Askep Luka Bakar.docx

  • Uploaded by: Larassati Laras
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Luka Bakar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,766
  • Pages: 24
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SITEM INTEGUMEN (LUKA BAKAR ) Dosen Pengampu : Ns.Yuanita Galih Yudhanari,S Kep.,M Kep.

OLEH : Kelompok 8 1.

ADE ISNAINI FADILAH

(010117A001)

2.

ANGGUN PUTRI RAMADHANI (010117A008)

3.

BAGAS NASIKI

(010117A012)

5.

LULUK FUADAH

(010117A051)

UNIVERISTAS NGUDI WALUYO TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti.Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Asuhan keperawatan luka bakar”.Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang , 27 Maret 2019

Kelompok 6

DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB 1 Pendahuluan

BAB II Pengertian Penyebab Tanda gejala Patofisiologi Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan medis Fokus Intervensi Keperawatan

BAB III Kesimpulan Saran Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam(Anonim, 2001). Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsisetiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler.Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua dalam,dan derajat ketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis yangdisertai eritema dan nyeri. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas keepidermis dan sebagian lapisan dermis yang disertai lepuh dan sangat nyeri. Lukabakar derajat kedua dalam meluas ke seluruh dermis. Luka bakar derajat ketigameluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis, seringkali kapiler dan venahangus dan darah ke jaringan tersebut berkurang (Corwin, 2000). Penanganandalampenyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan memberikesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka(Syamsuhidayat dan Jong, 1997).Pengobatan secara tradisional sebagai alternatif untuk menyembuhkanluka akhir-akhir ini banyak digunakan. Salah satunya dengan menggunakan lender bekicot (Achatina fulica). Dalam masyarakat ekstrak daging bekicot dan lendirnyasangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus,sakit waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatalgatal, sakit jantung 2dan lain-lain (Anonim, 2005). Secara ilmiah pernah dilakukan penelitian bahwalendir bekicot (Achatina fulica) mengandung acharan sulfate, yaitu suatuglycosaminoglycan (GAGs) yang diisolasi dari Achatina fulica (Kim et al., 1996;

Vieira et al., 2004). Glycosaminoglycan mempunyai peran yang sangat pentingdalam menyembuhkan luka. Pada fase proliferasi, kolagen dan GAGs membentuk kompleks yang berperan dalam menyembuhkan luka (Im and Kim, 2009).Penggunaan lendir bekicot untuk menyembuhkan luka bakar dapatdipermudah penggunaannya dengan membuatnya dalam sediaan gel. Umumnyagel merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus cahaya yangmengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut (Lachman dkk,1996), tidaklengket dan mempunyai nilai estetik (Madan and Singh, 2010). Hidrogel biasadigunakan untuk pengobatan luka. Lapisan GAGshidrogel berfungsi untukmenjaga luka dari infeksi bakteri dan mengontrol penguapan air sertapermeabilitas oksigen dan carbon dioxide, selain itu juga berperan dalammempercepat penyembuhan luka (Im and Kim, 2009).Salah satu derivat cellulose yang efektif sebagai basis gel adalahhidroksipropil methylcellulose (HPMC) (Lieberman et al., 1996). Hidroksipropilmethylcellulose sudah banyak digunakan sebagai bahan tambahan baik secara oralmaupun topikal (Rowe et al, 2006). Pemilihan basis HPMC karena penampakangel-nya yang jernih dan tidak incompatible dengan bahan-bahan lain, kecualioxidative materials (Gibson, 2001). Selain itu digunakan basis gel hidrofilikkarena daya sebar pada kulit baik, efeknya mendinginkan, tidak menyumbat poripori kulit, mudah dicuci dengan air dan pelepasan obatnya baik (Voigt, 1984). 3Selain itu substitusi metil memberi HPMC satu ciri yang unik, kekuatan dari geldan suhu dimana gel dibentuk (60-90oC) tergantung pada substitusi polimer dankonsentrasinya dalam air (Lieberman et al., 1996). Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gel lendir bekicotkonsentrasi 3%, 5%, 7%, dan 9% dengan basis gel chitosan mempunyai

kemampuan menyembuhkan luka bakar, dengan waktu paling cepat selama 14hari yaitu pada konsentrasi 9% (Anonim, 2008). Sehingga penelitian ini perludilakukan untuk mengetahui efek lendir bekicot menggunakan basis gel yangberbeda dari penelitian sebelumnya yaitu hidroksipropil methylcellulose (HPMC)dalam berbagai konsentrasi untuk menyembuhkan luka bakar pada kelinci jantan. B. Perumusan Masalah 1. Pengertian Luka Bakar 2. Penyebab Luka Bakar 3. Tanda dan Gejala Luka bakar 4. Patofisiologi Luka bakar 5. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar 6. Penatalaksanaan Medis Luka bakar 7. Intervensi Keperawatan Luka bakar

C. Tujuan Penulisan Makalah 1. Untuk mengetahui Pengertian Luka Bakar 2.Untuk mengetahui Penyebab Luka Bakar 3.Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Luka bakar 4.Untuk mengetahui Patofisiologi Luka bakar 5.Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar 6.Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Luka bakar 7.Untuk mengetahui Intervensi Keperawatan Luka bakar

BAB II KONSEP DASAR

A.PENGERTIAN Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998). Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio aktif (Wong, 2003). Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektro magnetic. (Effendi. C, 1999). Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia, elektrik maupun radiasi.

B.PENYEBAB Menurut Wong 2003, luka bakar dapat disebabkan oleh ; 1. Panas

: basah (air panas, minyak)

kering (uap, metal, api)

2. Kimia

: Asam kuat seperti Asam Sulfat Basa kuat seperti Natrium Hidroksida

3. Listrik : Voltage tinggi, petir 4. Radiasi : termasuk X-ray

C.TANDA DAN GEJALA Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah : 1. Grade I

Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut. 2. Grade II

Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi. 3. Grade III

Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf). Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total (Body surface Area : BSA) untuk orang dewasa adalah : 1. Kepala dan leher

:

9%

2. Ekstremitas atas kanan 3. Ekstremitas atas kiri

: :

9%

9%

4.Ekstremitas bawah kanan

: 18%,

5.Ekstremitas bawah kiri

:

18%

6.Badan bagian depan

:

18%

7.Badan bagian belakang

:

18%

8.Genetalia

:

1% 100%

Kartu Penilaian Luka Bakar menurut Nelson, 1992 Tubuh Bagian Usia (tahun) 1-4

5-9

10-14

Dewasa.

19 %

15 %

13%

10 %

Lengan Kanan

9 '/2 %

9'/2 %

9'/2 %

9%

Lengan Kiri

9 '/2 %

9'/2 %

9'/2 %

9%

Badan Depan Dan Belakang Kaki Kanan

32 %

32 %

32 %

36 %

15 %

17 %

18 %

18 %

Kaki Kiri

15 %

17 %

18 %

18 %

Kepala

D. PATOFISIOLOGI Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam

beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.

Albumin

dalam

plasma

dapat

hilang,

dengan

demikian

kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu : 1.Laboratorium Hitung darah lengkap

: Hb

(Hemoglobin) turun menunjukkan

adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.

Leukosit

: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera

inhalasi.

Penurunan

tekanan

oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon

Elektrolit Serum

dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

Natrium Urin

:

Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

Alkali Fosfat

: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

Glukosa Serum

: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

Albumin Serum

:

BUN atau Kreatinin

: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat

Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

meningkat karena cedera jaringan. Loop aliran volume

: Memberikan pengkajian invasif

terhadap

efek

nonatau

luasnya

cedera. EKG :

Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

F. PATHWAYS Panas, kimia radiasi, listrik Luka bakar Kerusakan jaringan (epidermis,dermis) Port de entry Gangguan Merangsang Kerusakan Kapiler Takut Bergerak Mikroorganisme Integritas Kulit Gangguan Syaraf perifer Integritas kulit Permeabilitas Alarm Nyeri Meningkat

Pergerakan Terbatas

Resti Infeksi Resti Infeksi

Aman Nyaman Nyen Gangguan rasa Gangguan Rasa Cairan merembes Aman Nyaman : nyeri Gangguan Fisik

Ke Interstisial

jaringan sub kutan

Oedema Penurunan Volume Vesikel pecah dalam Darah yang Bersirkulasi keadaan luas Penurunan Curah

Luka Terbuka, Kulit

Cairan merembes

Vesikulasi

Mibilitas

Fisik

Jantung

Terkelupas

Kebutuhan 02 meningkat

Penguapan yang berlebihan :Perfusi jaringann

(Huddak &Gallo, 1996) GangGangguan Nutrisi uan Nutris

Gangguan Perfusi Gangguan Jaringan

Dehidrasi

(Nelson, 1992) Defisit volume cDefisit Voleme Cairan

KebutKurang Dari Kebutuhanhan

Kurang dari

dan Katabolisme Penin

G.PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan

luka

akan

tetapi

akan

menekan

pertumbuhan

mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obatobatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999)

H.FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan

(Wong, 2003) Tujuan : pasien menunjukkan penyembuhan luka.      

Granulasi jaringian Perfusi area jaringan luka bakar Kemampuan perawatan diri Pergerakkan sendi pada ekstremitas Nyeri Perrmintaan obat Pereda nyeri

   

Infeksi Kulit melepuh Bau busuk luka Edema pada luka bakar

Intervensi : Perewatan luka : Luka bakar Definisi : Pencegahan komplikasi luka karena adanya kondisi luka bakar dan memfasilitasi penyembuhan luka. Aktivitas aktivitas : a) Dinginkan luka bakar dengan air hangat (20 derajat celcius) atau cairan normal saline pada saat cedera terjadi , jika memungkingkan. b) Cuci luka bakar karena zat kimia secara terus menerus selama 30 menit atau lebih untuk memastikan hilangnya agen yang menyebabkan luka bakar c) Tingkatkan suhu tubuh pasien luka bakar karena kedinginan d) Monitor tingkat kesadaran pasien pada pasien yang mengalami luka bakar luas e) evaluasi luka , kaji kedalaman,pelebaran ,lokalisasi,nyeri , agen penyebab,eksudat,jaringan granulasi atau nekrosis,epitalisasi dan tanda tanda infeksi f) Berikan informasi pada pasien mengenai prosedur yang harus diikuti selama perawatan g) Berikan penerimaan dan dukungan emosi selama menjalani perawatan. 2. Nyeri berhubungan dengan trauma luka bakar (Wong, 2003).

Tujuan : Pasien menunjukkan pengurangan nyeri sampai tingkat yang diterima pasien. Intervensi : a. Kaji tingkat nyeri untuk pengobatan b. Posisikan ekstensi untuk mengurangi nyeri karena gerakan

c. Laksanakan latihan aktif, pasif d. Kurangi iritasi untuk mencegah nyeri. e. Sentuh daerah yang tidak terjadi luka bakar untuk memberikan

kontak fisik dan kenyamanan. f. Berikan tehnik-tehnik pengurangan nyeri non pengobatan yang sesuai g. Antisipasi kebutuhan medikasi pengobatan nyeri dan berikan

sebelum nyeri tersebut terjadi. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit,

kerusakan respon imun, prosedur invasif. (Effendi. C, 1999). Tujuan : Menunjukkan tidak ada infeksi

Intervensi : a.

Laksanakan dan pertahankan kontrol infeksi sesuai kebijakan ruang

b. Pertahankan tehnik cuci tangan yang hati-hati bagi perawatan dan

pengunjung c.

Pakai sarung tangan ketika merawat luka untuk meminimalkan terhadap agen infeksi.

d. Ambil eksudat, krusta untuk mengurangi sumber infeksi e.

Cegah kontak pasien dengan orang yang mengalami ISPA / infeksi kulit

f.

Berikan obat antimikrobial dan penggantian. balutan pada luka

g.

Monitor vital sign untuk mencegah sepsis

4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan metabolisme, katabolisme, kehilangan nafsu makan (Wong, 2003) Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh Intervensi : a.

Berikan perawatan oral

b. Berikan tinggi kalori, tinggi protein dan makanan kecil untuk

mencegah kekurangan protein dan memenuhi kebutuhan kalori. c.

Timbang BB tiap minggu untuk melengkapi status nutrisi

d. Catat intake dan output e.

Monitor diare dan konstipasi untuk mencegah intoleransi terhadap makanan

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan pergerakan

(ROM) (Smith, 1998) Tujuan : Pasien akan terbebas dari komplikasi : gangguan gerak, akan berpartisipasi dalam latihan aktivitas yang tepat. Intervensi : a.

Bantu pasien mendapatkan posisi yang tepat dan mobilitas bagi luka bakar :

konsultasikan dengan

bagian ocupasi

terapi untuk merencanakan latihan pergerakan

b. Lihat keluarga dalam perberian tindakan keperawatan. c.

Ajarkan latihan ROM aktif dan pasif setiap 4 jam, berikan pujian setiap kali pasien melakukan latihan ROM

d. Ambulasi pasien secara dini jika memungkinkan. e.

Ubah posisi tiap 2 jam sekali pada area yang tertekan.

f.

Beri antibiotic sebelum aktivitas karena nyeri.

6. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan cairan elektrolit dan protein masuk ke ruang interstisiel (Wahidi, 1996). Tujuan : gangguan keseimbangan cairan dapat teratasi Intervensi : a.

Observasi inteke dan output setiap jam.

b. Observasi tanda-tanda vital c.

Timbang berat badan

d. Ukur lingkar ektremitas yang terbakar tiap sesuai indikasi e.

Kolaborasi dengan tim medis dalam. pemberian cairan lewat infus

f.

Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, Elektrolit, Natrium urine random)

7. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penuruan curah jantung

(Carpenito, 2000) Tujuan : Gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.

Intervensi : a.

Kaji warna, sensasi, gerakan.

b. Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan tepat. c.

Dorong latihan rentang gerak aktif pada bagian tubuh yang sakit

d. Selidiki nadi secara teratur. e.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Luka terbakar adalah perlukaan yang menyebabkan kontak atau terpapar dengan zat-zattermal, kimia, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka bakar. faktor yang menjadi penyebab beratnyaluka bakar antara lain: keluasan luka bakar, kedalaman luka bakar, berumur pasien,agen penyebab, fraktur atau luka luka lain yang menyertai, penyakit yang dialamiawalnya seperti diabetes, jantung, ginjal, obesitas dan adanya trauma inhalasi. Peringkatluka dibagi menjadi 4 yaitu, dangkal (derajat 1), agak dangkal, sekitarlapisan kulit (derajat ii), seluruh lapisan kulit (derajat iii) dan derajat4. 3.2 Saran Pasien luka bakar memerlukan tindakan yang cepat dan tepat untuk para perawat perlu konsep penyakit luka bakar dapat digunakan pasien dengan tetepuktangan kanan

DAFTAR PUSTAKA

Rencana asuhan keperawatan medis bedah vol.2 EGC: JakartaIgnatavicius, Donna D. (1991). Perawatan Medis Bedah. Hal. 361. Philadelphia: WB.PerusahaanSaunders.Lukman, abdul. 2014 Askep luka bakar Combustio [Online] Academia.edu. (Diakses tanggal 27maret 2015)Luckman, Sorensens (1993). Perawatan Medis Bedah. Edisi keempat. Hal. 1985. Philadelphia:WB. Perusahaan SaundersMoenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003Muttaqin, Arif. 2007 Asuhan Keperawatan dengan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen Jakarta: Salemba MedikaEnsiklopedia Bebas. 2013 Luka Bakar. [On line].http://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar.(diakses tanggal 27 Maret 2015

Related Documents

Askep Luka Bakar.docx
May 2020 11
Askep Luka Bakar
June 2020 31
Askep Luka Bakar.docx
November 2019 29
Askep Luka Bakar.docx
November 2019 20
Askep Luka Baka 3.docx
July 2020 16

More Documents from "yogie"

Kover Advokasi.docx
December 2019 42
Kaus Atut Fiks.docx
May 2020 25
Cover Laras Idk.docx
December 2019 36
Kover Kmb 2.docx
May 2020 26
Naskah Role Play Fiks.docx
December 2019 40