Askep Kelompok Hiperglikemii.docx

  • Uploaded by: Sumirat Nurcahyani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Kelompok Hiperglikemii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,408
  • Pages: 60
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN HIPERGLIKEMIA PADA Tn.A Di RSUD BANTUL BANGSAL CEMPAKA Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan III Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Pembimbing : Harmilah, S.Pd,S.Kep,Ns.M.Kep,Sp.MB

Disusun oleh : Sumirat Nurcahyani

(P07120216047)

Noviani Dwi Wahyuningsih

(P07120216048)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA PRODI DIV KEPERAWATAN 2018/2019

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dengan Hiperglikemia pada Tn.A di RSUD Bantul Bangsal Cempaka

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan III Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh : Sumirat Nurcahyani

(P07120216047)

Noviani Dwi Wahyuningsih

(P07120216048)

PRODI DIV KEPERAWATAN TINGKAT III Telah mendapat persetujuan pada tanggal

Oktober 2018

Oleh : Pembimbing Lapangan

Pembimbing Akademik

Siti Sri Nur Endah, Amd.Kep

Harmilah, S.Pd,S.Kep,Ns.M.Kep,Sp.MB

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan dengan Hiperglikemia pada Tn.A di RSUD Bantul Bangsal Cempaka

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan III Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh : Sumirat Nurcahyani

(P07120216047)

Noviani Dwi Wahyuningsih

(P07120216048)

PRODI DIV KEPERAWATAN TINGKAT III Telah mendapat persetujuan pada tanggal

Oktober 2018

Oleh : Pembimbing Lapangan

Pembimbing Akademik

Siti Sri Nur Endah, Amd.Kep

Harmilah, S.Pd,S.Kep,Ns.M.Kep,Sp.MB

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Hiperglikemia adalah peningkatan kadar gula dalam darah diatas normal, akan tetapi peningkatan kadar gula sesaat setelah makan tidak dapat disebut dengan hiperlgikemia. Hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain gula yang menumpuk dalam darah dan tidak mampu masuk ke dalam sel, gangguan pengeluaran hormon insulin, dan faktor keturunan. Selain itu hiperglikemia juga dapat terjadi karena reaksi dari

obat-obatan tertentu.

Semakin tinggi kadar gula di dalam darah maka mampu menyebabkan timbulnya penyakit diabetes mellitus. Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula di dalam darah berada pada angka diatas normal (>200 mg/dL), akan tetapi sesaat setelah mengkonsumsi makanan kadar gula yang meningkat tidak dapat disebut dengan hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan timbulnya berbagai macam

penyakit

lainnya salah satunya adalah diabetes mellitus. Diabetes

mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Ilahi, 2015). Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi (Ariesman, 2011). B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperglikemia ?

C. TUJUAN Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperglikemia

Tujuan Khusus a. Mahasiswa memahami definisi Hiperglikemia b. Mahasiswa memahami etiologi Hiperglikemia c. Mahasiswa memahami pathway Hiperglikemia d. Mahasiswa memahami klasifikasi Hiperglikemia e. Mahasiswa memahami manifestasi klinis Hiperglikemia f. Mahasiswa memahami pemeriksaan penunjang g. Mahasiswa memahami penatalaksanaannya h. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan

D. METODE Metode yang digunakan antara lain: a. Wawancara dengan keluarga b. Studi kasus dengan Rekam Medis pasien

BAB II TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI Hiperglikemi merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah yang tinggi dari rentang kadar puasa normal 120 mg/100 ml darah (Elizabeth J Corwin, 2009) Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula darah melonjak secara tibatiba. Keadaan ini bisa disebabkan antara lain stress, infeksi, dan konsumsi obatobatan tertentu. (saraswati,silvia, 2009) Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah (Sujono dan Sukarmi, 2008) B. ETIOLOGI Menurut John, Ratery et al etiologi dari hiperglikemi diantaranya : 1. Predisposisi  Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands  Kerusakan sel Beta  Pengangkatan pankreas  Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis dan tumor otak (khususnya yang berlokasi didekat pituitary glands)  Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit (tidak cukup)  Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel tubuh tidak dapat merespon rangsangan dari insulin untuk mengambil glukosa dalam darah 2. Presipitasi  Usia  Overweight  Hereditas  anggota keluarga yang memiliki riwayat hiperglikemia  Faktor imunologi  respon autoimun, dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.

C. PATHWAY

Reaksi autoimun

Idiopatik, usia, genetik, dll

Sel beta pankreas rusak / terganggu

Jml sel pankreas menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikem ia

Fleksibilitas darah merah

Glukagon meningkat

Katabolisme protein meningkat Pembatasan diit Intake tidak adekuat

Penurunan BB

Glulonegenes is

MK : resiko nutrisi kurang

Pelepasan O2 Sumber : https ://www.scrib.com/document/366752603/Pathway-Hiperglikemi Poliuria Hipoksia perifer Mual dan muntah MK : MK : perfusi nyeri jaringan MK : defisit perifer tidak volume adekuat cairan D. KLASIFIKASI Frier, BM et al,. 2004 menyatakan klasifikasi hiperglikemi dibagi menjadi : 1. Hiperglikemia sedang Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah dalam level >126 mg/dl untuk gula darah puasa. 2. Hiperglikemia berat Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa adanya hypoglikemic medication. Pada hiperglikemia kronis sudah harus dilakukan tindakan dengan segera, karena dapat meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan

Lema k Ketogene sis Ketonemi a pH menurun Asidosis Kematian

ginjal, kerusakan neurologi, jantung, retina, ekstremitas dan diabetic neuropathy merupakan hasil dari hiperglikemi jangka panjang.

E. MENIFESTASI KLINIS Dalam buku Jauch Chara K, et al,. 2007 menyatakan manifestasi klinis terdiri dari : 1. Hiperglikemia sedang Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang bermakna, namun seseorang yang memiliki hiperglikemia akut biasanya mengalami osmotik dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi karena kontrol gula darah yang rendah. 2. Hiperglikemia berat Pada hiperglikemia kronis, biasanya seseorang sudah memiliki tanda gejala yang bermakna diantaranya: 

Polyphagia (Peningkatan frekuensi makan karena sering lapar)



Polydipsia (Peningkatan frekuensi minum karena sering haus)



Polyuria (Peigkatan urinary)



Blurred vision (penglihatan kabur)



Fatigue (sleepiness) (Kelelahan)



Weight loss (Kehilangan berat badan tanpa alasan)



Poor wound healing (Proses penyembuhan luka lama)



Dry mouth (Mulut kering)



Dry or itchy skin (Kulit kering atau gatal)



Tingling in feet or heels (Kesemutan pada ekstremitas)



Erectile dysfunction (Disfungsi ereksi)



Recurrent infections, external ear infections (swimmer's ear) (Rentan terjhadap infeksi)



Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)



Stupor (Kejang)



Coma (Koma)



Seizures (Pingsan)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg% (Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah : a. Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih b. Aseton plasma : Positif secara mencolok. c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat. d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l. e. Elektrolit Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller), selanjutnya akan menurun. Fospor : Lebih sering menurun. f. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden. g. Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi. i. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal). j. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA. k. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).

l. Pemeriksaan fungsi tiroid :

Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. m. Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat. n. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka. o. Ultrasonografi G. KOMPLIKASI 1. Komplikasi akut a. Hipoglikemia/koma hipoglikemia. Hipoglikemik adalah kadar gula yang rendah kadar gula normal 60-100 mg%. b. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK) c. Ketoasidosis Diabetic (KAD) 2. Komplikasi kronik a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskuler perifer dan vaskuler serebral b. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati), dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki d. Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru dan infeksi saluran kemih e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik (Mansjoer dkk, 2007) H. PENATALAKSANAAN a. Olahraga (namun jika gula darah diatas 240 mg/dl dan ketika diperiksa terdapat keton dalam urin maka olahraga harus dihentikan) b. Diet rendah gula c. Terapi insulin 1) Reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, ia adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak ia dimasukkan ke dalam tubuh. Obat insulin

ini bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah penderita, dan segera menghilang setalah 6-8 jam kemudian. 2) Insulin reaksi panjang merupakan jenis insulin yang mulai bekerja 1 hingga 2 jam setelah ia disuntikkan ke dalam tubuh seseorang. Tetapi obat insulin ini tidak memiliki masa reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam di dalam tubuh penderita diabetes, contohnya Levemir dan Lantus. 3) Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja menurunkan gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikkan ke dalam tubuh. Obat ini bereaksi secara maksimal selama 6-10 jam, dan berakhir setelah 10-16 jam setelahnya, contohnya Humulin m3, Hypurin, dan Insuman. 4) Insulin reaksi cepat akan langsung bekerja 5-15 menit setelah masuk ke dalam tubuh penderita. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30-90 menit, dan pengaruhnya akan segera menghilang setelah 3-5 jam kemudian. Contoh obat insulin ini berupa Lispro, Actrapid, Novorapid, dan Velosulin. d. Hypoglicemic medication Obat hipoglikemi oral : 1. Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide, glipizid. 2. Biguanid ( metformin ) 3. Hon su insulin secretagogue ( repakglinide, natliglinide ) 4. Inhibitor glucosidase 5. Tiosolidinedlones I. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Primer 1) Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau bendaasing yang menghalangi jalan nafas. 2) Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan. 3) Circulation : kaji nadi, biasanya nadi menurun. 4) Disability : Lemah, letih, sulit bergerak, gangguan istirahat tidur.

2. Pengkajian Sekunder 1) Aktivitas / istirahat Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,gangguan istrahat/tidurTanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi/disorientasi, koma 2) Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas,kering, dan kemerahan, bola mata cekung. 3) Integritas/ Ego Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisiTanda : Ansietas, peka rangsang 4) Eliminasi Gejala

:

Perubahan

pola

berkemih

(poliuria),

nokturia,

rasa

nyeri/terbakar,kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadioliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,hiperaktif (diare) 5) Nutrisi/Cairan Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatanmasukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapahari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton) 6) Neurosensori Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguanmemori (baru, masa lalu),

kacau mental, refleks tendon dalam menurun(koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA) 7) Nyeri/kenyamanan Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hatih. 8) Pernapasan Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen(tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat

3. Diagnosa Keperawatan 1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi. 2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes mellitus. 3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin. 4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis infark miokard. 5) Kerusakan integritas jaringan. 6) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. 7) Resiko infeksi. 8) Risiko cedera.

4. Rencana Keperawatan No. 1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

(NOC)

(NIC)

Kekurangan volume cairan/ Risiko Setelah diberikan asuhan keperawatan Fluid Management kekurangan volume cairan

selama …..x….

Batasan Karakteristik:

masalah kekurangan volume cairan

dengan retensi cairan (peningkatan

□ Haus

dapat teratasi dengan kriteria hasil :

BUN,

□ Kelemahan

NOC:

peningkatan osmolaritas urin)

□ Kulit kering

Fluid Balance

□ Membrane mukosa kering □ Peningkatan frekuensi nadi

jam diharapkan □ Monitor hasil laboratorium yang sesuai

□ Tekanan darah dalam batas

□ Peningkatan konsentrasi urine

□ Denyut

tiba □ Penurunan haluaran urine □ Penurunan pengisian vena □ Penurunan tekanan darah □ Penurunan tekanan nadi

nadi

dalam

□ Kolaborasikan terapi cairan lewat infus batas

normal □ Tidak

darah dan nadi) □ Monitor hemodinamik status (MAP)

normal □ MAP dalam batas normal

□ Penurunan berat badan tiba-

hematokrit,

□ Monitor tanda-tanda vital (tekanan

□ Peningkatan hematokrit □ Peningkatan suhu tubuh

penurunan

Fluid Monitoring terjadi

penurunan □ Monitor input dan output cairan

kesadaran □ Kadar hematocrit dalam batas normal □ Kadar serum elektrolit (BUN dan osmolaritas urin) dalam

□ Penurunan turgor kulit

batas normal)

□ Penurunan turgor lidah

□ Turgor kulit elastis

□ Penurunan volume nadi

□ Intake dan output cairan 24 jam

□ Perubahan status mental

seimbang

Faktor yang berhubungan : □ Kegagalan mekanisme regulasi □ Kehilangan cairan aktif 2.

Ketidakefektifan perifer/

perfusi

Risiko

jaringan Setelah diberikan asuhan keperawatan Circulatory Care : Arterial Insufficiency

ketidakefektifan selama ...x jam, perfusi jaringan perifer

perfusi jaringan perifer

Batasan Karakteristik: □ Bruit Femoral

pasien menjadi efektif dengan kriteria

sirkulasi

hasil:

sirkulasi nadi, udeme, crt, warna,

NOC:

dan suhu)

Tissue Perfusion Peripheral

□ Edema

□ Capilary refil pada jari-jari

□ Indeks ankle-brakhial <0,90

tangan dalam batas normal (< 3

□ Kelambatan

detik)

penyembuhan

luka perifer □ Klaudikasi intermiten □ Nyeri ekstremitas □ Paresthesia

□ Lakukan penilaian komprehensif

□ Capilary refil pada jari-jari kaki dalam batas normal (< 3 detik) □ Tekanan darah sistolik dalam batas normal

perifer

(seperti:

cek

□ Tentukan indeks ABI dengan tepat □ Evaluasi udeme periper dan nadi □ Periksa kulit untuk ulkus arteri atau kerusakan jaringan □ Tempatkan ekstremitas dalam posisi tergantung dengan tepat □ Kelola

antiplatelet

atau

anticoagulan dengan tepat

obat

□ Pemendekan jarak bebas nyeri yang

ditempuh

dalam

uji

batas normal

□ Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit (400-700m pada orang dewasa)

perifer.

terjadi

posisi

pasien

setidaknya

□ Instruksikan pasien pada faktor-

□ Nadi teraba kuat □ Tidak

□ Ubah

setiap 2 jam dengan tepat

□ MAP dalam batas normal

berjalan 6 menit

faktor yang mengganggu sirkulasi udeme

pada

(mis

merokok

paparan

suhu

pakaian

ketat,

dingin,

dan

persimpangan dari kaki dan kaki)

□ Penurunan nadi perifer □ Perubahan fungsi motorik □ Perubahan karakteristik kulit (mis.

□ Tekanan darah diastolik dalam

Warna,

elastisitas,

rambut, kelembapan, kuku, sensasi, suhu) □ Perubahan tekanan darah di ekstremitas □ Tidak ada nadi perifer □ Waktu pengisian kapiler > 3 detik □ Warna kulit pucat saat elevasi

□ Pertahankan hidrasi adequat untuk menurunkan kekentalan darah □ Pantau

status

cairan,

termasuk

asupan dan output Circulatory Care : Venous Insufficiency □ Lakukan penilaian komprehensif sirkulasi perifer (seperti memeriksa denyut

nadi

perifer,

edema,

pengisian kapiler, warna dan suhu). □ Evaluasi edema perifer dan nadi □ Periksa kulit untuk memastikan adanya ulkus stasis dan kerusakan jaringan

□ Warna

ke

□ Tinggikan anggota badan yang

tungkai 1 menit setelah tungkai

terkena 20 derajat atau lebih dari

diturunkan

jantung

tidak

kembali

□ Ubah

Faktor yang Berhubungan: □ Diabetes Melitus

posisi

pasien

setidaknya

setiap 2 jam

□ Gaya hidup kurang gerak

□ Anjurkan latihan ROM pasif atau

□ Hipertensi

aktif, terutama latihan ekstremitas

□ Kurang pengetahuan tentang

bawah, selama istirahat.

factor

pemberat

(mis.

Merokok,

gaya

hidup

monoton,

trauma,

obesitas,

□ Administrasikan antiplatelet atau obat antikoagulan □ melindungi ekstremitas dari cedera

asupan garam, imobilitas)

(selimut untuk bagian kaki dan kaki

□ Kurang pengetahuan tentang

terbawah, papan kaki/ayunan pada

proses penyakit (mis. Diabetes,

bagian bawah tempat tidur, sepatu

hiperlipidemia)

yang sesuai dengan ukuran).

□ Merokok

□ Pertahankan hidrasi yang memadai untuk menurunkan kekentalan darah □ Pantau

status

cairan,

asupan dan output

termasuk

3.

Nyeri Akut

Setelah dilakukan asuhan keperawatan Analgesic Administration

Batasan Karakteristik

selama ...x….. jam diharapkan nyeri

□ Bukti

nyeri

dengan berkurang dengan kriteria hasil :

dapat

mengungkapkannya

(mis.,

Neonatal Infant Pain Scale, Pain Assesment Checklist for Senior with Limited Ability to Communicate)

□ Cek riwayat alergi terhadap obat

□ Melaporkan

gejala

nyeri

berkurang □ Melaporkan

lama

nyeri

berkurang □ Tidak tampak ekspresi wajah

□ Diaphoresis

□ Tidak gelisah

□ Dilatasi pupil

□ Respirasi dalam batas normal

mata

kurang

bercahaya,

□ Pilih analgesik yang tepat atau kombinasi dari analgesik lebih dari

kesakitan

□ Ekspresi wajah nyeri (mis.,

karakteristik,

pemberian obat

periksa nyeri untuk pasien Pain Level tidak

lokasi,

kualitas, dan derajat nyeri sebelum

menggunakan standar daftar NOC:

yang

□ Tentukan

(dewasa: 16-20 kali/menit)

satu jika diperlukan □ Tentukan analgesik yang diberikan (narkotik,

non-narkotik,

NSAID)

berdasarkan

tipe

atau dan

keparahan nyeri □ Tentukan rute pemberian analgesik dan dosis untuk mendapat hasil yang maksimal

tampak kacau, gerakan mata

□ Pilih rute IV dibandingkan rute IM

berpencar atau tetap pada satu

untuk pemberian analgesik secara

focus, meringis)

teratur

□ Focus

menyempit

(mis.,

persepsi waktu, proses berfikir,

melalui

diperlukan

injeksi

jika

interaksi dengan orang dan lingkungan)

□ Evaluasi

efektivitas

pemberian

analgesik setelah dilakukan injeksi.

□ Focus pada diri sendiri

Selain itu observasi efek samping

□ Keluhan

intensitas

pemberian analgesik seperti depresi

menggunakan standar skala

pernapasan, mual muntah, mulut

nyeri (mis., skala Wong-Baker

kering dan konstipasi.

tentang

FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik) □ Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar isntrumen nyeri (mis., McGill Pain Questionnaire, Brief Pain Inventory) □ Laporan

tentang

nyeri/perubahan (mis.,

anggota

perilaku aktivitas keluarga,

pemberi asuhan) □ Mengekspresikan (mis.,

gelisah,

menangis, waspada)

perilaku merengek,

□ Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian

pertama kali

analgesik

□ Perilaku distraksi □ Perubahan

pada

parameter

fisiologis (mis., tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi pernafasan, saturasi oksigen, dan endtidal karbon dioksida (CO2)) □ Perubahan

posisi

untuk

menghindari nyerii □ Perubahan selera makan □ Putus asa □ Sikap melindungi area nyeri □ Sikap tubuh melindungi Faktor yang berhubungan : □

Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)



Agens

cedera

fisik

(mis.,

abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat,

prosedur

bedah,

trauma,

olahraga berlebihan) □

Agens cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens mustard)

4.

Risiko ketidakstabilan kadar glukosa Setelah dilakukan asuhan keperawatan Hyperglicemia Management ...x... jam kadar gula darah □ Monitor glukosa darah, sesuai idikasi.

darah.

selama

Faktor risiko :

terkontrol dengan kriteria hasil :

□ Asupan diet tidak cukup

NOC:

seperti poliuri, polipagi, lemah, letargi,

□ Gangguan status kesehatan fisik

Hyperglycemia Severity

malaise, penglihatan kabur, dan sakit

□ Gangguan status mental

□ Pandangan mata tidak kabur

□ Kehamilan

□ Mual berkurang

□ Keterlambatan

perkembangan

□ Kurang kepatuhan pada rencana

pengetahuan

kesadaran

tekanan

darah

secara

ortostastik, sesuai indikasi.

penurunan □ Monitor status cairan secara tepat. □ Pertahankan akses IV, secara tepat.

□ Tidak terjadi peningkatan kadar □ Konsul pada ahli apabila tanda dan

management diabetes □ Kurang

terjadi

kepala. □ Monitor

□ Sakit kepala berkurang □ Tidak

kognitif

□ Monitor tanda dan gejala hiperglikemia

tentang

manajemen penyakit □ Manajemen diabetes tidak tepat □ Manajemen medikasi tidak efektif

glukosa darah NOC: Hypoglycemia Severity □ Tidak gemetar

gejala

hiperglikemia

tetap

atau

memburuk. □ Identifikasi hiperglikemi.

kemungkinan

penyebab

□ Pemantauan glukosa darah tidak

□ Pandangan tidak berkunang-

adekuat □ Penambahan

□ Tidak berkeringat dingin

berat

badan

berlebihan □ Penurunan berat badan berlebihan □ Periode pertumbuhan cepat □ Rata-rata aktivitas harian kurang

□ Antisipasi situasi yang memerlukan peningkatan insulin.

kunang □ Tidak mengalami penurunan Hypoglicemia Management glukosa darah

□ Monitor glukosa darah, sesuai indikasi.

□ Tidak mengalami penurunan □ Monitor tanda dan gejala hipoglikemi kesadaran

(goyah, tremor, keringat dingin, gelisah,

dari yang dianjurkan menurut

ansietas, palpitasi, takikardi, lapar,

jenis kelamin dan usia

pucat)

□ Stres berlebihan □ Tidak menerima diagnosis

□ Atur

pemberian

glukosa

melalui

intravena, sesuai indikai. □ Pertahankan akses IV, secara tepat. □ Pertahankan kepatenan jalan nafas.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Mansjoer, A,dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius. Saraswati, Sylvia. 2009. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat Diabetes Hipertensi dan Stroke. Yogyakarta : A Plus Sujono, Sukarmi. 2008. Askep pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu ADA (American Diabetes, Association, Diagnosis and Classification of DM . 2009. http.//Care Diabetes Journalis org/content/27/suppl.1/55. Full. Diakses pada tanggal 1 oktober 2018

23 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERGLIKEMIA PADA Tn.A Di RSUD BANTUL BANGSAL CEMPAKA Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan III Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Pembimbing : Harmilah, S.Pd,S.Kep,Ns.M.Kep,Sp.MB

Disusun oleh :

Sumirat Nurcahyani

(P07120216047)

Noviani Dwi Wahyuningsih

(P07120216048)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA PRODI DIV KEPERAWATAN 2018/2019

24 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN Hari/Tanggal

: Senin, 1 Oktober 2018

Jam

: 11.00 WIB

Tempat

: Cempaka

Oleh

: Sumirat dan Novi

Sumber data

: Klien, keluarga klien, status klien dan tim kesehatan

Metode

: Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi dokumen

A. PENGKAJIAN 1. Identitas a. Pasien 1) Nama Pasien

: Tn. A

2) Tanggal Lahir

: 2 Juli 1983

3) Jenis Kelamin

: Laki-laki

4) Agama

: Islam

5) Pendidikan

: SLTA

6) Pekerjaan

: Karyawan Swasta

7) Status Perkawinan

: Menikah

8) Suku / Bangsa

: Jawa/ Indonesia

9) Alamat

: Segoroyoso, Pleret , Bantul

10) Diagnosa Medis

: Hiperglikemi sups. DHF

11) No. RM

: 63.38.xx

12) Tanggal Masuk RS

: 30 September 2018

b. Penanggung Jawab / Keluarga 1) Nama

: Ny.I

2) Umur

: 33 tahun

3) Pendidikan

: SLTA

4) Pekerjaan

: IRT

5) Alamat

: Segoroyoso, Pleret , Bantul

6) Hubungan dengan pasien : Istri 7) Status perkawinan

: Menikah

2. Riwayat Kesehatan 25 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

a. Kesehatan Pasien 1) Keluhan Utama saat Pengkajian Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh lemas, suhu tubuh tinggi, dan merasa mual muntah. Pasien mengatakan muntah sebnayak 10 kali dengan volume 1 kali muntahan kurang lebih 20 cc berwujud cairan bercampur lender dengan warna keruh 2) Riwayat Kesehatan Sekarang a) Alasan masuk RS : Pasien mengeluh lemas dan mual muntah, pasien panas hari ke 2 dengan suhu badan 40,7°C, sudah diberikan parasetamol 500 ml IV , dan 500 mg parasetamol tablet. b) Riwayat Kesehatan Pasien Klien menyatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit jantung, asma, Diabetes Melitus (DM).Klien menyatakan belum pernah menjalani operasi apapun sebelumnya.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu Klien menyatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit jantung, asma, Diabetes Melitus (DM).Klien menyatakan belum pernah menjalani operasi apapun sebelumnya.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga 1) Genogram

Keterangan: = perempuan meninggal = perempuan = laki-laki 26 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

= laki-laki meninggal = klien = tinggal dalam satu Rumah

2) Riwayat Kesehatan Keluarga Klien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti penyakit jantung, asma, Diabetes Melitus (DM). 3. Kesehatan Fungsional a. Aspek Fisik – Biologis 1) Nutrisi a) Sebelum Sakit Keluarga klien menyatakan klien makan sehari 3 kali sehari dengan porsi 1 piring setiap makan. Klien tidak memiliki alergi dan makanan pantangan. Klien minum ± 9 gelas (air putih, teh, dan susu). b) Selama Sakit Klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan RS nafsu makan pasien baik. Keluarga pasien mengatakan selain mengkonsumsi diet yang diberikan rumah sakit juga membeli makan di luar seperti roti. Prinsip diet pasien makan 3 kali sehari , banyak mengonsumsi buat dan sayur, dan membatasi makanan yang mengandung garam dan makanan yang manis. Paien taat akan diet yang diberikan di Rumah Sakit . Pasien minum 6 gelas air putih sehari.

2) Pola Eliminasi a) Sebelum Sakit Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam BAK dan BAB, pasien BAK 4-6 kali dalam sehari . BAB 1 kali dalam sehari. b) Selama Sakit Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam BAK dan BAB, pasien BAK 4-6 kali dalam sehari warna urin kuning , tidak pekat, bau khas urin. BAB 1 kali dalam sehari konsistensi padat, warna coklat , bau khas feses.

27 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

3) Pola Aktivitas a) Sebelum Sakit (1) Keadaan aktivitas sehari – hari Sebelum sakit aktivitas sehari-hari Tn. A seperti mandi, mobilisasi, eliminasi, makan, dilakukan secara mandiri. (2) Keadaan pernafasan Tn. A tidak mengalami sesak nafas (3) Keadaan Kardiovaskuler Tn. A mengatakan tidak mengalami gangguan pada jantungnya, tidak merasa nyeri dada dan tidak mudah lelah b) Selama Sakit (1) Keadaan aktivitas sehari – hari Selama sakit dalam melakukan aktivitas seperti makan, ganti baju, Tn. A dibantu oleh keluarganya. (2) Keadaan pernafasan Saat dilakukan pengkajian pernafasan Tn.A 28 x/menit sehingga harus menggunakan kanul nasal dengan kecepatan 3 liter/menit. (3) Keadaan kardiovaskuler EKG Tn. A normal dengan frekuensi 83 kali/menit, tidak mengalami gangguan pada kardiovaskuler. Suara jantung sonor. (4) Skala ketergantungan Penilaian Status Fungsional (Barthel Index) Pasien Tn. A di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopari Bantul Tanggal 30 September 2018 NilaiSkor No 1.

Fungsi Mengendalikan

Skor 0

rangsang defekasi (BAB)

2.

Takterkendali / tak teratur (perlu

Hari I

Hari II

Hari III

2

2

2

2

2

2

pencahar) 1

Kadang-kadang tak terkendali

2

Mandiri

Mengendalikan

0

Takterkendali/ pakai kateter

rangsang berkemih

1

Kadang-kadang tak terkendali

(BAK)

3.

Uraian

(1x24 jam) 2

Mandiri

0

Butuh pertolongan orang lain

28 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Membersihkan diri

1

Mandiri

0

0

0

0

Tergantung pertolongan orang

1

1

1

1

1

1

3

3

3

2

2

2

1

1

1

1

1

1

1 14

1 14

1 14

(cuci muka,sisir rambut, sikat gigi) 4..

Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan ,

5.

lain 1

Perlu pertolongan pada beberapa

memakai celana,

kegiatan tetapi dapat mengerjakan

membersihkan,

sendiri kegiatan yang lain

menyiram)

2

Mandiri

Makan

0

Tidak mampu

1

Perlu ditolong memotong makanan

6.

2

Mandiri

Berubah sikap dari

0

Tidak mampu

berbaring keduduk

1

Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk ( > 2 orang)

7.

8.

9.

10.

Berpindah / berjalan

Memakai Baju

Naik turun tangga

Mandi

2

Bantuan (2 orang)

3

Mandiri

0

Tidak mampu

1

Bisa (pindah) dengan kursi roda

2

Berjalan dengan bantuan 1 orang

3

Mandiri

0 1

Tidak mampu Sebagian dibantu (misal mengancingkan baju) Mandiri Tidak mampu Butuh pertolongan Mandiri Tergantung orang lain Mandiri

2 0 1 2 0 1

Total Skor Tingkat Ketergantungan Paraf & Nama Perawat

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien) KETERANGAN: 20 12-19

: Mandiri : Ketergantungan ringan

5-8 0-4

: Ketergantungan berat : Ketergantungan total

29 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

9-11

: Ketergantungan Sedang

(5) Tabel Pengkajian Resiko Jatuh Pengkajian Resiko Jatuh Pasien Tn. A di Ruang Cempaka RSUD Panembahan Senopari Bantul Tanggal 30 September 2018

No 1. 2. 3.

4.

Risiko Riwayat jatuh, yang baru atau dalam 3 bulan terakhir Diagnosa medis sekunder >1 Alat bantu jalan: Bed rest/diabntu perwat Penopang/tongkat/walker Furniture Menggunakan infus

5.

Cara berjalan/berpindah: Normal/bed rest/imobilisasi Lemah Terganggu 6. Status mental: Orientasi sesuai kemampuan diri Lupa keterbatasan Jumlah skor Tingkat Resiko Jatuh Paraf & Nama Perawat

Skala Tidak 0 Ya 25 Tidak 0 Ya 15 0 15 30 Tidak 0 Ya 25 0

Skoring 1 Tgl 1 oktober 2018 0

Skoring 2 Tgl 2 Oktober 2018 0

Skoring 3 Tgl 3 Oktober 2018 0

0

0

0

0

0

0

25 0

25 0

25 0

0

0

0

25

25

25

15 30 0 15

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

Tingkat Risiko

: Tidak berisiko bila skor 0-24 → lakukan perawatan yang baik :Risiko rendah bila skor 25-50 → lakukan intervensi jatuh standar (lanjutkan formulir pencegahan) : Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan intervensi jatuh resiko tinggi (lanjutkan dengan pencegahan jatuh pasien dewasa)

30 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

4) Kebutuhan istirahat – tidur a) Sebelum sakit Tn. A tidur malam kurang lebih 6-8 jam Tn. A tidak jarang tidur siang. b) Selama sakit Selama di rawat di Rumah Sakit kebutuhan tidur Tn. A kurang, namun Tn.A tidak mempunyai gangguan tidur. Tn. A tidur antara 5-6 jam b. Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual 1. Konsep diri a. Sebelum sakit Klien mengatakan merawat dirinya secara mandiri b. Selama sakit Klien mengatakan kawatir dan gelisah akan apa yang dialaminya sekarang. 2. Intelektual Klien tidak mengerti kenapa suhu tubuhnya panas tidak turun-turun. 3. Hubungan interpersonal a. Sebelum sakit Hubungan dengan anggota keluarga terjalin harmonis b. Selama sakit Tn.A selama sakit tetap berkomunikasi dengan anggota keluarga dan petugas kesehatan.

4. Mekanisme coping Tn.A dalam mengatasi masalahnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan menceritakan kepada keluarganya. 5. Support system Tn.A mendapatkan dukungan dan dorongan dari keluarga, kerabat, dan teman-temannya

31 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

4. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum 1) Kesadaran : CM 2) GDS : 306 mg/dl 3) Status Gizi : TB = 4) Tanda Vital :

165 cm TD

BB = 70 Kg

= 140/80

Suhu = 40,7

mmHg

°C

IMT= 25,64 BB TB2 Nadi

= 83

x/mnt

RR

= 25 x/mnt

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal) 1) Kulit Selama di Rumah Sakit Tn. A belum pernah dimandikan, hanya di lap. Kulit Tn. A berwarna sawo matang, tidak ada lesi dan tampak berkeringat. 2) Kepala Tidak ada lesi, mesosephal, warna rambut hitam, bersih tidak ada ketombe tidak rontok. 3) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran thyroid 4) Dada a) Inspeksi Normal, Ekspansi simetris, pernafasan dada dan perut, frekuensi pernafasan 25 x/menit b) Auskultasi Tidak ada bunyi nafas tambahan c) Perkusi Sonor, perkusi batas atas jantung di ICS III, perkusi batas kiri jantung di ICS V, perkusi batas jantung kanan di Linea Para Sternalis kanan.

d) Palpasi Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus dada simetris.

5) Payudara a) Inspeksi Simetris, tidak ada benjolan b) Palpasi Tidak mengalami nyeri tekan, tidak ada benjolan 6) Punggung 32 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Tidak mengalami kelainan bentuk punggung 7) Abdomen a) Inspeksi Tidak ada lesi, tidak ada luka bekas jahitan b) Auskultasi Bising usus 12 x/menit c) Perkusi Tympani d) Palpasi Tidak ada pembesaran organ. 8) Panggul Bentuk panggul simetris 9) Genetalia Tn. A tidak menolak di pasang selang cateter 10) Ekstremitas Tidak ada gangguan gerak

33 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

5.

PemeriksaanPenunjang a. Pemeriksaan Patologi Klinik Pemeriksaan laboratorium Tn. A di Ruang Cempaka Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul

Tanggal

Jenis

Hasil

Pemeriksaan

Pemeriksaan

(Satuan)

30 September 2018

HEMATOLOGI

Normal

Hematologi Rutin Hemoglobin

17,0

L : 14 – 18

Hematokrit

48,9

42 – 52

Leukosit

11,79 H

4,5 – 11

Eritrosit

5,89

4,5 – 5,50

Trombosit

230

150 – 440

Eosinofil

0

2–4

Basofil

0

0 -1

Batang

30

2–5

Segmen

60

51-67

SGOT

126 H

< 31

SGPT

94

< 32

Ureum

74

10 -50 mg/dl

Kreatinin

1.60

< 0,9 mg/dl

518

80-100

Natrium

125,9

135 – 148 mmol/l

Kalium

5,42

3,7 – 5,3 mmol/l

Chlorida

92,5

98 – 109 mmol/l

Hitung Jenis

KIMIA Fungsi Hati

Ginjal

Diabetes GDS Elektrolit

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )

34 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

6.

Terapi Pemberian Terapi Pasien Tn. A di Ruang Cempaka Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul

No

Obat

Dosis dan Satuan

Rute

1.

Omeprazole

40 mg

IV

2.

Metoclorpramid

2 ml

IV

3.

Ciproflolaxin

200 mg

IV

4.

Paracetamol infus

100 mg

IV

5.

Paracetamol tablet

500 mg

Oral

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

35 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

B. ANALISA DATA Pasien Tn.A di Ruang 8A RSUD Panembahan Senopati Bantul.Tanggal.01 Oktober 2018 NO 1.

DATA Ds :

MASALAH Hipertermia

Pasien mengatakan badannya panas, dan merasa

PENYEBAB Proses penyakit (infeksi)

lemas Do : TD : 140/80 mmHg, Suhu : 40,7°C, Respirasi : 25 x/menit, Nadi : 83 kali/menit. Badan pasien teraba panas, tampak berkeringat. Angka leukosit : 11,79 2.

Ketidakstabilan Ds :

kadar gula darah

Hiperglikemia

Resiko infeksi

Hiperglikemia

Kekurangan

Output berlebihan

Pasien mengatakan badan terasa lemas Do : GDS : 306 mg/dL Keadaan Umum : Compos Mentis 3. Ds : Do : Suhu 40,7°C GDS : 306 mg/dL, Lekosit : 11,79 10ˆ3/uL 4. Ds :

volume cairan

Pasien mengatakan mual dan muntah, Pasien mengatakan muntah sebanyak 10 kali dengan volume 1 kali muntahan kurang lebih 20 cc berwujud cairan bercampur lender dengan warna keruh Do : Pasien muntah sebanyak 10 kali dalam sehari. Turgor kulit abnormal jika dicubit kembalinya lama >2 detik. Tanda Vital :

TD

36 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

=

140/80

mmHg Nadi RR

= 83

x/mnt Suhu

= 40,7

°C

= 25 x/mnt.

Pasien minum 6 gelas setiap harinya, dan cairan muntahan dalam 24 jam 200 cc.

37 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan ditandai dengan Pasien muntah sebanyak 10 kali dalam sehari. Turgor kulit abnormal jika dicubit kembalinya lama >2 detik. Tanda Vital :TD

= 140/80

mmHg Nadi = 83x/mnt Suhu

= 40,7

°C RR= 25

x/mnt. Pasien minum 6 gelas setiap harinya, dan cairan muntahan dalam 24 jam 200 cc. 2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai dengan TD : 140/80 mmHg, Suhu : 40,7°C, Respirasi : 25 x/menit, Nadi : 83 kali/menit. Badan pasien teraba panas, tampak berkeringat. Angka leukosit : 11,79 3. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan Pasien mengatakan badan terasa lemas. GDS : 306 mg/dL. Keadaan Umum : Compos Mentis 4. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemi ditandai dengan Suhu 40,7°C . GDS : 306 mg/dL, Lekosit : 11,79 10ˆ3/uL ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………….... ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… …………………………………………… 38 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN NamaPasien / NO CM Hari/ Tgl/ Jam Senin ,

: Tn.A../6338** Ruang : 8A PERENCANAAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN Kekurangan

01 berhubungan

Tujuan

volume

cairan Setelah

dengan

output keperawatan selama 3 x 24 jam

Oktober

berlebihan ditandai dengan

2018

-

dalam

12.30

abnormal

sehari.

Turgor jika

Tanda Vital :TD

1. Monitol vital sign

1. Mengetahui

diharapkan kekurangan volume 2. Monitor nutrisi

=

mengetahui

Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

mmHg Nadi = 83x/mnt Suhu

membrane mukosa lembab -

status

nutrisi

pasien

sehingga dapat menentukan intervensi

140/80

= 40,7 °C RR= 25 x/mnt.

kondisi

2. Pengkajian penting dilakukan untuk

dicubit NOC -

perkembangan

pasien

kulit hasil :

kembalinya lama >2 detik.

-

tindakan NIC

Pasien muntah sebanyak 10 kali cairan teratasi dengan kriteria

pukul

-

dilakukan

Rasional

Intervensi

yang diberikan. 3. Beri

obat

Injeksi

IV

3. Mengurangi

terjadinya

kekurangan

cairan

Metoclopramide 2 ml

Tekanan Darah, Nadi dan

Pasien minum 6 gelas setiap

RR dalam rentang normal.

harinya, dan cairan muntahan

Tekanan

dalam 24 jam 200 cc.

140/80-100 mmHg ,Nadi

darah

120-

4. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

60-100 kali/menit, RR 1624 kali/menit.

4. Untuk meningkatkan intake nutrisi

5. Penting untuk mengetahui karakteristik 5. Anjurkan keluarga untuk mencatat

intake

dan

output cairan

mual

dan

menyebabkan

faktor-faktor mual.

yang Apabila

karakteristik mual dan faktor penyebab mual diketahui mak dapat menentukan

( Novi dan Sumirat )

39 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

intervensi yang diberikan.

Senin, 1 Hipertermia berhubungan dengan Setelah Oktober

penyakit ditandai dengan

2018

-

dilakukan

tindakan 1. Monitor

keperawatan selama 3 x 24 jam

40,7°C, Respirasi : 25 x/menit, menurun dengan kriteria hasil :

12.45

Nadi : 83 kali/menit. Badan pasien teraba panas,

Angka leukosit : 11,79

-

mungkin

-

Suhu tubuh dalam rentang 3. Beri anti piuretik parasetamol normal 36,5-37,5°C

infus

Nadi dan RR dalam rentang

parasetamol tablet 500 mg

normal.

Nadi

kali/menit,

-

40 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

1. Mengetahui perubahan suhu pasien

2. Mengetahui perkembangan kondisi pasien

NOC

tampak berkeringat. -

sesering

TD : 140/80 mmHg, Suhu : diharapkan suhu tubuh pasien 2. Observasi KU dan vital sign

Pukul

-

suhu

RR

500

60-100 4. Anjurkan 16-24

ml

IV

keluarga

3. Menurunkan suhu tubuh

dan

pasien

untuk kompres hangat pasien

kali/menit.

di seluruh permukaan tubuh

Tidak pusing

dengan cara di lap.

4. Untuk menurunkan suhu tubuh

Ketidakstabilan danSeni n,

gula

darah Setelah

dilakukan

tindakan 1. Monitor kadar gula darah

1. Mengetahui perubahan kadar gula darah

berhubungan dengan hiperglikemia keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Monitor nadi

2. Mengetahui perkembangan kondisi pasien

1 agen cidera biologis ditandai dengan diharapkan kadar gula darah

Oktober

-

2018

Pasien mengatakan badan terasa pasien normal dengan kriteria 3. Monitor tanda dan gejala lemas

hasil : NOC

pukul

-

GDS : 306 mg/dL

13.00

-

Keadaan

Umum

:

Compos

-

Mentis

Kadar gula darah dalam batas normal <140 mg/dL

-

hiperglikemi 4. Beri insulin novorapid IM 8

4. Untuk mengurangi kadar gula darah

unit 5. Edukasi pasien dan keluarga

Nadi dalam batas normal

tentang

5

pilar

60-100 kali/menit

penatalaksanaan DM antara lain yaitu edukasi mengenai DM

dan

penangananya,

pengaturan makanan, aktivitas fisik, pemberian obat-obatan dan monitor GDS ( Sumirat , Noviani)

41 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

3. Mengetahui tanda dan gejala hiperglikemi

5. Agar keluarga mengetahui cara memberikan insulin.

Senin 1 Resiko infeksi erhubungan dengan Setelah

dilakukan

tindakan NIC

Oktober

hiperglikemi ditandai dengan Suhu keperawatan selama 3 x 24 jam

1. Batasi pengunjung

1. Agar pasien nyaman

2018

40,7°C

2. Cuci tangan sebelum dan

2. Untuk mencegah bakteri atau kuman

pukul

GDS : 306 mg/dL, Lekosit : 11,79 terjadi dengan kriteria hasil :

sesudah

13.15

10ˆ3/uL

keperawatan

diharapkan resiko infeksi tidak

NOC -

Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi

-

Jumlahnleukosit batas normal 10ˆ3/uL

dalam 4.00-11.00

3. Beri

terapi

tindakan

antibiotic

3. Untuk mencegah infeksi

Injeksi IV Ciprofloxacin

4. Agar tidak terjadi infeksi

200 mg 4. Ganti letak IV periver pada hari ke 3 ( Sumirat , Noviani)

42 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

bertambah

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari Senin, 1 Oktober 2018 Hari, DIAGNOSA Kekurangan

EVALUASI

Tanggal

PROSES Pukul 17.00

S:

S:

Pasien mengatakan badannya lemas

Pasien mengatakan badannya lemas

O:

O:

berlebihan

TD : 140/80 mmHg

TD : 140/80 mmHg

ditandai dengan

Suhu : 40,7°C

Suhu : 40,7°C

-

Pasien

Nadi : 83 kali/menit

Nadi : 83 kali/menit

muntah

Respirasi : 25 kali/menit

Respirasi : 25 kali/menit

cairan Oktober

berhubungan dengan

2018

output

sebanyak 10 kali

2. Memonitor nutrisi

dalam

-

Pukul 15.10

Porsi

makan

siang

pasien

menghabiskan 5 sendok makan,

S:

sehari.

Pasien

Turgor kulit

bertenaga

abnormal jika

O:

dicubit

Pasien makan 5 sendok makan, dan Masalah volume cairan teratasi sebagian

kembalinya

minum 3 gelas air putih

lama

>2

detik. -

01 1. Memonitol vital sign

HASIL

Pukul 15.00

volume

Senin,

IMPLEMENTASI

Tanda :TD

3. Mendorong keluarga Pukul 15.15 untuk

Vital

mengatakan

membantu S :

pasien makan

=

43 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

lemas,

dan minum 3 gelas air putih.

kurang -

Injeksi IV Metoclopramide 2 ml

A:

P: Lanjutkan intervensi 1. Monitor vital sign

Keluarga pasien mengatakan menyuapi 2. Monitor nutrisi pasien saat makan

-

140/80

O:

mmHg Nadi

Pasien makan 5 sendok makan, dan

=

minum 3 gelas air putih

83x/mnt

Suhu

=

40,7

°C

RR=

25

4. Mengelola

pemberian cairan IV

4. Kelola terapi pemberian obat

S: Pasien mengatakan masih merasalemas O:

Pasien

Injeksi IV Metoclopramide 2 ml

gelas

pasien makan

terapi Pukul 16.00

x/mnt.

minum

3. Dorong keluarga untuk membantu

6

( Noviani)

setiap

harinya, dan cairan muntahan dalam 24 jam 200 cc. Hipertermia

Senin,

berhubungan

Oktober

dengan penyakit 2018 ditandai dengan -

01 1. Memonitor

suhu Pukul 15.00

sesering mungkin 2. Mengobservasi dan vital sign

S: KU Pasien mengatakan badan terasa lemas O:

Pukul 17.00 S: -

Pasien mengatakan lemas

-

Pasien mengatakan badannya teraba

TD : 140/80

KU : composmentis

mmHg, Suhu

TD : 140/80 mmHg

O:

:

Suhu : 40,7°C

KU : composmentis

Nadi : 83 kali/menit

TD : 140/80 mmHg

40,7°C,

Respirasi : 25 44 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

panas

x/menit, Nadi :

Respirasi : 25 kali/menit

83

Nadi : 83 kali/menit 3. Memberikan

kali/menit. -

piuretik

Badan pasien

anti Pukul 15.15 S:

Respirasi : 25 kali/menit -

Diberi parasetamol infus 100 ml, 30

Pasien mengatakan badannya teraba

teraba panas,

panas

tampak

tpm -

Keluarga pasien mengompres pasien

O:

berkeringat. -

Suhu : 40,7°C

menggunakan air hangat pada ketiak

Diberi parasetamol infus 500 ml, 30 tpm

Angka leukosit

4. Menganjurkan

:

Pukul 15.30

keluarga pasien untuk S :

11,79

kompres

hangat Keluarga pasien mengatakan badannya

pasien pada lipat paha teraba panas dan aksila

O:

pasien dan belakang telinga pasien. A: Masalah hipertermia belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 1. Monitor suhu dan observasi KU dan

Keluarga pasien mengompres pasien menggunakan air hangat pada ketiak

vital sign 2. Beri antipiuretik parasetamol infus 500

pasien dan belakang telinga pasien.

ml, 30 tpm dan parasetamol tablet 500mg (Sumirat)

Ketidakstabilan gula

Senin,

darah Oktober

1 1. Memonitor kadar gula Pukul 14.00 S:

S:

Pasien mengatakan lemas

Pasien mengatakan badannya lemas

dengan

O:

O:

hiperglikemia

Hasil GDS 306 mg/dL

berhubungan

darah

Pukul 17.00

2018

45 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

-

Hasil GDS 306 mg/dL

agen

cidera

2. Memonitor nadi

Pukul 15.00

-

Nadi : 83 kali/menit

biologis ditandai

S:

-

Pasien diberi Novorapid 8 unit

dengan

Pasein mengatakan badannya terasa

-

Keluarga pasien memperhatikan saat

-

Pasien

lemas

mengatakan

O:

A:

badan

Nadi : 83 kali/menit

Masalah

Pukul 16.00

tercapai sebagian

GDS : 306

S:

P:

mg/dL

Pasien mengatakan lelah , lemas

Lanjutkan intervensi

O:

1. Monitor kadar gula darah

Pasien diberi Novorapid 8 unit

2. Monitor Nadi

terasa lemas -

-

3. Memberi insulin

Keadaan Umum

:

Compos

4. Mengedukasi pasien Pukul 16.10

Mentis

dan

keluarga

diberitahu cara menyuntikan insulin

ketidakstabilan

gula

darah

3. Beri insulin 8 unit IM

cara S :

menyuntik insulin

Keluarga pasien mengatakan mengerti ( Noviani)

cara menyuntikan insulin O: Keluarga pasien memperhatikan saat diberitahu cara menyuntikan insulin Resiko

infeksi Senin,

1 1. Batasi pengunjung

Pukul 14.10

Pukul 17.00 S:

erhubungan

Oktober

S:

dengan

2018

Pasien mengatakan lebih nyaman jika

hiperglikemi

pengunjung dibatasi O:

46 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

-

Pasien mengatakan lebih nyaman jika pengunjung dibatasi

ditandai dengan

Pengunjung dibatasi 1 orang untuk

Suhu 40,7°C

masuk ruangan secara bergantian

GDS

:

306

2. Beri terapi antibiotic Pukul 16.10

mg/dL, Lekosit :

Injeksi

11,79 10ˆ3/uL

Ciprofloxacin 200 mg Pasien mengatakan masih merasa lemas diberikan Tn.A

IV S :

kepada O :

-

Pasien mengatakan masih merasa lemas

O: -

Pengunjung dibatasi 1 orang untuk masuk ruangan secara bergantian

-

Diberi injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg

Injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg A:

Resiko infeksi tercapai sebagian P: Lanjutkan intervensi Beri Injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg ( Sumirat)

47 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari Selasa, 2 Oktober 2018 Hari, DIAGNOSA Kekurangan

Tanggal

EVALUASI IMPLEMENTASI PROSES Pukul 09.30

Pukul 14.00

S:

S:

Pasien mengatakan badannya lemas

Pasien mengatakan badannya lemas

O:

O:

berlebihan,

TD : 110/80 mmHg

TD : 110/80 mmHg

ditandai dengan :

Suhu : 38°C

Suhu : 38°C

-

Pasien

Nadi : 132 kali/menit

Nadi : 132 kali/menit

muntah

Respirasi : 38 kali/menit

Respirasi : 38 kali/menit

Pukul 09.10

Pasien makan setengah porsi makanan, dan

S:

minum 4 gelas air putih

volume

cairan Oktober

berhubungan dengan

2018

output

sebanyak 10 kali

Selasa , 2 Memonitol vital sign

HASIL

Memonitor nutrisi

dalam

sehari.

Pasien

Turgor kulit

bertenaga

Masalah volume cairan teratasi sebagian

abnormal jika

O:

P:

dicubit

Pasien makan setengah porsi makanan, Lanjutkan intervensi

kembalinya

dan minum 4 gelas air putih

48 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

mengatakan

lemas,

kurang A :

-

Monitor vital sign

lama

>2

detik. -

Tanda

Mengelola

pemberian Injeksi IV S : Vital

:TD

=

140/80

=

40,7

°C

RR=

25

gelas

Kelola

terapi

pemberian

Injeksi

O:

Metoclorpramid 2 ml

Metoclorpramid 2 ml

Injeksi IV Omeprazole 40 mg

Pasien minum

-

Omeprazole

x/mnt. -

Monitor nutrisi

Pasien mengatakan masih merasalemas

83x/mnt

Suhu

-

Omeprazole 40 mg

mmHg Nadi =

terapi Pukul 09.00

6 setiap

harinya, dan cairan muntahan dalam 24 jam 200 cc.

49 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Injeksi Metoclorpramid 2 ml

40

(Noviani)

mg,

Injeksi

IV

Injeksi

Hipertermia

Selasa

berhubungan

,Oktober

dengan

02 Mengobservasi dan vital sign

proses 2018

KU Pukul 09.30 S:

Pukul 14.00 S:

Pasien mengatakan badan terasa lemas, -

Pasien mengatakan lemas

penyakit (infeksi)

dan badan teraba panas

-

Pasien mengatakan badannya teraba panas

ditandai dengan,

O:

O:

-

TD : 140/80

KU : composmentis

KU : composmentis

mmHg, Suhu

TD : 110/80 mmHg

TD : 110/80 mmHg

:

Suhu : 38°C

Suhu : 38°C

Respirasi : 25

Nadi : 132 kali/menit

Nadi : 132 kali/menit

x/menit, Nadi

Respirasi : 38 kali/menit

Respirasi : 38 kali/menit.

40,7°C,

:

-

83

kali/menit.

Masalah hipertermia tercapai sebagian

Badan pasien

P:

teraba panas,

Lanjutkan intervensi

tampak

-

berkeringat. -

A:

Monitor suhu dan observasi KU dan vital sign

Angka leukosit

:

11,79

( Sumirat )

50 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Ketidakstabilan

Selasa,

kadar gula darah Oktober

2 Memonitor kadar gula Pukul 09.15 S:

S:

Pasien mengatakan lemas

Pasien mengatakan badannya lemas

dengan

O:

O:

hiperglikemia,

Hasil GDS 195 mg/dL

-

Hasil GDS 195 mg/dL

Pukul 09.30

-

Nadi : 132 kali/menit

Pasien

S:

A:

mengatakan

Pasein mengatakan badannya terasa

Masalah ketidakstabilan gula darah tercapai

badan

lemas

sebagian

terasa lemas

O:

P:

Nadi : 132 kali/menit

Lanjutkan intervensi

berhubungan

2018

ditandai dengan : -

-

darah

Pukul 14.00

Memonitor nadi

GDS : 306 mg/dL -

Keadaan Umum

:

-

Monitor kadar gula darah

-

Monitor Nadi

-

Beri insulin Novorapid IM 8 unit

Compos Mentis ( Noviani) Resiko

infeksi Selasa , 2 Beri terapi antibiotic

Pukul 09.00

Pukul 14.00 S:

berhubungan

Oktober

S:

dengan

2018

Pasien mengatakan lemas

-

hiperglikemi

O:

O:

ditandai dengan,

Injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg

-

Suhu 40,7°C 51 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

A:

Pasien mengatakan lemas

Diberi injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg

GDS

:

306

Resiko infeksi tercapai sebagian

mg/dL, Lekosit :

P:

11,79 10ˆ3/uL

Lanjutkan intervensi Beri terapi antibiotic, Injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg (Sumirat)

52 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari Rabu, 3 Oktober 2018 Hari, DIAGNOSA Kekurangan

Tanggal

PROSES Pukul 14.00

S:

S:

Pasien mengatakan lemas berkurang

Pasien mengatakan lemas berkurang namun

O:

sekarang sariawan

berlebihan,

TD : 100/80 mmHg

O:

ditandai dengan :

Suhu : 38°C

TD : 100/80 mmHg

-

Pasien

Nadi : 78 kali/menit

Suhu : 38°C

muntah

Respirasi : 20 kali/menit

Nadi : 78 kali/menit

Pukul 11.15

Respirasi : 20 kali/menit

S:

Pasien makan setengah porsi makanan, dan

cairan Oktober

berhubungan dengan

2018

output

sebanyak 10 kali

Memonitor nutrisi

dalam

sehari.

Pasien mengatakan lemas berkurang minum 5 gelas air putih

Turgor kulit

namun sekarang sariawan

A:

abnormal jika

O:

Masalah volume cairan teratasi sebagian

dicubit

Pasien makan setengah porsi makanan, P :

kembalinya

dan minum 5 gelas air putih

lama

>2

detik. -

3 Memonitol vital sign

HASIL

Pukul 11.00

volume

Rabu,

EVALUASI IMPLEMENTASI

Tanda :TD

Mengelola

terapi Pukul 13.00

pemberian cairan IV Vital =

53 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

S:

Lanjutkan intervensi -

Monitor vital sign

-

Monitor nutrisi

Pasien mengatakan masih merasalemas -

Kelola terapi Injeksi IV Omeprazole 40

berkurang

mg, Injeksi Metoclorpramid 2 ml

140/80

O:

mmHg Nadi

Injeksi IV Omeprazole 40 mg

=

Injeksi Metoclorpramid 2 ml

83x/mnt

Suhu

=

40,7

°C

RR=

25

( Noviani )

x/mnt. -

Pasien minum gelas

6 setiap

harinya, dan cairan muntahan dalam 24 jam 200 cc.

Hipertermia

Rabu

berhubungan

,Oktober

3 Mengobservasi

Pukul 14.00

S:

S : Pasien mengatakan lemas berkurang

Pasien mengatakan lemas berkurang

O:

penyakit (infeksi)

O:

KU : composmentis

ditandai dengan,

KU : composmentis

TD : 100/80 mmHg

-

TD : 140/80

TD : 100/80 mmHg

Suhu : 38,7°C

mmHg, Suhu

Suhu : 38,7°C

Nadi : 78 kali/menit

dengan

dan vital sign

KU Pukul 11.00

proses 2018

54 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

:

40,7°C,

Nadi : 78 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu naik pada oukul 13.20 yaitu 40,3°C

Pukul 13.20

A:

S:

Masalah hipertermia belum tercapai

kali/menit.

Pasien mengatakan lemas

P:

Badan pasien

O:

Lanjutkan intervensi

teraba panas,

Suhu : 40,3°C

Respirasi : 25 x/menit, Nadi :

-

Memonitor suhu

83

tampak

-

berkeringat.

Memberi

Angka

antipiuretik

leukosit

:

obat Pukul 13.25

-

Monitor suhu

-

Observasi KU dan vital sign

-

Berikan

mg

antipiuretik

yaitu

paracetamol tablet 500 mg

S:

( Sumirat)

Paracetamol tablet 500 Pasien mengatakan lemas

11,79

obat

O: Paracetamol tablet 500 mg

Ketidakstabilan

Rabu,

kadar gula darah Oktober

3 Memonitor kadar gula Pukul 12.30 S:

S:

Pasien mengatakan lemas

Pasien mengatakan badannya lemas

dengan

O:

O:

hiperglikemia

Hasil GDS 212 mg/dL

-

Hasil GDS 212 mg/dL

Pukul 09.30

-

Nadi : 78 kali/menit

S:

A:

Pasein mengatakan badannya terasa lemas

Masalah ketidakstabilan gula darah tercapai

O:

sebagian

Nadi : 78 kali/menit

P:

berhubungan

darah

Pukul 14.00

2018

Memonitor nadi

55 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Memonitor kadar gula Pukul 12.30

Pukul 14.00

darah

S:

S:

Pasien mengatakan lemas

Pasien mengatakan badannya lemas

O:

O:

Hasil GDS 212 mg/dL

-

Hasil GDS 212 mg/dL

-

Nadi : 78 kali/menit

A: Masalah ketidakstabilan gula darah tercapai sebagian P: Lanjutkan intervensi -

Monitor kadar gula darah

-

Monitor Nadi

-

Beri insulin jika kadar gula darah tinggi

( Noviani ) Resiko

infeksi Rabu,

3 Beri terapi antibiotic

Pukul 13.00

Pukul 14.00 S:

berhubungan

Oktober

S:

dengan

2018

Pasien mengatakan lemas

-

hiperglikemi

O:

O:

ditandai dengan,

Injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg

-

Suhu 40,7°C

Pasien mengatakan lemas

Diberi injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg

A: Resiko infeksi tercapai sebagian

56 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

GDS

:

306

mg/dL, Lekosit : 11,79 10ˆ3/uL

P: Lanjutkan intervensi -

Beri terapi antibiotic yaitu Injeksi IV Ciprofloxacin 200 mg ( Sumirat )

57 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada pasien Tn.A dengan Hiperglikemia di bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul maka pada bab ini kami dapat mengambil kesimpulan dan memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dilakukan dan berguna dalam penerapan proses asuahan keperawatan pasien dengan Hiperglikemi. A. Kesimpulan Pada pengkajian pasien dengan hiperglikemia menetapkan 4 diagnosa keperawatan yaitu : 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan 2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit 3. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan hiperglikemia 4. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemi Pada langkah ini telah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan dan di implementasikan selama 3 kali 24 jam mulai dari hari senin 1 Oktober 2018 sampai dengan hari rabu 3 Oktober 2018 2018 serta sudah di evaluasi. Dari ke empat diagnose dan sudah di evaluasi ada 3 diagnosa yang tercapai sebagian dan satu diagnose yang belum tercapai. Diagnosa yang tercapai sebagian yaitu Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan, Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan hiperglikemia, Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, dan diagnose yang belum tercapai yaitu Hipertermia berhubungan dengan penyakit. B. Saran 1. Saran bagi perawat dan tenaga kesehatan Perawat yang memberikan asuahn keperawatan pada pasien dengan hipertermia diharapkan untuk memonitor suhu setiap jam. Dalam hal ini perawat juga harus berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam melakukan pengobatan dan diit bagi pasien 2. Saran bagi rumah sakit Rumah sakit sebaiknya menyediakan atau memberikan fasilitas kesehatan yang memadai seperti kebersihan dan kenyamanan bagi pasien dengan masalah hiperglikemi. Alat- lat kesehatan juga harus diperhatikan yang snagat dibutuhkan untuk pasien.

58 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

3. Saran bagi pasien dan keluarga Untuk keluarga untuk lapor jika pasien panas dan diharapkan untuk mengelap tubuh pasien jika suhu badan pasien panas.

59 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

60 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Related Documents


More Documents from "Melita Ramadhani"