LAPORAN KASUS LANSIA PADA NY. M DENGAN KERUSAKAN MEMORI DI WISMA JOLOTUNDHO BPSTW UNIT ABIYOSO PAKEM
KELOMPOK 5 : 1. CHITRA MEYTARIZQI
(P07120216056)
2. IZFANINGRUM MELATI S. (P07120216062) 3. RISKA WULANDARI
(P07120216065)
4. SRI DARMI NUR C.
(P07120216071)
5. SERA ADHE A. T.
(P07120216074)
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA 2018
HALAMAN PENGESAHAN Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbimbing. Yogyakarta,
Mei 2018
Pembimbing Akademik,
Pembimbing Lapangan,
Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J.
Muhammad Fathoni R., Amd.Kep.
NIP. 198112092010121003
NIP. 198710052010011004 Mengetahui,
Koordinator Mata Ajar Keperawatan Gerontik
Induniasih, S.Kp., M.Kes. NIP. 195712201986032001
2
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini berjudul “LAPORAN KASUS LANSIA PADA NY. M DENGAN KERUSAKAN MEMORI DI WISMA JOLOTUNDHO BPSTW UNIT ABIYOSO PAKEM ”. Dalam penyusunan laporan ini banyak kesulitan yang penulis alami, diantaranya kesulitan dalam memperoleh literatur yang terbaru. Berkat bantuan berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Joko Susilo, selaku direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 2. Induniasih, S.Kp, M.Kes., selaku koordinator praktik Mata Ajar Keperawatan Gerontik yang telah memberikan dorongan, arahan dan semangat dalam melaksanakan praktek ini. 3. Ns. Sutejo, M.Kep.,Sp.Kep.J., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan sehingga tugas ini dapat selesai dengan baik. 4. Muhammad Fathoni
R., Amd.Kep., selaku pengasuh Wisma
Jolotundho serta pembimbing lapangan yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing sehingga tugas ini dapat terselesaikan. 5. Orang Tua tercinta yang telah mendorong dan selalu mendoakan sehingga laporan ini berjalan lancar sampai akhir. 6. Seluruh pihak yang terkait dalam prosses penyelesaian Laporan. Penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan yang ingin mengetahui tentang Kerusakan Memori dan khususnya bagi adik tingkat yang akan membuat laporan di tahun berikutnya. Penulis pun berharap ada pembaca yang bersedia memberikan saran dan kritik terhadap laporan ini. Yogyakarta,
Mei 2018
Penulis
3
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... 2 KATA PENGANTAR .................................................................................... 3 DAFTAR ISI ................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 5 B. Tujuan ........................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi .......................................................................................... 9 B. Etiologi .......................................................................................... 9 C. Manifestasi Klinis ......................................................................... 11 D. Komplikasi .................................................................................... 14 E. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 14 F. Penatalaksanaan Klinis .................................................................. 15
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian ..................................................................................... 17 B. Analisa Data .................................................................................. 26 C. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 27 D. Intervensi Keperawatan ................................................................ 28 E. Implementasi dan Evaluasi ........................................................... 32
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43 LAMPIRAN .................................................................................................... 44
4
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Yogyakarta adalah Balai Pelayanan Sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan masyarakat baik yang berada di dalam Balai Pelayanan maupun yang berada di luar Balai Pelayanan. BPSTW sebagai lembaga pelayanan sosial lanjut usia berbasis Balai Pelayanan yang dimiliki pemerintah dan memiliki berbagai sumberdaya perlu mengembangkan diri menjadi Institusi yang progresif dan terbuka untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. BPSTW Yogyakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah sesuai dengan SK Gubernur DIY Nomor 160 Tahun 2002 yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia. BPSTW Yogyakarta diharapkan mampu mengembangkan komitmen dan kompentensinya dalam memberikan pelayanan sosial yang terstandarisasi dengan mengacu kepada Kepmen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 193/Menkes Kesos /III/2000 tentan Standarisasi Balai Pelayanan Sosial, yang telah direvisi dengan Kepmen Sosial RI Nomor 50/Huk/2004, sekaligus mengakomudasi potensi lokal di daerah. Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan, terutama karena ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur harapan hidup (life expentany). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat. Di antara Negara maju seperti di Amerika Serikat pertambahan usia lanjut ± 1000 orang perhari dan perkiraan pada tahun 1985 50% dari penduduk berusia lebih dari 50 tahun. Baby Boom pada masa lalu diganti dengan ledakan penduduk lanjut usia.
5
Di Indonesia menurut sensus pada tahun 1980, jumlah penduduk adalah 147,3 juta orang. Pada angka tersebut terdapat 16,3 orang (11%) yan gberumur 50 tahun ke atas, dan ±6,3 juta orang (4,3%) orang yang berumur 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822.831 (12,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai Undang-undang, bahwa mereka harus dipelihara oleh Negara. Pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari seluruh penduduk (22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun. Secara individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya. Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi. Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing (=gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan
6
menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial. Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2009 dikutip dari http://inna-ppni.or.id/index.php). Lansia adalah fase akhir dari perjalanan makhluk hidup termasuk manusia dimulai sejak permulaan kehidupan / sejak konsepsi, bayi, anak, remaja, dewasa, tua, lansia. Pada fase ini lansia mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak mampu melakukan tugas sehari – hari. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai aktifitas yang kita lakukan tidak terlepas dari proses mengingat. Apalagi dalam pembelajaran, rasanya takkan ada pembelajaran tanpa ingatan. Begitu pentingnya ingatan dalam proses pembelajaran sehingga apabila kita ingin berhasil dalam pembelajaran kita harus dapat mengingat dengan baik. Dengan adanya ingatan, akan memepermudah berbagai aktifitas kita sehingga mewujudkan suatu kesinambungan dari informasi apa yang pernah kita terima dan menyampaikannya kembali informasi tersebut. Tanpa ingatan kita tidak dapat mengenali diri kita sendiri, karena pemahaman tentang diri sendiri tergantung dengan adanya ingatan. Ingatan berasal dari pengalaman yang telah kita alami. kejadian yang kita alami merupakan suatu hal baru yang tidak semuanya akan di proses di dalam ingatan, beberapa kejadian yang di proses dalam ingatan
7
suatu saat bisa dimunculkan kembali sehingga menimbulkan keterkaitan dengan kejadian yang sedang dialami. B. Tujuan 1. Umum Mengetahui asuhan keperawatan gerontik 2. Khusus a. Mengetahui teori kerusakan memori b. Mengetahui proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada klien dengan kerusakan memori c. Mendokumentasikan asuhan keperawatan gerontik
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Brocklehurst and Allen, 1987 dalam Boedhi-Darmojo, 2009). Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian (Medicastore.com ). Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku (Kusumawati, 2007). B. Etiologi Penyebab Demensia pada Usia Lanjut (Boedhi-Darmojo, 2009) Penyebab demensia yang reversibel sangat penting untuk diketahui, karena dengan pengobatan yang baik penderita dapat kembali menjalankan hidup sehari-hari yang normal.
9
Keadaan yang secara potensial reversibel atau bisa dihentikan yaitu : 1. Intoksikasi (Obat, termasuk alkohol dan lain-lain) 2. Infeksi susunan saraf pusat 3. Gangguan metabolik a. Endokrinopati
(penyakit
Hiperinsulinisme,
Addison,
Hipotiroid,
sindroma
Hipopituitari,
Cushing,
Hipoparatiroid,
Hiperparatiroid) b. Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia kronis, gangguan keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan hiperkalsemia, hipo dan hipernatremia, hiperkalemia. c. Remote efek dari kanker atau limfoma. 4. Gangguan nutrisi a. Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa) b. Kekurangan Niasin (pellagra) c. Kekurangan Thiamine (sindroma Wernicke-Korsakoff) d. Intoksikasi vitamin A, vitamin D, Penyakit Paget 5. Gangguan vaskuler a. Demensia multi infark b. Sumbatan arteri carotis c. Stroke d. Hipertensi e. Arthritis Kranial 6. Lesi desak ruang 7. Hirdosefalus bertekanan normal 8. Depresi (pseudo-demensia depresif) Penyakit degeneratif progresif 1. Tanpa gejala neurologik penting lain : a. Penyakit Alzheimer b. Penyakit Pick
10
2. Dengan gangguan neurologik lain yang prominen : a. Penyakit Parkinson b. Penyakit Huntington c. Kelumpuhan supranuklear progresif d. Penyakit degeneratif lain yang jarang didapat C. Manifestasi Klinis Pada awal perjalanan penyakit, pasien mengalami pegal – pegal, cenderung mengalami kegagalan dalam melakukan tugas tertentu yang kompleks dan memerlukan pemecahan masalah. Beberapa hal yang sering ditemui pada demensia adalah : 1. Kemunduran intelektual yang disertai dengan gangguan a. Memori (daya ingat) b. Orientasi : Gangguan orientasi orang, tempat dan waktu tetapi kesadarannya tidak mengalami gangguan. c. Bahasa : Aphasia, stereotipik, sirkumstansial, gangguan penamaan objek. d. Daya pikir dan daya nilai : Daya pikir lebih lambat, aliran ide dan konsentrasi berkurang, sudut pandang yang jelek dan kurang, pikiran paranoid, delusi, dll. e. Kapasitas belajar komprehensif : Gangguan otak dalam memproses informasi yang masuk. f. Kemampuan dalam perhitungan. 2. Perubahan emosional Emosi sering gampang terstimulasi serta tidak dapat mengontrol tawa dan tangis. 3. Kemunduran kepribadian a. Sering egois b. Kurang bisa mengerti perasaan orang lain, kurang perhatian, introvert. c. Kemunduran kebiasaan pribadi, makan, toilet, kebersihan, dll.
11
4. Perubahan – perubahan pada sistem tubuh : a. Kardiovaskuler Cardiac output menurun, kemampuan respon terhadap stress berkurang, tekanan darah meningkat, denyut jantung setelah pemulihan melambat, cepat pegal bila aktivitas meningkat. b. Respirasi Volume residu paru meningkat, kapasitas vital paru menurun, kapasitas difusi dan pertukaran gas menurun, efektivitas batuk menurun, pada aktivitas berat cepat lelah dan sesak, oksigenasi berkurang sehingga luka susah sembuh, susah mengeluarkan sekret batuk. c. Integumen (kulit) Perlindungan terhadap trauma dan suhu yang ekstrem menurun, perlindungan oleh kelenjar minyak alami dan berkeringat menurun, kulit tipis kering, dan keriput, sering memar, kebiruan dan cepat terbakar sinar matahari, intoleransi terhadap panas, struktur tulang kelihatan pada kulit yang tipis. d. Reproduksi Pada wanita terjadi penyempitan, penurunan elastisitas dan sekresi pada dinding vagina, sehingga menimbulkan hubungan seksual yang sakit, perdarahan, gatal, iritasi dan lambat orgasme. Pada laki –laki terjadi penurunan ukuran penis dan testes dan respon seksual yang melambat. e. Genito-urinaria Kapasitas buli menurun, menurunnya sensasi untuk bak sehingga sering retensi dan kesulitan bak. Pada laki-laki terjadi BPH, dan pada wanita terjadi relaksasi otot perineum dan inkontinensia urine. f. Gastrointestinal Salivasi berkurang, susah menelan makanan, mengeluh mulut kering, pengosongan esofagus dan lambung yang melambat sehingga sering terjadi gejala penuh, sakit ulu hati, mobilisasi usus berkurang sehingga sering konstipasi, bersendawa, perut tidak nyaman.
12
g. Muskuloskeletal Hilangnya densitas tulang, kekuatan dan ukuran otot, degenerasi tulang rawan sendi, sehingga terjadi penurunan tinggi badan, kyphosis, fraktur, sakit pada punggung, merasa hilang tenaga, flexibilitas dan ketahanan sendi menurun dan sering sakit sendi. h. Saraf Berkurangnya kecepatan konduksi saraf sehingga terjadi konfusi disertai dengan keluhan fisik dan kehilangan respon lingkungan. Sirkulasi serebral menurun sehingga terjadi penurunan reaksi dan respon, belajar perlu waktu yang lama, sering bingung, sering lupa dan jatuh. 5. Sistem indera a. Penglihatan : Kemampuan untuk fokus pada objek yang dekat berkurang, tidak toleransi terhadap sinar, kesulitan mangatur intensitas cahaya masuk mata, dan penurunan kemampuan membedakan warna. b. Pendengaran : Menurunnya kemampuan mendengarkan suara frekuensi tinggi. c. Rasa dan bau : Penurunan kemampuan mengecap dan membau sehingga dapat menggunakan gula dan garam berlebih pada makanannya. 6. Halusinasi dan delusi 7. Tanda dan Gejala lainnya a. Psikiatrik Gangguan cemas, depresi, perubahan kepribadian sehingga sering menangis atau tertawa patologis, emosi ekstrim tanpa provokasi. b. Neurologis Apraxia dan agnosia, kejang, sakit kepala, pusing, kelemahan, sering pingsan, gangguan tidur, disartria, disfagia. c. Reaksi katastropi Agitasi yang muncul sekunder akibat kesadaran subjektif terhadap defisit intelektual yang dialami pada keadaan yang penuh stres.
13
d. Sundown syndrome Mengantuk, konfusi, ataksia, jatuh. Sindrome ini bisa muncul saat stimulus eksternal berkurang atau karena pengaruh obat benzodiazepine. D. Komplikasi 1. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh a. Ulkus Dekubitus b. Infeksi saluran kencing c. Pneumonia 2. Thromboemboli, infark miokardium. 3. Kejang 4. Kontraktur sendi 5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri 6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan peralatan 7. Kehilangan kemampuan berinteraksi 8. Harapan hidup berkurang E. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis). 1. Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar. 2. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke. Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara bertahap, maka diduga penyebabnya
adalah
penyakit
Alzheimer.
Diagnosis
penyakit
Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal).
14
3. Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan skening otak khusus. F. Penatalaksanaan Klinis Penatalaksanaan (Boedhi-Darmojo, 2009) Walaupun penyembuhan total pada berbagai bentuk demensia biasanya tidak mungkin, dengan penatalaksaan yang optimal dapat dicapai perbaikan hidup sehari-hari dari penderita. Prinsip utama penatalaksanaan penderita demensia adalah sebagai berikut 1. Optimalkan fungsi dari penderita a. Obati penyakit yang mendasarinya (hipertensi, penyakit parkinson) b. Hindari pemakaian obat yang memberikan efek samping pada SSP c. Akses keadaan lingkungan, kalau perlu buat perubahan d. Upayakan aktivitas mental dan fisik e. Hindari situasi yang menekan kemampuan mental, gunakan alat bantu memori bila memungkinkan f. Persiapkan penderita bila akan berpindah tempat g. Tekankan perbaikan gizi 2. Kenali dan obati komplikasi a. Mengembara dan berbagai perilaku merusak b. Gangguan perilaku lain c. Depresi d. Agitasi atau agresivitas e. Inkontinensia 3. Upayakan perumatan berkesinambungan a. Re-akses keadaan kognitif dan fisik b. Pengobatan gangguan medik 4. Upayakan informasi medis bagi penderita dan keluarganya a. Berbagai hal tentang penyakitnya b. Kemungkinan gangguan/kelainan yang bisa terjadi c. Prognosis
15
5. Upayakan informasi pelayanan sosial yang ada pada penderita dan keluarganya a. Berbagai pelayanan kesehatan masyarakat b. Nasihat hukum dan/keuangan 6. Upayakan nasihat keluarga untuk a. Pengenalan dan cara atasi konflik keluarga b. Penanganan rasa marah atau rasa bersalah c. Pengambilan keputusan d. Kepentingan-kepentingan hukum/masalah etik
16
BAB III
TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Tanggal Pengkajian
: 28 Mei 2018
Jam Pengkajian
: 10.30 WIB
Pengkaji
: Kelompok
Sumber Data
: Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, Observasi
1. Identitas a. Nama
: Ny. M
b. Usia
: 88 tahun
c. Jenis kelamin
: Perempuan
d. Status perkawinan
: Janda
e. Agama
: Islam
f. Suku
: Jawa
g. Alamat
: Rejowinangun, Kota Gede, Yogyakarta
h. Tanggal masuk PSTW
: 28 Desember 2017
i. Pindah wisma
: April 2018
2. Lingkungan Tempat Tinggal a. Kebersihan dan kerapihan ruangan Kebersihan wisma secara umum tampak bersih dan rapi, namun lantai terasa lengket. Kamar klien tampak kotor dan tidak rapi, berbau pesing, sisi tembok tampak kotor. b. Penerangan Cukup baik dengan adanya 1 jendela di bagian selatan kamar. c. Sirkulasi udara Sirkulasi udara baik dengan adanya pintu yang menghadap ke sisi utara, terdapat 2 ventilasi, dan 1 jendela di kamar. d. Keadaan kamar mandi & WC Tampak bersih dan tidak berbau.
17
e. Pembuangan air kotor Baik dengan adanya sepitank yang jaraknya lebih dari 10 m dari sumber air. f. Sumber air minum Air minum bersumber dari air galon yang diantar petugas setiap galon habis. g. Pembuangan sampah Sampah dibuang di bak sampah yang berada di depan wisma lalu diangkut oleh petugas. h. Risiko injuri Terdapat handrill 3. Riwayat Kesehatan a. Status Kesehatan saat ini. Ny. M mengeluh pusing. Ny. M tidak mampu lagi untuk mengingat informasi yang faktual. Ny. M sering lupa dengan kegiatan yang telah dilakukannya baru saja.
Ny. M sering
mengulang ulang cerita yang sama. Satu bulan sekali Ny. M memeriksakan
kesehatannya
ke
poliklinik
panti.
Ny.
M
mengonsumsi obat captopril 25mg setiap dua kali sehari. Ny. M mengatakan pandangan kabur. Saat ini klien menggunakan alat bantu kruk. b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Ny. M pernah terpleset di belakang rumah. Ny. M tidak mempunyai riwayat penyakit dan tidak pernah dirawat di rumah sakit. Ny. M tidak mempunyai riwayat alergi dan sebelumnya tidak ada riwayat pemakaian obat dalam waktu lama. Sebelum tinggal di Panti Abiyoso Ny. M mengkonsumsi obat kalau pusing saja, kalau sehat NY. M tidak mengkonsumsi obat
18
4. Pola Fungsional a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan Ny. M berpendapat bahwa kesehatan adalah suatu kebutuhan. Ny. M menyadari bahwa usianya sudah tidak muda lagi, sehingga Ny. M selalu memeriksakan dirinya kepada dokter setiap satubulan sekali. b. Nutrisi metabolik Ny. M mengatakan frekuensi makan 3 kali sehari, dengan komposisi nasi, sayur,lauk dan buah. Ny. M tidak suka makan kentang. Tidak ada pantangan makanan dan tidak ada alergi makanan. c. Cairan Klien minum sehari 4-6 kali d. Eliminasi a) BAK Klien mengatakan BAK lancar, tidak ada nyeri saat berkemih, memakai popok dewasa b) BAB Klien mengatakan lancar, tidak ada konstipasi dan tidak diare, frekuensi 2 hari sekali e. Pola Aktivitas Klien mengatakan banyak melakukan aktivitas secara mandiri. Klien mencuci baju sendiri. Sering mencuci piring miliknya dan milik temannya. Banyak menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Ny. M mengatakan sering mengikuti kegiatan panti (kesenian, dendang ria, dll). Ny. M mengatakan pernah jatuh ketika jalan menuju halaman depan panti untuk mengikuti senam. Ny. M mengatakan belum pernah diberikan latihan rentang gerak atau senam di dalam wisma
19
f. Pola istirahat tidur Ny. M mengatakan sering tidur di waktu luang. Siang hari tidur kurang lebih 3 jam sehari. Malam hari Ny. M tidur 8 jam. g. Personal Hygiene Ny. M mengatakan mandi sehari 2 kali. Ny. M setiap hari mengganti pakaian. Ny. M tidak pernah menggosok gigi karena giginya sudah tanggal. Ny. M mengganti popok dewasa setiap satu hari sekali. Pakaian klien Nampak berserakan di dalam kamar. Ny. M mengatakan sulit untuk menata pakaiannya sendirian. h. Koping pola toleransi stress Ny. M mengatakan tidak memiliki teman dekat di dalam wisma. Teman
temanya
biasanya
hanya
menolong
saat
Ny.
M
membutuhkan bantuan untuk pergi beraktivitas diluar. Ny. M tidak suka mendengar kebisingan biasanya Ny. M langsung mencari sumber suara dari kebisingan tersebut. Saat diajak berbicara, Ny. M jarang melakukan kontak mata, sehingga lawan bicaranya tidak ditatap. Ny. M jarang berbicara, jika tidak diajak berkomunikasi secara langsung. Setelah mengikuti kegiatan seperti Pengajian, dendang ria, dan sebagainya, Ny. M biasa langsung masuk ke kamar untuk beristirahat. Ny. M sering menyendiri. i. Nilai pola keyakinan Ny. M mengikuti pengajian yang biasa diadakan setelah senam lansia di pagi hari. Ny. M rutin sholat 5 waktu didalam kamar. 5. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum 2) Tanda-tanda vital Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Suhu
: 36 °C
Nadi
: 64x/mnt
RR
: 24x/mnt
20
3) Kepala
: bentuk kepala bulat, kulit kepala
bersih tidak ada lesi. Rambut sudah mulai rontok dan berwarna putih. 4) Rambut
: simetris, putih, beruban
5) Mata
: Penglihatan kabur
6) Telinga
: Masih mampu mendengar dengan baik
7) Mulut
: Bersih, tidak ada stomatitis
8) Gigi
: Tidak terdapat gigi
9) Kulit
: Integritas kulit berkurang
10) Ekstremitas atas
: Gemetaran
11) Ekstremitas bawah
: Gemetaran, memakai bantuan tongkat, bengkak
6. Terapi Yang Didapatkan Obat captopril 25 mg setiap dua kali sehari terakhir diberikan pada tanggal 16 Mei 2018 7. Pengkajian Khusus a. Status Fungsional (Katz Indeks) No 1
Activities point (1 or 0) Mandi Skore : 1
2
Berpakaian Skore : 1
3
Berpindah Skore : 1
Independence (1 point)
Dependence (0 point)
Tidak membutuhkan bantuan, atau menerima bantuan saat mandi hanya pada bagian tubuh tertentu (seperti tungkai atau punggung) Mampu mengambil dan mengenakan pakaian secara lengkap tanpa memerlukan bantuan kecuali saat menalikan sepatu
Memerlukan bantuan terhadap lebih dari satu bagian tubuhnya (atau tidak mandi sama sekali)
Bergerak naik-turun dari tempat tidur dan kursi tanpa memerlukan bantuan (mungkin mempergunakan objek penopang seperti
21
Memerlukan bantuan mengambil dan mengenakan pakaian atau bila tidak pasien tidak akan berpakaian lengkap atau tidak berpakaian sama sekali Tidak turun dari tempat tidur sama sekali (bila turun harus dengan bantuan atau pertolongan sepenuhnya)
4
Toileting Skore : 1
5
Kontinensia Skore : 1
6
Makan Skore : 1
walker atau tongkat) atau naik turun dari tempat tidur/kursi dengan bantuan Pergi ke toilet, membuka baju & mengenakan baju & membersihkan genita; tanpa bantuan Mengendalikan perkemihan & defikasi secara mandiri, atau kadang terjadi ketidaksengajaan
Menyuap sendiri tanpa bantuan kecuali pada saat memotong daging atau mengolesi roti dengan mentega
Tidak mampu pergi ke kamar mandi dalam proses eliminasinya Pengawasan yang dilakukan merupakan bantuan dalam mengendalikan perkemihan & defikasi pasien: dapat menggunakan kateter atau bahkan terjadi inkontinensia sepenuhnya Memerlukan bantuan saat makan, atau makan selang atau cairan intravena baik sebagian enu maupun sepenuhnya.
Kesimpulan : Aktivitas sehari – hari seperti makan, berpakaian, toiletting, kontinensia, makan dilakukan sepenuhnya mandiri dengan skore total 6. b. APGAR Keluarga Lansia No 1
2
3
4
Selalu (2)
Pernyataan Saya merasa puas krna saya dapat membuat keluarga/teman menolong, saat terjadi hal yg menyulitkan (adaptasi) Saya merasa puas dengan cara keluarga/teman membicarakan hal dan masalah yang ada dengan saya (Hubungan) Saya merasa puas dengan kenyataan bahwa keluarga/teman menerima dan mendukung saya untuk mencari arah kehidupan aktifitas baru (pertumbuhan) Saya merasa puas melihat cara keluarga/teman mengeskpresikan afeksi dan respon mereka terhadap saya seperti marah, sedih (afeksi)
22
Kadang (1)
Hampir Tak Pernah
√
√
√
√
5
Saya merasa puas atas cara keluarga/teman menghabiskan waktu bersama-sama (pemecahan)
√
Kesimpulan : Terjadi disfungsi keluarga tingkat menengah ditandai dengan nilai APGAR Keluarga 6. c. Short Portable Mental Status Questionnare (SPMSQ) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanyaan Tanggal berapakah sekarang ini? Hari apakah hari ini? Apa nama tempat ini? Berapa nomor telepon anda? Jika tidak punya, dimana alamat anda? Berapa usia anda? Kapan anda lahir? Siapa presiden Indonesia sekarang? Siapa nama presiden sebelumnya? Siapa nama kecil ibu anda? Berapakah 20 dikurangi 3 dan terus dikurangi dari masingmasing hasil sampai habis
Respon benar
Respon salah √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
Kesimpulan : Klien mengalami kerusakan intelektual berat, ditandai dengan skore kesalahan 9 dan skore benar 1 d. Skala Depresi Geriatri No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pertanyaan Apakah Anda merasa puas terhadap kehidupan Anda selama ini ? Apakah Anda sudah tidak melakukan kegiatan dan hobi Anda ? Apakah Anda merasa hidup Anda hampa/kosong ? Apakah Anda sering merasa bosan ? Apakah Anda bersemangat menjalani kehidupan saat ini dan ke depan ? Apakah Anda terganggu dengan pikiran-pikiran yang tidak dapat Anda singkirkan ? Apakah Anda merasa bahagia menjalani kehidupan Anda ? Apakah Anda merasa sering tidak berdaya ?
23
Ya
Tidak
0 1 0 0 0 1 0 1
9 10 11 12 13 14 15
Apakah Anda lebih nyaman di rumah atau lebih suka jalan-jalan keluar atau berbuat sesuatu yang baru ? Apakah Anda sering lupa ? Apakah Anda merasa hidup ini indah ? Apakah Anda saat ini Anda merasa tidak berguna ? Apakah Anda masih mempunyai kekuatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari ? Apakah Anda merasa tidak mempunyai harapan masa depan ? Apakah Anda merasa banyak orang lebih baik dari Anda ?
Skor
0 1 0 1 0 0 0 5
0
Kesimpulan : Jumlah skore 5 dengan depresi ringan e. Penilaian Resiko Jatuh No. Penilaian (Tinetti Balance) 1. Posisi duduk Stabil dan aman 2. Berdiri dari kursi Mampu, tapi menggunakan kekuatan lengan 3. Usaha untuk berdiri Mampu, tapi lebih dari 1 upaya 4. Berdiri dari kursi (segera dalam 5 detik pertama) Tidak kokoh (Goyah, terhuyun-huyun, tidak stabil) 5. Keseimbangan berdiri Berdiri dengan kaki melebar (jarak antara kedua kaki > 4 inci) atau menggunakan alat bantu (walker atau tongkat, pegangan sesuatu) 6. Subyek dalam posisi maksimum dengan kaki sedekat mungkin, kemudian pemeriksa mendorong perlahan tulang dada subyek 3x dengan telapak tangan Goyah/Sempoyongan, tapi dapat mengendalikan diri Berdiri dengan mata tertutup (dengan posisi seperti no. 6) 7. Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) 8. 8.1 Berbalik 360° Tidak mampu melanjutkan langkah (berputar) 8.2 Berbalik 360° Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) 9. Duduk ke kursi Aman, gerakan perlahan-lahan TOTAL
Skor 1 1 1 0
1
1
0 0
0 2 7
24
No. Instruksi Penilaian (Tinetti Gait) 10. Melakukan perintah untuk berjalan Ragu-ragu, mencari objek untuk dukungan. 11.
11.1 Ketinggian kaki saat melangkah Kaki kanan: Konstan dan tinggi langkah normal Kaki kiri: Kenaikan tidak konstan, menyeret, atau mengangkat kaki terlalu tinggi > 5 cm 11.2 Panjang langkah Kaki kanan: Langkah pendek tidak melewati kaki kiri Kaki kiri Langkah pendek tidak melewati kaki kanan
12. 13. 14.
15.
16.
Kesimetrisan langkah Panjang langkah kaki kanan dan kaki kiri sama Kontinuitas langkah kaki Langkah terus-menerus/berkesinambungan Berjalan pada jalur yang ditentukan atau koridor Penyimpangan jalur ringan/sedang/butuh alat bantu
Skor 0
1
0
0
0 1 0 1
Sikap tubuh saat berdiri: Terhuyun-huyun, butuh alat bantu
0
Sikap berjalan Tumit menyentuh lantai
1
TOTAL Tinetti Balance + Tenetti Gait
4 11
Kesimpulan : Dari hasil pengkajian resiko jatuh jumlah skor 11, dikategorikan termasuk resiko jatuh tinggi
25
B. Analisa Data Data Masalah DO : Resiko 1. Dari hasil pengkajian resiko jatuh jumlah Jatuh skor 11, dikategorikan termasuk resiko jatuh tinggi 2. Pasien menggunakan kruk (alat bantu jalan) 3. Pakaian klien berserakan didalam kamar 4. Fungsi kognitif : Jumlah skor respon salah adalah 9, jadi Ny. M dikategorikan kerusakan intelektual berat DS : 5. 6. 7. DO : 1.
2. 3. 4.
Etiologi
Klien mengatakan pandangan sudah kabur Klien mengatakan kadang pusing Klien mengatakan pernah terpleset Kerusakan Distraksi Fungsi kognitif : Jumlah skor respon salah Memori Lingkungan adalah 9, jadi Ny. M dikategorikan kerusakan intelektual berat Klien tidak mampu mengingat informasi faktual Klien lupa melakukan perilaku yang sudah dijadwalkan Klien sering mengulang-ulang cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya Klien pindah wisma bulan April 2018
5. DS : 1. Klien mengatakan bahwa dia berada di rumah Ibu 2. Klien hanya menyebutkan 2 nama orang yang tinggal diwisma dari 9 nama orang 3. Klien tidak mampu menyebutkan ulang nama orang pengkaji DO : Hambatan 1. Klien tampak tidak tertarik dengan orang lain Interaksi 2. Klien tampak duduk sendiri Social 3. Setelah mengikuti kegiatan klien langsung masuk kamar 4. Kontak mata kurang terhadap orang baru 5. Klien terlihat jarang bicara kalau tidak penting DS : 1. Klien mengatakan tidak mempunyai teman dekat
26
Gangguan Konsep Diri
2. Klien mengatakan tidak suka kebisingan saat teman wisma mengobrol dengan nada tinggi 3. Klien mengatakan jarang mengungkapkan perasaannya C. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko jatuh (00155 Domain 11. Keamanan / perlindungan Kelas 2. Cedera fisik (2000, 2013) halaman 410) 2. Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan (00131 Domain 5. Persepsi / Kognisi Kelas 4. Kognisi (1994) halaman 276) 3. Hambatan interaksi social berhubungsn dengan gangguan konsep diri (00052 Domain 7. Hubungan peran Kelas 3. Performa peran (1986) halaman 321)
27
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Jatuh
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x30 menit resiko jatuh pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Kejadian jatuh saat berjalan ditingkatkan dari 1 – 3 (skala 4) ke tidak ada (skala 5) 2. Kognisi : memori baru ditingkatkan dari banyak terganggu (skala 2) ke cukup terganggu (skala 3) 3. Tingkat demensia : disorientasi tempat ditingkatkan dari cukup berat (skala 2) ke sedang (skala 3) 4. Perilaku pencegahan jatuh : menggunakan batang pegangan
Hari, Tanggal, Jam, Identitas Perencana Selasa, 29 Mei 2018 Pukul 20.00 Chitra, Izfa, Riska, Ani, Sera
Intervensi
Rasional
1. Menejemen demensia : a. Monitor fungsi kognitif, menggunakan alat pengkajian yang terstandar b. Identifikasi dan singkirkan potensi bahaya di lingkungan pasien 2. Pencegahan jatuh : Dukung pasien untuk menggunakan alat bantu tongkat atau handrail, dengan tepat 3. Monitor tanda – tanda vital
1. Menyediakan lingkungan yang dimodifikasi bagi pasien yang mengalami keadaan kebingungan kronis
4. Stimulasi kognitif : Orientasikan klien terhadap waktu, tempat, dan orang
2. Melaksanakan pencegahan khusus dengan pasien yang memiliki resiko cedera karena jatuh 3. Untuk mencegah komplikasi 4. Meningkatkan kesadaran yang komprehensif terhadap lingkungan sekitar melalui stimulus yang terencana
seperti yang diperlukan ditingkatkan dari kadang – kadang menunjukkan (skala 3) ke sering menunjukkan (skala 2) 2. Kerusakan memori Setelah dilakukan asuhan1. berhubungan keperawatan selama dengan distraksi 6x10 menit kerusakam2. lingkungan memori pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Memori : mengingat informasi yang baru saja terjadi secara akurat ditingkatkan dari sangat terganggu (skala 1) ke terancam substantial (skala 2) 2. Kognisi : memori baru ditingkatkan dari banyak terganggu (skala 2) ke cukup terganggu (skala 3)
Selasa, 29 1. Stimulasi kognitif : 1. Meningkatkan Mei 2018 Orientasikan klien terhadap kesadaran yang Pukul 20.00 waktu, tempat, dan orang komprehensif terhadap lingkungan sekitar Chitra, Izfa, melalui stimulus yang Riska, Ani, terencana Sera 2. Menejemen demensia : 2. Menyediakan a. Monitor fungsi kognitif, lingkungan yang menggunakan alat dimodifikasi bagi pengkajian yang pasien yang mengalami terstandar keadaan kebingungan b. Identifikasi dan kronis singkirkan potensi bahaya di lingkungan pasien 3. Latihan memori : 3. Membantu mengingat Beri latihan orientasi 4. Orientasi realita : 4. Membantu mengetahui Informasikan klien kejadian sekarang mengenai orang, tempat, dan
29
3. Orientasi kognitif : mengidentifikasi tempat saat ini ditingkatkan dari sangat terganggu (skala 1) ke banyak terganggu (skala 2) 3. Hambatan Setelah dilakukan asuhan1. interaksi social keperawatan selama berhubungsn 3x15 menit hambatan2. dengan gangguan interaksi social Klien konsep diri dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Keterampilan interaksi sosial : terlibat dengan orang lain ditingkatkan dari kadang – kadang menunjukkan (skala 3) ke sering menunjukkan (skala 4) 2. Keterlibatan sosial : berinteraksi dengan teman dekat ditingkatkan dari kadang – kadang
waktu jika dibutuhkan
Rabu, 30 Mei 2018 Pukul 15.00 Chitra, Izfa, Riska, Ani, Sera
30
1. Menejemen demensia : a. Monitor fungsi kognitif, menggunakan alat pengkajian yang terstandar b. Identifikasi dan singkirkan potensi bahaya di lingkungan pasien 2. Peningkatan sosialisasi : a. Anjurkan kegiatan sosial dan masyarakat b. Anjurkan partisipasi dalam kelompok dan/atau kegiatan – kegiatan 3. Peningkatan sistem dukungan : Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
1. Menyediakan lingkungan yang dimodifikasi bagi pasien yang mengalami keadaan kebingungan kronis
2. Membantu meningkatkan sosialisasi
3. Membantu meningkatkan koping
menunjukkan (skala 3) ke sering menunjukkan (skala 4) 3. Dukungan sosial : orang – orang yang dapat membantu sesuai kebutuhan ditingkatkan dari cukup adekuat (skala 3) ke sebagian besar adekuat (skala 4) 4. Memori : mengingat informasi yang baru saja terjadi secara akurat ditingkatkan dari sangat terganggu (skala 1) ke terancam substantial (skala 2)
masyarakat 4. Stimulasi kognitif : Orientasikan klien terhadap waktu, tempat, dan orang
31
4. Meningkatkan kesadaran yang komprehensif terhadap lingkungan sekitar melalui stimulus yang terencana
E. Implementasi dan Evaluasi Dx 1. Resiko jatuh No. Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi 1. Rabu Pukul 07.30 Pukul 09.00 30/05/2018 - Mengukur TD, nadi, dan S : RR a. Klien mengatakan - Bantu klien untuk berdiri tidak pusing - Mendampingi klien b. Klien mengatakan senam lansia sulit untuk bangkit (sera) dari tempat duduk c. Klien mengatakan akan mengikuti senam lansia yang dijadwalkan panti O: TD : 120/80 mmHg N : 64 x/mnt RR : 24 x/mnt (sera) Pukul 10.10 Pukul 10.00 S: Melatih memori klien Klien mengatakan (chitra, ani) berada di rumah Ibu O: Klien tidak mampu menjawab 3 pertanyaan orientasi (chitra, ani) Pukul 11.00 Mendukung klien untuk menggunakan alat bantu tongkat dan handrail (izfa, riska)
Pukul 11.05 S: Klien mengatakan mau menggunakan tongkat kalau keluar wisma saja Klien mengatakan mau menggunakan handrail O: Klien tampak mengikuti dukungan (izfa, riska)
2.
Kamis 31/05/2018
Pukul 07.30 - Monitor TTV - Menganjurkan klien memakai kruk - Mendampingi senam lansia - Menciptakan lingkungan yang mencegah terjadinya resiko jatuh dengan cara menata perabotan yang ada di wisma (sera)
33
14.00 S: a. Klien mengatakan tidak pusing b. Klien mengatakan lupa nama pengkaji O: a. TD : 120/80 mmHg N : 64 x/mnt RR : 24 x/mnt b. Klien tidak mampu menjawab 3 pertanyaan orientasi c. Klien tampak menggunakan handrail saat berjalan di wisma A: Kejadian jatuh teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi 1. Menejemen demensia 2. Pencegahan jatuh 3. Monitor tanda – tanda vital 4. Stimulasi kognitif (sera, izfa) Pukul 09.00 S: a. Klien mengatakan tidak pusing b. Klien mengatakan kesulitan berjalan apabila tidak menggunakan kruk O: TD : 120/80 mmHg N : 64 x/mnt RR : 24 x/mnt Klien tampak senang (sera)
Pukul 10.00 Pukul 10.15 Melatih memori klien S: (ani, riska) a. Klien mengatakan lupa nama pengkaji b. Klien menyebutkan kembali tempat saat ini O: Klien dapat menjawab 1 dari 3 pertanyaan dengan bantuan (ani, riska) Pukul 14.00 S: a. Klien mengatakan tidak pusing c. Klien mengatakan lupa nama pengkaji d. Klien menyebutkan kembali tempat saat ini O: a. TD : 120/80 mmHg b. N : 64 x/mnt c. RR : 24 x/mnt d. Klien dapat menjawab 1 dari 3 pertanyaan dengan bantuan A: Kejadian jatuh teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1. Menejemen demensia 2. Pencegahan jatuh 3. Monitor tanda – tanda vital 4. Stimulasi kognitif (chitra, izfa)
34
3.
Jumat 01/06/2018
Pukul 10.00 Pukul 10.30 - Monitor TTV S: - Memotivasi klien untuk a. Klien mengatakan melakukan aktifitas badan lebih segar sehari-hari dengan hatib. Klien mengatakan hati terima kasih - Merapikan pakaian yang O : berserakan di dalam a. TD : 150/80 kamar mmHg (sera) N : 80 x/mnt RR : 24 x/mnt b. Tempat tidur klien tampak lebih rapi (sera) Pukul 11.00 Pukul 11.15 Melatih memori klien S: (chitra, ani) a. Klien menyebutkan tempat saat ini b. Klien menyebutkan nama pengkaji O: Klien menjawab 2 dari 3 pertanyaan dengan bantuan (chitra, ani) Pukul 14.00 S: a. Klien mengatakan badan lebih segar b. Klien mengatakan terima kasih c. Klien menyebutkan tempat saat ini d. Klien menyebutkan nama pengkaji O: a. TD : 150/80 mmHg N : 80 x/mnt RR : 24 x/mnt
35
b. Tempat tidur klien tampak lebih rapi c. Klien menjawab 2 dari 3 pertanyaan dengan bantuan A: Kejadian jatuh teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi 1. Menejemen demensia 2. Pencegahan jatuh 3. Monitor tanda – tanda vital 4. Stimulasi kognitif (izfa, riska) Dx 2 Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan No. 1.
Hari/Tanggal Rabu 30/05/2018
Implementasi Pukul 09.00 - Mengukur TD, Nadi, RR - Membantu klien untuk mengenal lingkungan sosial yang ada di wisma (sera)
Evaluasi Pukul 09.15 S: Klien mengatakan tidak pusing O: TD : 120/80 mmHg N : 64 x/mnt RR : 24 x/mnt (sera)
Pukul 10.00 Pukul 10.10 Melatih memori klien S : (chitra, ani) Klien mengatakan berada di rumah Ibu O: Klien tidak mampu menjawab 3 pertanyaan orientasi (chitra, ani)
36
-
2.
Kamis 31/05/2018
Pukul 07.30 - Mengukur TD, Nadi, RR - Melatih memori dengan menanyakan waktu, tempat, hari, dan nama teman satu wisma (sera, chitra, ani)
37
Pukul 14.00 S: a. Klien mengatakan tidak pusing b. Klien mengatakan berada di rumah Ibu O: a. TD : 120/80 mmHg N : 64 x/mnt RR : 24 x/mnt b. Klien tidak mampu menjawab 3 pertanyaan orientasi A: Kerusakan memori teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi : 1. Stimulasi kognitif 2. Menejemen demensia 3. Latihan memori 4. Orientasi realita (izfa, riska) Pukul 07.45 S: a. Klien mengatakan lupa nama pengkaji b. Klien menyebutkan kembali tempat saat ini O: a. TD : 120/80 mmHg N : 64 x/mnt
-
3.
Jumat 01/06/2018
Pukul 10.00 - Mengukur TD, Nadi, RR - Melatih memori secara berkala - Mendampingi klien selama tidak ada kegiatan - Meningkatkan dukungan emosional (izfa, riska)
38
RR : 24 x/mnt b. Klien dapat menjawab 1 dari 3 pertanyaan dengan bantuan A: Kerusakan memori teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi : 1. Stimulasi kognitif 2. Menejemen demensia 3. Latihan memori 4. Orientasi realita (sera, chitra, ani) Pukul 10.15 S: a. Klien mengatakan masih sering lupa nama teman satu wisma b. Klien menyebutkan tempat saat ini c. Klien menyebutkan nama pengkaji O: a. TD : 120/70 mmHg N : 80 x/mnt RR : 24 x/mnt b. Klien menjawab 2 dari 3 pertanyaan dengan bantuan A: Kerusakan memori teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi : 1. Stimulasi kognitif 2. Menejemen demensia 3. Latihan memori 4. Orientasi realita (izfa, riska) Dx.3 Hambatan interaksi sosial berhubungsn dengan gangguan konsep diri No. 1
Hari/Tanggal Rabu 30/05/2018
Implementasi Pukul 09.00 - Monitor TTV - Mengajak klien untuk mengobrol dengan teman wisma - Memberikan dukungan agar klien mau untuk berinteraksi (sera)
39
Evaluasi 09.30 S: Klien mengatakan ingin sendirian di kamar O: a. TD : 120/80 mmHg b. N : 64 x/mnt c. RR : 24 x/mnt d. S : 35 °C A: Hambatan interaksi sosial belum teratasi P: - Monitor tandatanda vital - Ciptakan lingkungan untuk menumbuhkan minat agar terjalin komunikasi antar teman wisma - Ajak klien untuk berkomunikasi menyampaikan perasaannya (sera)
2.
Kamis 31/05/2018
Pukul 10.00 - Monitor TTV - Mengajak klien untuk berkomunikasi menyampaikan perasaannya (izfa, chitra)
3.
Jumat 01/06/2018
Pukul 10.00 - Monitor TTV - Mengajak klien untuk berkomunikasi dengan teman dekatnya di wisma - Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan teman satu wisma (riska, ani)
40
Pukul 10.30 S: Klien mengatakan sudah mulai mengenal kondisi sosial lingkungan wisma O: TD : 120/80 mmHg N : 64 x/mnt RR : 24 x/mnt S : 35 °C A: Hambatan interaksi sosial teratasi sebagian P: - Monitor TTV - Ajakk klien untuk berkomunikasi dengan teman dekatnya di wisma - Motivasi klien untuk berinteraksi dengan teman satu wisma (izfa, chitra) Pukul 10.30 S: Klien mengatakan sudah lebih senang keluar daripada di dalam kamar O: TD : 150/80 mmHg N : 80 x/mnt RR : 24 x/mnt S : 35 °C A: Hambatan interaksi sosial teratasi sebagian P: - Motivasi klien untuk selalu berinteraksi
dengan teman satu wismanya. (riska, ani)
41
BAB IV
KESIMPULAN Asuhan keperawatan pada Ny. M dengan kerusakan memori dapat muncul diagnosa antara lain : 1. Resiko jatuh (00155 Domain 11. Keamanan / perlindungan Kelas 2. Cedera fisik (2000, 2013) halaman 410) 2. Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan (00131 Domain 5. Persepsi / Kognisi Kelas 4. Kognisi (1994) halaman 276) 3. Hambatan interaksi social berhubungsn dengan gangguan konsep diri (00052 Domain 7. Hubungan peran Kelas 3. Performa peran (1986) halaman 321) Masalah – masalah tersebut, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, ternyata ketiga masalah dapat teratasi namun sebagian dan ini bisa terlaksana atas peran pasien. 1. Resiko jatuh teratasi sebagian karena lansia memang selalu memiliki resiko jatuh dan Ny. M mengalami kerusakan intelektual berat yang mudah lupa. 2. Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan teratasi sebagian karena dalam memperbaiki memori perlu waktu lama. 3. Hambatan interaksi social berhubungan dengan gangguan konsep diri teratasi sebagian karena untuk merubah sikap anggota wisma yang lain guna mendukung interaksi sosial klien juga memerlukan waktu lama.
42
DAFTAR PUSTAKA Anggota IKAPI.2015.Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC Bulechek, Gloria, dkk.2016.Nurshing Intervention Classification (NIC), edisi ke – 6.Indonesia: Elsevier Global Rights ISBN Indonesia Moorhead, Sue, dkk.2016.Nurshing Outcomes Clasification (NOC), edisi ke – 5.Indonesia:Elsevier Global Rights ISBN Indonesia Web : http://fikar-ulfianperawat.blogspot.co.id/2010/12/laporan-pendahuluankeperawatan.html http://inarras.blogspot.co.id/2016/03/babi-pendahuluan-1.html http://kumpulanaskeplpmakalah.blogspot.co.id/2013/11/asuhan-keperawatangerontik_27.html http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-gerontik-pada-lansia-dengandemensia/ http://www.dinsos.jogjaprov.go.id/bpstw/?PROFIL http://www.keperawatankeren.top/2017/03/intervensi-keperawatan-kerusakanmemori.html https://hellosehat.com/penyakit/demensia/ https://hellosehat.com/penyakit/gangguan-memori/ https://id.wikipedia.org/wiki/Demensia https://www.alodokter.com/demensia https://www.docdoc.com/id/info/condition/demensia/
43