Askep Termo.docx

  • Uploaded by: Hulayfa Adila
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Termo.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,844
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan saturasi oksigen. Sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat penting maka disebut tnda vital. Banyak faktor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar batas normal. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan termoregulasi ? 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya termoregulasi ? 3. Bagaimana askep pada klien dengan gangguan termoregulasi ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian termoregulasi. 2. Untuk mengatahui factor – factor yang mempengaruhi terjadinya termoregulasi 3. Untuk mengetahui askep dengan gangguan termoregulasi

BAB II PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Termoregulasi Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu. 3.1.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Termoregulasi a. Usia Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan,

masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. b. Olahraga Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC. c. Kadar hormon Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. d. Irama sirkadian Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. e. Stres Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal. f. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien. 3.1.2 Perubahan suhu Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami klien. a. Demam Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme pengeluara panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika demam

mengancamkesehatan seringkali merupkan sumber yang diperdebatkan di antara pemberi perawatan kesehatan. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39 ºC. b. Kelelahan akibat panas Kelelehan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelehan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yg lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. c. Hipertermia Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atautrauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anestetik tertentu. d. Heatstroke Perjalanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. e. hipotermia pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.

3.2 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Termoregulasi 3.2.1 Assesment ( Pengkajian ) A. Mengkaji klien dengan cara mengumpulkan : 1. Data Subyektif Mengumpulkan data yang diperoleh berdasarkan keluhan klien / keluarga dengan cara interview dengan klien untuk mengetahui batas normal suhu tubuh klien. 2. Data Obyektif Mengumpulkan data yang diperoleh berdasarkan pengukuran, pemeriksaan dan pengamatan dengan cara: • Pengukuran suhu tubuh yang akurat • Observasi tanda – tanda fisik • Observasi gejala yang menandai adanya perubahan temperatur B. Inspeksi Area tubuh yang berhubungan harus diperiksa untuk mengetahui tanda perubahan

temperatur tubuh. Kulit harus diamati : warna, temperatur, keringat, menggigil. C. Observasi 1. Tingkat kesadaran klien 2. Menimbang BB 3. Status gizi 4. Hidrasi 3.2.2 Diagnosa ( diagnosis ) 1. Resiko Terhadap Klien Status dimana seseorang berhadapan dengan resiko untuk kegagalan dalam memelihara temperature tubuh dalam batas normal. Karakteristik :  Usia yang ekstrim  Ekspos ke lingkungan yang dingin  Ekspos ke lingkungan yang panas  Dehidrasi  Keaktifan / kemalasan dalam beraktifitas  Pengobatan yang disebabkan vasokontriksi dan vasodilatasi  Meningkatnya metabolisme  Pakaian yang tidak sesuai dengan temperature lingkungan  Cedera system saraf pusat  Kerusakan system termoregulasi Factor yang brhubungan sama halnya dengan factor resiko. 2. Hypothermi Keadaan dimana temperatur tubuh seseorang berada di bawah suhu normal. Karakteristik : a) Mayor : suhu dibawah suhu normal, kulit dingin, muka pucat b) Minor : capillary refill lambat, meningkatnya denyut jantung, kuku pucat, menggigil Faktor yang berhubungan :  Ekspose ke lingkungan dingin  Trauma / penyakit  Kerusakan hypothalamus  Berkurangnya kemampuan untuk menggigit  Kekurangan gizi  Ketidakseimbangan penggunaan pakaian  Konsumsi alcohol  Pengobatan yang menyebabkan vasodilatasi  Penguapan dari kulit ke lingkungan dingin  Menurunnya metabolism 3. Hyperthermia Keadaan dimana temperature tubuh seseorang diatas suhu normal. Karakteristik : a) Mayor : temperature tubuh diatas suhu normal b) Minor : kulit lembab, kejang Factor yang berhubungan :  Ekspose ke lingkungan panas

 Aktivitas  Pengobatan  Pakaian yang tidak sesuai  Meningkatnya metabolisme  Sakit  Dehidrasi  Berkurangnya keringat 4. Ineffective Thermoregulasi Status dimana temperature individu berubah antara hypothermia hyperthermia. Factor yang berhubungan :  Trauma / sakit  Immaturity  Perubahan temperatur lingkungan 3.2.3 Planning ( perencanaan ) Tujuan perlu difokuskan sebab : Klien akan memelihara temperatur tubuh pada batas normal Klien akan mengidentifikasi factor yang dapat mempercepat perubahan suhu tubuh Klien mengatakan secara lisan strategi untuk mencegah dan mengatasi perubahan temperature suhu tubuh normal

3.2.4 Implementasi ( pelaksanaan )  Perawat harus selalu menjelaskan bagaimana cara memonitor suhu aksila dan kapan harus menghubungi dokter apabila terjadi demam.  Perawat harus selalu memantau keadaan dan mengukur suhu klien secara rutin.  Pemberitahuan tentang termoregulasi  Perawat harus menginstruksi orang tua agar melindungi bayi yang baru lahir dari temperature yang ekstrim

3.2.5 Evaluation ( evaluasi )  Merupakan bagian lanjut dari proses keperawatan  Setelah perawat melengkapi intervensi, klien harus di evaluasi kembali untuk mengetahui apakah intervensi yang dilakukan tersebut sudah efektif  Evaluasi proses dikatakan berhasil dengan cara membandingkan hasil klien yang nyata dengan hasil yang direncanakan  Apabila belum berhasil, perlu dikaji ulang lagi klien tersebut

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya termoregulasi yaitu : usia, olahraga, kadar hormon, irama sirkadian, stres, lingkungan. Askep klien dengan gangguan termoregulasi dapat ditinjau dari pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi , dan evaluasi. 3.2 Saran Mahasiswa mampu melakukan proses keperawatan pada klien dengan gangguan termoregulasi dan dalam melakukan sebuah tindakan asuhan keperawan diperlukan ketepatan dan dalam pemilihan alat seperti termometer pada saat mengukur suhu harus sesuai dengan fungsinya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA Perry, A.G.& Potter, P.A.(1993). Fundamental of Nursing : Consept, Prosess, and practice.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI

Perubahan fisiologi tentang regulasi suhu tubuh membantu perawat untuk mengkaji respons klien terhadap gangguan tubuh dan dapat dilakukan tindakan secara aman. Tindakan mandiri dapat meningkatkan kenyamanan. Tindakan ini menambah efek terapi pengobatan selama sakit. Banyak tindakan yang juga dapat diajarkan kepada anggota keluarga, orang tua anak atau pemberi perawatan lain.

A. o

PENGKAJIAN Tempat

Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Suhu inti dari arteri paru, esofagus dan kandung kemih digunakan untuk perawatan intensif. Pengukuran ini membutuhkan peralatan yang di psang invasif secara terus-menerus dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini haus memiliki pembacaan akurat yang secara cepet dan terus-menerus menunjukkan pembacaan pada monitor elektronik. Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu ini juga invasif tetapi dapat digunakan secara intermiten. Termasuk membran timpani, mulut rektum dan aksila. Lapisan termometer noninvasif yang disiapkan secara kimia juga dapat digunkan pada kulit. Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila dan kulit menghandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran.panas dari darah di alirkan ke alat termometer. Suhu timpani mengandalkan radiasi panas tubuh erhadap sensor inframerah. Karena suplai darah arteri membran timpani dianggap sebagai suhu inti. Untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, setiap tempat harus diukur dengan akurat. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36 ºC dan 38 ºC. Walaupun temuan riset dari banyak dari banyak didapati pertentangan; secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5 ºC lebih tinggi dari suhu oraldan suhu aksila 0,5 ºC lebih rendah dari suhu oral. Setiap tempat pengukuran tersebut memiliki keuntungan dan kerugian. Perawat memilih tempat yang paling aman dan akurat untuk pasien. Perlu dilakukan pengukuran pada tempat yang sama bila pengukuran tersebut di ulang. o

Termometer

Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh adalah air raksa-kaca, elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab untuk banyak

menetahui dan terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipilih. Tingkat pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan dan reabilitas pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran menggunakan derajat celsius atau skala fahrenheit. Termometer elektronik membuat perawat dapat mengonversi skala dengan cara mngaktifkan tombol. Ø Termometer air raksa-kaca Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang paling dikenal, telah digunakan sejak abad ke-15. termometer tersebut terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya ditutup dan jung lainya dengan bentolan berisi air raksa. Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral ( ujungnya ramping), stubby, dan rektal (ujungnya berbentuk buah pir). Ujung termometer oral langsing, sehingga memungkinkan pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh darah di dalam mulut. Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna biru. Termometer stubby biasanya lebih pendek dan lebih gemuk dari pada jenis oral. Dapat digunakan mengukur suhu dimana saja. Termometer rektar memiliki ujung yang tumpul atau runcing, untuk mencegah trauma terhadap jaringan rektal pada saat insersi. Termometer ini biasanya di kenali dengan ujung yang berwarna merah. Keterlambatan waktu pencatatan dan dan mudah pecah merupakan kerugian dari termometer air raksa-kaca. Keuntungan dari termometer air raksa-kaca adalah harga murah, mudah diperoleh, dan banyak tersedia. Ø Termometer elektronik Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga batere yang dapat diisi ulang, kabel kawat yang tipis dan alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung plastik sekali pakai. Salah satu bentuk termometer elektronik menggunakan alat seperti pensil. Probe tersendiri yang anti pecah tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan untuk mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan terlihat pada unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak pembacaan suhu terukur. Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara khusus untuk pengukuran timpanik. Spekulum otoskop dengan ujung sensor inframerah mendeteksi penyebaran panas dari membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik dari mulai dimasukkan ke dalam kanal auditorius, hasilnya terlihat pada layar. Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah tercapai. Ø Termometer sekai pakai Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk strip kecil yang terbuat dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut terdiri atas matrik dari lekukan seperti titik yang mengandung bahan kimia yang larut dan berubah warna pada perbedaan suhu. Digunakan untuk suhu oral dan aksila, terutama pada anak-anak. Dipakai dengan cara yang sama dengan termometer aksila dan digunakan hanya sekali. Waktu yang dibutuhkan untuk menunjukkan suhu hanya 60 detik

(Ericksonet al, 1996). Termometer di ambil dan dibaca setelah sekitar 10 detik supaya stabil. Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo (patch) atau pita sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau abdomen, koyo akan berubah warna pada suhu yang berbeda. Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk mengetahi suhu, khususnya pada bayi yang baru lahir.

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perawat mengkaji temuan pengkajian dan mengelompokkan karateristik yang ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosis, hipertermia. Diagnosis keperawatan mengidentifikasi risiko klien terhadap perubahan suhu tubuh atau perubahan suhu yang aktual. Jika klien memiliki faktor resiko, perawat meminimalkan atau menghilangkan faktor yang meningkatkan perubahan suhu. Pengkajian suhu di batas normalmengarah pada diagnosa keperawatan. Pada contohnya hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat akan menghasilkan intervensi yang sangat berdeda daripada faktor yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau berkeringat. Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi

pengkajian

Batasan karakteristik

Diagnosa keperawatan

Ukur tanda vital, termasuk suhu, nadi, pernapasan

Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal

Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi

Takikardia Takipnea Palpasi kulit

Kulit hangat

Observasi penampilan dan prilaku klien saat berbicara dan istirahat

Gelisah

Tampak kemerahan

C.

PERENCANAAN

Klien yang beresiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan mengurangi faktor resiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Rencana perawatan bagi klien dengan perubahan suhu yang aktual berfokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan. (lihat rencana keperawatan)

Rencana asuhan keperawatan untuk hipertermia Diagnosa keperawatan : hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi Definisi : hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh individu meningkat di atas batasan suhu normalnya. Tujuan

Hasil yg diharapkan

intervensi

rasional

Klien akan kembali ke batasan suhu tubuh normal pada 21/2

Suhu tubuh turun paling sedikit 1°C setelah terapi (pada 19/2)

Pertahankan suhu ruangan pada 21°C kecuali jika klien menggigil

Suhu ruangan sekitar dapat meningkatkan suhu tubuh. Namun menggigil harus dihindari karena meningkatkan suhu tubuh (Guyton, 1991)

Antiseptik menurunkan set point

Suhu tubuh tetap sama antara 36°C38°C smpai paling sedikit 24 jam (pada 20/2)

Berikan asetaminofen sesuai program medik apabila suhu lebih tinggi dari 39°C

Klien mencapai rasa nyaman dan istirahat pada 21/2

D.

Klien mampu beristirahat dengan tenang pada 21/2

Kurangi penutup ekternal pada tubuh klien . jaga supaya pakaian dan alas tempat tidur tetap kering

Pakaian yang basah atau terlalu basah mencegah pengeluaran panas melalui radiasi, konveksi dan konduksi

IMPLEMENTASI Diagnosa

implementasi

Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi

Memantau keadaan klien Memberikan asetaminofel Mengukur suhu klien

E.

EVALUASI

Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respon aktual klien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana perawatan.hal ini menunjukkan apakah tujuan keperawatan telah terpenuhi atau apakah dibutuhkan revisi terhadap rencana.

Evaluasi interensi terhadap hipertermia tujuan

Tindakan evaluasi

Hasil yang diharapkan

Suhu tubuh klien akan kembali ke batas normal

Pantau suhu tubuh setelah intervensi

Suhu tubuh paling sedikit 1°C setelah terapi Suhu tubuh tetap berada antara 36°C dan 38°C selama

paling sedikit 24 jam pada 20/2

Klien mendapatkan rasa nyaman dan istirahat pada 21/2

Tanyakan apa yang dirasakan klien

Observasi adanya kegelisahan, kelemahan.

Klien menyatakan kepuasan terhadap istirahat dan tidur meningkat Klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya termoregulasi yaitu : usia, olahraga, kadar hormon, irama sirkadian, stres, lingkungan. Askep klien dengan gangguan termoregulasi dapat ditinjau dari pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi , dan evaluasi.

3.2 Saran Berdasarkan pembahasan di atas saran yang dapat di ambil yaitu dalam melakukan sebuah tindakan asupan keperawatan diperlukan ketepatan dan dalam pemilihan alat seperti termometer pada saat mengukur suhu harus sesuai dengan fungsinya masingmasing.

DAFTAR PUSTAKA

Perry, A.G.& Potter, P.A.(1993). Fundamental of Nursing : Consept, Prosess, and practice

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

Ametodologi.docx
July 2020 9
Nama 12 Pasang Saraf.docx
November 2019 14
Teori Paragmatis.docx
November 2019 11
B. Inggris Naskah.docx
November 2019 27
Askep Termo.docx
July 2020 11