Artikel Kritik Sastra.docx

  • Uploaded by: Suhartini Lestari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Artikel Kritik Sastra.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,054
  • Pages: 9
Nama NIM

: Suhartini Lestari : 1651141014

ARTIKEL KRITIK SASTRA (PENGERTIAN, FUNGSI, MANFAAT DAN PENDEKATAN)

Standar A. PENGERTIAN KRITIK SASTRA Istilah “kritik” (sastra) berasal dari Bahasa Yunani yaitu “krites” yang berarti “hakim”. “Krites” sendiri berasal dari “krinein” yang berarti “menghakimi”; “kriterion” yang berarti “dasar penghakiman” dan “kritikos” berarti “hakim kesusastraan”. Kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni. Menurut Graham Hough (1966: 3), kritik sastra tidak hanya terbatas pada penyuntingan, penetapan teks, interpretasi, serta pertimbangan nilai. Menurutnya, kritik sastra meliputi masalah yang lebih luas tentang apakah kesusastraan itu sendiri, apa tujuannya, dan bagaimana hubungannya dengan masalah-masalah kemanusiaan yang lain. Abrams dalam “Pengkajian Sastra” (2005: 57) mendeskripsikan bahwakritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian karya sastra.Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, studi sastra (ilmu sastra) mencakup tiga bidang, yakni: teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Ketiganya memiliki hubungan yang erat dan saling mengait. Kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra. B. FUNGSI KRITIK SASTRA Menurut Pradopo, fungsi utama kritik sastra dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: 1. Untuk perkembangan ilmu sastra sendiri. Kritik sastra dapat membantu penyusunan teori sastra dan sejarah sastra. Hal ini tersirat dalam ungkapan Rene wellek, “Karya sastra tidak dapat dianalisis, digolong-golongkan, dan dinilai tanpa dukungan prinsip- prinsip kritik sastra.” 2. Untuk perkembangan kesusastraan. Maksudnya, kritik sastra membantuperkembangan kesusastraan suatu bangsa dengan menjelaskan karya sastra, mengenai baik buruknya, dan menunjukkandaerah-daerah jangkauan persoalan karya sastra. 3. Sebagai penerangan masyarakat Umumnya yang menginginkan penjelasantentang karya sastra, kritik sastra menguraikan (menganalisis, menginterpretasi, dan menilai) karya sastra agar masyarakat umum dapat

mengambil manfaat kritik sastra ini bagi pemahaman dan apresiasinya terhadap karya sastra (Pradopo, 2009: 93). Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi kritik sastra dapat digolongkan menjadi dua: 1. Fungsi kritik sastra untuk pembaca: a)

Membantu memahami karya sastra.

b)

Menunjukkan keindahan yang terdapat dalam karya sastra.

c)

Menunjukkan parameter atau ukuran dalam menilai suatu karyasastra.

d)

Menunjukkan nilai-nilai yang dapat dipetik dari sebuah karya sastra.

2. Fungsi kritik sastra untuk penulis: a)

Mengetahui kekurangan atau kelemahan karyanya.

b)

Mengetahui kelebihan karyanya.

c)

Mengetahui masalah-masalah yang mungkin dijadikan tema tulisannya.

C. MANFAAT KRITIK SASTRA Manfaat dari kritik sastra dapat diuraikan menjadi 3, yaitu: 1. Manfaat kritik sastra bagi penulis: a. Memperluas wawasan penulis, baik yang berkaitan dengan bahasa, objek atau tema-tema tulisan, maupun teknik bersastra. b. Menumbuhsuburkan motivasi untuk menulis. c. Meningkatkan kualitas tulisan. 2. Manfaat kritik sastra bagi pembaca: a. Menjembatani kesenjangan antara pembaca dan karya sastra. b. Menumbuhkan kecintaan pembaca terhadap karya sastra. c. Meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasi karya sastra.

d. Membuka mata hati dan pikiran pembaca akan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra. 3. Manfaat kritik sastra bagi perkembangan sastra: a. Mendorong laju perkembangan sastra, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. b. Memperluas cakrawala atau permasalahan yang ada dalam karya sastra.

D.

JENIS-JENIS PENDEKATAN KRITIK SASTRA

Abrams (1981: 36-37) membagi pendekatan terhadap suatu karya sastra ke dalam empat tipe yakni kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif, dan kritik objektif. 1. Kritik Mimetik Menurut Abrams, kritik jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Karya sastra dianggap sebagai cerminan atau penggambaran dunia nyata, sehingga ukuran yang digunakan adalah sejauh mana karya sastra itu mampu menggambarkan objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita yang ada, semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato, yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan. Di Indonesia, kritik jenis ini banyak digunakan pada Angkatan 45. 2. Kritik Pragmatik Kritik jenis ini memandang karya sastra sebagai alat untuk mencapai tujuan (mendapatkan sesuatu yang diharapkan). Tujuan karya sastra pada umumnya bersifat edukatif, estetis, atau politis. Dengan kata lain, kritik ini cenderung menilai karya sastra atas keberhasilannya mencapai tujuan.Ada yang berpendapat bahwa kritik jenis ini lebih bergantung pada pembacanya (reseptif). Kritik jenis ini berkembang pada Angkatan Balai Pustaka. Sutan Takdir Alisjahbana pernah menulis kritik jenis ini yang dibukukan dengan judul “Perjuangan dan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan”. 3. Kritik Ekspresif Kritik ekspresif menitikberatkan pada diri penulis karya sastra itu. Kritik ekspresif meyakini bahwa sastrawan (penulis) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiranpikiran, persepsi-persepsi, dan perasaan yang dikombinasikan dalam karya sastra.Dengan menggunakan kritik jenis ini, kritikus cenderung menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata batin penulis atau keadaan pikirannya.Pendekatan ini sering mencari fakta tentang watak khusus dan pengalamanpengalaman sastrawan yang, secara sadar atau tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya. Umumnya, sastrawan romantik zaman Balai Pustaka atau Pujangga Baru menggunakan

orientasi ekspresif ini dalam teori-teori kritikannya. Di Indonesia, contoh kritik sastra jenis ini antara lain: a. “Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan” karya Arif Budiman. b. “Di Balik Sejumlah Nama” karya Linus Suryadi. c. “Sosok Pribadi dalam Sajak” karya Subagio Sastro Wardoyo. d. “WS Rendra dan Imajinasinya” karya Anton J. Lake. e. “Cerita Pendek Indonesia: Sebuah Pembicaraan” karya Korrie Layun Rampan.

4. Kritik Objektif Kritik jenis ini memandang karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri, bebas terhadap lingkungan sekitarnya; dari penyair, pembaca, dan dunia sekitarnya. Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan menghendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteriakriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antar unsur-unsur pembentuknya).Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb.; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb.Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri. Kritik jenis ini mulai berkembang sejak tahun 20-an dan melahirkan teori-teori: a.

New Critics di AS

b.

Formalisme di Eropa

c.

Strukturalisme di Perancis

Di Indonesia, kritik jenis ini dikembangkan oleh kelompok kritikus aliran Rawamangun: a.

“Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia” karya Boen S. Oemaryati.

b.

“Novel Baru Iwan Simatupang” karya Dami N. Toda.

c.

“Pengarang-Pengarang Wanita Indonesia” karya Th. Rahayu Prihatmi.

d.

“Perkembangan Novel-Novel di Indonesia” karya Umar Yunus.

e.

“Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu Modern” karya Umar Yunus.

f.

“Tergantung pada Kata ” karya A. Teeuw.

Sumber: https://jombangpustaka.wordpress.com/2014/05/26/artikel-kritik-sastra-pengertianfungsi-manfaat-dan-pendekatan/

Nama

: Nurul Fajrianti

NIM

: 1651141011

MATERI KRITIK SASTRA Kritik merupakan salah satu dari cabang ilmu sastra. Kritik sastra menganalisis teks karya sastra itu sendiri. Kritik dapat diterapkan pada semua bentuk karya sastra, baik yang berupa puisi, prosa maupun drama. Kritik adalah karangan yang menguraikan tentang pertimbangan baik atau buruk suatu karya sastra. Kritik biasanya diakhiri dengan kesimpulan analisis . Tujuan kritik bukan hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan, kebenaran, dan kesalahan sebuah karya sastra berdasarkan sudut tertentu, tetapi mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra tertinggi dan untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik. Tugas kritik sastra adalah menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu karya sastra . Kehadiran kritik sastra akan membuat sastra yang dihasilkan berikutnya menjadi lebih baik dan berbobot karena kritik sastra akan menunjukkan kekurangan sekaligus memberikan perbaikan. Ciri-ciri Kritik Sastra Kritik sastara mempunyai beberapa ciri, yaitu sebagai berikut : a. Memberikan tanggapan terhadap hasil karya. b. Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan ) sebuah karya sastra c. Pertimbangan bersifat obyektif d. Memaparkan kesan prebadi kritikus terhadap sebuah karya sastra e. Memberikan alternatif perbaikan atau penyerpurnaan f. Tidak berprasangka g. Tidak terpengaruh siapa penulisnya Pentingnya Kritik/ Fungsi Kritik a. Bagi Pembaca Bagi pembaca merupakan penuntun untuk dapat menikmati ciptaan yang dikritik itu , sehingga dapat memberikan pandangannya dan menghargainya b. Bagi Seniman atau Pengarangnya

Bagi pengarangnya merupekan petunjuk yang berharga yang wajib dipertimbangkan untuk kebaikan ciptaan yang akan datang. Prinsip-Prinsip Penulisan Kritik a. Penulis harus secara terbuka mengemukakan dari sisi mana ia menilai karya sastra tersebut. b. Penulis harus obyktif dalam menilai c. Penulis harus menyertakan bukti dari teks yang dikritik Jenis-Jenis Kritik a. Kritik sastra intrinsik, yaitu menganalisis karya sastra berdasarkan unsur intrinsiknya, sehingga akan diketahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam karya sastra b. Kritik sastra ekstrinsik, yaitu menganalisis dengan cara menghubungkan karya sastra dengan penulisnya, pembacanya , atau masyarakatnya. Disamping itu juga melibatkan faktor ekstinsik lain seperti sejarah, psikologi, relegius, pendidikan dan sebagainya c. Kritik deduktif , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada sebuah ukuran yang dipercayainya dan dipergunakan secara konsekuen d. Kritik Induktif, yaitu menganalisis dengan cara melepaskan semua hukum atau aturan yang berlaku e. Kritik impresionik, yaiti menganalisis hasil karya berdasarkan kesan pribadi secara subyektif terhadap karya sastra f. Kritik penghakiman , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada ukuran atau aturan tertentu untuk menentukan apakah sebuah karya sastra baik atau buruk g. Kritik teknis, yaitu kritik yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja CONTOH KRITIK SASTRA a. ” Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay” , oleh H.B. Yassin b.” Pokok dan Tokoh”, oleh Dr.A.Teeuw c. “Buku dan Penulis”, oleh Amal Hamzah Tujuan penulisan kritik sastra antara lain: a. Memberikan panduan yang benar cara memahami karya sastra b. Berguna untuk penyusunan teori sastra an sejarah sastra

c. Membantu perkembangan kesusastraan suatu bangsa karena memberikan penjelasan baik buruknya suatu karya sastra d. Memberikan manfaat kepada masyrakat tentang pemahaman dan apresiasi sastra CONTOH KRITIK Media Indonesia Selasa, 13 September 2005RESENSI » BukuRagam Kritik Sastra Indonesia Judul Buku: Mozaik Sastra Indonesia Oleh: Faiz Manshur MUNGKIN sebagian orang masih punya pendapat, sastra adalah bidang marginal, terkucil dari gegap-gempita kesenian panggung dan televisi sekarang ini. Kita hanya menyaksikan eksistensi sastra pada panggung-panggung mini, atau acara bedah buku, temu penulis dengan pembaca yang pengunjungnya bisa kita hitung dengan jari.Namun, biar begitu adanya, eksistensi sastra bukan tidak berguna. Sastra bercita rasa tinggi, akan sangat penting manfaatnya sebagai kontrol terhadap kesenian (bahkan kebudayaan) hasil produk pasar bebas yang serbainstan, imitatif, pasaran, dan rendah nilai estetiknya.Tentu, untuk membangun sastra yang berkualitas, kritik sastra harus ditempatkan pada sentral diskursus. Beragam perspektif harus disiapkan untuk melihat sesuatu yang tidak pernah kita duga-duga. Hadirnya buku ini tentu penting bagi pembaca untuk lebih mudah melihat keragaman analisis para pegiat sastra, kritikus dan akademis yang selama ini serius terlibat dan meneliti perkembangan sastra Indonesia.Melalui proses seleksi yang cukup serius, sang editor Kinayati Djojosuroto mengemas 21 esai karya dari 21 kritikus sastra menjadi satu buku berjudul Mozaik Sastra Indonesia.Di dalamnya memuat karya-karya dua generasi. Generasi tua diwakili Asrul Sani, Arief Budiman, Abdul Hadi WM, dan Wilson Nadeak. Sedangkan para kritikus sastra muda yang hadir adalah Agus R Sarjono, Agus Noor, Ahmad Subhanuddin Alwy, Binhad Nurrahmat dan lain-lain. Ada juga tulisan dari para akademisi seperti Maman S Mahayana, Sunaryo Basuki Ks, Suroso, dan Yusrizal Kw.Tulisan-tulisan yang terkumpul di dalamnya berasal dari naskah-naskah yang pernah diterbitkan di media cetak seperti Majalah Horizon, Kompas, Republika, Media Indonesiadan lain-lain.Antologi ini diklasifikasi menjadi 6 topik. Bab pertama membicarakan tentang sastra dan konteks. Perbincangan dalam bab ini mengarah pada keterkaitan antara sastra, politik, sosial, dan ideologi. Artinya, pengarang ingin menyampaikan realitas sosial-politik, religi dan budaya dalam bingkai sastra. Esai-esai pada bagian ini setidaknya akan menyegarkan dahaga dunia sastra Indonesia yang selama ini mengalami kekurangan kritik sastra.Bagian kedua, menyoal sastra dan imajinasi, di mana pembicaraan seputar peranan imajinasi dalam karya sastra ditelaah secara detail dan mendalam. Bagian ketiga, sastra dan pluralisme, menyoroti kreativitas karya sastra yang selalu terikat oleh variabel lain yang berdampak pada sukses atau gagalnya sastrawan dalam mengomunikasikan bahasa. Dijelaskan, sastra tanpa media komunikasi akan mati, pembaca tidak akan bisa menikmati. Masih serupa dengan perbincangan sastra dan konteks, soal pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia cukup banyak dibicarakan dalam bagian ini.Pada bagian keempat, Mozaik Sastra Indonesia, pembaca akan disuguhi proses kreatif para penulis sastra dalam menciptakan percikanpercikan ide yang memiliki nilai estetika puisi. Di dalam bab ini, pembicaraan tentang kesaksian kreatif berpuisi dalam memahami warna lokal sastra, latar sosial, dan religi dalam karya sastra juga mendapat tempat.Bagian kelima, membahas soal sastra cyber. Hadirnya teknologi informasi di Indonesia berdampak pada perkembangan sastra dengan wajah baru dan unik. Sastra cyber merupakan fenomena penting yang tidak mungkin diabaikan dalam perbincangan sastra Indonesia. Era cyber telah menjadikan komunikasi antarmanusia lebih cepat. Seiring dengan itu, para sastrawan baru pun bermunculan melalui internet.

Pembicaraan sastra cyber pun makin menarik karena ternyata mempunyai ciri khas yang berbeda dengan sastra media cetak. Bagian keenam kita akan diajak bertamasya pada proses kreativitas pengarang. Tema ini selalu menjadi topik hangat yang selalu dibutuhkan, terutama sastrawan pemula. Dari sini kita akan melihat tentang suka-duka sastrawan dalam memproduksi ide penulisan. Seperti yang pernah di katakan oleh Radhar Panca Dahana, ”Sastra memang semestinya dikembalikan kepada pembaca, baik secara teoretis maupun praktis.” Di tingkat teoretis penyingkiran pembaca dalam penelaahan sastra, membuat sastra itu sendiri hanya berputar dalam lingkaran analitik antara para kritikus, ambisi penerbit, atau biografi pengarangnya. (Faiz Manshur, jurnalis tinggal di Jakarta)

Sumber: https://triendangsarirhm69.wordpress.com/2011/12/10/soal-kritik-sastra-2/

Related Documents

Kritik Albana
May 2020 75
Kritik Interpretif.docx
December 2019 85
Altruism Kritik
June 2020 60
Kritik Normatif
December 2019 69
Artikel
April 2020 61

More Documents from ""