Askep Anak Dengan Gastro Enteritis ( GE ) / Diare KONSEP DASAR A. PENGERTIAN 1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999). 2. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. 3. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). 4. Diare Infeksius adalah suatu keadaan dimana anak sering buang air besar dengan tinja yang encer sebagai akibat dari suatu infeksi. (www.medicastore,2007) B. ETIOLOGI 1. Faktor infeksi · Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). · Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. 3. Faktor Makanan: Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. 4. Faktor Psikologis Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas) C. PATOFISIOLOGI Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: 1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. D. MANIFESTASI KLINIS · Muntah. · Demam. · Nyeri Abdomen · Membran mukosa mulut dan bibir kering · Fontanel Cekung · Kehilangan berat badan · Tidak nafsu makan · Lemah Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).Tanda-tandanya: - Berak cair 1-2 kali sehari - Muntah tidak adaB - Haus tidak ada - Masih mau makan - Masih mau bermain Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Tanda-tandanya: - Berak cair 4-9 kali sehari - Kadang muntah 1-2 kali sehari - Kadang panas Haus - Tidak mau makan - Badan lesu lemas Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.Tanda-tandanya: - Berak cair terusmenerus - Muntah terus-menerus - Haus sekali - Mata cekung - Bibir kering dan biru - Tangan dan kaki dingin - Sangat lemah - Tidak mau makan - Tidak mau bermain - Tidak kencing 6 jam atau lebih - Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. E. KOMPLIKASI. · Dehidrasi · Renjatan hipovolemik · Kejang · Bakterimia · Mal nutrisi · Hipoglikemia · Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok. Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah putih. Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal. pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik. G. PENATALAKSANAAN · Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan). Tindakan: - Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya - ASI (Air
Susu Ibu) diteruskan - Makanan diberikan seperti biasanya - Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat · Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang Tindakan: - Berikan oralit - ASI (Air Susu Ibu) diteruskan - Teruskan pemberian makanan Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang - Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat. · Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat Tindakan: - Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas dengan fasilitas Perawatan - Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum
Takaran Pemberian Oralit. Umur Jumlah Cairan Di bawah 1 thn 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret Di bawah 5 thn (anak balita) 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret Anak diatas 5 thn 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret Anak diatas 12 thn & dewasa 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc) Prinsip Penatalaksanaan a.Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Memberikan terapi simtomatik Memberikan terapi definitif. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: 1) Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. 2) Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus: Mengukur BJ Plasma Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus: BJ Plasma - 1,025 ———————- x BB x 4 ml 0,001 Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni: · diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB · diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB · diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Daldiyono Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut: · Rasa haus/muntah = 1 · BP sistolik 60-90 mmHg = 1 · BP sistolik <60 mmHg = 2 · Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1 · Kesadaran apatis = 1 · Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2 · Frekuensi napas >30 x/mnt = 1 · Facies cholerica = 2 · Vox cholerica = 2 · Turgor kulit menurun = 1 · Washer women’s hand = 1 · Ekstremitas dingin = 1 · Sianosis = 2 · Usia 50-60 tahun = 1 · Usia >60 tahun = 2 Kebutuhan cairan = Skor——– x 10% x kgBB x 1 ltr 3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi. 4) Jadual pemberian cairan Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-
3. b.Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring. Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut: 1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. 2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare. c.Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. d.Memberikan terapi definitif. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi: 1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol. 2) V. parahaemolyticus, 3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik 4) C. perfringens, spesifik 5) A. aureus : Kloramfenikol 6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol 8) Helicobacter: Eritromisin 9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol 10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol 11) Balantidiasis: Tetrasiklin 12) Candidiasis: Mycostatin 13) Virus: simtomatik dan suportif Penyakit Diare dapat ditularkan melalui: - Pemakaian botol susu yang tidak bersih Menggunakan sumber air yang tercemar - Buang air besar disembarang tempat - Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE A.PENGKAJIAN. Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,psikal assessment. Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah : Identitas klien. Riwayat keperawatan. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare. Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi. Riwayat psikososial keluarga. Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah. Kebutuhan dasar. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang. Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan pasien. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen. Pemerikasaan fisik.
Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat. Pemeriksaan sistematik : Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan. Perkusi : adanya distensi abdomen. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis Auskultasi : terdengarnya bising usus. Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun. Pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN · Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual). · Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. · Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. · Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya · Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. · Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru C. RENCANA KEPERAWATAN Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual) Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi Intervensi Rasional Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasiPantau intake dan output. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan Intervensi Rasional Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Menurunkan kebutuhan metabolik Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal Intervensi Rasional Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya. Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang. Intervensi Rasional Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah. Intervensi Rasional Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari. Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan Intervensi Rasional
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimun D. EVALUASI Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhantubuh. Integritas kulit kembali normal. Rasa nyaman terpenuhi. Pengetahuan kelurga meningkat. Cemas pada klien teratasi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN I. PENGKAJIAN DATA A. DATA SUBYEKTIF : adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara atau anamnesa dari klien dan keluarga klien. 1. Biodata Untuk mengetahui latar belakang pendidikan dan pengetahuan ibu sehingga dapat merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kondisinya 2. Keluhan utama Untuk mengetahui adanya keluhan yang dirasakan saat datang. 3. Riwayat penyakit sekarang Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini. 4. Riwayat penyakit yang lalu Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita, mengetahui ada tidaknya penyakit menular, menahun dan menurun. 5. Riwayat kesehatan keluarga Untuk mengetahui ada tidaknya keluarga yang menderita penyakit menular, menahun dan menurun. 6. Riwayat sosial Untuk mengetahui hubungan sosial klien dengan keluarga, tetangga dan temannya. 7. Riwayat alergi Untuk mengetahui apakah klien mempunyai alergi terhadap makanan atau obat tertentu. 8. Riwayat kehamilan atau kelahiran Untuk mengetahui bagaimana keadaan pada saat prenatal, natal dan post natal. 9. Riwayat tumbuh kembang. Untuk mengetahui kemampuan anak dalam melakukan aktifitas, dan untuk mengetahui pertumbuhan fisiologi sesuai dengan usia anak. B. DATA OBYEKTIF : adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan oleh petugas kesehatan. 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan secara keseluruhan. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran TTV : Suhu : untuk mengetahui temperatur anak Nadi : untuk mengetahui frekuensi tekanan jantung permenit Pernafasan : untuk mengetahui frekuensi pernapasan permenit 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Kepala : bentuk kepala simetris/tidak, ubun-ubun normal/tidak, rambut bersih/tidak. Muka : odema/tidak, pucat/tidak Telinga : simetris/tidak, ada lesi/tidak, serumen berlebih atau tidak. Hidung : simetris/tidak, ada sekret/tidak. Mulut : ada stomatitis/tidak, bibir kering/lembab.
Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid/tidak, ada pembesaran kelenjar limfe/tidak. Dada : simetris/tidak, ada tarikan dinding dada/tidak. Abdomen : simetris/tidak, ada lesi/tidak, perut kembung/tidak. Genetalia : bersih/tidak Anus : anus berlubang/tidak, bersih/tidak. Ektremitas : simetris/tidak, pergerakan aktif/tidak, jari lengkap/tidak. b. Palpasi Kepala : ada benjolan/tidak, ada nyeri tekan/tidak. Mata : simetris/ tidak, ada nyeri tekan/tidak. Telinga : ada nyeri tekan/tidak. Leher : ada benjolan/tidak, ada pembesaran kelenjar tyroid/tidak, ada nyeri tekan/tidak. Hidung : ada benjolan/tidak, ada nyeri tekan/tidak Dada : ada benjolan/tidak, ada nyeri tekan/tidak. Abdomen : ada nyeri tekan/ tidak, perut kembung/tidak. c. Auskultasi Dada : ada bunyi whezing, ronchi/tidak Abdomen : ada bising usus/tidak. d. Perkusi Reflek patella +/+ Perut kembung/ tidak. II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN. Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar (Do dan Ds) yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga diketemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL DAN DIAGNOSA POTENSIAL Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkuman masalah dan diagnosa yang sudahs di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan diagnosa dilakukan pencegahan sambil mengetahui klien dan harapan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial benar-benar terjadi. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh petugas kesehatan atau konsultasi atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi kesehatan klien. V. INTERVENSI Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah ini merupakan kelanjutan management terhadap diagnosa atau masalah yang diidentifikasi atau dari antisipasi pada langkah-langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. VI. IMPLEMENTASI Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan. Pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. VII.EVALUASI Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dan usaha yang sudah meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar telah terpenuhi.
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “E” UMUR 9 BULAN DENGAN DIARE AKUT DAN DEHIDRASI SEDANG DI PUSKESMAS SUMOBITO JOMBANG I. PENGKAJIAN DATA Tanggal : 20-10-2011 Jam : 08.30 WIB No register: 05.98.42 Tanggal MRS : 20-06-2011 Jam : 02.35 WIB A. Data Subyektif 1. Identitas klien Nama : Anak “E” Umur : 9 bulan Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Ploso Kerep-Sumobito 2. Identitas penanggung jawab Nama : Tn.”D” Umur : 30 thn Agama : Islam Pekerjaan : swasta Penghasilan/bulan : Rp 1.500.000,Pendidikan : SI Alamat : Ploso Kerep-Sumobito Hubungan dengan klien : Ayah kandung B. Anamnesa Tanggal : 20-06-2011 jam : 08.30 wib 1. Keluhan utama Ibu mengatakan bahwa anaknya mencret sedikit-sidikit > 10x/hari, muntah tiap kali minum susu dan badannya panas ± 1 hari sejak tanggal 19-06-2011 2. Riwayat penyakit sekarang Ibu klien mengatakan pada tanggal 19-06-2011 klien BAB cair mulai pagi >10x/hari, BAK jarang. Tiap kali habis minum langsung muntah dan badannya panas. Lalu tanggal 20-06-2011 jam 02.35 wib, pasien MRS di ruang anak RSIA Muslimat Jombang. 3. Riwayat penyakit yang lalu Ibu klien mengatakan bahwa klien sebelumnya pernah opname di ruang anak RSIA Muslimat-Jombang ketika berumur 9 bulan pada tanggal 15-06-2011 dengan diagnose penyakit febris selama 2 hari. 4. Riwayat penyakit keluarga Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS dsb, klien tidak pernah menderita penyakit menurun seperti kencing manis, sesak nafas,dsb, klien tidak pernah menderita penyakit menahun seperti penyakit jantung. 5. Riwayat sosial
Ibu klien mengatakan selama dilingkungan keluarga klien termasuk anak yang aktif. 6. Riwayat alergi Ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai Riwayat alergi. 7. Riwayat kehamilan dan kelahiran a. Prenatal Ibu klien mengatakan bahwa selama hamil sering periksa kebidan. Trimester I : 2 x II : 3 x III : 4 x b. Natal Ibu klien mengatakan bahwa kalahiran dilakukan di RS, lahir secara SC atas indikasi Gemeli BB : 2600 gram c. Post natal Ibu klien mengatakan bahwa setelah lahir diasuh sendiri dan diberi ASI yang cukup. 8. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan a. Adaptasi sosial Anak dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dimana anak tersebut berada. Contoh : tidak rewel saat ada di RS Hubungan bayi dengan orang tua dan keluarga terjalin dengan baik, hal ini dapat dilihat dari keakraban, kasih sayang antara bayi, orang tua dan keluarga. b. Motorik halus Anak sudah bisa mengenali anggota keluarganya, anak sudah bisa mengucapkan mama dan papa. c. Motorik kasar Anak sudah bisa merangkak dan berjalan berpegangan. 9. Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Nutrisi Sebelum sakit : klien makan bubur 2x/hari Minum susu 2-3 botol+ASI Saat MRS : klien makan bubur 2x/hari Minum susu 1 botol/hari+ASI b. Pola eleminasi Sebelum sakit : BAB 1-2x/hari konsistensi lunak, warna kuning, bau khas BAK 6-8x/hari warna kuning jernih, bau khas Saat MRS : BAB ≥ 10x/hari, konsistensi cair, warna kuning, bau khas BAK 2-4x/hari, warna kuning jernih, bau khas. c. Pola personal hygiene Sebelum sakit : mandi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, keramas 3-4x/minggu Saat MRS : diseka 2x/hari, ganti baju 2x/hari d. Pola aktifitas
Sebelum sakit : klien termasuk anak yang aktif bermain dengan saudaranya. Saat MRS : klien hanya diam dan menangis, lebih banyak berbaring dan digendong. e. Pola istirahat Sebelum sakit : Tidur malam 8-10 jam Tidur siang 2-3 jam Saat MRS : Tidur malam 7-9 jam Tidur siang 1-2 jam C. Data Obyektif 1. Pemeriksaan umum KU : lemah Kesadaran : composmentis TTV S : 37,9 0C N : 97 x/menit RR : 21 x/menit BB : 8 kg 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Kepala : bentuk simetris, ubun-ubun agak cekung, kulit kepala bersih, rambut lurus warna hitam. Muka : tidak pucat, kulit lembab. Mata : simetris, tidak ikhterus, sclera putih, konjungtiva merah muda, mata agak cowong. Telinga : simetris, bersih, tidak ada lesi maupun serumen. Hidung : simetris, bersih tidak ada secret. Mulut : bibir simetris, tidak ada labioskisis, tidak ada stomatitis. Leher : bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada Abdomen : bentuk simetris, perut terlihat cembung Genetalia : bersih, tidak ad avarices. Anus : anus berlubang, tidak haemoroid, BAB sering >10x cair. Ekstremitas atas : jari lengkap, tidak ada polidaktili, sindaktili, andaktili, amelia. Pada tangan kiri terpasang infuse KA-EN 4B denagn 28 tetes per menit Ekstremitas bawah : jari lengkap, tidak ada polidaktili, sindaktili, andaktili, amelia, tidak ada pals varus dan pals vagus b. Palpasi Leher : tidak ada benjolan kelenjar tyroid Dada : tidak ada benjolan dan nyeri tekan Abdomen : perut kembung c. Auskultasi
Dada : nafas normal, tidak terdengar wezhing dan ronchi Abdomen : terdapat bising usus, frek. sering d. Perkusi Reflek patella : +/+ Abdomen : kembung e. Pemeriksaan Penunjang Tanggal: 20-06-2011 Pemeriksaan Hasil Darah Lengkap: 11,4 6.400 Haemoglobin Lekosit 269.000 Trombosit Hametokrit 29,1 Eritrosit MCV 3,87 MCH MCHC 75,4 Elektrolit: Natrium 29,4 Kalium
Nilai Normal L:12-16g/dl P:10-12g/dl L:4.700-10.300 P:4.300-11.300/cmm 150.000-450.000/cmm L:45-48% P:39-42% L:4,5-5,5 P:4-5 jt/cmm 80-90 fl 26-32 pg
39,1
32-36 g/dl
150
136-150 mmol/l
4,7
3,8-5,5 mmol/l
II. INTERPRETASI DATA Dx : Anak “E” umur 9 bulan dengan diare akut dan dehidrasi sedang Ds : Ibu klien mengatakan bahwa anaknya mencret sedikit-sedikit >10x/hari muntak tiap kali minum susu dan badannya panas ± 1 hari Do : S : 37 0C N : 97 x/menit RR : 21 x/menit BB : 8 kg Kelopak mata gak cowong BAB>10x dengan konsisitensi cair Turgor kulit menurun BAK sedikit 2x/hari Masalah : - Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit -Kenaikan suhu tubuh Kebutuhan : observasi TTV Observasi intake dan output Kompres air hangat Rehidrasi cairan dan elektrolit Kolaborasi dengan tim medis/dokter spesialis anak
Penyuluhan kepada ibu tentang ASI dan Nutrisi III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL An “E” umur 9 bulan dengan potensial terjadi diare kronik dan dehidrasi berat IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI Kolaborasi dengan dokter spesialis anak V. INTERVENSI Tanggal 20-06-2011 Jam 18.45 WIB Dx : anak Ny.“E” umur 9 bulan dengan diare akut dan dehidrasi sedang. Tujuan : diharapkan dalam 1×24 jam kebutuhan cairan elektrolit pada anak dapat terpenuhi, dan suhu tubuh anak menurun. Kriteria : - Keadaan umum baik - Diare teratasi - Tidak dehidrasi - Ibu dapat mengulang kembali penjelasan dari petugas Rencana asuhan Tanggal 20-06-2011 Jam 08.30 WIB 1. Lakukan pendekatan pada klien dan petugas R/ agar terjalin hubungan saling percaya dan kerjasama baik antara klien dan petugas. 2. Beri penyuluhan tentang anak dengan diare R/ perawatan bayi dengan cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya komplikasi/bahaya. 3. Lakukan observasi TTV R/ deteksi dini adanya kegawat daruratan 4. Observasi intake dan output R/ Mengetahui keseimbangan cairan pada anak 5. Lakukan observasi tanda-tanda shock hipovolemik R/ Jika terjadi shock dapat segera teratasi 6. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak R/ untuk menentukan terapi selanjutnya 7. Anjurkan pada ibu klien untuk memberikan ASI yang banyak R/ untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang 8. Anjurkan mengompres bila anak panas R/ menjaga keseimbangan tubuh anak 9. Jelaskan tentang personal hygiene R/ agar tidak terinfeksi kuman lebih lanjut 10. Jelaskan tanda-tanda dehidrasi R/ agar tidak sampai terjadi komplikasi lebih lanjut VI. IMPLEMENTASI Tanggal Kegiatan Paraf 20-06-2011 - Melakukan pendekatan dengan klien dengan cara sapa, salam, senyum serta kenalan. - Melakukan penyuluhan tentang anak dengan diare 08.30 wib - Melakukan observasi TTV dan observasi intake dan output 08.45 wib S: 37,9oc BB: 8 kg
09.00 wib
N: 97x/menit BAB ≥10x/hari RR: 21x/menit - Melakukan observasi tanda tanda shock hipovolemik (-) - Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak: Terapi: Infuse KA-EN 4B 1000 ml/hari Injeksi Taxegram 3×200 Injeksi Acran 3×1/3 ampul Oral: L bio (2×1) Zink (1×1) Diit: Bebelac FL Nasi tim - Menganjurkan ibu memberikan ASI yang banyak - Menganjurkan mengompres jika anak panas Kain lembab di letakkan di kepala, lipatan ketiak dan lipatan tengkuk - Memberi tahu ibu untuk personal hygiene Menyeka tiap pagi dan sore Membersihkan anak tiap habis BAB - Menjelaskan tanda-tanda dehidrasi
VII. EVALUASI Tanggal : 20-06-2011 Jam : 10.00 wib S : ibu mengatakan anaknya panas, BAB cair >10x/hari O : KU : cukup Kesadaran : composmentis Turgor kulit Ubun-ubun cekung Bibir kering (+) Bising usus S: 37,9oc RR: 21x/menit A : anak Ny. “E” umur 9 bulan dengan diare akut dan dehidrasi sedang P : - Observasi TTV - Observasi intake output - Terapi: Infus KA-EN 4B 1000 ml/hari Injeksi Taxegram 3×200 Injeksi Acran 3×1/3
Oral: L bio (2×1) Zink (1×1) Diit: Bebelac FL Nasi tim CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal : 21-06-2011 Jam : 09.00 wib S : ibu mengatakan anaknya BAB lembek 3x, dan tidak panas lagi O : KU : cukup Kesadaran : composmentis Turgor kulit Ubun-ubun datar Bising usus S: 36,5oc RR: 21x/menit Akral hangat A : anak Ny. “E” umur 9 bulan dengan diare akut dan dehidrasi sedang Masalah teratasi sebagian P : - Observasi TTV - Observasi intake output - Terapi: Infus KA-EN 4B 750 ml/hari Injeksi Taxegram 3×250 Injeksi Acran 3×1/3 Oral: L bio (2×1) Zink (1×1) Diit: Bebelac FL CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal : 22-06-2011 Jam : 09.00 wib S : ibu mengatakan anaknya BAB lembek 1x, dan tidak panas lagi O : KU : baik Kesadaran : composmentis Turgor kulit Ubun-ubun datar
S: 36,7oc RR: 21x/menit Bibir lembab Minum mau (+) A : anak Ny. “E” umur 9 bulan dengan post diare akut dan dehidrasi sedang Masalah teratasi P : - ASI dan nutrisi seimbang - Istirahat cukup, konseling HE - Terapi Oral: L bio (2×1) Zink (1×1) - Kontrol 2-5 hari lagi - Pasien dibolehkan pulang