Askep Tb.docx

  • Uploaded by: Amel Nisa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Tb.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,076
  • Pages: 35
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyakdari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi. Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor Idari golongan infeksi. Antara tahun 1979 - 1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintahd an swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 19951998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed

1|Keperawatan Medikal Bedah

Treatment Shortcourse Chemotherapy) -atau pengawasan langsung menelan obat jangka pendek/setiap hari- baru mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%.

2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Apa definisi dari TBC? b. Bagaimana etiologi penyakit TBC? c. Jelaskan patofisiologi dari TBC? d. Sebutkan manifestasi TBC? e. Apa saja pemeriksaan penunjang TBC? f. Bagaimana penatalaksanaan medis padaTBC? g. Apa saja komplikasi dari TBC? h. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?

3. Tujuan Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui definisi TBC b. Untuk mengetahui etiologi TBC. c. Untuk mengetahui patofisiologi TBC. d. Untuk mengetahui manifestasi TBC. e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang TBC f. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis padaTBC g. Untuk mengetahui komplikasi dari TBC h. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.

2|Keperawatan Medikal Bedah

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium tubercolosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Berdasarkan definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama menin Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer

3|Keperawatan Medikal Bedah

(ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan

spesifik

terhadap

basil

mikobakterium.

Tuberkulosis

yang

kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

B. Etiologi Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovi. Basil tipe bovin berada dlam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.(Wim de jong et al. 2005).

C. Patofisiologi Kuman Micobacterium Tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paruparu, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan

4|Keperawatan Medikal Bedah

memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah harihari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari. Pathway

5|Keperawatan Medikal Bedah

D. Manifestasi Klinis 1. Demam (subfebris, kadang-kadang 400 – 410 C, seperti demam influensa. 2. Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh darah). 3. Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru. 4. Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura. 5. Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. 6. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada 7. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit 8. Pada anak -

Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh

-

Demam tanpa sebab yang jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu

-

Batuk kronik lebih dari 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze

-

Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa

E. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium a) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit b) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat. c) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.

6|Keperawatan Medikal Bedah

d) Anemia bila penyakit berjalan menahun e) LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan. f) Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis. g) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas. 2.

Radiologi a) Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas. b) Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB. c) Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC

adalah

penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura). 3. Pemeriksaan fungsi paru Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara

residu:

oksigensekunder

kapasitas terhadap

paru infiltrasi

total

dan

penurunan saturasi

parenkim/fibrosis,

kehilangan

jaringan paru dan penyakit pleural.

7|Keperawatan Medikal Bedah

F. Penatalaksanaan Medis Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) a) Isoniazid (H) Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan. b) Rifampisin (R) Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. c) Pirazinamid (Z) Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg berat badan. d) Streptomisin (S) Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. e) Etambutol (E) Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.

8|Keperawatan Medikal Bedah

Tahap Pengobatan Pengobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap yaitu: a) Tahap Intensif Penderita mendapat obat setiap hari. Pengawasan berat/ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti Tuberculosis (OAT). b) Tahap Lanjutan Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistem (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. c) Kategori Pemberian Obat Anti Tuberculosis 1) Kategori 1 (211RZE/4113R3) Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol(E). Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE), kemudian teruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan untuk : Penderita baru TBC paru BTA positif, Penderita TBC paru BTA negatif, rontgen positif, Penderita TBC ekstra paru berat. 2) Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3RE3) Tahap intensif diberikan selama 3 (tiga) bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniasid (H), Rifampisn, Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan Isoniasid (H),Rifampisin (R), Etambutol (E) yang diberikan 3 kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk penderita kambuh, penderita gagal, penderita dengan pengobatan setelah lalai 3) Kategori 3 (2HRZ/4H3R3) Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan

9|Keperawatan Medikal Bedah

tahap lanjutan terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk : 

Penderita baru BTA negatif dan roentgen positif sakit ringan



Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis aksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal.

4) OAT Sisipan (HRZE) Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari selama 1 bulan.

G. Cara pencegahan penularan penyakit TB adalah: 1. Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber penularan hingga sembuh, untuk memutuskan rantai penularan. 2.

Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan mulut bila batuk dan bersin.

3. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi lisol 5% atau dahaknya ditimbun dengan tanah. 4. Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat. 5.

Meningkatkan kondisi perumahan danlingkungan.

6. Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya, terutama

selama 2 bulan pengobatan pertama.

Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit TB: 1. Meningkatkan gizi. 2. Memberikan imunisasi BCG pada bayi.

10 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

3. Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak mempunyai gejala TB tetapi mempunyai anggota keluarga yang menderita TB Paru BTA positif. Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan kesembuhan penderita. Kesembuhan ini selain dapat mengurangi jumlah penderita, juga mencegah terjadinya penularan. Oleh karena itu, untuk menjamin kesembuhan, obat harus diminum dan penderita diawasi secara ketat oleh keluarga maupun teman sekelilingnya dan jika memungkinkan dipantau oleh petugas kesehatan agar terjamin kepatuhan penderita minum obat (Idris & Siregar, 2000).

H. Komplikasi Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu : 1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan nafas. 2) Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial. 3) Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. 4) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

11 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

BAB III TINJAUAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah sebagai berikut A. Riwayat Perjalanan Penyakit Keluhan utama

: Batuk produkif dan non produktif

Riwayat Penyakit Sebelumnya 

Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.



Pernah berobat tetapi tidak sembuh



Pernah berobat tetapi tidak teratur



Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru



Daya tahan tubuh yang menurun



Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

B. Riwayat Pengobatan Sebelumnya 

Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya



Jenis, warna, dosis obat yang diminum



Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya



Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir

C. Riwayat Sosial Ekonomi 

Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan



Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk

12 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan

D. Faktor Pendukung  Riwayat lingkungan  Pola hidup  Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri  Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya

E.

Pola aktivitas dan istirahat Subjektif

: Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas

pendek),

sulit

tidur,

demam,

menggigil,

berkeringat pada malam hari. Objektif

: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 –410C) hilang timbul.

F. Pola nutrisi Subjektif

: Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan

Objektif

: Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan

G. Respirasi Subjektif

: Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif

:Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,

mukoid

kuning

atau

bercak

darah,

pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas

13 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik)

H. Rasa nyaman/nyeri Subjektif Objektif

: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. :Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis

I. Integritas ego Subjektif

: Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan

Objektif

: Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

Pemeriksaan Diagnostik 

Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit



Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).



Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercakbercak padat dengan densitas tinggi.



Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.



Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).



Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun

14 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

Diagnosa Keperawatan TB Paru NANDA 2012-2014 1.

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Batasan Karakteristik 

Tidak ada batuk



Suara napas tambahan



Perubahan frekuensi napas



Perubahan irama napas



Sianosis



Kesulitan berbicara/mengeluarkan suara



Penurunan bunyi napas



Dispnea



Sputum

dalam

jumlah

yang

berlebihan 

Batuk yang tidak efektif



Ortopnea



Gelisah



Mata terbuka le bar

Faktor Yang Berhubungan Lingkungan 

Perokok pasif



Mengisap asap



Merokok

15 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

Obstruksi jalan napas 

Spasme jalan napas



Mucus

dalam

jumlah

yang



Adanya jalan napas buatan



Sekresi

berlebihan

yang

tertahan/sisa

sekresi



Eksudat dalam alveoli



Materi asing dalam jumlah napas



Sekresi dalam bronki

Fisiologis

2.



Jalan napas alergik



Hyperplasia dinding bronchial



Asma



Infeksi



Penyakit paru obstruksi kronis



Disfungsi neuromuskular

Resiko Infeksi Defenisi : Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik. Faktor Risiko

Penyakit kronis –

DM



Obesitas 

Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pamajanan patogen



Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat o

Gangguan peristalsis

o

Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)

o

Perubahan sekresi pH

o

Penurunan kerja siliaris

o

Pecah ketubah dini

16 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

o

Pecah ketubah lama

o

Merokok

o

Stasis cairan tubuh

o

Trauma jaringan (mis trauma, destruksi jaringan)

o

Malnutrisi 

Ketidakadekuatan pertahanan tubuh 

Penurunan Hb



Imunosupresi (mis imunitas didapat tidak adekuat,

agens

farmaseutikal

termasuk

imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal, imunomodulator) 

Leukopenia



Supresi respons inflamasi



Vaksinasi tidak adekuat



Pemajanan

terhadap

patogen

lingkungan

meningkat 

3.

Wabah

Intoleransi Aktivitas Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan Karakteristik 

Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas



Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas



Perubahan EKG yang mencerminkan

17 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

aritmia 

Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia



Ketidaknyaman setelah beraktivitas



Dispnea setelah beraktivitas



Menyatakan merasa letih



Menyatakan merasa letih

Faktor Yang Berhubungan 

Tirah baring



Kelemahan umum



Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

4.



Imobilitas



Gaya hidup monoton

Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.

Batasan Karakteristik 

Kram abdomen



Nyeri abdomen



Menghindari makan



Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal



Kerapuhan kapiler



Diare



Kehilangan rambut berlebihan

18 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h



Bising usung hiperaktif



Kurang makan



Kurang informasi



Kurang minat pada makanan



Penurunan

berat

badan

dengan

asupan makanan adekuat 

Kesalahan konsepsi



Kesalahan informasi



Membrane mukosa pucat



Ketidakmampuan

memakan

makanan 

Tonus otot menurun



Mengeluh gangguan sensasi rasa



Mengeluh asupan makanan kurang dari

RDA

(recommended

daily

allowance) 

Cepat kenyang setelah makan



Sariawan rongga mulut



Steatore



Kelemahan otot pengunyah



Kelemahan otot untuk menelan

Faktor Yang Berhubungan 

Faktor biologis



Faktor ekonomi



Ketidakmampuan

untuk

mengabsorpsi nutrisi 

Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

19 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h



5.

Faktor psikologis

Pengetahuan Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu.

Batasan Karakteristik 

Perilaku hiperbola



Ketidakdaruratan mengikuti perintah



Ketidakdaruratan melakukan tes



Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)



Pengungkapan masalah

Faktor Yang Berhubungan 

Keterbatasan kognitif



Salah interpretasi informasi



Kurang pajanan



Kurang minat dalam belajar



Kurang dapat mengingat



Tidak familiar dengan sumber informasi

20 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

Nursing Care Plan No Nursing Outcomes Nursing Interventions Classification (NOC) Classification (NIC) 1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 3160. Airway tindakan keperawatan Suctioning Bersihan Jalan Nafas selama …. x 24 Definisi : Ketidakmampuan jam klien akan: Aktivitas untuk membersihkan keperawatan: sekresi atau obstruksi dari – 0403. saluran pernafasan untuk Respiratory status : 1. Pastikan mempertahankan Ventilation kebutuhan oral / kebersihan jalan nafas. tracheal – 0410. suctioning Batasan Karakteristik : 2. Auskultasi suara Respiratory status : nafas sebelum Airway patency dan sesudah  Tidak ada batuk suctioning.  Suara napas – 0402. 3. Informasikan tambahan Respiratory Status: pada klien dan  Perubahan Gas Exchange keluarga tentang frekuensi suctioning napas – 1918. 4. Minta klien  Perubahan irama Aspiration nafas dalam napas Prevention, yang sebelum suction  Sianosis dibuktikan dengan dilakukan.  Kesulitan indikator sebagai 5. Berikan O2 berbicara/mengelua berikut: dengan rkan suara menggunakan  Penurunan bunyi (1-5 = tidak pernah, nasal untuk napas jarang, kadang-kadang, memfasilitasi  Dispnea sering, atau selalu) suksion  Sputum dalam nasotrakeal jumlah yang Kriteria Hasil : 6. Gunakan alat berlebihan yang steril sitiap  Batuk yang tidak – melakukan efektif Mendemonstrasi tindakan  Ortopnea kan batuk efektif dan 7. Anjurkan pasien  Gelisah suara nafas yang untuk istirahat  Mata terbuka lebar bersih, tidak ada dan napas dalam sianosis dan dyspneu setelah kateter (mampu mengeluarkan dikeluarkan dari sputum, mampu nasotrakeal Faktor yang berhubungan: bernafas dengan 8. Monitor status mudah, tidak ada oksigen pasien NANDA: Nursing Diagnosis

21 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

Lingkungan

pursed lips)

– Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan Obstruksi jalan napas dalam rentang normal,  Spasme jalan napas tidak ada suara nafas abnormal)  Mucus dalam jumlah yang – Mampu berlebihan mengidentifikasikan  Eksudat dalam dan mencegah factor alveoli  Materi asing dalam yang dapat menghambat jalan jumlah napas  Adanya jalan napas nafas buatan  Sekresi yang tertahan/sisa sekresi  Sekresi dalam bronki   

Perokok pasif Mengisap asap Merokok

Fisiologis      

Jalan napas alergik Asma Penyakit paru obstruksi kronis Hyperplasia dinding bronchial Infeksi Disfungsi neuromuskular

9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion 10. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

3140. Airway Management Aktivitas keperawatan: 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan 4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

22 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

tambahan 8. Lakukan suction pada mayo 9. Berikan bronkodilator bila perlu 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 12. Monitor respirasi dan status O2

2 Resiko infeksi Definisi : mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogen

Setelah dilakukan 6540. Infection Control tindakan keperawatan selama …. x 24 Aktivitas jam klien akan: keperawatan: – 0702. Immune Status

Faktor Risiko : 

Penyakit kronis



DM



Obesitas 

– 0703. Infection Severity – 1807. Knowledge : Infection control

Pengetahuan yang –

1004.

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2. Pertahankan teknik isolasi 3. Batasi pengunjung bila perlu 4. Instruksikan pada pengunjung

23 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h



kurang untuk untuk mencuci Nutritional status menghindari tangan saat pamajanan patogen – berkunjung dan 1101. Tissue Pertahanan tubuh Integrity: Skin & setelah primer yang tidak Mucous membranes, berkunjung adekuat meninggalkan yang dibuktikan o Gangguan dengan indikator pasien peristalsis sebagai berikut: 5. Gunakan sabun o Kerusakan antimikrobia integritas untuk cuci (1-5 = tidak pernah, kulit tangan jarang, kadang-kadang, (pemasanga sering, atau selalu) 6. Cuci tangan n kateter setiap sebelum intravena, Kriteria Hasil : dan sesudah prosedur tindakan invasif) kperawtan – Klien bebas o Perubahan dari tanda dan gejala 7. Gunakan baju, sekresi pH infeksi sarung tangan o Penurunan sebagai alat kerja siliaris – pelindung o Pecah 8. Pertahankan Mendeskripsika ketubah dini n proses penularan lingkungan o Pecah aseptik selama penyakit, factor yang ketubah pemasangan alat mempengaruhi lama 9. Ganti letak IV penularan serta o Merokok perifer dan line penatalaksanaannya, o Stasis cairan central dan tubuh dressing sesuai – Menunjukkan o Trauma dengan petunjuk kemampuan untuk jaringan umum mencegah timbulnya (mis trauma, infeksi 10. Gunakan kateter destruksi intermiten untuk jaringan) menurunkan – Jumlah leukosit o Malnutrisi dalam batas normal infeksi kandung o Ketidakadek kencing uatan 11. Tingktkan intake – Menunjukkan pertahanan perilaku hidup sehat nutrisi tubuh 12. Berikan terapi o Penurunan antibiotik bila Hb perlu o Imunosupre si (mis imunitas didapat 6550. Infection tidak

24 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

o o

o

o

o

adekuat, agens farmaseutik al termasuk imunosupres an, steroid, antibodi monoklonal, imunomodul ator) Leukopenia Supresi respons inflamasi Vaksinasi tidak adekuat Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat Wabah

Protection Aktivitas keperawatan: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Monitor hitung granulosit, WBC 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi 4. Batasi pengunjung 5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular 6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko 7. Pertahankan teknik isolasi k/p 8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema 9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase 10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah 11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup 12. Dorong masukan cairan 13. Dorong istirahat 14. Instruksikan

25 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

pasien untuk minum antibiotik sesuai resep 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 16. Ajarkan cara menghindari infeksi 17. Laporkan kecurigaan infeksi 18. Laporkan kultur positif

3 Intoleransi aktivitas

Setelah dilakukan 0180. Energy tindakan keperawatan Management Definisi : Ketidakcukupan selama …. x 24 jam klien akan: energu secara fisiologis Aktivitas maupun psikologis untuk keperawatan: meneruskan atau – 0002. Energy menyelesaikan aktifitas 1. Observasi conservation yang diminta atau aktifitas adanya sehari hari. – 0300. Self pembatasan klien Care : ADLs, yang dalam Batasan karakteristik : dibuktikan dengan melakukan indikator sebagai aktivitas berikut: 2. Dorong anak  Respons tekanan untuk darah abnormal mengungkapkan terhadap aktivitas (1-5 = tidak pernah, perasaan  Respon frekuensi jarang, kadang-kadang, terhadap jantung abnormal sering, atau selalu) keterbatasan terhadap aktivitas 3. Kaji adanya Kriteria Hasil : factor yang Perubahan EKG yang menyebabkan mencerminkan aritmia – Berpartisipasi kelelahan dalam aktivitas fisik 4. Monitor  Perubahan EKG tanpa disertai nutrisi dan yang mencerminkan peningkatan tekanan sumber energi iskemia darah, nadi dan RR tangadekuat  Ketidaknyaman 5. Monitor pasien setelah beraktivitas – Mampu akan adanya  Dispnea setelah melakukan aktivitas

26 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

 

beraktivitas sehari hari (ADLs) Menyatakan merasa secara mandiri letih Menyatakan merasa letih

Faktor yang berhubungan :   

 

Tirah baring Kelemahan umum Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Imobilitas Gaya hidup monoton

kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan 6. Monitor respon kardivaskuler te rhadap aktivitas 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

4310. Activity Therapy Aktivitas keperawatan: 1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencana kan progran terapi yang tepat. 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang

27 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan 5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek 6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan 11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

4 Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme

Setelah dilakukan 1100. Nutrition tindakan keperawatan Management selama …. x 24 jam klien akan: Aktivitas keperawatan: – 1008. Nutritional 1. Kaji adanya Status : food and

28 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

tubuh.

Fluid Intake

Batasan karakteristik :

– 1006. Weight : Body Mass, yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:

   

       

     



 

Kram abdomen Nyeri abdomen Menghindari makan (1-5 = tidak pernah, Berat badan 20% jarang, kadang-kadang, atau lebih di bawah sering, atau selalu) berat badan ideal Kerapuhan kapiler Kriteria Hasil : Diare Kehilangan rambut – Adanya berlebihan peningkatan berat Bising usung badan sesuai dengan hiperaktif tujuan Kurang makan Kurang informasi – Berat badan Kurang minat pada ideal sesuai dengan makanan tinggi badan Penurunan berat badan dengan – Mampu asupan makanan mengidentifikasi adekuat kebutuhan nutrisi Kesalahan konsepsi Kesalahan – Tidak ada informasi tanda tanda malnutrisi Membrane mukosa pucat – Tidak terjadi Ketidakmampuan penurunan berat badan memakan makanan yang berarti Tonus otot menurun Mengeluh gangguan sensasi rasa Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance) Cepat kenyang setelah makan Sariawan rongga

alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 5. Berikan substansi gula 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan

29 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

  

mulut Steatore Kelemahan otot pengunyah Kelemahan otot untuk menelan

nutrisi yang dibutuhkan

1160. Nutrition Monitoring

Faktor yang berhubungan :   





Faktor biologis Faktor ekonomi Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi Ketidakmampuan untuk mencerna makanan Faktor psikologis

Aktivitas keperawatan: 1. BB pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor mual dan muntah 11. Monitor kadar

30 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht 12. Monitor makanan kesukaan 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi 16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. 17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

5 Defisiensi Pengetahuan

Setelah dilakukan 5602. Teaching : tindakan keperawatan Disease Process selama …. x 24 Definisi : jam klien akan: Aktivitas Ketiadaan atau defisiensi keperawatan: – 1803. informasi kognitif yang berkaitan dengan topik 1. Berikan Kowledge : disease tertentu. penilaian tentang process tingkat – 1805. Kowledge pengetahuan Batasan karakteristik : : health behavior, pasien tentang proses penyakit  Perilaku hiperbola yang dibuktikan dengan indikator yang spesifik  Ketidakdaruratan 2. Jelaskan mengikuti perintah sebagai berikut: patofisiologi dari  Ketidakdaruratan penyakit dan (1-5 = tidak pernah, melakukan tes bagaimana hal  Perilaku tidak tepat jarang, kadang-kadang,

31 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h



(mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, apatis) Pengungkapan masalah

sering, atau selalu) Kriteria Hasil :

– Pasien dan keluarga menyatakan Faktor yang berhubungan : pemahaman tentang penyakit, kondisi,  Keterbatasan prognosis dan program kognitif pengobatan  Salah interpretasi informasi – Pasien dan  Kurang pajanan keluarga mampu  Kurang minat melaksanakan dalam belajar prosedur yang  Kurang dapat dijelaskan secara benar mengingat  Tidak familiar – Pasien dan dengan sumber keluarga mampu informasi menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

3.

4.

5.

6.

7. 8.

9.

ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat Hindari harapan yang kosong Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan

32 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

penyakit 10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat 13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat 14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

Implementasi

33 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Evaluasi Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat : 1. Keefektifan bersihan jalan napas. 2. Intoleran aktivitas teratasi 3. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi. 4. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi. 5. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

BAB IV PENUTUP

34 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

A. Kesimpulan Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

B. Saran Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru.

35 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""