 117
M = W =0.2 kg
= 36738 m3 Putaran kritis (Nc) : Nc = 52700
ds 2 l1 .l 2
L W
29
ds = diameter poros = 20 mm L = Jarak antara bantalan =117 mm l1 dan l2 = Jarak dari bantalan ketitik pembebanan = 58,2 mm
sehingga: Nc = 52700T
(20) 2 117 58,2 x 58,2 0,2
Nc = 140171,46 rpm
3.1.3. Pemeriksaan kekuatan poros a . Terhadap Tegangan geser syarat aman
> a
Dari perhitungan sebelumnya diperoleh harga harga
g
= 5,5kg/mm2 dan
= 1,2 kg/mm2
sehingga : 5,5 kg/mm2>1,2 kg/mm2 ; dan poros dinyatakan aman b . Pemeriksaan terhadap putaran syarat = max ; dimana max 0,250 atau 0,30 dan diambil 0,30 maka :
= 584 584
TxL Gxds4
= 0,30
19480 x117 = 0,30 3 4 8,3 x10 x(20)
∅ = 0,30= 0,30 ; poros aman terhadap putaran
30
c . Pemeriksaan terhadap putaran kritis Syarat : n < (0,6 0,7) Nc 5000 < (0,6 0,7) 140171,46
0,3 < (0,6 0,7) Jadi poros aman terhadap putaran kritis .
3 .2. Spline
3. 2. 1. Defenisi spline Spline dapat didefenisikan sebagai komponen elemen mesin yang berfungsi sebagai penghubung daya dan putaran .
Gambar 3.1.
Poros spline
Keterangan : D = diameter luar spline
(mm)
d = diameter dalam spline
(mm)
h = tinggi spline
(mm)
w = lebar spline
(mm)
L = panjang spline
(mm)
31
3.2.2. Perhitungan spline Dalam perencanaan ini jumlah spline yang direncanakan n = 16 . Dengan mengetahui jumlah spline yang direncanakan kita dapat mengetahui ukuran-ukran spline pada tabel berikut .
Tabel 3.4. Perhitungan spline (standar SAE)
A:
B:
C:
Permanent
To slide
To slide
Fit
without load
under load
W, No. of
for all
Splines
fits
Four
H
D
H
d
H
D
0.241D
0.075D
0.850D
0.125D
0.750D
Six
0.250D
0.050D
0.900D
0.075D
0.850D
0.100D
0.800D
Ten
0.156D
0.045D
0.910D
0.070D
0.860D
0.095D
0.810D
Sixteen
0.098D
0.045D
0.910D
0.070D
0.860D
0.095D
0.810D
Dari tabel diatas diperoleh : n = 16 w = 0,098D h = 0,095D d = 0,810D
32
Dari perhitungan sebelumnya ds = 20 mm sehingga didapat : D=
ds mm 0,810
D=
20 mm 0,810
D = 24,6mm diambil 25 (diameter spline)
Dengan diperoleh
D = 25 mm , maka : w = 0,098 . D mm = 0,098 . 25 mm = 2,45 mm (lebar spline)
h = 0,070 . D mm = 0,070 . 25 mm = 1,75 mm (tinggi spline) Panjang spline
(L)
=
D3 ds 2
25 3 = 20 2 = 39 mm
Radius rata-rata sline (Rm) adalah : Rm
=
D ds 4
33
=
25 20 4
= 11,25 mm diambil 11 mm
3.2.3. Pemeriksaan kekuatan spline Dari perhitungan sebelumnya telah diperoleh
a
= 5,5 kg/mm2 ,
T = 19480 kgmm , Rm = 11 mm , n = 16 maka :
e
=
T Rm.F .n.
Terlebih dahulu cari F . ......................................................Literatur 2,Halaman 57. F= L
D ds 2
= 39
25−20 2
= 39 . 2,5mm2 = 97,5 mm2 nilai dari = 0,75 maka : 19480kgmm 5,5 kg/mm2 11mm.97,5 mm 2 .16.0,75
1,5 kg/mm2 5,344kg/mm2 Dan spline dinyatakan aman .
34
3.3. Plat Gesek
3. 3. 1. Defenisi plat gesek Plat gesek adalah suatu plat yang digunakan sebagai medium gesekan antaraplast penekan dengan flywheel dalam meneruskan daya dan putaran pada mekanisme kopling .
Gambar 3.2. Plat Gesek
Keterangan gambar : Do = Diameter luar plat gesek
(mm)
Di = Diameter dalam plat gesek (mm) r1
= Jari-jari paku keling terhadap pusat sumbu dari kopling
r2
= Jari-jari paku keling terhadap pusat sumbu dari kopling yang mengikat
plat pembawa dengan naafs(mm)
35
a
= tebal plat gesek(mm)
s
= tebal plat pembawa(mm)
3.1.2. Perhitungan plat gesek Untuk plat gesek yang direncakan ini saya memilih bahan dari besi cor dan asbes (ditenun) , diambil harga = 0,4 dan Pa = 0,007 kg/mm2 Tabel 3.5. Harga μ dan Pa Pa (kg/mm2)
Bahan Permukaan Kontak Kering
Dilumasi
Besi cor dan besi cor
0,10 – 0,20
0,08 – 0,12
0,09 – 0,17
Besi cor dan perunggu
0,10 – 0,20
0,10 – 0,20
0,05 – 0,08
Besi cor dan asbes (ditenun)
0,35 – 0,65
–
0,07 – 0.07
Besi cor dan serat
0,05 – 0,10
0,05 – 0,10
0,05 – 0,03
Besi cor dan kayu
–
0,10 – 0,35
0,02 – 0.03
Diameter rasio : Di / Do = 0,6 0,8 Diambil : Di Maka
= 0,6 Do
: Moment gerak yang diizinkan
Mg =
2 . .Pa 3 D0 Di3 Zp 24
dimana : Zp = Jumlah plat gesek µ
= koefisien gesek
Pa = tekanan bidang (kg/mm2) 36
Maka :
Mg =
2 x3,14 x0,4 x0,07 3 D0 (0,6.D0 ) 3 xL 24
= 5,8 x 10-3 D 03 Agar terjadi putaran maka Mg T.....................................Literatur 5,Halaman 62. Jadi : 5,8 x 10-3 D 03 19480 kgmm D 03
19480 kgmm 5,8 x10 3
D0 3 3 3358 D0 173,8 mm D0 = 174 mm dan Di
= 0,6 . D0 = 0,6 . 174 = 104 mm
Lebar bidang plat gesek (Wg) : Wg =
=
D0 Di 4 174 104 4
= 17,5 mm
37
Radius rata-rata (rm)
:
D0 Di 4
Rm =
174 104 4
=
= 69,5 mm
Luas bidang gesek (Ag) :
D 4
Ag =
2 0
Di2
3,14 174 2 104 2 4
=
= 15276,1 mm2
Jadi :
(untuk 1 plat)
2 . .Pa 3 D0 Di3 Zp 24
Mg =
2 x3,14 x0,4 x0,07 174 3 104 3 x1 24
=
= 0.007(4143160)kgmm = 29002,12 kgmm
Gaya tekan (F) F=
=
.Pa 4
D
2 0
Di2
3,14 x0,07 174 2 104 2 4
= 0.05(19460) kg = 973 kg 38
Jika dipilh kopling plat tunggal kering dengan pelayanan elektro magnit dengan nomor 40. Maka diperoleh dari tabel volume plat = 91,0 cm3 .
Tabel 3.6. Batas keausan rem dan kopling elektromagnit plat tunggal kering Nomor kopling/rem
1,2
2,5
5
10
20
40
70
100
2,0
2,5
2,5
3,0
3,0
3,5
3,5
10,8
22,5
33,5
63,5
91,0
150
210
Batas keausan 2,0 permukaan (mm) Volume total pada 7,4 batas keausan (cm3)
; dimana : Ag = Luas plat = 15276,1 mm2
Volume (V) : Ag .a Jadi : a =
=
V Ag
V = Volume = 91cm3= 91000 cm3
91000mm3 15276,1mm 2
a
= tebal plat
a = 5,95 mm dan tebal plat gesek yang dipilih : a= 5,95 mm (untuk 1 plat)
3.3.3. Pemeriksaan terhadap moment 1. Moment percepatan massa (Mpm) Mpm =
2.Ek W .t g
39
Dimana : Ek
= kerja penghubungan untuk satu kali hubungan = 1000 kg.m ( untuk permulaan)
tg
= untuk mendapatkan moment torsi saat penyambungan 1 3 detik , diambil tg = 2 detik .
Maka :Mpm =
2 x1000 0,2 x 2
= 5000 kgm = 50000 kgmm 2.
Pemeriksaan terhadap panas NR
=
Ag.t. 632
t
=
632.N R Ag.
Dimana : NR
= 0.03 hp
Ag
= 15276,1 m2
= koefisien perpindahan panas yang besarnya dibuat dari kecepatan keliling rata-rata (Vm) dari table berikut :
40
Tabel 3.7. koefisien perpindahan panas Vm (m/det)
(Kkal/moC)
0
4,5
5
24
10
40
-
-
-
-
45
114
50
126
55
138
60
150
65
162
Untuk harga Vm = W . Tm = 0,2. 52 Vm = 10,4mm/det = 0,0104 m/det Dari tabel didapat untuk Vm = 0,0104 m/det dan = 4,5 Kkal / oC .
Maka temperatur perpindahan panas ( t) :
t =
632 x0.03 15276,1x 4,5
= 0,0002oC
41
Dengan mengambil temperatur kamar 27 oC , maka temperatur kerja : Tk = 0,0002oC + 27oC Tk = 27,0002oC Tk = 27oC Temperatur permukaan plat gesek biasanya naik sampai 200 oC dalam sesaat , untuk seluruh kopling tidak lebih tinggi dari 80oC dijaga maka ukuran plat gesek yang direncanakan dapat digunakan dengan aman.
3.4. Paku keling
3.4.1. Defenisi Paku keling Paku keling dapat didefenisikan sebagai pengikat sambungan tetap . Dalam perancangan kopling ini paku keeling digunakan sebagai pengikat plat pembawa ,rumah kopling dengan pegas matahari .
Gambar 3.3. Bentuk keling menurut DIN (pilihan dan keling khusus)
42
3.4.2. Perhitungan Paku keling Jenis paku keling yang digunakan pada kopling adalah keling pipa .Gaya yang diterima paku keling : P = 12127,5 kg , dan bahan yang digunakan paku keling st 37 dengan faktor keamanan adalah 5 . Jumlah paku keling yang digunakan adalah 16 . Gambar sketsa :
Gambar 3.4. Paku keling
a. Diameter paku keling (d) d
4P n. . g
d
4 x12127,5kg 16 x3,14 x592kg / cm 2
g = 0,8 . t
st 37
3700 =740 kg/cm2 5
d 1,63 cm
t=
d = 1,6 cm = 16 mm
g = 0,8 x 740 kg/cm2 = 592 kg/cm2
=
diameter lubang paku keling (d’) adalah ...................Literatur 4,Halaman 127. d’ = d + 1 mm 43
d’ = 16 + 1 mm d’ = 17 mm b. Diameter kepala paku keling (D) D = 1,4 . d D = 1,4 x 16 D = 22,4 mm c. Jarak paku keling (t) t = 2,6 . d t = 2,6 x 16 t = 41,6 mm d. Tebal Plat (S) S
P n.d '. S
S = (1,5 2,0) t Dipilih : e : 1,5d = S = 1,5 t = 1,5 x 740 kg/cm2 = 1110 kg/cm2 S
12127,5 kg 16 x17cmx1110kg / cm 2
S 0,04 cm S = 0,05 cm S = 0,5 mm
44
e. Tinggi kepala keling (h) h = 0,45 . D h = 0,45 x 22,4 h = 10,08 mm f. Jarak sumbu paku keling terhadap tepi plat (e) e = 1,5. D e = 1,5 x 22,4 e = 33,6 mm
3.4.3. Pemeriksaan Paku keling P n.d’.S. S P 16 x 17 x 0,5 x 1110 P 150960 kg 12127,5≤ 150960 Maka paku keling aman untuk menahan beban.
3.5. Pegas kejut
3.5.1. Defenisi Pegas kejut Pegas kejut disebut juga dengan pegas tekan /kompressi yang berfungsi untuk meredam kejutan sewaktu-waktu kopling mengalami beban lebih .
45
F
Gbr. 3.5. Pegas kejut
3. 5.2. Perhitungan Pegas kejut Jumlah pegas yang direncanakan adalah 4 buah . Gaya yang terjadi atau bekerja pada pegas kejut adalah : T n.rb
P= Dimana : P
= gaya yang bekerja pada pegas kejut
n
= Jumlag pegas kejut
rb
= Jari-jari kedudukan pegas terhadap sumbu poros diambil 37 mm
T maka P=
= Momen torsi : 19480kgmm 4 x37 mm
P = 131 kg
46
Tegangan geser yang terjadi pada pegas kejut :
g=
8 P.D.K .d 3
............................................Literatur 5,Halaman 315.
Dimana : K = Konstanta pegas D = Diameter gulungan d = diameter kawat pegas (direncanakan 4 mm) faktor tegangan wahl (K) K=
4c 1 0,615 + , dimana c = Indeks pegas .......Literatur 5,Halaman 318. 4c 4 c
K=
4.4 1 0,615 4 .4 4 4
K = 1,4 c=D/d
maka : D1 = c . d D1 = 4 . 4 D1 = 16 mm
, dimana : D1 = Diameter lilitan rata-rata (atau di diukur pada sumbu kawat d = diameter kawat = 4 mm
* Diameter luar pegas (D0) D0 = D1 + d D0 = 16 + 4 = 20 mm * Diameter dalam pegas (D2) D2 = D0 – 2d D2 = 20 – 2.4 D2 = 12 mm 47
Panjang pegas yang mengalami tekanan (l1) l1= (n + 1,5)d ,dimana : n = Jumlah gulungan yang aktif = 6 buah l1= (6 + 1,5).4 l1 = 30 mm sehingga :
g=
=
8 x(131kg) x(16 mm) x1,4 3,14 x(4) 3 mm3
1048 x 22,4kgmm 200,96mm3
g = 116 kg/mm2 Sedangkan tegangan geser izin ( g )
g =
8.D.P d3
g =
8 x(16mm) x(131kg) 4 3 mm3
g = 131 kg/mm2
48
Pemindahan pegas (f) f =
8.D13 .n.P G.d 4
f =
8 x(16 3 mm3 ) x(6) x(131kg) (8 x10 3 kg / mm 2 ) x(4 4 mm 4 )
,dimana : P = 131 kg
f = 50 mm
D1= 16 mm d = 4 mm G = modulus geser pegas = 8x103 kg/mm2 n =6
* Panjang pegas kejut tidak terbeban (l0) l0 = l1 + Sa + f
,dimana :
= 30 mm + 0,84mm+ 50mm l0 = 80,84 mm
l1 = 30mm f = 50 mm Sa= (0,1 0,3) dipilih 0,1 Sa=0,1.d.n=0,14.6=0,84mm
*Defleksi ( )....................................................................Literatur 5,Halaman 318.
= l0 - l1
= 80,84 - 30 = 50,84 mm
3.5.3. Pemeriksaan pegas kejut Syarat pemeriksaan :
g g 131 kg/mm2 116 kg/mm2 Berarti pegas kejut aman terhadap tegangan geser . 49
3.6. Pegas Matahari 3.6.1. Defenisi Pegas Matahari Pegas Matahari adalah pegas yang berfungsi menarik mundur pegas difragma , sehingga pegas difragma menarik mundur plat penekan .
Gambar 3.6. Pegas Matahari
3.6.2. Perhitungan Pegas matahari Pada persamaan pegas matahari ini ,diameter luar pegas matahari(Da) = diameter luar plat gesek jadi D2 = 280 mm Besar gaya pegas matahari F (menurut Almen dan Laszlo) :
4.E ST 4 f hT f hT f x x F= 1 2 2 (1 V ) .Da ST ST ST ST 2ST
50
Gambar 3.7. Pegas matahari
4E = 9,23 x 105 N/mm2 (1 V 2 )
D = 174 mm , dan D1 =104 mm (diameter plat gesek)
Da/D1 = 174 /104 = 1,6 maka , , dapat diperoleh dari tabel berikut.
Da/D1
Da/D1
Da/D1
1,2
0,29 1,02 1,05
2,3
0,74 1,29 1,49
3,4
1,29 1,49
1,3
0,39 1,04 1,09
2,4
0,75 1,31 1,53
3,6
0,80 1,31 1,53
1,4
0,46 1,07 1,14
2,5
0,76 1,33 1,56
3,8
1,33 1,56
1,5
0,53 1,10 1,18
2,6
0,77 1,35 1,60
4,0
1,35 1,60
1,6
0,57 1,12 1,22
2,7
1,37 1,63
4,2
0,80 1,37 1,63
1,7
0,61 1,15 1,26
2,8
0,78 1,39 1,67
4,4
1,39 1,67
1,8
0,65 1,17 1,30
2,9
1,41 1,70
4,6
0,80 1,41 1,70
51
1,9
0,67 1,20 1,34
3,0
1,43 1,74
4,8
1,43 1,74
2,0
0,69 1,22 1,38
3,1
0,79 1,45 1,77
5,0
0,79 1,45 1,77
2,1
0,71 1,24 1,42
3,2
1,46 1,81
2,2
0,73 1,26 1,45
Sehingga F = 9,23.105 N/mm2 .
F=
2 4 mm 4 2,1mm 2,8mm 2,1mm 2,8mm 2,1mm . 1 2mm 2mm 2,2mm 0,57.1312 mm 2 2mm 2mm
77,532 x105 Nmm3 0,30 1 35312,64mm
F = 219,55 N *Gaya tekan pada setiap pegas (F1)
F1 =
F1 =
F n
219,55 12
F1 = 18,29 N
3.6.3. Pemeriksaan Pegas matahari Syarat : < dimana :
=
4.E ST 2 f hT f x x 2 2 (1 V ) .Da ST ST 2ST
= 9,23x10 5 N / mm 2 .
2 2 mm2 2,1mm 2,8mm 2,1mm x 1,22 1,12 2 2 2mm 0,57.131 .mm 2mm 2.2mm
52
=
77,532 x105 Nmm 0,46 22025,94mm3
= 161,92 N/mm2 = 2000 N/mm2 Jadi
< 161,92 N/mm2 < 2000 N/mm2
Berarti pegas matahari aman terhadap tekanan .
3.6.4. Defleksi pegas matahari ( )
=
4.F .L3 E.b.h 3
,dimana : F = 219,55 N
=
4.(219,55N ).883 mm 2,1x105 N / mm2 .8mm.43 mm3
L = 2L1= 2.44 = 88 mm b=8m
= 5,56 mm
h = tebal = 4 mm E = 2,1x105 N/mm2
3.7. Baut
3.7.1. Defenisi Baut Baut didefenisikan sebagai alat pengikat .Baut didalam kopling digunakan untuk mengikat flywheel terhadap poros penggerak dan pengikat tutup kopling .
53
3.7.2. Perhitungan Baut Tabel 3.8. ukuran standar ulir UNC (JIS B 0206) Ulir dalam ULIR Jarak
Tinggi
bagi
kaitan
P
H1
Diameter
Diameter
Diameter
luar D
efektif D2
dalam D1
Ulir luar 1
2
3
M6 M7 M8 M9 M 10 M 11 M 12 M 14 M 16 M 18 M 20 M 22 M 24 M 27 M 30 M 33 M 36 M 39 M 42
Diameter
Diameter
Diameter
luar d
efektif d2
inti d1
1
0,541
6,000
5,350
4,917
1
0,541
7,000
6,350
5,917
1,25
0,677
8,000
7,188
6,647
1,25
0,677
9,000
8,188
7,647
1,5
0,812
10,000
9,026
8,376
1,5
0,812
11,000
10,026
9,376
1,75
0,947
12,000
10,863
10,106
2
1,083
14,000
12,701
11,835
2
1,083
16,000
14,701
13,835
2,5
1,353
18,000
16,376
15,294
2,5
1,353
20,000
18,376
17,294
2,5
1,353
22,000
20,376
19,294
3
1,624
24,000
22,051
20,752
3
1,624
27,000
25,051
23,752
3,5
1,894
30,000
27,727
26,211
3,5
1,894
33,000
30,727
29,211
4
2,165
36,000
34,402
31,670
4
2,165
39,000
36,402
34,670
4,5
2,436
42,000
39,077
37,129
4,5
2,436
45,000
42,077
40,129
` M 45
54
M 48 M 52 M 56 M 60 M 64 M 68
5
2,706
48,000
44,752
42,587
5
2,706
52,000
48,752
46,587
5,5
2,977
56,000
52,428
50,046
5,5
2,977
60,000
56,428
54,046
6
3,248
64,000
60,103
57,505
6
3,248
68,000
64,103
61,505
A. Baut pengikat tutup kopling dengan flywheel Bauit yang direncanakan adalah : -
Tipe baut
= M6
-
Jumlah baut = 8 buah
-
Jarak sumbu baut ke sumnu poros , r = 113 mm
-
Panjang baut = 21 mm
Untuk tipe baut M6 diperoleh data dari table sebagai berikut : -
diameter luar
-
diameter inti
(d1) = 4,917
mm
-
diameter efektif (d2) = 5,350
mm
-
Jarak bagi
(P) = 1
mm
-
Tinggi kaitan
(H) = 0,541
mm
d=
2W
a
(d) = 14
mm
.......................................................Literatur 5,Halaman 296.
Untuk baja liat yang memepunyai kadar karbon (0,2 0,3) % , a = 6 kg/mm2 bila difinis tinggi ...............................................................Literatur 1,Halaman 297.
55
2W 6kg / mm2
6 mm =
2W (6mm) = 2 6kg / mm
2
2
36mm2 =
W =
2W 6kg / mm 2 216kg 2
W = 108 kg Tegangan yang terjadi :
t = t = t =
W A
108kg
/ 4.d1 2 108kg 3,14 /( 4,917) 2 mm 2
t = 5,69 kg/mm2
Tegangan geser yang diijinkan
g = 0,8 x t ..................................................................Literatur 5,Halaman296. = 0,8 x 5,69 kg/mm = 4,552 kg/mm2
Jumlah ulir (Z) Z
W .d 2 .h.q a
...........................................Literatur 5,Halaman296.
56
qa = tekanan kontak ijin pada permukaan ulir . Yang diplih adalah baja liat dengan qa = 3 kg/mm2 dari tabel dibawah
Tabel 3.9. Tekanan permukaan yang diijinkan pada ulir Tekanan Permukaan yang diijinkan Bahan q (Kg/mm2) Ulir luar
Ulir dalam
Untuk Pengikat
Untuk Penggerak
3
1
4
1,3
1.5
0,5
Baja liat atau Baja liat perunggu Baja liat atau Baja keras perunggu Baja keras
Besi cor
Sehingga : Z
108kg 3,14.(5,530mm).0,541mm.3kg / mm 2
Z
1008kg 27,264777kg
Z 3,96 Z 4 Tekanan kontak pada permukaan ulir (q) .........................Literatur 5,Halaman 297. q=
W .d 2 .h.Z
q=
108kg 3,14(5,350mm).0,541mm.4
57
108kg 36,35mm 2
q=
q = 2,97 kg/mm2
B. Baut Pengikat flywheel Baut yang direncanakan adalah : -
Tipe baut
= M10
-
Jumlah baut = 4
-
Jarak sumbu baut ke sumnu poros , r = 45 mm
Untuk tipe baut M10 diperoleh data dari table sebagai berikut :
d=
-
diameter luar
(d) = 14
mm
-
diameter inti
(d1) = 8
mm
-
diameter efektif (d2) = 9,026
mm
-
Jarak bagi
(P) = 1,5
mm
-
Tinggi kaitan
(H) = 0,812
mm
2W
a
Untuk baja liat yang memepunyai kadar karbon (0,2 0,3) % , a = 6 kg/mm2 bila difinis tinggi . Sehingga : W=
a .d 2 2
58
W=
6kg / mm 2 .10 2.mm 2 2
W = 300 kg Tegangan yang terjadi :
t = t = t =
W A
300kg
/ 4(d1 2 ) 300kg 3,14 / 4.(8,376)mm2
t = 5,45 kg/mm2
Jumlah ulir (Z) Z
W .d 2 .h.q a
dimana qa = 3 kg/mm2
Sehingga : Z
300kg 3,14.(9,026mm).0,812mm.3kg / mm 2
Z
300kg 69,04023504kg
Z 4,34 Z 4
59
Tekanan kontak pada permukaan ulir (q) q=
W .d 2 .h.Z
q=
300kg 3,14(9,026mm).0,812mm.5
q=
300kg 115,0670584mm 2
q = 26,07 kg/mm2
3.7.3. Pemeriksaan Baut A.
Baut pengikat tutup kopling dengan flywheel Syarat :
t a 2,97 kg / mm2 6kg / mm2 Berarti baut aman terhadap tegangan tarik . Syarat :
q qa
2,97kg / mm2 3kg / mm2 Berarti baut aman terhadap tekanan kontak pada permukaan ulir . Syarat :
b a
b =
W .d1 .k .P.Z
b =
108kg 3,14(4,917mm).0,84mm.1mm.4
, dimana b = Tegangan geser pada baut
60
b =
108kg 51,87 mm 2 .
b = 2,08 kg/mm2
a = (0,5 0,75). a a = 0,5 . a a = 0,5 . 6 kg/mm2 = 3 kg/mm2 Sehingga 1,66 kg/mm2 < 3 kg/mm2 Berarti baut aman terhadap tegangan geser .
B.
Baut pengikat flywheel Syarat :
t a 5,45kg / mm2 6kg / mm2 Berarti baut aman terhadap tegangan tarik . Syarat :
q qa 2,60kg / mm2 3kg / mm2 Berarti baut aman terhadap tekanan kontak pada permukaan ulir Syarat :
b a
61
b =
W .d1 .k .P.Z
b =
300kg 3,14(8,376mm).0,84mm.1,5mm.5
, dimana b = Tegangan geser pada baut
b = 1,81 kg/mm2 Sehingga 1,81 kg/mm2 < 3 kg/mm2 Berarti baut aman terhadap tegangan geser .
3.8. Bantalan
3.8.1. Defenisi Bantalan Bantalan adalah salah satu elemen mesin yang menumpu poros terbeban Sehingga putaran atau gesekan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman .Bantalan harus kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik .
62
3.8.2. A.
Perhitungan Bantalan
Bantalan Axial
Gambar .3.8. Bantaalan axial
Dengan diperoleh diameter bantalan (ds) = 20 mm sehingga dengan perancanaan bantalan terbukadengan nomor 6004 dengan data-data dalam tabel .
Tabel 3.10. Perhitungan Beban Ekivalen Nomor bantalan
Ukuran luar (mm) Kapasitas
Kapasitas
nominal
nominal
dinamis
statis spesifik
spesifik C (kg)
C0 (kg)
Dua Jenis
Dua
sekat
terbuka
sekat
tanpa
d
D
B
R
kontak
63
6000
10
26
8
0,5
360
196
6001
6001ZZ
6001VV
12
28
8
0,5
400
229
6002
02ZZ
02VV
15
32
9
0,5
440
263
6003
6003ZZ
6003VV
17
35
10
0,5
470
296
6004
04ZZ
04VV
20
42
12
1
735
465
6005
05ZZ
05VV
25
47
12
1
790
530
6006
6006ZZ
6006VV
30
55
13
1,5
1030
740
6007
07ZZ
07VV
35
62
14
1,5
1250
915
6008
08ZZ
08VV
40
68
15
1,5
1310
1010
6009
6009ZZ
6009VV
45
75
16
1,5
1640
1320
6010
10ZZ
10VV
50
80
16
1,5
1710
1430
6200
6200ZZ
6200VV
10
30
9
1
400
236
6201
01ZZ
01VV
12
32
10
1
535
305
6202
02ZZ
02VV
15
35
11
1
600
360
6203
6203ZZ
6203VV
17
40
12
1
750
460
6204
04ZZ
04VV
20
47
14
1,5
1000
635
6205
05ZZ
05VV
25
52
15
1,5
1100
730
6206
6206ZZ
6206VV
30
62
16
1,5
1530
1050
6207
07ZZ
07VV
35
72
17
2
2010
1430
6208
08ZZ
08VV
40
80
18
2
2380
1650
6209
6209ZZ
6209VV
45
85
19
2
2570
1880
6210
10ZZ
10VV
50
90
20
2
2750
2100
6300
6300ZZ
6300VV
10
35
11
1
635
365
6301
01ZZ
01VV
12
37
12
1,5
760
450
6302
02ZZ
02VV
15
42
13
1,5
895
545
6303
6303ZZ
6303VV
17
47
14
1,5
1070
660
6304
04ZZ
04VV
20
52
15
2
1250
785
6305
05ZZ
05VV
25
62
17
2
1610
1080
6306
6306ZZ
6306VV
30
72
19
2
2090
1440
64
6307
07ZZ
07VV
35
80
20
2,5
2620
1840
6308
08ZZ
08VV
40
90
23
2,5
3200
2300
6309
6309ZZ
6309VV
45
100
25
2,5
4150
3100
6310
10ZZ
10VV
50
110
27
3
4850
3650
Dari tabel diperoleh : -
Diameter dalam (d)
= 20 mm
-
Diameter luar
(D)
= 42 mm
-
Jari-jari fillet
( r)
= 1 mm
-
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C)
-
Kapasitas nominal statis spesifik (C0) = 465 kg
-
Tebal bantalan
(B)
= 735 kg
= 12 mm
Tabel. 3.11 faktor-faktor V, X, Y dan X0 , Y0 BeBe-
Baris tunggal
Baris ganda
ban ban
Baris
Baris
put-
tunggal
ganda
putar ar pd Jenis bantalan
E pd
cin
Fa/VFr>e
Fa/VFr e Fa/VFr>e
X
X
cin cin cin da luar lam X V
Y
Y
X
Y
X Y0
0
ban tal-
Fa/Co = 0,014 = 0,028
1,2
0,56
1,45
1
0
0,56
2,30
0,19
1,90
0,22
0,
Y0 0
0,5
0,
0,5
65
an
= 0,056
1,71
0,26
6
6
1 bo
= 0,084
1,55
0,28
la
= 0,11
1,45
0,30
a-
= 0,17
1,31
0,34
lur
= 0,28
1,15
0,38
dal
= 0,42
1,04
0,42
am
= 0,56
1,00
0,44 0,8 4
Ban
= 20
0,7 0
0,43
1,00
1,09
0,70
1,63
0,57
0,42
0,41
0,87
0,92
0,67
1,41
0,68
0,38
0,39
0,76
0,78
0,63
1,24
0,80
= 350
0,37
0,66
0,66
0,60
1,07
0,95
0,29
= 400
0,35
0,57
0,55
0,55
0,93
1,14
0,26
taln
6 = 250
Bo
0, = 300
1
1,2
1
la
0,6 0,33
1
5
6
su-
0,5
dut
8 0,5 2
Maka beban ekivalen : Pa = X . Fr + YFa Dimana Fa = 44,1 kg
dan Fa/Co =
44,1kg = 0,059 740kg
Dari tabel diperoleh X = 0,56 dan Y = 1,45 dan Fr = 0 kg Pa = 0,56 x 0 + 1,71 x 44,1 kg...................................Literatur 5,Halaman 135. = 63,45 kg = 64 kg
*faktor kecepatan (fn) : ...................................................Literatur 5,Halaman 136. fn = 3
33,3 n
Dimana : n = 5000 rpm
66
fn = 3
33,3 5000
fn = 0,24
*faktor umur (fh) fh = fn .
: ..................................................Literatur 5,Halaman 136.
C Pa
fh = 0,24 .
735kg = 2,7 64kg
*Umur nominal (lh)
: ..................................................Literatur 5,Halaman 136.
lh = 500 (fh)3 lh = 500 (2,7)3 lh = 9841,5 B. Bantalan Radial
Gambar 3.9. Bantalan radial
Untuk bantalan radial kita pilih diameter dalam yang lebih kecil dari yang telah dihitung sebelumnya .Maka ds = 15 mm 67
Dan bentuk bantalan ini dipakai nomor 6002 dan dipilih dari tabel : -
Diameter dalam (d)
= 15 mm
-
Diameter luar
(D)
= 32 mm
-
Jari-jari fillet
( r)
= 0,5mm
-
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C)
-
Kapasitas nominal statis spesifik (C0) = 263 kg
-
Tebal bantalan
(B)
= 440 kg
= 9 mm
Beban ekivalen untuk bantalan radial (Pr) : Pr = X . V . Fr . + Y . Fa dimana : X
= faktor radial
= 0,56
V
= faktor rotasi
=1
Y
= faktor axial
=0
Fa = beban axial
=0
Fr = faktor beban radial = 44,1 kg
maka : Pr = 0,56 . 1 . 44,1kg + 0 . 0 = 24,696 kg Pr = 24,7 kg
68
faktor kecepatan (fn) : fn = 3
33,3 n
fn = 3
33,3 5000
fn = 0,24
*faktor umur (fh) fh = fn .
:
C Pa
fh = 0,24 .
440 kg 24,7 kg
fh = 18
*Umur nominal (lh)
:
lh = 500 (fh)3 lh = 500 (18)3 lh = 2916000
3.9. Flywheel
3.9.1. Defenisi Flywheel Flywheel adalah sebuah massa berputar yang digunakan sebagai penyimpan tenaga/energy dalam mesin .Jika kecepatan dari mesin ditambah , tenaga akan
69
tersimpan dalam roda gila dan jika kecepatan dikurangi tenaga akan dikeluarkan oleh roda gila .
Gambar 3.10. flywheel
Ukuran-ukuran yang direncanakan : Do
= 300 mm
Di
= 286 mm
D2
= 210 mm
D3
= 130 mm
D4
= 42
mm
3.9.2. Perhitungan Flywheel Kecepatan sudut flywheel Rata-rata (w) : Misalnya diameter rata-rata (D) adalah 210 mm = 0,21 m Kecepatan Flywheel (V)
70
Putaran (n) = 4000
𝑉=
𝜋.𝐷.𝑛
𝑉=
60
..............................................Literatur 7,Halaman 401.
3,14.0.21 𝑚.4000 60
𝑉 = 43,96 𝑚⁄𝑠
Keliling rata-rata (k) = 𝜋. 𝐷 = 3,14 . 0,21 mm = 0,66 m Maka kecepatan sudut Flywheel rata-rata (w) adalah
𝑊=
𝑉 𝑘
=
43,96 𝑚⁄𝑠 0,66 𝑚
= 66,60 putaran/s = 27907 rad/s
BAB IV
71
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan No 1
2
3
4
Nama Bagian Poros
Spline
Plat Gesek
Paku Keling
Bahan S55C
S55C
Asbes
St 37
Hasil Perhitungan -
Diameter poros = 20 mm
-
Panjang Poros = 117 mm
-
Diameter Spline = 25 mm
-
Lebar Spline
= 2,45 mm
-
Tinggi Spline
= 1,75 mm
-
Panjang Spline = 39 mm
-
Jumlah Spline = 11 buah
-
Diameter Luar = 174 mm
-
Diameter Dalam = 104 mm
-
Tebal Plat Gesek = 5,95 mm
-
Lebar Plat Gesek = 17,5 mm
-
Diameter Paku Keling = 16 mm
-
Diameter Kepala Paku Keling = 22,4 mm
5
Pegas kejut
SF40
-
Jarak Tiap Paku Keling = 41,6 mm
-
Jumlah Pegas
= 4 Buah
-
Diameter luar pegas
= 20 mm
-
Diameter dalam pegas = 12 mm
-
Tinggi Pegas Terpasang = 30 mm
72
6
7
Pegas Matahari
Baut
Pengikat
Tutup
Kopling
Baja
ST40
Dengan Flywheel
8
Baut
Pengikat
ST40
Flywheel
9
10
11
Bantalan Aksial
Bantalan Radial
Flywheel
SF40
SF40
S55CD
-
Diameter Luar Pegas = 280 mm
-
Diameter Dalam Pegas = 50 mm
-
Tebal Pegas
= 2 mm
-
Jumlah pegas
= 12
-
Tipe Baut
-
Diameter Luar = 8 mm
-
Diameter Inti = 5 mm
-
Jumlah Baut = 8 buah
-
Tipe Baut
-
Diameter Luar =10 mm
-
Diamete Inti
-
Jumlah Baut = 4 Buah
-
Diameter Dalam = 20 mm
-
Diameter Luar = 42 mm
-
Tebal Batalan
= 12 mm
-
Jari-Jari Fllet
= 1 mm
-
Diameter Dalam = 15 mm
-
Diameter Luar = 32 mm
-
Tebal Batalan
= 9 mm
-
Jari-Jari Fllet
= 0,5 mm
-
Diameter Dalam = 42 mm
-
Diameter Luar =300 mm
-
Tebal Flywhell = 15 mm
= M 10
= M 10
= 8,376 mm
73
-
Momen Puntir (T)
= 19480 KW
-
Daya Maksimum (P)
= 121,275 KW
-
Panjang Poros (L)
= 117 mm
-
Berat Poros (M)
= 0,2 Kg
-
Putaran Kritis (Ncr)
= 140171,46 rpm
Setelah hasil perhitungan tersebut diperoleh maka di lakukan pemeriksaan terhadap tegangan yang timbul,tegangan geser,momen lentur,ketahanan,refleksi,putaran kritis. Dari hasil pemeriksaan yang di lakukan ternyata elemen-elemen tersebut cukupaman,dan
dapat
disimpulkan
bahwa
bahan-bahan
yang
dipakai
untuk
konstruksiadalah cukup aman dan siap untuk dipakai pada mesin tersebut.
4.2 Saran
74
1.
Untuk mengenal dan mengetahui bentuk dan cara kerja kopling sebaiknya dilakukan survei dilaboratorium atau kebengkel mobil.
2.
Dalam hal hal perancangan ,sebaiknya bahan-bahan yang dipilih harus sesuai dengan standart,agar kontruksinya dapat dipakai sesuai yang direncanakann.
3.
Untuk pemilihan bahan-bahan yang
diperoleh,hendaknya ukuran dari
bahan tersebut harus berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh. 4.
Bagi masyarakat yang menggunakan “TOYOTA FORTUNER” sebagai mini bus pribadi,hendaknya mengenal dan mengerti cara kerja dari kopling dan mesin serta dapat memeliharanya atau merawatnya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
75
Creamer, Robert H., 1984, Machine Design, edisi ke kigaet, USA: Addison-Wesley.
Joseph E. Shigley, 1991, Larry D. Mitchell, dan Gandhi Harahap (penerjemah),1991, Perencanaan Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Moot, Robert L., 2004, Machine Element In Machanical Design, Edisi Ke 4, New Jersey: Prentice Hall.
Umar Sukrisno, 1984, Bagian-bagian Mesin dan Merencana, Jakarta: Erlangga.
Sulasro dan Kiyokatsu Suga, 1994, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta: Pradnya Paramita.
Takeshi Sato, G, dan N. Sugiarto Hartanto, 1981, Menggambar Mesin Menurut Standar I.S.O., Jakarta: Prdnya Paramita.
Martin, George H., dan Ir. Setiyobakti (penerjemah), 1982, Kinematika dan Dinamika Teknik, New Jersey: McGraw Hill.
76