Askep Dhf.docx

  • Uploaded by: nurjanna
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Dhf.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,648
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Demam berdarah dengue(DBD) adalah penyakit menular yang ditandai dengan demam mendadak, pendarahan kulit maupun dibagian tubuh lainnya yang dapat menimbulkan syok bahkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dengan perantara nyamuk Aedeas Agypti.(Krianto,2009).Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi dinegara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan. Pada tahun 1994, kasus DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia. Dan pada tahun 2004, Indonesia melaporkan Case Fatality Rate (CFR)(1,12%) tertinggi di Asia Tenggara. Kejadian luar biasa (KLB) terbesar terjadi pada tahun 1998 dengan incidene rute (IR) 35,19 per 100.000 penduduk dan(CTR) penduduk dan (CFR) 2% (WHO,2009) Menurut depkes RI (2009) pada tahun 2008 di jumpai kasus DBD di Indonesia sebanyak 137.469 kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan cfr 0.89 % dengan IR sebesar 66,48 per 100.000 dan pada tahun 2010 indonessia menempati urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian 1.358 orang(Kompas,2010). Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu 49.486 kasus dengan kemtian 403 orang. (Ditjen PP & PL Kemkes RI,2011). Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening 1

karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF. 2. Tujuan Khusus Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok akan dapat : a. Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang penyakit DHF b. Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi virus dengue. c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF d. Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF e. Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF f. Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian dari semua tindakan.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis 1. Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi a. Sel-sel darah merah Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7.6 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi difusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Sel darah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin merupakan gabungan protprofin dengan besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh dua rantai alpha dan dua rantai beta. (desmawati, 2013)

b. Sel-sel darah putih Pada keadaan normal jumlah sel darah puttih atau leukosit 5000-10.000 sel/mm. leukosit terdiri dari dua kategori yaitu yang beergranulosit dan yang agranulosit.Fungsi leukosit adalah melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing lainnya.Fungsi utama netrofilik PMN adalah fagositosis.Netrofil berperan pada reaksi peradangan, namun relatif berumur pendek.Pada reaksi peradangan monosit melakukan aktifitas fagositik secara terus menerus. (desmawati, 2013)

3

c. Trombosit Nilai normal trombosit adalah 150.000-400.000.mm3.Fungsi trombosit adalah memelihara perdarahan agar tetap utuh setelah mikrotrauma yang terjadi sehari-hari pada endotel, mengawali penyumbatan pembuluh darah yang tekena trauma, menjaga stabilitas fibrin.Trombosit berperan penting dalam perdarahan.Apabila terjadi cedera vaskuler, trombosit mengumpa pada tempat cedera tersebut. (desmawati, 2013)

2. Pengertian Dengue Haemorragic Fiver adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artopod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aeboptictus.(wijayanigsih, 2013) DHF (Dengue Hemorrhagie Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul renjatan(flek) angka kematian akan cukup tinggi. (ridha, 2014). Penyakit demam berdarah dengue / DBD (secara medis disebut Dengue Hemorragie Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan. (prasetyono, 2013).

4

Infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.Virus masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina.Masa inkubasi 13-15 hari dengan gejala klinis yang bervariasi berasarkan derajat DHF. (NUGROHO, 2011). 3. Etiologi DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari.Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya.Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan.Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu.( Hadinegoro, 1999 ).

4. Patofisiologi Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang endotoxin,selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil, demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress, merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.

5

Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya factor koagulasi (protromin,factor V,VII,IX.X dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointertinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah menigginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemoraik. Nilai hematocrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma klien menglami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bsa terjadi anoreksia jaringan, assidoosis metabolic dan kematian. (desmawati, 2013).

5. Manifestasi Klinis Demam Berdarah Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-iba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam-ruam demam berdarah yang mempunyai ciri-ciri merah terang, petekia dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu radang perut bias juga muncul dengan kombinasi sakit perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk.Kondisi waspaa ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera berobat apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Sesudah masa tunas/inkubasi selama 3-15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini : a. Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun b. Dengue klasik, penerita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan dibawah kulit. c. Dengue hemorrhagic fiver(demam beerdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dan sebagainya. d. Dengue syok sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok presyok. Bentuk ini sering berujung kematian. 6

Penyebab demam dengue berdarah menunjukkan demam yang tiggi, perdarahan, trombsitopenia dan hemokonsentasi. Sejumlah kasus kecil bias menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. 1). Gejala utama demam berdarah : a. Demam b. Tanda-tanda perdarahan c. Hepatomegali d. Syok 2) Gejala tambahan demam berdarah Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari dengan gejala klinis : a. Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai dengan gejala tidak spesifik seperti anoreksia, malaise. b. Manifestasi perdarahan c. Pembesaran hati d. Terjadi renjatan/tidak. e. Kenaikan nilai homokonsentrasi yaitu sedikiitnya 205 dan penurunan nilai trombosit(trombitopenia 100.000/mm atau kurang). f. Pada foto rontgen : pulmonary vaskuler congestion dan plura effusion pada paru kanan. 6. Komplikasi a. Perdarahan luas Infeksi

virus dengue

mengaktivasi

system

mnyebabkan terbentuknya kompelen.Juga

antigen-antibodi

menyebabkan

agregasi,

yang dapat

trombosit

dan

mengaktivasi system kongulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. b. Syok Infeksi sekunder oleh virus dengue akan menyebabkan respon antibody amnestic yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferesi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan title tinggi antibody IgG anti dengue..Disamping itu, replica virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak.

7

Sindrom syok dengue (SSD) seluruh kriteria demam berdarah dengue disertai kegagalan sirkulai dengan manifestasi: 1. Nadi yang cepat dan llemah 2. Tekanan darah turun (≤20 mmHg) 3. Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur) 4.

Kulit dingin dan lembab

5. Gelisah

c. Ensefalopati dengue Pada umumnya ensefalopati terjadi komplikasi syok yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapijuga terjadi pada DBD yang tidak disartai syok. d. Kelainan ginjal e. Odema Paru f. Penurunan kesadaran Saat terjadinya infeksi dengue kemudian mengalami replikasi maka terbentuk kompleks virus antibody yang menyebbkan efek salah satunya permeabilitas kapiler yang mengikat sehingga terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.

7. Penatalaksanaan Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan adalah : a. Tirah baring b. Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang ditambahkan dengan garam saja. c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya pendarahan. d. Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai 8

hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit. e. Pemeriksaan penunjang. f. Pemeriksaan darah lengkap 1. Pemeriksaan dengue Blood (metode Rapid) 2. Pemeriksaan NS 1 3. Tes inhibisi hemaglutinasi (HI) 4. Tes netraliasi 5. Imunisasi dot-blot 6. Tes fiksasi kompelemen 7. Pemeriksaan Rumple leed tes (tourniquet tes) 8. Pencegahan Kegiatan ini meliputi : a. Pembersihan jentik 1. Program pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) 2. Larvasidasi b. Pencegahan gigitan nyamuk 1. Menggunakan kelambu 2. Menggunakan obat nyamuk ( bakar,oles ) 3. Penyemprotan

9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Keperawatan Asuhan keperawatan pada penderita demam berdarah. (desmawati, 2013) 1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ). Tahap pengkajian adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat, maupun rekam medic. 2. Identitas klien dan keluarga, terdiri dari : a. Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama. b. Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat. c. Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat. d. Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang diperoleh. 3. Keluhan utama, yaitu alasan yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah sakit. 4. Riwayat kesehatan a. Riwayat penyakit sekarang Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit. 10

b. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF. c. Pemeriksaan fisik, terdiri dari : Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus). d. Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari. e. Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi

baik

maupun

buruk

dapat

beresiko,

apabila

terdapat

factor

predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. f. Pola kebiasaan 1. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. 2. Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena. 3. Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria. 4. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

11

5. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk. g. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai : 1. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%) 2. Trambositopenia (≤100.000/ml) 3. Leukopenia 4. Ig.D. dengue positif 5. Hasil

pemeriksaan

kimia

darah

menunjukkan

:

hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia. 6. Urium dan Ph darah mungkin meningkat 7. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg 8. SGOT/SGPT mungkin meningkat

B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya.( Perry Potter, 2005 ) Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah : a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai berikut : a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme Batasan Karakteristik 1. Konvulsi 12

2. Kulit kemerahan 3. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal 4. Kejang 5. Takikardi 6. Takipnea 7. Kulit terasa hangat b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Batasan Karakteristik 1. Perubahan status mental 2. Penurunan tekanan darah 3. Penurunan tekanan nadi 4. Penurunan volume nadi 5. Penurunan turgor kulit 6. Penurunan turgor lidah 7. Pengeluaran haluaran urine 8. Penurunan pengisian vena 9. Membrane mukosa kering 10. Kulit kering 11. Peningkatan hematocrit 12. Peningkatan suhu tubuh 13. Peningkatan frekuensi nadi 14. Peningkatan konsentrasi urine 15. Penurunan berat badan tiba-tiba 16. Haus 17. Kelemahan c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan Batasan Karakteristik 1. Kram abdomen 2. Nyeri abdomen 3. Menghindari makanan 13

4. Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal 5. Kerapuhan kapiler 6. Diare 7. Kehilangan rambut berlebihan 8. Bising usus hiperaktif 9. Kurang makanan 10. Kurang informasi 11. Kurang minat pada makanan 12. Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat 13. Kesalahan konsepsi 14. Kesalahan informasi d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi Batasan Karakteristik 1. Perilaku hiperbola 2. Ketidakakuratan mengikuti perintah 3. Ketidakakuratan melakukan tes 4. Perilaku tidak tepat 5. Pengungkapan masalah C. Perencanaan Keperawatan Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.( Perry Potter, 2005 ). 1. Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose keperawatan dengan dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah, atau rendah. (Perry Potter, 2005 ) 2. Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan “ SMART “ S

: Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )

M : Measurable ( tujuan harus dapat diukur ) A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai ) R : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara 14

ilmiah ) T : Time ( waktu keperawatan ) Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah : a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism Tujuan

: Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu tubuh 35,50-37,00c : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot

Kriteria hasil

hilang Rencana : 1. Ukur tanda-tanda vital ( suhu ) : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut.

Rasional

2. Berikan kompres hangat Rasional

: Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi

3. Tingkatkan intake cairan Rasional

: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Tujuan

: Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung, membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik

Kriteria hasil Rencana

: Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap lembab :

1) Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam Rasional

: Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan

kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia. 2) Observasi dan cata intake dan output Rasional

:Menunjukkan

status

volume

sirkulasi,terjadinya/perbaikan

perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi 3) Timbang berat badan Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal 4) Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam Rasional

: Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit 15

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan Tujuan

: Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil atau meningkat

Rencana

:

1) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi Rasional

: Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia

2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap Rasional

: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan

3) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama Rasional

: Mengawasi penurunan berat badan

4) Pertahankan kebersihan mulut klien Rasional

: Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral

5) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit Rasional

: Meningkatkan motivasi klien untuk makan

d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan Tujuan

: Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital stabil, nadi 8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila 35,5-37,0 c, tekanan darah 95-1a20/50-70 mmHg

Rencana

:

1) Kaji dan catat tanda-tanda vital Rasional

: Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan

kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi 2) Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki Rasional

: Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi 16

Tujuan Rencana

: Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan :

1) Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar Rasional

: Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan

informasi 2) Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep Rasional

: Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan

mencegah penghentian pada obat dan atau interkasi obat yang merugikan 3) Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF Rasional

: Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi

kecemasan

5) Pelaksanaan Keperawatan Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 ). a) Tindakan Keperawatan Mandiri Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter.Tindakan keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat.Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam. b) Tindakan Keperawatan Kolaboratif Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien

6) Evaluasi Keperawatan Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien.Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat 17

mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan. ( Perry Potter, 2005 ) Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu : S

: Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan A : Analisis dan diagnose P

: Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi.

18

BAB IV PENUTUP

1. KESIMPULAN Penyakit demam berdarah dengue / DBD (secara medis disebut Dengue Hemorragie Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan. (prasetyono, 2013). DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperang .( Hadinegoro, 1999 ).

2. SARAN Menjaga sanitasi lingkungan tetap sehat dan rutin akan menghindari kita terjangkit virus DBD

19

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

Z.docx
June 2020 17
Sap Kanker Paru.docx
May 2020 20
Tugas Cardio Chf.docx
June 2020 16
Simple Present.docx
May 2020 18
Askep Dhf.docx
May 2020 24