Tugas Akuntansi Perbankan “Transaksi Surat Berharga Pasar Uang”
Dosen Pengampu : Bambang SE., Ak., M.Ak., CA
Di Susun Oleh Kelompok I : Amelia Diastri Ningrum
(A1C016007)
Anugerah Bayu Kusuma
(A1C016011)
Aulia Febriana
(A1C016015)
Baiq Krisnina Maharani Putri
(A1C016028)
Baiq Nisrina Putri Zainuri
(A1C016032)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram 2018
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr . Wb. Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Perbankan ini dengan baik dan tepat waktu. Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini khususnya kepada Bapak Bambang SE., Ak., M.Ak., CA. selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas dan arahan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan karya tulis ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Mataram, 22 November 2018
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dana bank dapat dipenuhi dari berbagai sumber dana, salah satunya adalah melalui penjualan surat berharga pasar uang. SBPU ini adalah surat berharga yang diterbitkan dan ditandatangani oleh nasabah, yang pada umumnya dilakukan sebagai jaminan atas pelunasan hutang nasabah kepada bank yang bersangkutan. Surat berharga yang telah diterima dari nasabah sebagai jaminan pelunasan, selanjutnya menjadi asset bagi bank. Dengan demikian bank berhak untuk memperjualbelikan atau memperdagangkannya melalui pasar uang antarbank. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar uang inilah yang selanjutnya disebut Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Perdagangan SBPU bisa antara bank komersial, dengan lembaga keuangan bukan bank atau antarbank komersial dengan Bank Indonesia atau masyarakat umum selama memenuhi persyaratan yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Namun praktik yang paling sering dilakukan adalah dengan Bank Indonesia. Perdagangan SBPU dengan Bank Indonesia dilakukan secara lelang dengan sistem diskonto. . B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan Surat Berharga Pasar Uang dan Surat Berharga yang diterbitkan ? 2. Akun-akun apa saja yang merupakan bagian dari Deposito dan akun-akun apa saja yang bukan merupakan bagian dari Deposito maupun pinjaman yang diterima ? 3. Bagaimanakah penyajian Deposito dan pinjaman yang diterima dalam Laporan Keuangan ? 4. Standar apa yang mendasari ketentuan dan aturan Deposito dan Pinjaman yang Diterima
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank 1.1.
Pengertian Bank
1. Menurut Undang-undang RI nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan (pasal 1 ayat 2) Bank adalah sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak. 2. Menurut Undang-undang RI nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan (pasal 1 ayat 3) Definisi Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan-kegiatan konvensional maupun secara syariah dalam kegiatannya memberikan jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran. 3. Menurut Wikipedia Menurut Wikipedia Definisi Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan, umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, peminjaman uang, dan menerbitkan promes atau banknote 4. Menurut PSAK No. 31 Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31, pengertian Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Jadi, Bank adalah suatu lembaga keuangan yang memiliki kewenangan untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman modal kerja untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat umum. 1.2.
Tujuan Manajemen Dana Bank
1. Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang perusahaan. 2. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan yang mempertimbangkan faktor risiko.
3. Mempertimbangkan kepentingan pemilik, kreditor dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan. 4. Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham lebih menekankan pada aliran kas daripada laba bersih dalam pengertian akuntansi.
1.3. a.
Sumber-Sumber Dana Bank
Dana Dari Modal Sendiri (Dana Dari Pihak Pertama) Dana dari modal sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang saham Bank, yaitu
pemilik bank. Dalam neraca bank, dana sendiri itu tertera dalam rekening Modal dan cadangan yang tercantum pada sisi pasiva. Dana sendiri tediri dari: 1.
Modal yang disetor, yaitu jumlah uang yang disetor secara aktif oleh para pemegang saham pada saat bank berdiri.
2.
Cadangan-cadangan, yaitu sebagian dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutupi timbulnya resiko dikemudian hari.
3.
Laba yang ditahan, yang mestinya milik para pemegang saham, tapi oleh mereka diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukan kembali dalam modal kerja.
b. Dana Pinjaman dari Pihak Luar Dana dari pihak kedua yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana pada bank terdiri dari 4 pihak, yaitu: 1. Pinjaman dari bank-bank lain yang dikenal dengan call money yaitu pinjaman harian antar bank. Pinjaman ini biasanaya diminta bila ada keperluan mendesak yang dilakukan bank. 2. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri yang biasanya berbentuk pinjaman jangka menengah panjang. 3. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, yaitu biasanya benar-benar berbentuk pinjaman atau kredit. 4. Pinjaman dari bank sentral (BI). Untuk membiayai usaha masyarakat yang tergolong prioritas, apalagi yang berprioritas tinggi seperti kredit investasi pada sektor-sektor yang harus ditunjang sesuai dengan petunjuk pelita kredit produksi dan modal kerja, maka bank Indonesia memberikan bantuan dana yang disebut dengan nama Kredit Likuiditas.
c. Dana dari Masyarakat Bank merupakan pelayanan masyarakat dan wadah perantara keuangan masyarakat. Karena itu bank harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan pada masyarakat yang kekurangan. (a). Giro (Demand Deposits) Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahanbukuan. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui suatu Rekening Koran (b). Deposito (Time Deposits) Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap pada bank karena para pemegangnya tertarik dengan tawaran bunga yang diajukan bank. Disamping keyakinan para deposen bahwa pada saat jatuh tempo, bila dia tidak ingin memperpanjang, dana tersebut tersedia kembali. (c). Tabungan (Saving) Tabungan merupakan simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Saat ini ada 4 macam tabungan yang diselenggarakan bank, yaitu: a.
Tabanas (Tabungan Pembangunan Nasional)
Ialah bentuk tabungan yang tidak terikat oleh jangka waktu dengan syarat penyetoran dan pengambilan. Tabanas terdiri dari: 1) Tabanas Umum 2) Tabungan pemuda, pelajar dan pramuka 3) Tabungan pegawai, yaitu Tabanas khusus untuk para pegawai dari semua golongan kepangkatan. b. Taska, yaitu tabungan yang dikaitkan dengan asuransi jiwa. c. Tabungan ONH, yaitu setoran ongkos naik haji atas nama calon jemaah haji untuk setiap musim haji yang bersangkutan d. Tabungan lainnya yaitu tabungan selain Tabanas dan Taska, misalnya tabungan dari pegawai bank sendiri yang bukan Tabanas atau Taska pada bank lainnya.
Selain dari 3 macam bentuk dana dari pihak ketiga di atas, masih ada lagi beberapa macam dana dari pihak ketiga lainya yang diterima bank. Namun dana-dana tersebut sebagian besar berbentuk dana sementara yang susah di susun perencanaannya. Misalnya setoran jaminan yaitu dana untuk setoran jaminan L/C dan untuk jaminan bank. Dana-dana ini bersifat sementara saja dan pada saatnya tidak lagi berada pada bank yang masuk dalam kategori dana dari pihak ketiga lainya yaitu sertifikat bank yang dapat diperdagangkan dalam Pasar Uang.
1.4.
Jenis-Jenis Produk Bank
Dalam praktek sehari-hari terdapat berbagai jenis jasa bank yang ditawarkan kepada masyarakat. Kelengkapan jenis produk bank yang ditawarkan tergantung dari kemampuan bank dan jenis bank itu sendiri. Semakin lengkap produk yang ditawarkan makan akan semakin baik, sehingga untuk memperoleh produk bank nasabah cukup mendatangi satu bank saja. Menurut Kasmir produk bank tersebut meliputi:
Menghimpun dana (Funding)
1. Rekening Giro 2. Rekening Tabungan 3. Rekening Deposito
Menyalurkan Dana (Lending)
1. Kredit Investasi 2. Kredit Modal Kerja 3. Kredit Perdagangan 4. Kredit Konsumtif 5. Kredit Produktif
Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Service)
1. Transfer 2. Inkaso 3. Kliring 4. Safe Deposit Box 5. Bank Card
6. Bank Note (Valas) 7. Bank Garansi 8. Referensi Bank 9. Bank Darft 10. Leter of credit (L/C) 11. Cek Wisata 12. Jual beli surat berharga (obligasi)
Menerima setoran-setoran lain
1. Pembayaran pajak 2. Pembayaran listrik 3. Pembanayaran telepon 4. Pembayaran uang kuliah 5. Pembayaran Air
Melayani pembayaran-pembayaran
1. Gaji / pensiun 2. Pembayaran Deviden 3. Pembayaran Bonus
Berperan dalam pasar modal
1. Penjamin emisi (Under write) 2. Penanggung (guarantor) 3. Wali amanat (trustee) 4. Perantara perdagangan efek (broker) 5. Pedagang efek (dealer) 6. Perusahaan pengelolah dana (Investment company).
Pemasaran Bank Online Mengikuti perkembangan teknologi serta trend perdagangan yang berubah, transaksi
online mulai menggeser transaksi tradisional terdahulu. Nasabah cenderung mencari kemudahan, bahkan untuk hanya sekedar transaksi menggunakan atm menjadi kurang praktis
1.5.
Fitur-Fitur Perbankan
1. Informasi transaksi melalui SMS atau email. Jika biasanya untuk mengetahui detail transaksi perbankan, kita harus mencetak atau print buku tabungan ke bank, maka sekarang hal tersebut bisa jadi lebih mudah. Karena beberapa bank mempermudah nasabahnya dengan memberikan informasi transaksi melalui SMS atau email. Hal ini juga dapat mencegah terjadinya tindak kejahatan. Apabila terdapat transaksi yang tidak wajar atau mencurigakan, nasabah dapat mengetahuinya lebih awal. 2. Autodebet Fasilitas autodebet adalah fasilitas yang disediakan beberapa bank untuk para nasabahnya, yang memungkinkan bank mendebet secara langsung rekening nasabah secara otomatis setiap bulan sesuai persetujuan. Ini mempermudah nasabah dalam membayar tagihan atau iuran setiap bulan tanpa harus mendebet terlebih dahulu. 3. Auto Fund Transfer Fitur Auto Fund Transfer atau AFT adalah fitur yang memungkinkan nasabah membayar cicilan ke rekening perusahaan atau instansi tertentu secara rutin dan otomatis. Jika nasabah memiliki cicilan mobil, rumah, atau motor ke perusahaan leasing atau KPR, maka bisa memanfaatkan fitur AFT tersebut untuk menghidari lupa atau terlambat bayar tagihan cicilan. Seperti kita tahu lupa atau terlambat bayar tagihan biasanya kita terkena denda. Sedih pasti kalau denda bertumpuk hanya karena kesibukan dan lupa. 4. Auto Transfer System Auto Transfer System atau ATS adalah fitur yang dapat digunakan untuk mengirim uang ke rekening lain secara rutin setiap bulan dan otomatis. Hal tersebut bisa dimanfaatkan untuk membayar gaji bagi nasabah yang memiliki karyawan, atau mengirimkan uang ke saudara secara rutin. Dengan AFT maka meminimalisir tingkat lupa karena kesibukan dan mempermudah proses. 5. Desain Kartu ATM Sendiri
Beberapa jenis tabungan memberikan fasilitas desain kartu ATM sesuai keinginan nasabah. Personalisasi kartu ATM tersebut menarik bagi nasabah karena kartu ATMnya tidak akan memiliki resiko tertukar dengan milik orang lain. 6. Tabungan sekaligus Asuransi Beberapa jenis tabungan juga dilengkapi dengan asuransi kesehatan dan asuransi kematian. Seperti tabungan anak-anak yang kami miliki dilengkapi dengan asuransi untuk anak. Meski nilai asuransinya tidak terlalu besar, namun lumayan untuk dimanfaatkan jika dibutuhkan. Dan fitur ini penting untuk diketahui, karena jika dibutuhkan bisa diambil atau diklaim ke bank yang bersangkutan. Karena itu ketahui fitur lengkap tabunganmu dengan menanyakan sedetail mungkin ke customer service bank bersangkutan. 1.6.
No
1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Perbedaan
Bank Islam (Bank
Aspek
Syariah)
Investasi
Bank Konvensional
Investasi hanya untuk
Investasi tidak memperdulikan
proyek dan produk yang
atau mempertimbangkan proyek
halal
tersebut halal atau haram
keuntungan dari penggunaan modal dibagi sesuai dengan akad yang disepakati di awal. Bank
2
Return (Imbal
syariah akan tetap
Hasil dari
memperhatikan
investasi)
kemungkinan untung atau rugi usaha yang dibiayainya tersebut. Return sesuai dengan keuntungan nasabah
Bank konvensional menerapkan sistem bunga tetap atau bunga mengambang pada setiap pinjaman yang diberikan pada nasabah. Oleh karena itu, bank konvensional menganggap bahwa usaha yang dijalankan oleh nasabah akan selalu untung
Perjanjian dibuat sesuai dengan hukum positif 3
Perjanjian /
yang berlaku dan
Aqad
mengikuti akad yang sesuai dengan syariat
Perjanjian hanya menggunakan hukum positif sebagai dasar perjanjian
Islam Orientasi bisnis dalam pembiayaan tidak hanya untuk keuntungan saja, 4
Orientasi bisnis
namun juga kepadafalah oriented, yaitu berorientasi
Orientasi pembiayaan adalah memperoleh keuntungan semata
pada kesejahteraan masyarakat
5
Hubungan Bank dan Nasabah
Hubungan bank dan
Hubungan antara bank dan
nasabah adalah sebagai
nasabah adalah sebagai kreditur
mitra
dan debitur
Dewan pengawas terdiri 6
Dewan
dari BI, Bapepam,
Dewan pengawas terdiri dari BI,
Pengawas
Komisaris dan adanya
Bapepam, Komisaris
Dewan Pengawas Syariah Penyelesaian sengketa diupayakan mendahulukan
7
Penyelesaian Sengketa
musyawarah antara bank dan nasabah. Jika jalan temu tidak tercapai maka diselesaikan di Pengadilan Agama
Keterangan : 1. Investasi
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat.
Bank syariah memberikan persyaratan bagi nasabah yang ingin meminjam dana usaha dengan persyaratan bahwa usaha yang dijalankan halal dan baik, misalnya saja seperti pertanian,dagang, pertenakan, dan lainnya. Namun pada bank konvensioanal, nasabah diperbolehkan melakukan peminajam jika usaha yang dijalankan mendapatkan perijinan dari hukum positif. Tak harus usaha tersebut bercap halal asalkan sudah diijinkan oleh hukumhukum positif yang berlaku di Indonesia 2. Return Sistem pembagian keuntungan antara bank konvensional dan bank syariah juga berbeda. Bank konvensional menerapkan sistem bunga tetap atau bunga mengambang pada setiap pinjaman yang diberikan pada nasabah. Oleh karena itu, bank konvensional menganggap bahwa usaha yang dijalankan oleh nasabah akan selalu untung. Biasanya bunga bank akan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Penentuannya pun didasarkan pada kondisi yang dapat menguntungkan. Besarnya bunga bank akan disesuaikan dari modal yang dikreditkan oleh nasabah. Untuk pembayaran bunga bank sendiri, biasanya tetap dan tak melihat untung ataupun rugi. Selain itu, pembayaran bunga tidak akan meningkat meskipun keuntungan yang didapat semakin meningkat. Pada bank syariah, keuntungan dari penggunaan modal dibagi sesuai dengan akad yang disepakati di awal. Besar dari bagi hasil ini akan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang dapat diperoleh. Sistem bagi hasil sangat tergantung pada keuntungan sebuah proyek. Sehingga bila proyek tersebut rugi, maka kerugian tersebut akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Sistem bagi hasil dapat meningkatkan pembagian keuntungan berdasarkan pada peningkatan pendapatan yang ada 3. Akad (Perjanjian) Dalam bank syariah akad (perjanjian) dibuat berdasarkan hukum islam dan hukum positif, namun pada bank konvensional akad (perjanjian) dibuat hanya berdasarkan hukum positif Beberapa ketentuan akad dalam bank syariah seperti; 1. Adanya rukun: penjual, pembeli, barang, harga, dan ijab qabul 2. Adanya syarat, seperti: barang dan jasa harus halal, harga barang dan jasa harus jelas, tempat penyerahan harus jelas, serta barang yang ditransaksikan harus dalam kepemilikan penjual 4. Orientasi bisnis
Orientasi yang ada pada sistem bank konvensional semata-mata adalah orientasi keuntungan atau profit oriented. Sementara pada sistem bank konvensional, orientasi yang digunakan selain orientasi keuntungan juga memperhatikan kemakmuran dan kebahagiaan hidup dunia akhirat atas kerjasamanya. 5. Hubungan Bank dan Nasabah Dari segi sosial, perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional juga terdapat pada hubungan antara bank dengan nasabahnya. Pada bank syariah diterapkan sistem kemitraan, sementara pada bank konvensional hubungan nasabah dan bank disebut kreditur dan debitur. 6. Dewan Pengawas Syariah (DPS) Selain beberapa perbedaan prinsip operasional di atas, salah satu ciri yang membedakan antara bank Islam dengan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada Bank Islam. DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan kata lain DPS bertanggung jawab atas produk dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat agar sesuai dengan prinsip syariah; investasi atau proyek yang ditangani oleh bank harus juga sesuai dengan prinsip syariah, dan tentu saja bank itu harus di-manage sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan pada bank konvensional, tak ada dewan pengawas di dalamnya. Sehingga setiap transaksi yang dilakukan pada bank konvensional tidak diawasi oleh siapapun selalin hukum-hukum positif yang berlaku. 7. Penyelesaian Sengketa Jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum syariah di Pengadilan Agama. Lembaga yang mengatur hukum berdasar prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia
B. Pengertian Surat Berharga 2.1. Berdasarkan Definisi PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia)
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. 2.2. Berdasarkan definisi umum Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) adalah surat pengakuan utang jangka pendek dan jangka panjang yang diterbitkan oleh bank atau pihak ketiga bukan bank yang dijual dengan janji untuk dibeli kembali dari pembeli dengan harga yang telah disepakati pada awal transaksi. Surat berharga yang bisa diperjualbelikan oleh bank terdiri atas surat pengakuan hutang, wesel, sertifikat bank Indonesia, obligasi, sekuritas kredir, atau setiap deriatif dari surat berharga atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang diperdagangkan dalam pasar uang. 2.3. Pengertian Surat Berharga Pasar Uang Surat Berharga Pasar Uang adalah money market instruments yaitu surat utang yang diterbitkan oleh badan usahaswasta, pemerintah, dan agen pemerintah, umumnya berjangka waktu maksimum satu tahun; Surat utang yang demikian merupakan investasi yang sangat likuid; contohnya, Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang, surat berharga komersial, termasuk di dalamnya surat utang jangka pendek, akseptasi bank, surat berharga komersial, surat berharga jangka pendek pemerintah daerah yang bebas pajak, dan sertifikat deposito bank yang dapat dijual. 2.4. Pengertian Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) Menurut PAPI Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) surat berharga yang diterbitkan adalah pengakuan utang yang diterbitkan oleh bank, seperti promes, wesel atau surat berharga lain yang sejenis, yang umumnya diperdagangkan di pasar uang dengan cara diskonto, dikenal sebagai surat berharga pasar uang (SPBU) dan obligasi. SBPU yang diterbitkan oleh bank dicatat sebesar nilai nominalnya. Diskonto merupakan selisih antara nilai nominal dengan harga jualnya dicatat sebagai bunga dibayar dimuka dan diamortisasi selama jangka waktu surat berharga pasar uang tersebut. Saldo bunga dibayar dimuka disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) dari nilai nominal SPBU tersebut.
Obligasi yang diterbitkan dicatat sebesar nilai nominalnya. Dalam hal jumlah yang diterima dari penerbitan obligasi tidak sama dengan nilai nominal obligasi yang bersangkutan, premium (agio) atau diskonto (disagio) yang timbul harus dia mortisasikan secara sistematis sebagai pengurang atau penambah beba bunga selama jangka waktu obligasi. Biaya-biaya yang timbul dari penerbitan obligasi diperlakukan sebagai beban yangditangguhkan dan diamortisasi selama jangka waktu obligasi yang bersangkutan.
C. Deposito dan Pinjaman yang Diterima 3.1. Definisi Deposito Deposito merupakan simpanan masyarakat atau pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu meurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Penarikan deposito hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu menurut jatuh temponya. Jatuh tempo deposito umumnya terdiri dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan 18 bulan, dan 24 bulan. Deposito masyarakat dapat dikategorikan kewajiban jangka pendek ataupun kewajiban jangka panjang. Deposito disajikan sebagai kewajiban jangka pendek bila sejak tanggal pelaporan hingga jatuh tempo tidak melebihi 1 tahun. Sedangkan deposito yang jatuh tempo lebih dari satu tahun sejak tanggal pelaporan, dapat dicatat sebagai kewajiban jangka panjang. Deposito juga bisa diperpanjang secara otomatis memakai sistem ARO (autometic Roll Over). Deposito akan diperpanjang secara otomatis sesudah jatuh tempo, sampai nasabah (pemilik) mencairkan depositonya. 3.2. Pos – Pos dalam Deposito. a. Deposito Berjangka. Pos ini digunakan sebagai tempat mecatat simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya pada waktu tertentu, sesuai dengan perjanjian antara pihak bank dan pihak penyimpan. Jumlah yang menjadi kewajiban bank dalam bentuk deposito berjangka sebesar jumlah nominal yang tercantum dalam surat perjanjian. Kewajiban bank dalam bentuk deposito berjangka harus dirinci berdasarkan jangka waktunya, misalnya deposito berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan seterusnya. b. Sertifikat Deposito.
Sebagai pos tempat mencatat simpanan berjangka pihak lain yang diperoleh bank dengan cara menerbitkan sertifikat deposito yang dapat diperdagangkan. Dalam hal demikian, pada saat bank menerbitkan sertifikat depositi, jumlah yang diterima bank dari penyimpan adalah sebesar jumlah nominal sertifikat deposito dikurangi dengan diskonto (bunga yang dibayar dimuka). Pos bunga yang dibayar dimuka setiap akhir periode tertentu diamortisasi. Oleh karena itu, pos sertifikat deposito dalam neraca disajikan sebesar jumlah nominalnya, sementara saldo pos Bungan yang dibayar dimuka (belum diakui sebagai beban bunga), disajikan sebagai pos pengurang. Dengan demikian, dalam neraca disajikan sebagai berikut : (Dr) Sertifikat deposito
xxx
(Cr) Bunga yang dibayar dimuka
xxx
c. Deposit On Call. Deposito on call merupakan pos yang mencatat simpanan yang berjangka waktu antara 3 sampai 30 hari atau dapat dikatakan kurang dari 1 bulan. Jangka waktu terpendek 3 hari dan terpanjang 30 hari, tergantung perjanjian antara nasabah dan bank. Penyetoran deposito on call dapat dilakukan melalui setoran tunai dan transfer. Deposito On Call merupakan deposito yang penarikan dananya harus di sertai dengan pemberitahuan beberapa hari sebelumnya kepada bank dan juga bunganya dibayarkan dibelakang. 3.2. Pinjaman Yang Diterima a. Pengertian Pinjaman yang Diterima Pinjaman yang diterima adalah pos sumber dana jangka panjang yang diterima oleh bank di dalam neraca. Yang dicatat kedalam pos ini adalah pinjaman yang diterima dari bank atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga keuangan bukan bank, lembaga keuangan luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah maupun valuta asing, pinjaman dari bank lain dalam rangka pembiayan bersama untuk membiayai suatu proyek dan harus dilunasi bila jatuh tempo. b. Jenis – jenis Pinjaman yang Diterima. 1. Pinjaman dari bank lain yaitu pinjaman yang diterima dari bank lain.
Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan perjanjian antara pihak kreditor dengan debitur. Perjanjian yang ditanda tangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan secara sepihak bila semua persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam akuntansi disebut komitmen. Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat dalam rekening administrative rupiah sisi debet dengan nama RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan. Pencatatan komitmen tagihan ini akan diikuti pencatatan realisasi pinjaman, bila pinjaman tersebut benar-benar direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat sebagai nilai nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower atau obligor. Tentu saja, pengkreditan rekening pinjaman diterima harus diikuti pengkreditan RAR fasilitas pinjaman diterima yang belum digunakan sebesar nilai realisasinya.
2. Pinjaman Two Step Loan Adalah pinjaman dari luar negeri yang diperoleh melalui pemerintah Republik Indonesia (Departemen Keuangan) dari lembaga keuangan internasional. Pinjaman ini ditujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan industry kecil dan menengah yang menunjang perekonomian. Pinjaman ini dapat berupa devisa, barang modal atau jasa. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada Participating Financial Institution (PFI) yaitu bank dan LKBB dalam bentuk rupiah sehingga resiko selisih kurs menjadi tanggung jawab pemerintah. Suku bunga TSL ini ditentukan oleh pemerintah dan berjangka waktu 15-20 tahun sehingga diakui equity. Perbandingan pembiyaan proyek antara dana dari TSL dengan dana dari PFI berkisar 80% : 20% dari jumlah kredit. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI wajib membayar kepada pemerintah sejumlah biaya yang dibayarkan kepada lender. 3. Pinjaman Obligasi. Obligasi merupakan instrument untuk menciptakan hutang. Sumber dana berasal dari obligasi merupakan alternative bank dalam membiayai investasinya. Sebagai surat pengakuan hutang, bank yang mnerbitkan obligasi harus membayar bunga kepada pembeli obligasi. Pembayaran bunga dapat
dilakukan setiap periode tertentu secara etap. Kewajiban ini akan diikuti pelunasan obligasi pada saat jatuh tempo. Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapatkan ijin dari otoritas pasar modal. Disamping itu, penerbit obligasi harus memenuhi perlindungan negative dan perlindungan positif. Perlindungan negative adalah persyaratan yang bersifat melarang emiten untuk melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi. Contoh perlindungan negative adalah dilarang membagi seluruh laba kepada pemegang saham, sebab akan dapat mengurangi kemampuan memenuhi kewajiban kepada pemegang obligasi. Sedangkan persyaratan perlindungan positif adalah persyaratan yang mewajibkan emiten melakukan tindakan yangmenguntungkan pemegang obligasi, misalnya kewajiban menerbitkan laporan keuangan secara periodik agar diketahui kinerja bank tersebut. Pencatatan pinjaman obligasi dilakukan ketika terjadi transaksi penjualan obligasi dan ketika terjadi pelunasan bunga atau pokok obligasi. Untuk bisa mencatatnya perlu mengetahui harga jual (kurs) obligasi yang terbentuk di pasar.
D. Pengimplikasian Deposito dan Pinjaman. A. Contoh Kasus Deposito dan Pinjaman serta Penerapannya dalam Laporan Keuangan. 1.1.
Deposito Berjangka. Pembukaan Deposito. Untuk membuka deposito deposan dapat menggunakan setoran tunai, dengan
cek, bilyet giro, bukti transfer masuk, wesel atau warkat lain yang disepakati bank. Prinsipnya pada saat disetor warkat itu harus sudah efektif, artinya dapat diuangkan. Deposito dicatat sebesar nilai nominal deposito yang tertera dalam perjanjian. Sebagai contoh : tanggal 31 Mei 2003 Sdr. Reni membuka deposito berjangka dari Bank Mitra Niaga Semarang dengan nominal Rp 50.000.000, bunga 18%pa, jangka waktu 3 bulan. Untuk ini Reni menyerahkan bilyet giro atas nama Reni Rp 20.000.000 , cek Bank Mitra Niaga Semarang yang ditarik oleh Sinta sebesar Rp 10.000.000, transfer amsuk dari Bank Mitra Niaga Cabang Bandung Rp 10.000.000 dan kekurangan nya dibayar tunai. Pajak bunga 15%. Pencatatan transaksi ini adalah :
Tanggal
Rekening
Debet (Rp)
31 Mei 2003
Dr. Giro Reni
20.000.000
Dr. Giro Sinta
10.000.000
Dr. RAK. Cabang Bandung
10.000.000
Dr. Kas
10.000.000 Cr. Deposito Berjangka
1.2.
Kredit (Rp)
50.000.000
Bunga Deposito Berjangka
Dalam perkembangan terakhir, beberapa bank memperhitungkan bunga harian untuk deposito. Ini artinya berapa haripun deposito mengendap akan diberikan bunga sebagaimana tabungan, hanya saja tetap terikat jangka waktu deposito. Perhitungan bunga yang lazim adalah minimal mengendap satu bulan. Bank akan memberikan bunga setelah deposito mengendap satu bulan. Misalnya deposito dibuka pada tanggal 31 Januari, maka jatuh tempo bunga tanggal 28 Februari, 31 Maret, 30 April dan seterusnya. Tetapi kalau deposito dibuka tidak pada akhir bulan, maka jatuh tempo bunga akan sama dengan tanggal pembukaan deposito. Contoh deposito dibuka tanggal 15 Januari untuk 3 bulan, maka jatuh tempo bunga pada tanggal 15 Februari, 15 Maret dan 15 April. Ilustrasi : Dengan merujuk pada contoh diatas, dengan asumsi deposan mengambil bunga deposito setiap tanggal 5 dan pajak bunga 15% dibayarkan setiap tanggal 10 kepada kantor kas Negara, maka pencatatan dan perhitungan bunganya adalah sebagai berikut :
Keterangan
Tgl
Rekening
Debet (Rp) Kredit (Rp)
Bunga ke-1
30 Juni
Dr. Biaya Bunga
750.000
Cr. Bunga DB Harus dibayar
Penarikan Bunga
Pelimpahan Pajak
5 Juni
10 Juni
Dr. Bunga DB Harus dibayar
750.000
750.000
Cr. Hutang PPh
112.500
Cr. Kas/giro
637.500
Dr. Hutang PPh
112.500
Cr. Giro Kantor Kas Negara
Bunga ke-2
31 Juli
Dr. Biaya Bunga
112.500
750.000
Cr. Bunga DB Harus dibayar
Penarikan Bunga
Pelimpahan Pajak
5 Juli
10 Juli
Dr. Bunga DB Harus dibayar
750.000
750.000
Cr. Hutang PPh
112.500
Cr. Kas/giro
637.500
Dr. Hutang PPh
112.500
Cr. Giro Kantor Kas Negara
Bunga ke-3
31 Agustus
Dr. Biaya Bunga
112.500
750.000
Cr. Bunga DB Harus dibayar
Dr. Deposito berjangka-Reni
750.000
50.000.000
Cr. Deposito Berjangka jth tempo
Penarikan Bunga dan Deposito
5 Agustus
50.000.000
Dr. Bunga DB harus dibayar
750.000
Dr. DB Berjangka Tlh Jth Tempo
50.000.000
Cr. Hutang PPh
112.500
Cr. Kas
50.637.5000
Pelimpahan Pajak
10 Agustus
Dr. Hutang PPh
112.500
Kredit
Keterangan
Tgl
Rekening Cr. Giro Kantor Kas Negara
Debet (Rp) 112.500 (Rp)
Penarikan
31/8-2003
Dr. Deposito Berjangka
50.000.000
Dr. Biaya Bunga
750.000
Bunga dan Deposito
Cr. Kas
50.637.500
Cr. Hutang PPh
112.500
1.3. Pencatatan Deposito Jatuh Tempo. Pada contoh diatas dinyatakan bahwa penaarikan bunga dilakukan setiap tanggal 5, dengan demikian bank akan membukukan bunga dua kali yaitu saat jatuh tempo bunga dan saat penarikan bunga. Hal ini samapi dengan jatuh tempo deposito. Oleh karena itu penarikan deposito diasumsikan terjadi tanggal 5 juga. Pada kasus ini bank juga harus membukukan dua kali yaitu saat jatuh tempo dan saat deposito ditarik.
1.4. Perpanjangan Deposito Berjangka Deposito yang telah jatuh tempo bisa diperpanjang dengan dua cara yaitu : a. Perpanjangan Otomatis (Automatic Rollover). Perpanjangan ini dilakukan karena permintaan deposan yang sudah dibuat atau diperjanjikan pada saat pembukaan deposito. b. Perpanjangan Biasa Perpanjangan ini terjadi bila ada kesepakatan antara bank dengan deposan dikemudian hari saat jatuh tempo. Perjanjian ini bisa inisiatif deposan atau inisiatif bank (home service) untuk nasabah deposan. Kedua cara perpanjangan tersebut tidak berbeda pencatatannya. Bank akan mendebet rekening deposito lama dan menkredit rekening deposito baru. Contoh : kalau deposito atas nama Reni diperpanjang saat jatuh tempo (31/82003), maka bank akan mencatat :
Dr. Deposito Berjangka (lama)
Rp 50.000.000
Cr. Deposito Berjangka (baru)
Rp 50.000.000
1.5. Penarikan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo. Lazimnya deposito ditarik setelah jatuh tempo, sebeb dalam perjanjian sudah tertera jangka waktunya. Namun dalam praktik perbankan, deposan bisa saja menarik deposito yang masih outstanding. Penarikan deposito sebelum jatuh tempo dapat mengganggu likuiditas bank, sebab idealnya bank akan menyiapkan dana untuk membayarkan sesuai dengan jadwal pembayaran. Oleh karena itu bank umum (konvensional) mengenakan penalty tertentu terhadap deposan bila penarikan dilakukan sebelum jatuh tempo. Penalty deposito dicatat sebagai pendapatan lain-lain bank. Kebijakan mengenai penalty setiap bank berbeda-beda. Namun secara umum adalah : a. Penalty dihitung sekian persen terentu dari bunga sebelum pajak. b. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga setelah pajak. c. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari nominal deposito. Contoh : Intan Nawang Sari memiliki deposito berjangka di Bank Mitra Niaga Semarang nominal Rp 10.000.000, jangka waktu 6 bulan, suku bunga 18%pa. deposito yang dibuka tanggal 31 Mei 2003, kemudian ditarik kembali oleh Intan Nawang Sari pada tanggal 30 juni 2003. Perhitungan dan pencatatan jurnalnya bila : Penalty dihitung 20% dari bunga sebelum pajak. Pajak 15% No.
Keterangan
Jumlah
1
Bunga deposito =Rp 10.000.000 x 18% x (1/12)
150.000
2
Pajak bunga = 15% x 150.000
22.500
3
Bunga setelah pajak
127.500
4
Penalty = 20% x Rp 150.000
30.000
5
Bunga deposito yang dibayar bank
97.500
Jurnalnya adalah : Rekening
Debet (Rp)
Dr. Deposito Berjangka
10.000.000
Dr. Biaya Bunga
150.000
Kredit (Rp)
Cr. Pendapatan lain-lain penalty
30.000
Cr. Hutang PPh
22.500
Cr. Kas
10.097.500
Penalty dihitung 20% dari bunga setelah pajak. Pajak 15% No.
Keterangan
Jumlah
1
Bunga deposito =Rp 10.000.000 x 18% x (1/12)
150.000
2
Pajak bunga = 15% x 150.000
22.500
3
Bunga setelah pajak
127.500
4
Penalty = 20% x Rp 127.500
25.500
5
Bunga deposito yang dibayar bank
102.000
Jurnalnya adalah sebagai berikut : Rekening
Debet (Rp)
Dr. Deposito Berjangka
10.000.000
Dr. Biaya Bunga
150.000
Kredit (Rp)
Cr. Pendapatan lain-lain penalty
25.500
Cr. Hutang PPh
22.500
Cr. Kas
10.102.000
Penalty dihitung 1% dari nominal deposito No.
Keterangan
Jumlah
Bunga deposito =Rp 10.000.000 x 18% x 1
(1/12)
150.000
2
Pajak bunga = 15% x 150.000
22.500
3
Bunga setelah pajak
127.500
4
Penalty = 1% x Rp 10.000.000
100.000
5
Bunga deposito yang dibayar bank
27.500
1.6. Perpindahan Deposito Berjangka Antar Kantor Cabang. Deposito yang telah dibuka di Cabang Bank tertentu dapat dipindahkan ke Cabang bank yang sama di kota lain. Perpindahan ini atas dasar permintaan deposan (misalnya karena pindah domisili). Contoh : Deposito berjangka waktu 6 bulan, nominal Rp 10.000.000, telah dibuka di Bank Mitra Niaga Semarang pada tanggal 31 Mei 2003 dengan suku bunga 18%pa. pada tanggal 5 Juni 2003 deposito tersebut dipindahkan ke Bank Mitra Niaga Cabang Solo. Ketentuan alokasi beban bunga perpindahan deposito di Bank Mitra Niaga adalah : Lama Pengendapan deposito
Alokasi Beban Bunga di Cabang
1 sampai dengan 7 hari
25%
8 sampai dengan 15 hari
50%
16 sampai dengan 21 hari
75%
22 sampai dengan akhir bulan
100%
Alokasi beban bunga dan pencatatan pada jurnal perpindahan deposito. Jika diperhatikan hari bunga, tanggal pembukaan (31 Mei 2003) sampai tanggal perpindahan (5 Juni 2003) atau selama 5 hari masih berada antara 1 sampai dengan 7 hari, sehingga menjadi beban Bank Mitra Niaga Solo akan menanggung bunga bulan juni sebesar 75% dari total bunga bulan juni 2003. Untuk bulan selanjutnya di Cabang Solo adalah 100%. Sedangkan perhitungan alokasi beban bunga adalah :
Kantor Cabang
Perhitungan
Hasil atau Jumlah
Bank Mitra Niaga Semarang
Bunga = 10.000.000 x 18% x (1/12) x 25%
37.500
Pajak = 15% x 37.500
5.625
Bunga setelah pajak pada bulan Juni 2003
31.875
Bank Mitra Niaga Solo
Bunga = 10.000.000 x 18% x (1/12) x 25%
112.500
Pajak = 15% x 112.500
16.875
Bunga setelah pajak pada bulan Juni 2003
95.625
Jurnal untuk transaksi ini adalah sebagai berikut : Keterangan
Tgl
Rekening
Debet (Rp)
Di Bank
31/5/2003
Dr. Kas
10.000.000
Mitra
Niaga
Semarang
Cr. Deposito Berjangka
5/6/2003
Bank
Kredit (Rp)
10.000.000
Dr. Deposito Berjangka
10.000.000
Dr. Biaya Bunga
37.500
Cr. Hutang PPh
5.625
Cr. RAK. Cabang Solo
10.031.875
Mitra
Niaga
5/6/2003
Cabang Solo
30/6/2003
Dr. RAK. Cab Semarang
10.031.875
Cr. Deposito Berjangka
10.000.000
Cr. Bunga DB harus dibayar
31.875
Dr. Biaya Bunga
112.500
Dr. Bunga DB harus dibayar
31.875
Cr. Hutang PPh
16.875
Cr. Kas
127.500
B. Sertifikat Deposito Deposan untuk sertifikat deposito pada saat membuat deposit tersebut hanya membayar sebesar nilai tunai sertifikat deposito ditambah sejumlah pajak bunga yang diperhitungkan dimuka. Walaupun demikian pencatatan sertifikat deposito tetap sebesar nilai nominalnya. Nilai tunai sertifikat deposito ditentukan dengan rumus: Nilai Tunai Sertifikat Deposito =
𝑃 𝑥 360 360+(𝑖 𝑥 𝑡)
Keterangan : P = Nilai nominal sertiikat deposito i= Tingkat suku bunga sertifikat deposito t = Jangka waktu (dalam hari). Contoh : Tanggal 1 Mei 2003 Diana membeli Sertifikat Deposito seri A sebanyak 10 lembar @Rp 10.000.000 secara tunai pada Bank Mitra Niaga Semarang. Jangka waktu 3 bulan dengan suku bunga 20%pa. Pajak bunga 15%. No.
Keterangan
Jumlah
1
Nominal Sertifikat Deposito
100.000.000
Nilai Tunai = (100.000.000 x 360) / (360+(0,20 x 2
90)
95.238.095
3
Bunga dibayar dimuka (diskonto)
4.761.905
4
Pajak bunga = 15% x 4.761.905
714.286
5
Bunga bersih yang dibayar oleh bank
4.047.619
Keterangan
Tgl
Rekening
Debet (Rp)
Penerbitan
1/5/2003
Dr. Kas
95.952.381
Dr. Biaya Bunga Dibayar Dimuka
4.761.905
Sertifikat Deposito
Amortisasi Bunga
1/6/2003
Cr. Hutang PPh
714.286
Cr. Sertifikat Deposito
100.000.000
Dr. Biaya Bunga Cr.
Biaya
1.587.302 Bunga
Dibayar
Dimuka
Amortisasi Bunga
1/7/2003
Kredit (Rp)
1.587.302
Dr. Biaya Bunga Cr. Dimuka
Biaya
1.587.302 Bunga
Dibayar 1.587.302
Amortisasi Bunga
1/8/2003
Dan Penarikan
Dr. Biaya Bunga
1.587.302
Dr. Sertifikat Deposito
100.000.000
Cr. Sertifikat Deposito
Biaya
Bunga
Dibayar
Dimuka
1.587.302
Cr. Kas/Giro Diana
100.000.000
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui jumlah yang harus dibayarkan ke bank oleh deposan untuk membuka sertifikat deposito tersebut, yaitu : 100.000.000 – 4.047.619 = Rp 95.952.381. catatan jurnal untuk transaksi ini adalah :
C. Pinjaman Yang Diterima Pinjaman yang Diterima dari Bank lain Contoh ilustrasi : 1) Pada tanggal 10 April 2006 Bank Bima telah menandatangani akad kredit dengan Bank Putra sebagai kreditor. Jumlah kredit Rp 1.000.000.000,-jangka waktu 1 tahun dan bunga 12% per tahun. 2) Pada tanggal 16 April 2006, dilakukan pencairan kredit sebesarRp 700.000.000,-melalui rekening giro pada Bank Indonesia. 3) Tanggal 1 Mei 2006, pencairan kredit yang kedua sebesar Rp 300.000.000,langsung di debit dari rekening Giro Bank Bima di Bank Putra. Dalam menjawab ilustrasi ini perlu di bedakan dengan dua cara, yaitu pinjaman tanpa diskonto dan pinjaman bank dengan diskonto.
Pinjaman Yang Diterima Tanpa Diskonto Jurnal yang dibuat untuk transaksi pinjaman yang diterima tanpa diskonto, pencatatannya langsung dengan membukukan masing-masing transaksi sesuai dengan jumlah pinjaman yang diterima. Jurnal-jurnalnya dapat dilihat seperti dibawah ini. Tanggal
Keterangan
Debet (Rp)
10/4/2006 Dr. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
1.000.000.000
Kredit (Rp)
16/4/2006
Cr. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
Dr. Giro BI
700.000.000
700.000.000
Cr. Pinajaman yang diterima
1/5/2006
700.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima
300.000.000
dan belum digunakan
Dr. Giro Bank Lain
300.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima
300.000.000
Jurnal yang dibuat, pinjaman yang diterima tanpa diskonto : Tanggal
Keterangan
10/4/2006 Dr. Beban Bunga
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
13.500.000
Cr. Giro pada bank lain
13.500.000
1,5 bln / 12 bln x 12% x 700.000.000 = 10.500.000 1 bln / 12 bln x 12% x 300.000.000 = 3.000.000 (10.500.000 + 3.000.000) = 13.500.000
Dr. Pinjaman diterima
50.000.000
Cr. Giro pada bank lain
50.000.000
(minsalkan angsuran pokok 50.000.000)
Jurnal yang dibuat pada saat jatuh tempo : Tanggal
Keterangan
10/4/2007 Dr. Pinjaman diterima Cr. Giro pada bank lain Pinjaman Yang Diterima Dengan Diskonto
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
1.000.000.000 1.000.000.000
Dalam membukukan pinjaman yang diterima dengan diskonto, artinya terdapat bunga dibayar dimuka oleh bank peminjam, maka diskonto (bunga dibayar dimuka) tersebut digunakan sebagai pengurang pinjaman diterima. Jurnalnya dapat dilihat seperti di bawah ini. Jurnal yang dibuat, dengan diskonto : Tanggal
Keterangan
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
10/4/2006 Dr. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
16/4/2006
1.000.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
700.000.000
Dr. Giro BI
616.000.000
Dr. Bunga dibayar dimuka
84.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima
700.000.000
(Bunga 12% x 700.000.000 = 84.000.000)
1/5/2006
Cr. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
300.000.000
Dr. Giro bank lain
264.000.000
Dr. Bunga dibayar dimuka
36.000.000
Cr. Pinjaman diterima
300.000.000
(Bunga 12% x 300.000.000 =36.000.000)
Dalam kasus di atas, apabila pembayaran angsuran dimulai pada tanggal 31 Mei 2006, dan bunga dihitung dengan menggunakan metode efektif rate, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut. Jurnal yang dibuat, Pinjaman yang diterima dengan diskonto : Tanggal
Keterangan
10/4/2006 Dr. Beban Bunga
Debet (Rp) 13.500.000
Kredit (Rp)
Cr. Giro pada bank lain
13.500.000
1,5 bln / 12 bln x 12% x 700.000.000 = 10.500.000 1 bln / 12 bln x 12% x 300.000.000 = 3.000.000 (10.500.000 + 3.000.000) = 13.500.000
Dr. Pinjaman diterima
50.000.000
Cr. Giro pada bank lain
50.000.000
(minsalkan angsuran pokok 50.000.000)
Jurnal yang dibuat, dengan diskonto : Tanggal
Keterangan
10/4/2007 Dr. Pinjaman yang diterima
Debet (Rp) 1.000.000.000
Cr. Giro pada bank lain
Dr. Beban Bunga
Kredit (Rp)
1.000.000.000
10.000.000
Cr. Bunga dibayar dimuka
10.000.000
(Bunga satu bulan yang belum diamortisasi)
-
Pinjaman Two Step Loan Pinjaman yang diterima dari suatu lembaga di luar negeri yang disalurkan melalui pemerintah sebelum diterima oleh bank pelaksana. Contoh ilustrasi : Pada tanggal 5 Maret 2007 Bank Gunadarma mendapat pinjaman melalui pemerintah RI dari Bank of Japan sebesar Rp 12 Milyar.
Tanggal
Keterangan
Debet (Rp)
5/3/2007
Dr. Bank Indonesia-Giro
12.000.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima-TSL
-
Pinjaman Obligasi Contoh transaksi dan pencatatannya :
Kredit (Rp)
12.000.000.000
Tanggal 2 Januari 2003 Bank Artamara menjual obligasi jangka panjang kepada Pt. kadir Jaya sebanyak 1000 lembar, nominal per lembar Rp 1.000.000, jangka waktu 5 tahun. Bunga nominal 18% per tahun dibayarkan dibelakang setiap tanggal 31 Desember. Tingkat diskonto (yield) sebesar 16% . Bunga obligasi Rp 1.000.000 x 18% = Rp 180.000. bunga ini akan dibayarkan setiap tanggal 31 Desember selama lima tahun. Dengan demikian pembayaran bunga merupakan anuitas. Untuk itu nilai tunai bunga dapat ditentukan dengan tabel nilai tunai untuk anuitas. Dengan tabel untuk bunga 16%, n = 5 tahun diperoleh 3,433 (tabel bunga). Sedangkan harga tunai untuk pokok obligasi dapat ditentukan dengan tabel nilai tunai untuk Rp 1, n = 5 tahun dengan tingkat bunga 16% diperoleh nilai tabel 0,519. Dengan demikian harga obligasi adalah : Keterangan
Jumlah (Rp)
Nilai Tunai Bunga = 180.000 x 3,433 x 1000 lembar
619.740.000
Nilai Tunai Pokok Obligasi = 1.000.000 x 0,519 x 1000 lembar
519.000.000
Harga Obligasi
1.138.740.000
Obligasi yang dijual akan dicatat sebesar harga nominal. Selisih harga jual (harga kurs) diatas harga nominal dicatat sebagai agio atau premi, sedangkan selisih harga jual dibawah harga nominalnya dicatat sebagai disago atau diskonto. Agio atau premi diamortisasi atau disagio diakumulasi selama jangka waktu obligasi dengan membebankan pada biaya bunga. Memang diakui bahwa agio bukan merupakan bunga dibayar dimuka atau disago bukan merupakan bunga, oleh karena itu pencatatannya dibebankan pada biaya bunga selama periode waktu obligasi beredar. Secara deskripsi, jurnal untuk transaksi diats adalah : Tanggal
Rekening
Debet (Rp)
2/1/2003
Dr. Kas/Giro PT. kadir Jaya
1.138.740.000
31/12-2003
Kredit (Rp)
Cr. Agio Obligasi
138.740.000
Cr. Pinjaman Obligasi
1.000.000.000
Dr. Biaya Bunga Cr. Kas
180.000.000 180.000.000
Dr. Agio Obligasi
27.748.000
Cr. Biaya Bunga
27.748.000
(untuk amortisasi)
E. Standar Akuntansi Deposito dan Pinjaman 5.1. Deposito Pengakuan awal Deposito : Nilai Wajar = sebesar Pokok (nominal). Sertifikat Deposito : Nilai Wajar = sebesar Pokok (nominal) dikurangi diskonto. = Proceed Pengukuran dan Penyajian Deposito : Sebesar Pokok (nominal) ditambah dengan suku bunga yang dihitung harian. Sertifikat Deposito : Sebesar Pokok (nominal) dikurangi diskonto ditambah dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif. Deposito VS Sertifikat Deposito Deposito : Tidak terdapat perbedaan antara PSAK 50 & 55 Sebelum dan Sesudah edisi Revisi 2006 untuk perlakuan pada saat Pengakuan Awal, Pengukuran dan Penyajian. Sertifikat Deposito : Terdapat perbedaan antara PSAK 50 & 55 Sebelum dan Sesudah edisi Revisi 2006 untuk perlakukuan pada saat Pengakuan Awal, Pengukuran dan Penyajian.
Perbedaan metode perhitungan Proceed Sertifikat Deposito Sebelum PSAK 55 (Revisi 2006) : Proceed = Nilai Nominal 1 + ((i/365) x h) Sesudah PSAK 55 (Revisi 2006) : Proceed = Nilai Nominal (1 + (i/365)) h Perbedaan Perhitungan Bunga Sertifikat Deposito setiap hari Sebelum PSAK 55 (Revisi 2006) : Masih menggunakan BDD (Bunga Dibayar Dimuka) Dengan metode Amortisasi Bunga pada hari ke-1 s/d hari ke-30 mempunyai nilai yang sama. Sesudah PSAK 55 (Revisi 2006) : Tidak Menggunakan BDD (Bunga Dibayar Dimuka) Dengan Metode Suku Bunga Efektif Bunga pada hari ke-1 s/d hari ke-30 mempunyai nilai yang berbeda Pengungkapan Dalam deposito pengungkapan mencakup hal-hal sebagai berikut : (1) Bank tempat dana ditempatkan yang dipisahkan antara pihak ketiga dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, (2) Kisaran suku bunga deposito selama periode pelaporan, (3) Jumlah deposito dan jenis mata uang, (4) Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas pencairan deposito. 5.2. Pinjaman yang Diterima Pencataatan pinjaman bank lain dilakukan pada saat dilakukan penandatanganan atas pinjaman atau pada saaat kesepakatan pinjaman dilakukan antara bank sebagai debitur dan
bank lain sebagai kreditor. Pada saat ditandatangani, maka pencatatan dilakukan dalam laporan komit mendan kontijensi. Jurnal yang dibuat untuk transaksi pinjaman yang diterima tanpa diskonto, pencatatannya langsung dengan membukukan masing-masing transaksi sesuai dengan jumlah pinjaman yang diterima. Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yanq diterima dari bank atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia baik dalam Rupiah maupun dalam mata uang asing, dan harus dibayar bila telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman yang diterima tidak termasuk pinjaman subordinasi. Berdasarkan jenis pinjaman di atas maka, Akuntansi Pinjaman Diterima sebaagi berikut : 1. Pinjaman yang diterima disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan. 2. Pinjaman diterima dengan diskonto, maka diskonto tersebut diakui sebagai bunga dibayar dimuka dan diamortisasi selama jangka waktu pinjaman. 3. Bunga yang telah jatuh tempo, namun belum dibayar, disajikan sebagai bunga yang masih harus dibayar dalam pos kewajiban segera. 4. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik dicatat dalam tagihan komitmen. 5. Bunga akrual atas pinjaman diterima diakui sebagai bunga yang masih harus dibayar.
Pinjaman yang diterima disajikan sebesar saldo pinjaman yang diterima bank pada tanggal laporan. Hal-hal tersebut di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. Jenis pinjaman yang diterima :
Kredit likuiditas Bank Indonesia
Pinjaman yang diterima dari pasar uang
Lainnya
b. Rata-rata tingkat suku bunga c. Jangka waktu dan jatuh tempo d. Jenis valuta (Rupiah & Valuta asing) e. Perikatan yang menyertainya f. Nilai assets bank yang dijaminkan. g. Kewajiban Laln – lain
Kewajiban lain-lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung kewajibankewajiban bank yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos tersebut di atas dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri, antara lain seperti setoran jaminan.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa surat berharga memiliki ranah yang bercabang pada dewasa ini dan bisa dikatakan dapat terlibat baik antar bank dengan bank lainnya maupun bank dengan masyarakat umum. Surat berharga ini dapat diperdagangkan di Surat Berharga Pasar Uang berdasarkan hak dan wewenang kepemilikannya. Perdagangan ini pula dapat dilakukan antar bank komersial, antar bank dengan lembaga keuangan lainnya serta instrument derivative lainnya dengan tetap memperhatikan aturan dan ketentuan yang berlaku (PBI, PSAK, POJK, dan sebagainya). Surat berharga dalam pembahasan kali ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Deposito dan Pinjaman yang Diterima serta pos-pos/akunakun yang ada pada Deposito dan Pinjaman yang Diterima tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://romannurbawastore.wordpress.com/2012/05/17/akuntansi-surat-berharga-perbankan/
https://www.pdfcoke.com/document/358760872/Pengertian-Akuntansi-Surat-Berharga Taswan. Buku 2 Edisi III tentang Akuntansi Perbankan – transaksi dalam valuta asing Taswan. Buku 1 Edisi II tentang Akuntansi Perbankan – Surat Berharga, deposito, dan pinjaman Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia revisi terbaru tahun 2008 bab IV