UANGAN LAINNYA BANK SYARIAH MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA BANK SYARIAH
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 9 1. Desi yanti (1421040234) 2. Eka susiatun (1421040279) 3. Ryang syahputri (1421040373) FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1437 H/2015 M
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan lainnya yang berjudul “Bank Syariah”. Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat mengetahui lebih jelas mengenai Perbankan syariah. Kami menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan karena dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah mengenai Perbankan Syariah.
DAFTAR ISI Cover Makalah……………………………………………………….…........... I Kata Pengantar……………………………………………………….………... ii Daftar Isi………………………………………………………………………. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank 2.2 Bank Konvensional 2.3 Bank Syariah BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pemikiran Perlunya Kelahiran Bank Islam 3.2 Produk fuyr328bnrdc982b2y4v38ofibydfoby9ouiv4rr5, Tujuan, Dan Fungsi Bank Islam 3.4 Ciri-Ciri Bank syariah 3.5Perbedaan Bank Syariah dan Bank BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan kegiatan yang dilakukan manusia setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu manusia memperoleh rizki, dan dengan rizki manusia dapat melangsungkan kehidupannya. Salah satu lembaga perekonomian yang sering digunakan manusia adalah lembaga perbankan, bank merupakan lembaga perekonomian yang sampai saat ini menggunakan sistem riba, terutama bank konvensional yang banyak diminati oleh manusia karna lembaga perbankan ini secara langsung menawarkan keuntungan dengan sistem bunga. Menurut catatan sejarah, usia perbankan sudah dikenal kurang lebih 2500 SM pada masa Mesir Purba dan Yunani Kuno, kemudian masyarakat Romawi, istilah perbankan pada masyarakat modern umumnya disebut Bank Konvensional. Bank tidak mau melihat apakah wiraswastawan peminjam mendapat kerugianataulaba. Bank syariah telah menunjukkan perkembangan yang positif sehingga dapat memainkan peran penting dalam mobilisasi dan memanfaatkan sumber daya dengan lebih baik. Salah satu faktor yang mendukung perkembangan positif ini adalah pembagian hasil usaha dengan ketentuan nisbah pihak penyalur dana dan penerima dana usaha. Sehingga besarnya pembagian dipengaruhi oleh hasil usaha yang dijalani. Konsep inilah yang membedakan dengan bank-bank konvensional yang menawarkan tingkat suku bunga yang tinggi agar dapat menarik minat masyarakat menabungkan uangnya ke bank tersebut. Besarnya bunga dalam pembagian usaha ditetapkan pada awal perjanjian kerjasama dengan keuntungan yang pasti bagi investor. Perbankan syariah juga menerapkan menejemanmenejemen risiko sebagai implementatif dari prinsip kehati-hatian sebagaimana diwajibkan pada Pasal 38 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 ditetapkan bahwa Bank Syariah dan UUS wajib menerapkan menejemen risiko, prinsip mengenal nasabah, dan perlindungan nasabah. Karena dalam bank syariah memiliki prinsip yang berbeda dengan bank-bank konvensional, terutama dalam pelayanan terhadap nasabah, yang harus dijaga dalam banking syariah yaitu, prinsip keadilan, prinsip kesetaraan, dan prinsip ketentraman. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diketahui bahwa konsep bagi hasil yang diterapkan dalam perbankan Syariah dan Konvensional memliki perbedaan dalam keuntungan yang diperoleh. Dengan adanya pejelasan tentang perkembangan dan perbedaan Bank Syariah dengan Bank-Bank Konvensional membuktikan bahwa Bank Syariah tumbuh pesat dan bisa diterima dalam kehidupan masyarakat, hal ini diharapkan masyarakat lebih memahami tentang bank islam yang ada di Indonesia dan lebih perhatian dalam mencetak atau menciptakan sumber daya insani yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di Indonesia karena sebuah sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya insani yang memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam islamic banking yang baik pula.
1.2 1. 2. 3. 4. 5.
Rumusan Masalah Bagaimana sejarah pemikiran perlunya kelahiran bank syariah ? Apa saja produk bank syariah? Jelaskan pengertian, tujuan, dan fungsi bank syariah? Apa saja ciri-ciri bank syariah? Apa perbedaan bank syariah dan bank konvensional?
1.3 1. 2. 3. 4. 5.
Tujuan Masalah Untuk mengetahui sejarah pemikiran perlunya kelahiran bank syariah . Untuk mengetahui apa saja produk bank syariah. Untuk menganalisis pengertian, tujuan, dan fungsi bank syariah. Untuk dapat menyebutkan apa saja ciri-ciri bank syariah. Untuk mengetahui apa perbedaan bank syariah dan bank konvensional.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PengertianBank Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 pasal 1 tentang perbankan Bank adalah “badan usaha yan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2.2BankSyariah Bank Syariah yaitu Bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar Prinsip Syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Menurut Sofyan S Harapan, Wiroso, dan Muhammad Yusf, op. Cit. Yang dikutif oleh Asep Suryanto dalam tesis yang berjudul “Fungsi Bank Syariah dalam meningkatkan minat masyarakat untuk menyimpan dana dan mendapatkan pembiayaan di Bank Syariah mandiri cabang Tasik malaya”. Dilihat dari segi fungsi, Bank Syariah memiliki fungsi yang berbeda dengan Bank Konvensional, fungsi Bank Syariah sekaligus merupakan karakteristik Bank Syariah itu sendiri. Fungsi Bank Syariah akan berdampak pada pelaksanaan kegiatan usaha Bank Syariah. Bank Syariah mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai badan usaha (tamwil) dan badan sosial (mal). Sebagai badan usaha, bank syariah mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai manajer investasi, investor, dan jasa pelayanan. Sebagai manajer investasi, Bank Syariah melakukan penghimpunan dana dari para investor atau nasabahnya dengan prinsip wadi’ah yad dlamanah (titipan), mudarabah (bagi hasil) atau ijarah (sewa). Sebagai investor, Bank Syariah melakukan penyaluran dana melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. Sebagai penyedia jasa perbankan, Bank Syariah menyediakan jasa keuangan, jasa non keuangan, dan jasa keuangan. Pelayanan jasa keuangan antara lain dilakukan dengan prinsip wakalah (pemberian mandat), kafalah (bank garansi), hiwalah (pengalihan utang), rahn (jaminan utang atau gadai), qardl (pinjaman kebijakan untuk dana talangan), sharf (jual beli valuta asing), dan lain-lain. Pelayanan jasa non keuangan dalam bentuk wadi’ah yad amanah (safe deposito box) dan pelayanan jasa keuangan dengan prinsip mudharabah muqayyadah. Sementara itu, bank syariah sebagai badan sosial memiliki fungsi sebagai pengelola dana sosial untuk menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS), serta penyaluran qardl hasan (pinjaman kebijakan). Oleh karena itu, secara umum terdapat 4 (empat) fungsi dari Bank Syariah, yaitu manajer investasi, investor, jasa keuangan dan sosial. Dalam fungsi bank syariah tersebut terdapat komponen-komponen fungsi yang secara khusus sebagai kegiatan bank syariah yang sangat penting untuk dikomunikasikan kepada masyarakat agar masyarakat tertarik pada Bank Syariah (2006 : 27).
2.3PemikiranPerlunyaKelahiranBankIslam Dapat dikatakan kalau kelahiran Bank Islam ini tidak terlepas dari upaya penggalangan dana masyarakat yang selaras dengan orientasi nilai yang tumbuh dalam masyarakat Islam. Islam melarang praktek muamalah yang mengandung dan dapat menimbulkan riba, sehingga didirikanlah bank tanpa bunga, yang sesuai dengan prinsip dasar ajaran Islam. Sebagian besar ulama beranggapan bahwa bunga bank itu merupakan riba Bank yang itu hukumnya haram. Untuk itulah diusahakan adanya system perbankan yang dalam operasinya tidak mengenakan bunga kepada nasabahnya (interest free banking system) atau lazim disebutkan Perbankan berdasarkan prinsip Syariah (perbankan syariah). Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung resiko, karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian, sehingga perolehan kembalinya tidak pasti dan tidak tetap. Melakukan usaha yang produktif dan investasi adalah kegiatan yang sesuai dengan ajaran islam. Sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung risiko, karena perolehan kembaliannya (return) dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap tergantung kepada hasil usaha yang benar-benar dihasilkan Bank sebagai pengelola dana (mudharib). Faktor terakhir inilah mungkin yang menjadikan investasi melalui bank islam lebih realistis dari pembiayaan uang secara accrual di Perbankan Konvensional. Akar kata Riba adalah rangkaian huruf ra’, huruf ba’, dan huruf ‘illat. Menurut bahasa, riba berarti ziyadah (tambah) dan nama (tumbuh). Sementara itu, menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.
2.4 ProdukBankSyariah Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Berikut ini jenis-jenis produk Bank Syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut: 1. AL-Wadi’ah(Simpanan) Al-Wadi’ah merupakan titipan atau simpanan pada Bank Syariah. Prinsip AL-Wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. 2. PembiayaandenganBagiHasil Penyaluran dana dalam Bank Konvensional, kita kenal dengan istilah kredit atau pinjaman. Sedangkan dalam Bank Syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam Bank Konvensional keuntungan Bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam Bank Syariah tidak ada istilah bunga, tetapi Bank Syariah menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip bagi hasil dalam Bank Syariah yang diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu: -al-musyarakah -al-mudharabah -al-muza’arah -al-musakah 3. Bai’al-Murabahah Bai’al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu memberi tahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkan. 4. Bai’as-Salam Bai’as-Salam adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk
uang. 5. Bai’Al-Istihna’ Bai’ Al-Istihna adalah bentuk khusus dari akad Bai’as-Salam, oleh karna itu, ketentuan dalam Bai’ Al-Istihna’ mengikuti ketentuan dan aturan Bai’as-Salam, pengertian Bai’ AlIstihna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran perbulan atau dibelakang. 6. Al-Ijarah(Leasing) Al-Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. 7. Al-Wakalah(Amanat) Wakalah atau Wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandate. 8. Al-kafalah(Garansi) Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang. 9. Al-Hawalah Al-Hawalah merupakan pengalihan hutang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau factoring. 10. Ar-Rahn Ar-Rahn adalah kegiatan menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. 2.5 Pengertian,
Tujuan,
Dan
Fungsi
Bank
Islam
1. Pengertian Istilah lain yang di gunakan untuk sebutan Bank Islam adalah Bank Syariah. Secara akademik, istilah Islam dan Syariah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan bank syariah mempunyai pengertian yang sama. Secara umum, pengertian Bank Islam adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam, selain istilah Bank Islam itu sendiri, yaitu Bank tanpa bunga, bank tanpa riba, dan Bank Syariah. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahlinya, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Bank Islam atau Bank Syariah adalah badan usaha yang fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan kepada hukum Islam atau prinsip Syariah sebagaimana yang diatur dalam Alquran dan AL-Hadis. Dalam menjalankan aktivitasnya, Bank Syariah tersebut menganut prinsip-prinsip sebagaiberikut. a. Prinsipkeadilan b. Prinsipkesederajatan
c. PrinsipKetentraman 2. Tujuan
didirikannya
Bank
Syariah
itu
sendiri,
adalah
sebagai
berikut.
a
Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat terbanyak. b. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi. c. Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasar efisiensi dan keadilan yang akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga menggalakan usaha-usaha ekonomi masyarakat banyak dengan antara lain memperluas jaringan lembaga-lembaga keuangan perbankan ke daerah-daerah terpencil. d. Ikhtiar ini akan sekaligus mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomis, berperilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. e. Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan menurut syariah Islam dapat beroprasi, tumbuh, dan berkembang melebihi bank-bank dengan sistem lain. 3. Fungsi Bank Syariah a. Memobilisasi tabungan masyarakat, baik domestik maupun asing. b. Menyalurkan dana tersebut secara efektif ke kegiatan-kegiatan usaha yang produktif dan menguntungkan secara financial, dengan tetap memperhatikan keinginan usaha tersebut tidak termasuk yang dilarang oleh Syariah. c. Melakukan fungsi regulator, turut mengatur mekanisme penyaluran dana ke masyarakat sesuai kebijakan Bank Indonesia, sehingga dapat mengendalikan aktivitas moneter yang sehat dan terhindar dari inflasi. d. Menjembati keperluan pemanfaatan dana dari pemilik modal dan pihak yang memerlukan, sehingga uang dapat berfungsi untuk melancarkan perekonomian khususnya dan pembangunan ekonomi. e. Menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip Syariah. 3.4
Ciri-Ciri
Bank
syariah
a. Keuntungan dan beban biaya yang di sepakati tidak kaku dan ditentukan berdasarkan kelayakan tanggungan risiko dan korbanan masing-masing. b. Beban biaya tersebut hanya di kenakan sampai batas waktu kontrak. Sisa utang selepas kontrak dilakukan kontrak baru. c. Penggunaan presentase untuk perhitungan keuntungan dan biaya administrasi selalu dihindarkan, karena persentase mengandung potensi melipat gandakan. d. Pada Bank Syariah tidak mengenal keuntungan pasti, ditentukan kepastian sesudah mendapat untung, bukan sebelumnya. e. Uang dari jenis yang sama tidak bisa diperjualbelikan atau disewakan atau dianggap barang dagangan. Oleh karena itu, bank islam pada dasarnya tidak memberikan pinjaman berupa uang tunai, tetapi berupa pembiayaan atau talangan dana untuk pengadaan barang dan jasa.
3.5 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Terdapat perbedaan antara imbalan yang berupa bunga dan bagi hasil, yang dijalankan oleh Bank Konvensional dan Bank Syariah di dalam operasionalnya, yaitu sebagai berikut: 1. Pada Bank Konvensioanal, penentuan bunga dibuat pada waktu akad tanpa berpedoman pada untung rugi, sedangkan pada Bank Syariah penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untuk rugi. 2. Pada Bank Konvensional, besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan, sedangkan pada Bank Syariah,besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Pada Bank Konvensional, pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi, sedangkan pada Bank Syariah , bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan, maka kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua belah pihak. 4. Pada Bank Konvensional, jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming, sedangkan pada Bank Syariah, jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. 5. Pada Bank Konvensioanal, eksistensi bunga diragukan (kalau tidak di kecam) oleh semua agama, termaasuk islam, sedangkan pada Bank Syariah, tidak ada yang meragukan keabsahan keuntungan bagi hasil. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensioanal tidak terbatas ditilik dari segi imbalan yang diberikan Bank Syariah dan Bank Konvensioanal kepada nasabah, tetapi masih ada perbedaan yang lainya. Perbedaan dimaksud antara lain: a. Bank Syariah mendasarkan perhitungan pada margin keuntungan, sedangkan Bank Konvensional memakai perangkat bunga atau bagi hasil. b. Bank Syariah tidak saja berorientasi pada keuntungan(profit), tetapi juga pada falah oriented, sedangkan bank konvensioanal semata-mata profit oriented. c. Bank Syariah melakukan hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan, sedangkan Bank Konvensional melakukan hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan Debitur Kreditur. d. Bank Syariah melakukan investasi-investasi yang halal saja, sedangkan Bank Konvensional melakukan invenstasi yang halal dan haram. e. Bank Syariah dalam melakukan pengerahan dan penyaluran dana harus sesuai dengan pendapat Dewan Pengawas Syariah, sedangkan bank konvensional tidak terdapat dewan sejenis itu. Dalam UU No 21 thn2008 secara tegas dan rinci (secara limitatif) di atur kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum Syariah. Menurut ketentuan dalam pasal 19 ayat (1) uu no 21 thn 2008, kegiatan usaha Bank umum Syariah meliputi: a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. b. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. d. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad salam, akad istishna’ atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah.
e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tdiak bertentangan dengan prinsip Syariah. f. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan / atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyabittamlik, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. g. Menyalurkan pengambil alihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. h. Melakukan usaha kartu debit dan / atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah . i. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip Syariah, antara lain seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah. j. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan / atau bank indonesia. k. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip Syariah. l. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan prinsip Syariah. m. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip Syariah. n. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip Syariah. o. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah. p. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip Syariah. q. Melakukan kegiatan yang lain yang lazim dilakukan di bidang Perbankan dan di bidang social sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5.
Perbedaan
Bank
Syariah
dan
Bank
Konvensional
:
a. Pada Bank Konvensioanal, penentuan bunga dibuat pada waktu akad tanpa berpedoman pada untung rugi, sedangkan pada Bank Syariah penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pda waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untuk rugi. b. Pada Bank Konvensional, besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan, sedangkan pada Bank Syariah,besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. c. Pada Bank Konvensional, pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi, sedangkan pada Bank Syariah , bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan, maka kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua belah pihak. d. Pada Bank Konvensional, jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming, sedangkan pada Bank Syariah, jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. e. Pada Bank Konvensioanal, eksistensi bunga diragukan (kalau tidak di kecam) oleh semua agama, termasuk islam, sedangkan pada Bank syariah, tidak ada yang meragukan keabsahan keuntungan bagi hasil. 4.2 SARAN Setelah kita semua mengetahui pengertian apa itu Bank Syariah dan Bank Konvensional bagaimana perbedaan sistem, prinsip dan falsafah operasional Bank Syariah dan Bank Konvensional diharapkan agar kita lebih memahami tentang bank islam yang ada di Indonesia dan mengamalkan ekonomi syariah di Indonesia sehingga lebih memilih menggunakan jasa Bank Syariah dibandingkan dengan Bank Konvensional.
DAFTAR PUSTAKA Adiwarman. 2010,Bank Islam, Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada. - Kasmir, Dr . 2014,.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. - Usman. Rachmadi, 2012. Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: PT. Sinar Grafika.
Analisis Kasus Pembiayaan suatu bisnis merupakan hal yang penting, merupakan modal utama untuk mengawali serta menjalankan suatu bisnis. Pada kasus tersebut sesuai dengan produk Bank Syariah Bai’al Murabahah yaitu kegiatan jual beli dengan keuntungan yang di sepakati. Besar kecilnya suatu Bank Syariah di pengaruhi oleh bai’al Murabahah. Dalam kasus ini Bank BRI merupakan salah satu contoh Bank yang menggunakan produk Bank Syariah murabahah dan dapat dilihat secara keseluruhan pendapatan perkembangan Bank BRI Syariah dari tahun 2003-2008 mengalami kenaikan. Saat ini bank islam sudah menggunakan prinsip murabaha dan pada Bank Konvensional seharusnya menggunakan produk yang islamiah dalam kegiatan ekonomi nya. Karna pada
Produk Syariah pembiayaan dengan bagi hasil lebih banyak memberikan keuntungan dan kemudahan di bandingkan dengan kegiatan yang menggunakan sistem bunga pada Bank Konvensional. Abstrak Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung resiko, karena berhadapan ketidakpastian, sehingga perolehan kembalinya tidak pasti dan Produk Bank 1. 2. Bagi 3. 4. Bai’as 5. Bai’ 6. 7. 8. 9. 10.
dengan unsur tidak tetap. Syariah AL-Wadi’ah Hasil Murabahah Salam AL-Istihna AL-Ijarah AL-Wakalah AL-Kafalah AL-Hawalah AR-Rahn
Tujuan didirikan nya Bank Syariah : a. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat terbanyak. b. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi. c. Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasar efisiensi dan keadilan yang akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga menggalakan usaha-usaha ekonomi masyarakat banyak dengan antara lain memperluas jaringan lembagalembaga keuangan perbankan ke daerah-daerah terpencil. d. Ikhtiar ini akan sekaligus mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomis, berperilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. e. Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan menurut syariah Islam dapat beroprasi, tumbuh, dan berkembang melebihi bank-bank dengan sistem lain.
Fungsi Bank Syariah yaitu : (a) Memobilisasi tabungan masyarakat, baik domestic maupun asing. (b) Menyalurkan dana tersebut secara efektif ke kegiatan-kegiatan usaha yang produktif dan menguntungkan secara financial, dengan tetap memperhatikan keinginan usaha tersebut tidak termasuk yang dilarang oleh Syariah. (c) Melakukan fungsi regulator, turut mengatur mekanisme penyaluran dana ke masyarakat sesuai kebijakan Bank Indonesia, sehingga dapat mengendalikan aktivitas moneter yang sehat dan terhindar dari inflasi. (d) Menjembati keperluan pemanfaatan dana dari pemilik modal dan pihak yang memerlukan, sehingga uang dapat berfungsi untuk melancarkan perekonomian khususnya dan pembangunan ekonomi. (e) Menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip Syariah. Ciri-ciri Bank Syariah antara lain : (1) Keuntungan dan beban biaya yang di sepakati tidak kaku dan ditentukan berdasarkan kelayakan tanggungan risiko dan korbanan masing-masing. (2) Beban biaya tersebut hanya di kenakan sampai batas waktu kontrak. Sisa utang selepas kontrak dilakukan kontrak baru. (3) Penggunaan presentase untuk perhitungan keuntungan dan biaya administrasi selalu dihindarkan, karena persentase mengandung potensi
melipatgandakan. (4) Pada bank Islam tidak mengenal keuntungan pasti, ditentukan kepastian sesudah mendapat untung, bukan sebelumnya. (5) Uang dari jenis yang sama tidak bisa diperjualbelikan atau disewakan atau dianggap barang dagangan. Oleh karena itu, Bank Syariah pada dasarnya tidak memberikan pinjaman berupa uang tunai, tetapi berupa pembiayaan atau talangan dana untuk pengadaan barang dan jasa.
inShare Subscribe to receive free email updates: