BAB I PENDAHULUAN
Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sejumlah 248,4 juta orang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk disebabkan masih tingginya tingkat kelahiran. Oleh karena itu, upaya langsung untuk menurunkan tingkat kelahiran perlu ditingkatkan. Salah satu indikator program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) adalah angka kelahiran total (TFR) dimana target secara nasional pada tahun 2019 harus mencapai 2,28 anak per wanita usia subur. Tinggi rendahnya angka TFR dipengaruhi oleh lima faktor utama penentu fertilitas, yaitu usia kawin pertama, pemakaian kontrasepsi, lama menyusui eksklusif, aborsi, dan sterilitas dan pembinaan kesertaan ber-KB kepada (PUS) pasangan usia subur.1 Strategi dari pelaksanaan program KB tercantum dalam kebijakan dan strategi program kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 2013 adalah pedoman untuk meningkatkan percepatan pencapaian RPJM. Program keluarga berencana didukung dengan adanya alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi yang bersifat jangka panjang (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) atau sering disebut dengan Metode Alat Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) diantaranya adalah AKDR, implant, MOW, MOP.1
1
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama. AKDR juga berperan dalam mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir 100%.2 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik polyethylene yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. Alat kontrasepsi ini sangat efektif, reversible dan berjangka panjang dibandingkan metode kontrasepsi lain dengan angka kegagalan umumnya 1-3 kehamilan per 100 wanita pertahun. Seperti sebagian besar metode kontrasepsi, AKDR juga memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari AKDR yaitu dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, sangat efektif, berjangka panjang dan dapat digunakan sampai menopouse, sedangkan kekurangan AKDR yaitu perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak, saat haid lebih sakit, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.2 Oleh karena itu, program Keluarga Berencana dengan metode kontrasepsi AKDR memiliki keefektifitas yang lebih tinggi dibanding metode kontrasepsi lainnya. Berikut akan diuraikan tinjauan pustaka mengenai AKDR.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau IUD atau spiral adalah suatu alat yang dimasukan kedalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi.3
B. SEJARAH AKDR Memasukkan benda atau alat ke dalam uterus dengan tujuan mencegah terjadinya kehamilan telah dikenal sejak zaman dahulu. Penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin ke dalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh. Tulisan ilmiah tentang AKDR untuk pertama kalinya dibuat oleh Richter dari Polandia pada tahun 1909. Pada waktu itu ia mempergunakan bahan yang dibuat dari benang sutera. Pada tahun 1928 Gravenberg melaporkan pengalamannya dengan AKDR yang dibuat dari benang sutera yang dipilin dan diikat satu sama lain, sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Kemudian, bahan pengikatnya ditukar dengan benang perak yang halus agar dapat dengan mudah dikenali dengan sonde uterus atau dengan sinar Roentgen. Oleh karena AKDR bentuk segi enam ini mudah sekali keluar, maka kemudian ia membtatnya dalam bentuk cincin dari perak. la melaporkan angka kehamilan pada AKDR dari cincin perak ini hanya 1,6% di antara 2.000 kasus.4
3
Usaha-usaha Gravenberg ini banyak sekali mendapat tantangan dari dunia kedokteran pada waktu itu karena dianggap memasukkan benda asing ke dalam rongga uterus dapat menimbulkan infeksi berat, seperti salpingitis, endometritis, dan parametritis. Pada tahun 1934 Ota dari Jepang untuk pertamakalinya membuat AKDR dari plastik yang berbentuk cincin. Mula-mula ia membuat AKDR dari cincin yang dibuat dari benang sutera yang dipilin, kemudian dari logam yang mudah dibengkok-bengkokkan. Oleh karena sukar memasang cincin logam ini, maka kemudian ia membuat cincin dari plastik. Pada tahun 1959 Oppenheimer dari Israel dan Ishihama dari Jepang menerbitkan tulisan tentang pengalaman mereka dengan AKDR. Sejak terbitnya tulisan-tulisan itu dan dengan ditemukannya antibiotika yang mengecilkan risiko infeksi, penerimaan AKDR makin meningkat. Antara tahun 1955 dan 1964 bermacam-macam bentuk AKDR diciptakan, antara lain Margullies spiral, Zipper, Lippes loop, Birnlserg bow, cincin HallStone. Sejak 1964 AKDR telah dipergunakan secara umum di Indonesia dalam program keluarga berencana; AKDR yang dipakai ialah jenis Lippes loop, yang pada waktu itu disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pada tahun enam puluhan mulai dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-bahan seperti tembaga, seng, magnesium, timah, dan progesteron. Maksud penambahan itu ialah untuk mempertinggi efektivitas AKDR.4
4
Pada tahun 1967 Presiden Soeharto dan pemerintahannya turut serta dalam upaya KB dan tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968 dengan status sebagai Lembaga Semi Pemerintah. Lembaga ini berkembang menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970. Pada tahun 2009, diterbitkan Undang Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).5
C. JENIS – JENIS AKDR Jenis – Jenis AKDR ialah : 1. CuT-380 A Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan AKDR.6 2. Lippes Loop Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque pada 5
pemeriksaan dengan sinar-X. Lippes Loop bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang bagian atasnya.
Tabel 2.1 Jenis dan Ukuran Lipppes Loops Keuntungan AKDR jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah dan jarang terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.7,8 3. Multiload 375 Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya ekspulsi.8 4. Nova – T Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat dipasang.6
6
5. Cooper-7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.8
Gambar 2.1 Jenis – Jenis AKDR
7
Jenis – Jenis AKDR di kategorikan menjadi 2 yaitu :6,7,8 1. AKDR non hormonal Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam sampai generasi plastik (polietilen), baik yang ditambah obat ataupun tidak. A) Menurut bentuk
Bentuk terbuka (oven device) yaitu : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, dan Multiload, Nova-T.
Bentuk tertutup (closed device) yaitu Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
(b) Menurut Tambahan Bahan
Medicatet AKDR yaitu Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu- 7, Nova T (daya kerja 5 tahun), dan ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
Unmedicated AKDR yaitu Lippes Loop,Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
2. AKDR yang mengandung hormonal
Progestasert-T = Alza T AKDR ini memiliki panjang 36 mm,lebar 32 mm, 2 lembar benang ekor,
berwarna hitam, mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesterone per hari, tabung insersinya terbentuk lengkung dan teknik insersi dengan cara plunging (Modified Withdrawal).
8
LNG-20 AKDR ini mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20
mcg per hari. Angka kegagalan/kehamilan sebesar <0,5 per 100 wanita per tahun. Namun, AKDR ini dihentikan pemakaiannya oleh karena perdarahan yang lebih tinggi dibandingkan AKDR lainya, 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit.
Mirena Mirena adalah AKDR yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut,
dan fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim. Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris, melilit batang vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20 mcg/hari pada awalnya dan menurun menjadi sekitar 10 mcg/hari setelah 5 tahun) melalui membran polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan hormon yang rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari AKDR ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya serta untuk mengurangi frekuensi ovulasi.10 Cara kerja mirena adalah dengan melakukan perubahan konsistensi lendir serviks. Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan
9
sperma untuk bertemu sel telur. Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat mengurangi kemungkinan implantasi embrio pada endometrium.10 D. MEKANISME KERJA AKDR 11,12 AKDR menimbulkan reaksi benda asing di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditimbulkan oleh tembaga, yang mempengaruhi enzim – enzim endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada pemakaian AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saluran genetalia atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sprema maupun ovum. Ada beberapa mekanisme cara kerja AKDR sebagai berikut : 1. Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. 2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi. 3.
Gangguan/terlepasnya
blastocyst
yang
telh
berimplantasi
didalam
endometrium. 4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi. 5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
10
E. KEUNTUNGAN AKDR 13,14 1. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. 2. AKDR sangat efektif (0,6–0,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama, atau 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan) segera setelah pemasangan. 3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti). 4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. 5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. 6. Tidak ada efek samping hormonal. 7. Tidak mempengaruhi kualitas ASI. 8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). 9. Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). 10. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. 11. Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik.
F. KERUGIAN AKDR 4,14,15 1. Perubahan siklus haid; menoragia, metroragia, perdarahan (spotting) antar menstruasi, dismenorea pada 3-6 bulan awal pemasangan AKDR. 2. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS. 3. Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti pasangan atau yang menderita IMS.
11
4. Penyakit Radang Panggul (PRP) terutama pada wanita dengan IMS, juga akan menyebabkan infertilitas. 5. Diperlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam pemasangan AKDR. 6. Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah pemasangan AKDR, tetapi hilang dalam 1-2 hari. 7. Perforasi uterus dapat terjadi namun jarang 2/1000 (pemasangan AKDR). 8. Risiko ekspulsi (1/20 kasus). Ekspulsi biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh 1) Umur dan paritas: pada paritas yang rendah kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar daripada pada paritas 5 atau lebih; demikian pula pada perempuan muda ekspulsi lebih sering terjadi daripada pada perempuan yang umurnya lebih tua. 2) Lama pemakaian: Ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan pertama setelah pemasangan; setelah itu, angka kejadiannya menurun dengan tajam. 3) Ekspulsi sebelumnya: Pada perempuan yang pernah mengalami ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya. 4) Jenis dan ukuran AKDR yang dipasang sangat mempengaruhi frekuensi ekspulsi. G. INDIKASI PEMASANGAN AKDR 16 1.
Usia reproduktif.
2. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 3. Dalam masa menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi. 4. Setelah mengalami abortus dantidak terlihat adanya adanya infeksi. 5. Resiko rendah IMS. 6. Tidak menghendaki metode hormonal.
12
7. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari. 8. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama. H. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN AKDR 16 1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil). 2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui. 3. Sedang menderita infeksi alat genital. 4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus. 5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri. 6. Penyakit trofoblas yang ganas. 7. Diketahui menderiata TBC pelvic. 8. Kanker alat genital. 9. Ukuran rahim yang kurang 5 cm. I. WAKTU PEMASANGAN AKDR 4,17,18 1. Sewaktu haid sedang berlangsung. Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain ialah: pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu ini agak terbuka dan Iembek, tidak terlalu nyeri, perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak terlalu dirasakan, tidak adanya kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil.
13
2. Sewaktu postpartum (immediate insertion) AKDR dipasang pada perempuan yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit. AKDR dapat dipasang secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus; secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus. Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, sebaiknya pemasangan AKDR ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi lebih besar. 3. Sewaktu postabortum Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortuskarena merupakan kontrasepsi yang paling efektif dan aman. Namun, pada keadaan ditemukannya septic abortion, maka tidak dibenarkan memasang AKDR. 4. Sewaktu melakukan seksio sesarea Waktu pemasangan AKDR ialah kurang dari 10 menit setelah bayi atau plasenta telah dikeluarkan, 10 menit setelah bayi atau plasenta telah dikeluarkan sampai dengan 4 minggu masa nifas, atau lebih dari 4 minggu masa nifas.
14
Tabel 2.2 Kriteria Klinis Pemasangan AKDR
J. Efektivitas AKDR 19,20,21,22, Efektivitas AKDR dipengaruhi oleh karateristik alat, keterampilan penyedia layanan dan karakteristik pemakai misalnya usia dan paritas. Efektivitas AKDR telah meningkat, dari angka kehamilan 1 tahun 2-3% untuk AKDR lipes loop dan AKDR yang mengandung tembaga menjadi kurang dari 0,5% untuk AKDR yang lebih baru yang mengandung tembaga lebih dari 300mm2. Efektivitas dari alat kontrasepsi dalam rahim dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama alat kontrasepsi dalam rahim tetap tinggal didalam uterus tanpa ekspulasi spontan. Efektifitas AKDR juga
15
tergantung pada ukuran, bentuk, dan bahan yaitu AKDR yang mengandung tembaga (Cu) atau progesteron.
Selain itu, AKDR juga dapat dilihat
efektivitasnya pada faktor usia yaitu semakin tua usia, semakin rendah kehamilan, maka semakin rendah risiko ekspulsi; faktor paritas yaitu semakin muda usia, terutama pada nulligravid, semakin tinggi angka ekspulsi; dan faktor frekuensi senggama.
Tabel 2.3 Jangka Waktu Pemakaian AKDR
16
K. KOMPLIKASI AKDR 4,22 1. Infeksi Benang AKDR yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi, kecuali jika terdapat kontaminasi pada alat alat yang digunakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR. 2. Perforasi Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian. Awalnya, AKDR saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, AKDR terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan spekulum benang AKDR tidak terlihat. Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan adanya AKDR di dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang teriadinya perforasi, sebaiknya dibuat foto Rontgen, dan jika tampak di foto AKDR dalam rongga panggul, hendaknya dilakukan histerografi untuk menentukan apakah AKDR terletak di dalam atau di luar kavum uteri. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, AKDR-nya harus dikeluarkan dengan segera oleh karena dikhawatirkan terjadinya ileus, begitu pula untuk AKDR yang mengandung logam. Pengeluaran AKDR dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomi hanya dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang
17
menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear dan tidak mengandung logam, AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera. 3. Kehamilan Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ yang benangnya masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan sehingga kemungkinan terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih kecil daripada jika AKDR dibiarkan terus berada dalam rongga uterus. Jika benang AKDR tidak kelihatan, sebaiknya AKDR dibiarkan saja berada dalam uterus.
Gambar 2.2 Skema AKDR dengan Kehamilan
18
L. EDUKASI SETELAH PEMASANGAN AKDR 15,16 Setelah AKDR dipasang, dilakukan pemeriksaan terhadap AKDR 1 minggu sesudahnya; pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan. Berikan instruksi tentang cara memeriksa benang AKDR dan menyarankan untuk pergi ke fasilitas kesehatan jika mereka tidak dapat merasakannya (jika ditambah dengan tanda-tanda perforasi). Gunakan kontrasepsi alternatif sampai mereka mencari saran medis. Anjurkan untuk mencari bantuan medis kapan saja jika mereka mengalami gejala infeksi panggul, nyeri, kelainan menstruasi persisten, menstruasi yang terlewat, benang yang tidak teraba, atau mereka dapat merasakan batang AKDR. Setelah konseling (tentang penurunan kesuburan, risiko yang terkait dengan pemasangan, dan kemanjuran kontrasepsi), wanita usia 40 tahun atau lebih yang memakai Cu-AKDR dapat mempertahankan AKDR selama 1 tahun setelah siklus menstruasi terakhir, jika berusia di atas 50 tahun atau lebih alat kontrasepsi tidak lagi diperlukan. Wanita yang memakai LNG-IUS pada usia 45 tahun atau lebih, untuk kontrasepsi, dapat dipertahankan sampai terdeteksi menopause atau sampai kontrasepsi tidak lagi diperlukan.
19
BAB III KESIMPULAN
Tingginya angka laju pertumbuhan mendesak pemerintah untuk memiliki program yang mampu mengontrol laju pertumbuhan penduduk. Program Keluarga Berencana merupakan program yang diharapkan mampu mengontrol laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim. AKDR terbagi menjadi hormonalmdan non hormonal. AKDR mampu menghambat terjadinya fertilisasi dengan mempengaruhi enzim – enzim endometrium dan memproduksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit serta dapat menghambat sperma. AKDR dapat digunakan untuk semua wanita usia subur kecuali pada wanita dengan gejala infeksi / IMS. AKDR memiliki efektifitas tinggi untuk mencegah kehamilan serta memiliki efek samping yang minimal dibanding kontrasepsi lainnya. Diharapkan dengan adanya edukasi dari tenaga kesehatan mengenai AKDR ini dapat menjadi pilihan alat kontrasepsi pada banyak masyarakat.
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
BKKBN. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: BKKBN. 2015.
2.
BKKBN. Kebijkan dan Strategi Akselerasi Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga TA. 2014. Jakarta: BKKBN. 2014.
3.
BKKBN. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia. Jakarta: BKKBN. 2013.
4.
Prawirohardjo S. Ilmu kandungan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
5.
Prihatin Ida, Rahayu Sri. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2016.
6.
BKKBN. Peningkatan Akses Dan Pelayanan KB. Jakarta: BKKBN. 2011.
7.
Hanafi, H, Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2012.
8.
Proverawati, A. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medica. 2010.
9.
Arum, D, Sujiyatini. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogyakarta : Muha. Medika. 2011.
10.
Setyorini, A. Kesehatan Reproduksi Dan Pelayanan Keluarga Berencana. Bogor: In Media. 2014.
11.
Johana D. Bernadus, Agnes Madianung, Gresty Masi. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim Bagi Akseptor KB Di Puskesmas Jailolo. Manado : Jurnal e-NERS (eNS). Volume 1 (1) Maret 2013, hlm. 1- 10.
12.
Saifudin A.B, Affandi B dan Enriquito R. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.
13.
Handayani S. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 2010.
14.
Pinem S. Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. 2009.
21
15.
Jyotsna Puntir, Arri Coomarasamy. Gynaecology: Algoritma. Cambridge University Press, 2016.
Evidence-Based
16.
Hartanto, H. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2004.
17.
ACOG Commitee Opinion. Adolescents and Long-Acting Reversible Contraception: Implant and Intrauterine Devices. The American College of Obstetricians and Gynecologists. 131 (5). 2018.
18.
ACOG Commitee Opinion. Clinical Challenges of Long-Acting Reversible Contraceptive Methods. The American College of Obstetricians and Gynecologists. 672. 2016.
19.
Sulistyati, A. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medica. 2011.
20.
Handayani, S. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 2010.
21.
Mulyani, SN. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medica. 2013.
22.
ACOG Practice Bulletin. Long-Acting Reversible Contraception: Implants and Intrauterine Devices. The American College of Obstetricians and Gynecologists. 186. 2017.
22