Anemia Defisiensi Besi.pptx

  • Uploaded by: Eka Savitri Cantika Noor
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anemia Defisiensi Besi.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,409
  • Pages: 34
KEL 5

ANEMIA DEFESIENSI BESI Amanda Nur Silvianti Anita Widyawati Annisa Eka Savitri Cantika Noor Febryanti Hendro Setiawan Marta Wahyuni

ANEMIA DEFISIENSI BESI Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang, hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan.

Sel Darah Merah (Eritrosit) Fungsi sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah pegangkutan hemoglobin,yang selanjutnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Reaksi reversibel antara karbondioksida (CO2) dan air untuk membentuk asam karbonat (H2 CO3), yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi ini beberapa ribu kali lipat.

Bentuk dan Ukuran Sel-Sel Darah Merah Sel darah merah normal, mikrometer dan dengan ketebalan 2,5 mikrometer dan dengan diameter rata-rata kira-kira 7,8 mikrometer dan dengan ketebelan 2,5 mikrometer pada bagian yang paling tebal serta 1 mikrometer atau kurang di bagian tengahnya. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90 sampai 95 mikrometer kubik.

Konsentrasi Sel-Sel Darah Merah dalam Darah

Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah permilimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000), pada wanita normal, 4.700.000 (± 300.000).

Produksi Sel-Sel Darah Merah Selama pertengahan trimester masa gestasi, hati dianggap sebagai organ utama untuk memproduksi sel-sel darah merah

Dalam minggu-minggu pertama kehidupan embrio, sel-sel darah merah primitive yang berinti diproduksi di yolk

Terdapat juga sel-sel darah merah dalam jumlah cukup banyak yang diproduksi di limpa dan kelenjar limfe.

sac.

Kira-kira selama bulan terakhir kehamilan dan sesudah lahir, sel-sel darah merah hanya diproduksi di sumsum tulang. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum tulang panjang, kecuali bagian proksimal, humerus dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi selsel darah merah setelah berusia kurang lebih 20 tahun. Setelah usia ini, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, rusuk, dan ilium. Bahkan dalam tulang-tulang ini, sumsum tulang menjadi kurang produktif seiring dengan bertambahnya usia.

Karakteristik Sel Darah Merah Proeritroblas

Sel-sel eritropoesis yang paling muda dan karenanya, paling besar. Inti bulat, berwa rna ungu tua, struktur kematin padat

Eritroblas, basofil

Diameter sel mengecil dibandingkan dengan proeritroblas. Inti bulat tanpa

merata, dengan tiga sa mpai lima

nucleoli yang dapat dikenal.

nukleous yang tanpak tidak jelas.

Kondensasi spesifik dan sebaran

Sitoplasma berwa rna biru seperti

kromatin yang sangat kontras

bunga diladang ga ndum denga n darah terang yang berbentuk bercak atau seperti bulan sa bit,

(alur terang di antara gumpalan-gumpalan kromatin

yang analog dengan zona Golgi

berwarna ungu), yang disebut

dan mitokondria yang berisi

sebagai ’jari-jari roda’ walaupun

lipoid. Sensitivita s terhadap lesi

sebutan ini tidak terlalu tepat.

mekanismenyebabkan kecenderunga n penjulura n sitopla sma.

Sitoplasmanya tampak basofilik sedang.

Eritroblas , polikromatofil

Diameter sel lebih berkurang. Warna sitoplasma ungu kebiru-abu-abuan (percampuran

Eritroblas, ortokromatik (oksifilik)

Pada kelompok sel ini, ukuran inti terus berkurang. Bersamaan dengan hal itu, terjadi pemadatan kromatin inti (piknosis) hingga

warna terjadi melalui proses =

mencapai stadium terbentuknya

permulaan sinisasiyang progresif

sisa inti yang berwarna hitam

= pemulaian sifat oksifilik).

homogen. Sitoplasma berwarna

Intinya tampak kompak, yang

merah muda kuning keabu-abuan,

berbeda dengan normoblas baspfilik, dan memperlihatkan sebaran (area) yang spesifik.

dan tepi luarnya sering tidak terbatas tegas. Sel pada tahap ini telah mengalami hemonglobinisasi sempurna.

Retikulosit

Khas dengan adanya substania

Eritrosit

Berbentuk cakram berwa rna

granulofila mentosa dan

merah kekuninga n, denga n

reticulofilsmentods = struktur

ukura n yag hampir sa ma besar

internal yang berbentuk jala atau benang atau seperti granula, yang hanya tanpak setelah perawatan vital, dengan Brilliant Cresy Bkue.interprentasi warna:

tanpa struktur interna l (dia meter 7-8 um). Bagia n terang ditenga h diseba bkan bentuk cakram yang bikonkaf. Struktur bagia n interna l la innya Badan Jolly : sisainti yang menga ndung DNA dala m

eritrosit berwarna biru hijau

eritrosit. Merupakan petanda

muda,dan substantia

tidak berfungsinyalimpa karna

reticulofilamentosa biru

sel-sel ini umumnya dihancurkan

kehitaman.

di limpa.

Jumlah Hemoglobin dalam Sel Sel-sel darah merah mampu mengonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel sampai sekitar 34 gram per 100 militer sel. Konsentrasi ini tak akan melebihi nilai tersebut, karena nilai merupakan batas metabolik mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya, pada orang normal, persentase hemoglobin hampir selalu mendekati nilai maksimum dalam setiap sel. Namun,bila pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, persentase hemoglobin dalam sel dapat turun sampai di bawah nilai tersebut, dan volume sel darah merah juga dapat menurun karena jumlah hemoglobin yang mengisi sel menjadi berkurang.

Peran Ginjal dalam Pembentukan Eritropoietin.

Pada orang normal, kira-kira 90% dari seluruh eritropoietin dibentuk dalam ginjal, sisanya terutama dibentuk di hati. eritropoietin disekresi oleh sel epitel tubulus renal, karna darah yang anemis tidak mampu menghantarkan cukup oksigen dari kapiler peritubulus ke sel tubulus yang sangat banyak mengonsumsi oksigen, sehingga merangsang produksi eritropoietin. keadaan hipoksia di bagian tubuh lainnya, tetapi bukan di ginjal, akan merangsang sekresi eritropoietin ginjal.

Pengaruh Eritropoietin dalam Pembentukan Sel-Sel Darah Merah pengaruh utama eritropoietin adalah merangsang produksi proeritroblas dari sel stem hematopoietik di sumsum tulang. Selain itu, begitu proeritroblas terbentuk, maka eritropoietin juga menyebabkan sel-sel ini dengan cepat melalui berbagai tahap eritroblastik ketimbang pada cepat melalui berbagai tahap eritroblastik ketimbang pada keadaan normal.

Pematangan sel Darah Merah – Kebutuhan Vitamin B 12 (Sianokobalamin) dan Asam Folat Dua vitamin yang khususnya penting untuk pematangan akhir sel darah merah adalah, vitamin B12 dan asam folat. kurangnya vitamin B12 atau asam folat dapat menyebabkan abnormalitas dan pengarangan inti dan pembelahan sel. Selanjutnya, sel-sel eritroblastik pada sumsum tulang, selain gagal berproliferasi secara cepat, akan menghasilkan sel darah merah yang lebih besar dari normal, disebut makrosit. Oleh karna itu, dikatakan bahwa difisiensi vitamin B12 atau asam folat dapat menyebabkan kegagalan pematangan dakam proses eritropoiesis.

Mekanisme Hemolisis Hemolisis berarti pemendekan kemampuan hidup eritrosit. Keadaan ini dikompensasi oleh peningkatan eritropeotin untuk meningkatkan eritropoesis. Kehilangan sel darah merah. Kehilangan darah kronis, terutama dari uterus atau dari traktus gastrointestinalis merupakan sebab terbanyak 500 ml seluruh darah mengandung kira-kira 250 mg besi dan walaupun penyerapan besi makanan meningkat pada satdium dini defisiensi besi, keseimbangan besi negatif biasa terdapat pada kehilangan darah kronis.

Pembentukan Hemoglobin Sintesis hemoglobin dimulai dengan dalam proeritroblas dan berlanjut bahkan dalam stadium retikulosit pada pembentukan sel darah merah. Mula-mula, suksinil-KoA, yang dibentuk dalam siklus Krebs, berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yaitu globin yang disintesis oleh ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin. Tiap-tiap rantai mempunyai berat molekul kira-kira 16.000. setiap rantai hemoglobin mempunyai sebuah gugus prostetik heme yang mengandung satu atom besi, dan karena adanya empat rantai hemoglobin di setiap molekul hemoglobin, setiap atom ini dapat berikatan longgar dengan satu molekul oksigen, sehingga empat molekul oksigen (atau delapan molekul oksigen) dapat diangkut oleh setiap molekul hemoglobin.

Metabolisme Besi

Jumlah total besi rata-rata dalam tubuh sebesar 4-5 gram, kira-kira 65 % dijumpai dalam bentuk hemoglobin, 1% dalam bentuk variasi senyawa heme yang memicu oksidasi intrasel, 0,1% bergabung dengan protein transferin dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan untuk penggunaan selanjutnya terutama disistem retikuloendotelial dan sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin.

Pengangkutan dan Penyimpanan Besi Besi diabsorbsi dari usus halus, besi tersebut segera bergabung didalam plasma darah dengan beta globulin, yakni apotransferin, untuk membentuk transferin, yang selanjutnya diangkut dalam plasma. Dalam sitoplasma sel, besi ini bergabung terutama dengan suatu protein, yakni apoferitin, untuk membentuk feritin. Apoferitin mempunyai berat molekul kira-kira 460.000, dan berbagai jumlah besi dapat bergabung dalam bentuk kelompok radikal besi dengan molekul besar ini.

Besi yang Terbuang dalam Sehari Setiap hari, seorang pria mengekskresikan sekitar 0,6 mg besi, terutama dalam feses. Bila terjadi perdarahan, maka jumlah besi yang hilang akan lebih banyak lagi. Pada wanita, hilangnya darah menstruasi mengakibatkan kehilangan besi jangka panjang rata-rata sekitar 1,3 mg/hari.

Absorbsi Besi dari Teraktus Intestinal Besi diabsorbsi dari semua bagian usus halus, sebagian besar melalui mekanisme. Hati mengekresi apotransferin dalam jumlah sedang kedalam empedu yang mengalir melalui duktus biliaris kedalam duodenum.

Anemia Akibat Kehilangan Darah. Setelah mengalami perdarahan yang cepat, tubuh akan mengganti cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini akan menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak terjadi perdarahan berikutnya, konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam waktu 3 sampai 6 minggu. Anemia megaloblastik. Dari pembicaraan mengenai vitamin B12, asam folat, dan faktor intrinsik yang berasal dari mukosa lambung, kita dapat mengerti dengan mudah bahwa hilangnya salah satu faktor ini dapat memperlambat produksi eritroblas dalam sumsum tulang. Akibatnya, sel darah merah tumbuh terlalu besar dengan bentuk yang aneh, dan disebut megaloblas.

Anemia 01

03

Anemia Aplastik. Aplasia sumsum tulang berarti tidak berfungsinya sumsum tulang.

02

04

Anemia Hemolitik. Sel-sel tersebut bersifat rapuh, sehingga mudah pecah sewaktu melewati kapiler, terutama sewaktu melalui limpah. Masa hidup sel darah merah ini sangat singkat sehingga sel ini dihancurkanlebih cepat dibandingkan pembentukannya dan mengakibatkan anemia yang parah.

Etiologi Anemia Defisiensi Besi 1.

Ketidakseimbangan poIa makan daIam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dengan kebutuhan didaIam tubuh. 2. Gangguan absorbsi besi pada usus 3. Kebutuhan seI darah merah meningkat pada saat hamiI dan menyusui.

Manifestasi Klinis Koilonik ia

Yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi ra puh, berga ris-garis vertika l dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

Cheilosis angularis (stomatitis angularis)

Ya itu fisura dan ulsera si sudut mulut atau adanya keradanga n pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwa rna pucat keputihan .

Atropi papil lidah

Yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkila p karena papil lidah menghila ng.

Disfagia

Yaitu nyeri menela n karena kerusakan epitel hipofaring.

S indrom Paterson-Kelly (Plum mer-Vin son)

Ya itu kumpulan geja la yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.

Diagnosis

Diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat, dalam menegakkan diagnosis ADB diperlukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, leukosit, trombosit ditambah pemeriksaan morfologi darah tepi dan pemeriksaan status besi (Fe serum, Total ironbinding capacity (TIBC), saturasi transferin, feritin)(Bakta, 2009).

Komplikasi Kekurangan zat besi berdampak buruk kepada sistem kekebalan tubuh manusia. Inilah yang membuat anda lebih mudah terserang penyakit lain. Anemia defisiensi besi juga bisa berakibat kepada terjadinya gagal jantung, yaitu saat kinerja terjadinya gagal jantung, yaitu saat kinerja jantung menurun dan tidak bisa memompa darah ke seluruh bagian tubuh dengan baik

Pathway

Manifestasi yang timbul

Perdarahan menahun yang menyebabkan kehilangan besi atau kebutuhan besi yang meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi yang negative, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state)

Kasus

Nn A, 35 tahun dirawat di RS dengan keluhan letih, lesu, sakit kepala, lemas dan nafsu makan berkurang serta tidak mampu beraktivitas. Pada pemeriksaan fisik Nn A terlihat pucat, nafas sesak, palpitasi, letargi/mengantuk. Pada pemeriksaan darah Hb 8gr/dl. Nn A di duga menderita anemia defisiensi Fe.

Diagnosa 1. Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan diet kurang Kode : 00002 2. Intoleran Aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Kode : 00092

Perencanaan NO 1

NANDA

NOC

Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan diet kurang

NIC

Status nutrisi

Manajemen nutrisi

Kode : 00002

Definisi : Sejauh mana nutrisi dicerna dan diserap untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Definisi : Menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Indikator :

Aktivitas-aktivitas :

1. 100401 Asupan gizi (4)

1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi.

2. 100402 Asupan makanan (4)

Batasan Karakteristik : 1. Enggan makan

3. 100408 Asupan cairan (4) 2. Kurang makanan

minat

pada

3. Membran mukosa pucat

4. 100403 Energi (4) 5. 100405 rasio berat badan/tinggi badan (4)

2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi.

6. 100411 Hidrasi (4) Faktor yang berhubungan : 1. Asupan diet kurang

Populasi beresiko : 1. Faktor biologis

Kondisi terkait : 1. Ketidakmampuan makan

3. Berikan pilihan mananan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan (makanan) yang lebih sehat, jiika diperlukan.

2

Intoleran Aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Kode : 00092 Definisi : Ketidakcukupan energi pisikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelsaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan Karakteristik : 1. Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas 2. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 3. Keletihan

Faktor yang berhubungan : 1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 2. Fisik tidak bugar

Populasi beresiko : 1. Riwayat intoleran aktivitas sebelumnya

Kondisi terkait : 1. Masalah sirkulasi 2. Gangguan pernapasan

Toleransi terhadap aktivitas

Terapi aktivitas

Definiisi : respon fisiologis terhadap pergerakan yang memerlukan energi dalam aktivitas sehari-hari.

Definisi : peresepan terkait dengan menggunakan bantuan aktivitas fisik, kognisi, sosial, dan spiritual untuk meningkatkan frekuensi dan durasi dari aktivitas kelompok.

Indikator : 1. 000501 satu rasi oksigen ketika beraktivitas (4) 2. 000503 pernapasan beraktivitas (4)

Frekuensi ketika

Aktivitas-aktivitas : 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik 2. Bantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan (yang dimiliki nya) dibandingkan dengan kelemahan (yang dimilikinya) 3. Bantu mengidentifikasi aktivitas diinginkan.

klien yang

Tindakan intervensi keperawatan 1.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan diet kurang. Intervensi

Rasional

1. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien .

- Mengetahui kekurangan nutrisi klien.

2. kaji penurunan nafsu makan klien.

- Agar dapat dilakukan intervensi dalam pemberian makanan pada klien .

3. jelaskan pentingnya makanan bagi proses

- Dengan pengetahuan yang baik tentang

penyembuhan.

nutrisi akan memotivasi untuk meningkatkan

4. ukur tinggi dan berat badan klien.

pemenuhan nutrisi.

- membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-protein, khususnya bila berat badan kurang dari normal.

5. dokumentasi masukan oral selama 24

- Mengindentifikasi ketidak seimbangan

jam, riwayat makanan, jumlah kalori

kebutuhan nutrisi

dengan tepat ( intake)

Tindakan intervensi keperawatan 2. Intoleran aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Intervensi 1.

Rasional

Monitor

respons

pasien

terhadap

aktivitas.

- Menetapkan kemampuan, kebutuhan pasien

dan

memudahkan

pilihan

intervensi. 2. Berika n lingkunga n tenang dan batasi pengunjung

sela ma

fase

akut

sesuai

indika si.

3.

- Menurunkan stress dan ra ngsanga n berlebiha n, meningka tkan istira hat.

Jela skan pentingnya istira hat dalam - Tira h baring

rencana

pengobatan

dan

perlunya

keseimbangan aktivitas dan istira hat.

diperta hankan sela ma

fase aku untuk menurunkan kebutuhan metabolic,

menghemat

energi

penyembuhan. 4. Bantu pasien memilih posisi nyaman - Pa sien mungkin nyaman dengan kepala untuk istira hat dan atau tidur. 5. kola bora si dengan fisioterapi

lebih tinggi. jika perlu.

- Meningka tkan

kemampuan

aktivita s

pasien sesuai kemampuan maksima l.

Masalah keperawatan

1. 2.

Ketidakseimbangan nutrisi Inteloran aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

THANK YOU

Related Documents


More Documents from "the day"