Aku seorang parasit ibadah atau seorang pendo’a Peristiwa ini terjadi ketika aku di undang sebagai narasumber dalam sebuah keagamaan yang dimana para pesertanya adalah siswa – siswa SD. SD tersebut mengadakan sebuah acara bertema “ ISLAM DAN KESEHATAN”. Sungguh tema yang sangat bagus dan menarik. Aku di sana bukan lah sebagai narasumber yang sebenarnya, aku hanya sebagai asisten seorang teman ku yang berasal dari kedokteran sebagai narasumber asli. Para siswa – siswi SD tersebut menyimak sebuah ilmu dengan semangatnya, terlihat dari senyum di wajah mereka, karena memang dalam pembawaanya kawan ku tersebut cukup cerdas dalam beradaptasi terhadap keadaaan dimana dia menjadi narasumber.
Selesai acara tersebut tiba – tiba seorang anak menghampiri ku dan bertanya . ”ka, saya mau bertanya ?” kata ank tersebut ” iya de” sambut ku. ”ka, selama ini kita sholat, puasa, dan zakat serta ibadah lainnya, pasti ada yang di tuju, misalanya ingin panjang umur, di murahkan rezeki, jauh dari bala bencana, dan lainnya, pada hal kita ibvadah itu harusnnya iklas kan ka ? tapi kenapa kita ibadah namun kita mengharapkan sesuatu ka ?” dalam hati ku berkata ”ni anak SD tp pikirannya dah kaya mahasiswa aja. Haduh, mati deh gue ngejawab pertanyaan ank kecil ini” dari pada aku malu tidak bisa menjawab, aku suruh dia unutk bertanya langsung kepada kawan ku yang menjadi narasumber tersebut. Ternyata ku lihat teman ku pun, bingung handak berkata apa mungikn dalam otak nya jg sama dengan pikiran ku,akhirnya dia pun menjawab semampunya”
Sesampainya ku di rumah, akupun teringat dengan kata – kata anak tersebut, seolah kata – kata seperti virus yang mulai merasuki sistem saraf sadar ku. Ya Allah, aku pun termenung sampai ku bawa sholat dan berdoa pun terus teringat. Tidak ambil pusing, aku pun pergi ke sebuah pengajian yang biasanya aku kunjungi. Ingin ku tanyakan namun, namun aku merasa malu, takut dan kecewa, kalau – kalau aku nantinya di bilang orang yang aneh – aneh, takut karena nantinya si Ustad tidak bisa menjawab pertanyaan ku, kecewa karena pertanyaan ku di jawab mengambang. Sampai ketika aku berjalan di sebuah pinggir siring sungai yang sangat indah di kota marabahan, di sana aku melihat seorang nelayan ketika dia mendapatkan sebuah tangkapan hasilnya dia bersyukur lalu berdoa. Dalam hati ku berkata ” apakah ini sebuah jawaban atas pertanyaan yang selama ini membuat ku bingung ?” Akhirnya ku pikirkan di dalam sebuah mesjid luas dan indah di kota marabahan, Akhirnya aku mendapatkan sebuah jawaban dan pemikiran namun tidak terlalu sempurna. Bahwa setiap apa yang dilakukan manusia itu yang bersifat kebaikan maka Allah akan membalas dengan 1000 kebaikan pula, kita tidak boleh mengharapkan sesuatu tetapi kita di tuntut untuk berdoa. Sebuah ayat Al Qur’an ” berdo’alah kepada Ku ( Allah ) niscaya akan Ku kabulkan”, berdoa bukanlah berharap, berdo’a adalah sebuah ibadah yang dilakukan setelah kita melakukan suatu kebaikan (ibadah lain) dan berdo’a merupakan komunikasi manusia terhadap Allah. Seorang dosen pernah berkata kepadaku ” tidak ada makan siang yang gratis ” artinya setiap kita melakukan kebaikan terhadap orang lain, maka orang lain kan mebalas kebaikan kita tersebut. Namun sebuah jawaban atas pertanyaan tersebut masih jauh dari kata sempurna, apakah kita parasit atau seorang pendoa, tetaplah kita yakin bahwa yang kita lakukan merupakan sebuah keikhlasan dalam diri untuk melakukannya. Hanya Allah yang tahu niat dari sebuah perbuatan yang kita lakukan (end)