Analisis Data Spora, Respirasi Pembahasan Metabolisme.docx

  • Uploaded by: tri utamitr
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis Data Spora, Respirasi Pembahasan Metabolisme.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,090
  • Pages: 4
ANALISIS DATA SPORA Pada pengamatan spora bakteri dari hasil inokulasi dilakukan dengan menggunakan dua koloni, yaitu koloni I dan koloni II. Pada hasil praktikum ditemukan spora pada masing-masing koloni namun dengan bentuk dan lokasi yang berbeda. Pada koloni I, spora berbentuk oval dan berada di terminal sel bakteri. Sedangkan pada koloni II spora berbentuk lonjong dan berlokasi di sentral sel bakteri. ANALISIS DATA RESPIRASI Pada pengamatan respirasi bakteri hasil inokulasi dengan menggunakan dua koloni, yaitu koloni I dan koloni II. Setelah bakteri di inokulasi pada medium cair dan mendiamkan biakan pada suhu 37⁰C selama 2x24 jam, Hasil menunjukkan bahwa pada koloni I letak distribusi sel bakteri dalam tabung menyebar yang menandakan tipe respirasi bakteri pada koloni I adalah fakultatif. Sedangkan pada koloni II distribusi sel bakteri ditemukan di dasar yang berarti tipe respirasi bakteri pada koloni II adalah anaerob. PEMBAHASAN METABOLISME Uji Hidrolisis Protein Pada uji hidrolisis protein ini menggunakan medium Skim Milk Agar (SMA) dengan komposisi skim milk sebanyak 100 gram, Agar 20 gram dan NaCl 5 gram untuk 1 L medium. Protein diuraikan menjadi asam amino yang dilakukan dengan sekresi enzim protease yang dapat menghidrolisis ikatan peptida pada protein dan menguraikannya menjadi asam amino serta peptida sederhana. Pada praktikum yang dilakukan pada ketiga bakteri yaitu bakteri Bacillus subtilis, Escherichia Coli, Staphylococcus aereus tidak ditemukan zona bening yang artinya tidak ada satupun bakteri yang disebutkan dapat menghidrolisis protein. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dipublikasikan oleh Susanti pada tahun 2003 yang menyatakan bahwa bakteri Bacillus subtilis dapat menghidrolisis protein dengan mengeluarkan enzim protease. Sekresi dari enzim ini dapat menguraikan kasein susu menjadi asam amino. Medium yang awalnya berwarna putih, akibat aktivitas enzim protease yang menghidrolisis protein maka daerah sekitar bakteri akan terbentuk zona bening. Hal ini menandakan bahwa protein berhasil diuraikan. Semakin luas zona bening yang terhidrolisis, maka aktivitas bakteri dalam menghidrolisis protein semakin tinggi (Nurmalinda et al., 2013). Protein adalah molekul yang disusun atas asam amino yang diikat dengan ikatan peptida (Volk dan Wheeler).

he teman, ini mau ku gambar struktur protein  pake tangan soalnya aku ga nemu gambar yang bagus di google alias wfi macet jadi aku ga bisa browsing gambar struktur protein. ini kosongin aja nanti biar ku gambar manual pake tangan. Thankyou muah :*

Dari penelitian milik Susanti (2003), Bacillus subtilis 1012M15 mempunyai aktivitas enzim protease sebesar 0,95 unit/mL dengan kadar protein total 4,75 mg/mL dan aktivitas spesifik 0,2 unit/mg. Pada penelitian yang dilakukan oleh Soeka dan Sulistiyani pada tahun 2014 setelah bakteri diinkubasi selama tiga hari, aktivitas enzim paling tinggi pada bakteri Bacillus subtilis strain A1 sebesar 87,35 U/mL. Hasil penelitian dari Zulfa dan Bahar (2018) ditemukan aktivitas proteolitik pada bakteri Escherichia coli.

Hasil penelitian Fatoni, dkk (2008) dengan memurnikan protein melalui

pengendapan garam yang dibantu oleh amonium sulfat didapat hasil bahwa bakteri Staphylococcus sp mempunyai aktivitas enzim protease 68,22 U/mg dengan kemurnian 19,24 kali ekstrak kasarnya. Dari ketiga bakteri yang diuji, Aktivitas enzim protease yang paling tinggi adalah milik bakteri Bacillus subtilis (Palsaniya et al., 2012) Dari beberapa hasil penelitian yang telah diuraikan menyatakan bahwa baktei

Bacillus

subtilis, Escherichia Coli, dan Staphylococcus aereus mampu menghidrolisis protein. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh kelompok 1 yang tidak ada satupun bakteri yang diujikan terbukti menghidrolisis protein. Berikut adalah kemungkinan yang terjadi untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. 1. Suhu yang digunakan untuk inkubasi kurang. Seperti bakteri Staphylococcus sp. yang suhu optimum bagi enzim protease aktif adalah 40⁰C. 2. Pembuatan medium yang terlalu banyak kandungan kasein sehingga bakteri membutuhkan waktu yang lama untuk menghidrolisis. 3. Human Error, seperti inokulasi bakteri yang tidak merata, bakteri tidak membentuk koloni sehingga tidak bisa mengamati zona bening yang terbentuk jika bakteri mengeksresikan enzim protease.

Uji amilum Mikroorganisme yang dapat memecah pati biasanya bersifat amilolitik. Amilum merupakan

karbohidrat jenis polisakarida. Menurut Campbell (2002), beberapa polisakarida berfungsi untuk cadangan yang akan diperlukan ketika terjadi hidrolisis dan menyediakan gula. Untuk menghidrolisi amilum, dibutuhkan enzim yaitu enzim amylase yang mengubah amilum menjadi maltosa.

Menurut Sukarminah, dkk (2010), amilum tidak dapat digunakan secara langsung sehingga bakteri harus melakukan hidrolisis amilum menjadi molekul yang sederhana agar dapat masuk ke dalam sel. Pada uji metabolisme amilum digunakan larutan iodium. Tujuan penggunaan larutan ini adalah untuk membuktikan bakteri yang tumbuh pada media merupakan bakteri amilolitik atau tidak. Menurut Hastuti (2018), ketika larutan yodium dituangkan ke permukaan medium disekeliling koloni bakteri berwarna jernih menunjukkan bahwa adanya hidrolisis amilum, sedangkan bagian lain berwarna biru kehitaman. Pada saat percobaan ini menggunakan medium lempeng amilum agar. Hasilnya bakteri Escherichia coli memiliki kemampuan hidrolisis rendah, bakteri Bacilus subtilis tidak mampu menghidrolisis amilum, dan bakteri Staphylococcus aureus memiliki kemampuan menghidrolisis sedang. Hal ini mengindikasi bahwa bakteri Bacilus subtilis tidak memiliki enzim amilase. Uji lemak Menurut Hastuti (2018), ketika bakteri menghidrolisis lemak, akan menyebabkan penurunan pH medium, sehingga terbentuk warna merah pada bagian bawah koloni bakteri. Jika tidak terjadi hidrolisis, medium tetap dalam pH mendekati netral dan berwarna kuning pada bagian bawah koloni bakteri. Kemampuan hidrolisis lemak pada bakteri disebabkan oleh enzim lipase. Enzim ini menghidrolisis lemak dan memecahkan lemak menjadi 3 molekul asam lemak dan 1 molekul asam gliserol.

Pada percobaan ini menggunakan medium NAL yang mengandung minyak zaitun dan indikator Neutral Red. Hasilnya bakteri Escherichia coli dan bakteri Bacilus subtilis tidak mampu menghidrolisis lemak, sedangkan bakteri Staphylococcus aureus memiliki kemampuan menghidrolisis sedang pada lemak. Hal ini mengindikasi bahwa bakteri Escherichia coli dan bakteri Bacilus subtilis tidak memiliki enzim lipase. DAFTAR RUJUKAN Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Jilid 1. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sukarminah, E., Sumanti, D.M., & Hanidah, I. 2010. Mikrobiologi Pangan. Bandung : Universitas Pajajaran. Hastuti, U. S. 2018. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UMM Press. Susanti, E. 2003. Isolasi dan Karakterisasi Protease dari Bacillus subtilis 1012M15. Biodeiversitas. 4(1). 12-17. DOI: 10.13057/biodiv/d040103 Soeka, Y.S. dan Sulistiani. 2014. Karakterisasi Protease Bacillus subtilis A1 InaCC B398 yang Diisolasi dari Terasi Samarinda. Berita Biologi. 13(2) Palsaniya P, R Mishra, N Beejawat, S Sethi and BL Gupta. 2012. Optimization of Alkaline Protease Production from Bacteria Isolated from Soil. Journal Microbiology Biotechnology Research. 2(6), 858-865. Nurmalinda A, Periadnadi dan Nurmiati. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Parsial Bakteri Indigenous Pemfermentasi dari Buah Durian (Durio zibethinus Murr.). Jurnal Biologi Universitas Andalas 2(1), 8-13. Bahar, M. dan Zulfa, F. 2018. Potensi Antibakteri Isolat Actinomycetes terhadap Aktivitas Proteolitik dan Amilolitik Escherichia Coli ATTC 25922. Jurnal Teknologi Laboratorium. 7(1). DOI: 10.29238/teknolabjournal.v7i1.101 Baehaki, A. Nurhayati, T. dan Suhartomo, M.T. 2005. Karakteristik Protease dari Bakteri Patogen. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. VII (2). Fatoni, A., Zusfahair, dan Lestari, P. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Protease Ekstraseluler dari Bakteri dalam Limbah Cair Tahu. Jurnal Natur Indonesia. 10 (2). 83-88

Related Documents


More Documents from "Anggi Klarita"