BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2008). Gastroenteritis adalah suatu inflamasi yang terjadi di usus ditandai dengan keadaan dimana buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari. Buang air besar encer tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah (Sudoyo, 2002). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan gastroenteritis adalah suatu penyakit inflamasi usus dan lambung yang ditandai dengan keadaan buang air besar dengan konsistensi encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari
1
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PENCERNAAN “GASTROENTERITIS” A. Pengertian Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2008). Gastroenteritis adalah suatu inflamasi yang terjadi di usus ditandai dengan keadaan dimana buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari. Buang air besar encer tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah (Sudoyo, 2002). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan gastroenteritis adalah suatu penyakit inflamasi usus dan lambung yang ditandai dengan keadaan buang air besar dengan konsistensi encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. B. Etiologi dan Predisposisi Suharyono (2008) dan Sudoyo (2002) menyebutkan bahwa penyebab dari gastroenteritis antara lain : 1. Faktor Infeksi a. Infeksi Internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis. Penyebab infeksi internal adalah virus, bakteri dan parasit: a) Infeksi Virus 1) Retovirus: Retovirus merupakan penyebab tersering. Sering didahulu atau disertai dengan muntah. Biasanya timbul sepanjang tahun terutama pada musim dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah. 2) Enterovirus: Biasanya timbul pada musim panas. 3) Adenovirus: Sering timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/ pernafasan.
2
b) Infeksi Bakteri 1) Sigella: Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September. Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun. Gejala muntah tidak menonjol. 2) Salmonella: Bakteri menembus dinding usus. Gejala yang sering muncul diantaranya
feses
berdarah,
mukoid,
mungkin
ada
peningkatan
temperature, muntah tidak menonjol, terdapat sel polos dalam feses, masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari, organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan. 3) Escherichia coli: Menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan enterotoksin. 4) Campylobacter: Biasanya bersifat invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus). Gejala yang sering timbul kram abdomen yang hebat, muntah / dehidrasi jarang terjadi 5) Yersinia Enterecolitica: Gejala yang sering timbul adalah feses mukosa, sering didapatkan sel polos pada feses, nyeri abdomen yang berat, diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai apendicitis. c) Infeksi Parasit karena Cacing (ascaris, strongyloides, protozoa, jamur) Infeksi Parenteral Ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain. 2. Faktor Non Infeksi a. Malabsorbsi karbohidrat, protein dan lemak b.
Faktor makanan: Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
3. Faktor Imun Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/ flora usus dan jamur terutama candida. C. Patofisiologi Proses terjadinya penyakit gastroenteritis dilihat dari beberapa faktor penyebab antara lain : 1. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang disebabkan untuk penyakit antara lain akilia gastrika, humor, pasca gastrektomi, vagotomi, vistula 3
intestinal. Obstruksi intestinal parsial, divertikulosis, kolitis ulserosa, poliposis dan endotriatis dapat mengakibatkan perubahan pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan dinding unsur menurun (normal 5 – 30x menit) hal ini menyebabkan perkembang biakan bakteri bertambah dalam rongga usus atau jika pergerakan dinding usus meningkat, peristaltik usus juga meningkat, sehingga terjadi percepatan kontak makanan dengan permukaan usus, makanan lebih cepat masuk kedalam lumen usus dan kolon, kolon bereaksi cepat untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi hipersekresi yang menambah keenceran tinja. 2. Faktor Infeksi Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung akan dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan dapat meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare. 3. Faktor Makanan Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi, masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan akan dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang mengandung zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan bersifat merusak, reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi peningkatan jumlah cairan dalam usus yang mengakibatkan diare (Price, 1997; Corwin, 2000) D. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien gastroenteritis menurut Doengoes (2000) adalah: 1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak adekuat 3. Gangguan pola eliminasi fekal: diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus 4
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan defekasi yang sering 5. Cemas berhubungan dengan krisis situasi karena perubahan status kesehatan dan hospitalisasi
E. Fokus Intervensi dan Rasional Fokus intervensi yang bisa dirumuskan pada pasien gastroenteritis menurut Doengoes (2000) adalah: 1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terpenuhinya volume cairan tubuh Kriteria Hasil: mukosa bibir lembab, turgor kulit kenyal, tidak ada tandatanda dehidrasi Intervensi: a. Awasi masukan dan haluaran, karakteristik dan jumlah feses, perkiraan kehilangan yang tidak terlihat seperti berkeringat, ukur berat jenis urin, observasi oliguria Rasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan
b. Kaji Tanda Vital (Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan) Rasional: Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan c. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari aktivitas Rasional: kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus d. Berikan cairan parenteral dan tranfusi daran sesuai indikasi Rasional: mempertahankan istirahat usus akan memadukan penggantian cairan untuk memperbaiki kekebalan e. Awasi hasil laboratorium contoh elektrolit, magnesium, kalium dan keseimbangan asam basa Rasional: menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi f. Berikan obat sesuai indikasi
5
1) Antidiare Rasional: menurunkan kehilangan cairan dari usus 2) Antiemetik, misal: metoklopramid, ranitidine, ondancentron Rasional: digunakan untuk mengontrol mual dan muntah pada eksaserbasi akut 3) Antipiretik, misal: paracetamol Rasional: elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus yang gundul, area ulkus dan diare dapat juga menimbulkan asidosis metabolik karena kehilangan bikarbonat (HCO3)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak adekuat Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi Kriteria Hasil: Berat badan ideal atau dalam rentang normal, konjungtiva tidak anemis, membran mukosa bibir merah muda, keseimbangan elektrolit Intervensi: a. Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian Rasional: Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif/ pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berfikir dan kerja psikologis b. Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi/komentar. Tingkatkan lingkungan nyaman dan catat masukan. Rasional: Pasien mendeteksi pentingnya beraksi terhadap tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan. Bila staf berespon secara konsisten pasien dapat mulai mempercayai respon staf. c. Berikan makanan sedikit tetapi sering dan makanan kecil tambahan yang tepat
6
Rasional: Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat setelah periode puasa d. Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin. Rasional: Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan menyediakan makanan untuk makan. e. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan Rasional: Memberikan catatan lanjut penurunan atau peningkatan berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang peningkatan atau penurunan. f. Timbang berat badan dengan timbangan yang sama Rasional: Meskipun beberapa program memungkinkan pasien melihat hasil timbangan, ini memaksa isu kepercayaan pada pasien yang biasanya tidak mempercayai orang lain g. Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi Rasional: Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan kontrol lingkungan dimana masukan makanan, muntah atau eliminasi, obat dan aktivitas dapat dipantau. Ini juga memisahkan pasien dari orang terdekat (yang dapat sebagai faktor pemberat). h. Berikan diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai bila ada. Rasional: Memungkinkan variasi sediaan makanan akan memampukan pasien untuk mempunyai pilihan terhadap makanan yang dapat dinikmati i. Berikan obat sesuai indikasi 1) Ciprofeptadin (periactin) Rasional: Antagonis, serotonin dan histamin yang digunakan dalam dosis tinggi untuk merangsang nafsu makan, menurunkan penolakan makanan, dan melawan depresi. Tidak tampak efek samping meskipun penurunan mental, kesadaran dapat terjadi. 2) Antidepresan trisiklik misal: Alavil, Endep
7
Rasional: Menghilangkan depres dan merangsang nafsu makan
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defekasi yang sering Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit klien dapat teratasi Kriteria hasil: Tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal Intervensi: a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut bilas dengan air bersih, keringkan dengan seksama dan taburi talk Rasional: untuk mencegah perluasan iritasi b. Beri stik laken diatas perlak klien Rasional: untuk mencegah gerekan tiba-tiba pada bokong c. Gunakan pakaian yang longgar Rasional: untuk memudahkan bebas gerak d. Monitor data laboratorium Rasional: untuk mengetahui luasan/ PH feses, elektrolit, dll.
4. Gangguan pola eliminasi fekal: diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus, iritasi, inflamasi dan malabsobsi usus Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah gangguan pola eliminasi fekal: diare dapat teratasi Kriteria Hasil: Pola defekasi normal, konsistensi feses normal, meningkatkan fungsi usus mendekati normal Intervensi: a. Observasi/ catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah Rasional: diare sering terjadi setelah memulai diet b. Dorong diet rendah serat sesuai dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat Rasional: meningkatkan konsistensi feses. Meskipun cairan perlu untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah mempengaruhi diare c. Batasi masukan lemak sesuai indikasi
8
Rasional: diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan membatasi efek laksantif penurunan absobsi lemak d. Observasi tanda sindrom dumping, misal: diare cepat, berkeringat, mual, muntah dan kelemahan setelah makan Rasional: pengosongan cepat makanan dari lambung dapat mengakibatkan distress gaster dan mengganggu fungsi usus e. Bantu perawatan peringeal sering, gunakan salep sesuai indikasi Rasional: iritasi anal, eksoriasi dan pruritus terjadi karena diare. Pasien sering tak dapat mencapai area yang tepat untuk membersihkan f. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misal difenoksilat dengan atropin (lomotil) Rasional: mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi sampai tubuh mengalami perubahan akibat bedah g. Awasi elektrolit serum Rasional: Peningkatan kehilangan gaster potensial resiko ketidakseimbangan elektrolit dimana dapat menimbulkan komplikasi lebih serius/ mengancam
5. Cemas berhubungan dengan krisis situasi karena perubahan status kesehatan dan hospitalisasi Tujuan : Cemas dapat teratasi Kriteria Hasil : menunjukkan keadaan rileks dan terjadi penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani Intervensi : a. Catat perilaku ansietas misal gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian Rasional: indikator derajat ansietas b. Dorong menyatakan perasaan, berikan umpan balik Rasional: membantu pasien dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress c. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan misal kondisi dan prosedur
9
Rasional: keterlibatan pasien dalam perencanaan keperawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat Rasional: memindahkan pasien dari stres luar, meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan ansietas e. Bantu pasien belajar mekanisme koping baru untuk mengatasi stres Rasional: belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu untuk menurunkan stres dan ansietas, meningkatkan kontrol penyakit f. Kolaborasi pemberian obat sedatif misal barbitura, diazepam Rasional: dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat
F. Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan G. Evaluasi Evaluasi adalah melihat kembali kondisi klien, dan mengobservasi kembali keadaan klien, apakah tindakan yang dilakukan sudah memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi apakah volume cairan sudah terpenuhi atau belum
Evaluasi apakah nutrisi sudah terpenuhi atau belum
Evaluasi apakah klien masih dalam keadaan cemas atau tidak
10
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2008). Diagnosa yang muncul pada klien dengan gastroenteritis adalah 1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak adekuat 3. Gangguan pola eliminasi fekal: diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus 4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan defekasi yang sering 5. Cemas berhubungan dengan krisis situasi karena perubahan status kesehatan dan hospitalisasi
11
DAFTAR PUSTAKA
Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media. Potter & Perry. (2006). Fundamental Of Nursing, Proses Konsep dan Praktis. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC Smeltze, & Barre. (2001). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku: Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.
12