Ajaran Islam Yang Masih Terabaikan

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ajaran Islam Yang Masih Terabaikan as PDF for free.

More details

  • Words: 611
  • Pages: 2
Ajaran Islam Yang Masih Terabaikan Suatu saat, saya diundang oleh salah seorang teman dalam acara berdiskusi di jakarta. Dalam kesempatan tersebut banyak hal yang dibicarakan olehnya, terutama terkait dengan kehidupan beragama. Rupanya teman saya ini memiliki semangat keberagamaan yang kuat, meskipun tidak berlatar-belakang pendidikan agama. Ia seorang insinyur teknik sipil, dan bekerja di perusahaan kontraktor. Di sebelah rumahnya, terdapat masjid yang cukup besar dan ia sebagai pengurusnya. Ia sangat bangga dengan posisinya itu. Masjidnya makmur, banyak kegiatan yang berhasil dikembangkan, selain sholat rutin berjama’ah. Pada hari-hari besar Islam selalu dilaksanakan berbagai kegiatan, seperti ceramah agama, pelayanan kesehatan gratis, bazar dan lain-lain. Masjid yang berada di lingkungan perumahan elite tersebut kelihatan ramai, dan juga terawat bersih. Beberapa anak muda diaktifkan dalam setiap kali kegiatan. Ia mengatakan bahwa, masjid adalah sangat strategis digunakan untuk membangun ruh kehidupan bersama. Dengan adanya masjid maka berbagai kebutuhan sosial dapat tercukupi. Tidak saja kegiatan spiritual, tetapi juga silaturrahmi, pendidikan agama, kepedulian antar warga bisa dipelihara secara baik. Di komplek perumahan tersebut tidak semua muslim. Pemeluk Islam diperkirakan berjumlah 60 persen. Selainnya kristen dan ada sebagian kecil hindu dan Kong Hu Cu. Namun,menurut informasi, tingkat ekonomi mereka yang non muslim lebih baik. Sehingga untuk melakukan kegiatan sosial mereka lebih mudah. Selain itu tingkat persatuan mereka lebih kokoh. Sebaliknya, sekalipun kaum muslimin mayoritas, kadang justru terasa minoritas. Karena sekalipun jumlah jama’ah di masjid cukup banyak, tetapi dalam banyak hal belum menunjukkan gambaran yang sepadan bilamana dibandingkan dengan jumlah kaum muslimin secara keseluruhan, yakni sebasar 60 persen itu. Ia juga memprihatinkan terhadap beberapa pihak yang terlalu kritis terhadap agama. Ia contohkan, tatkala diselenggarakan peringatan mauludan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, masih saja dipersoalkan hukumnya. Mereka mengatakan bahwa acara seperti itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dulu. Sehingga, mereka beranggapan bahwa acara seperti itu semestinya tidak dilakukan. Padahal menurut pengurus masjid di perumahan elite tadi, bukankah dengan peringatan itu, setidaknya hal itu menjadi bagian dari ekspresi kecintaan pada Rasul. Selain itu, dengan peringatan tersebut banyak keuntungan, misalnya bisa dibangun suasana kebersamaan, dan dengan peringatan yang di isi di antaranya dengan pengajian itu menjadi kesempatan bagi semua untuk mendapatkan pengetahuan, pendidikan anakanak dan lain-lain. Dia memutuskan bahwa, Sekalipun mendapatkan kritik, kegiatan semacam itu tetap dilakukan, karena manfaatnya dirasakan cukup besar. Keprihatinan lainnya yang ia rasakan ialah terhadap para tokoh muslim di tanah air ini. Ia menyesalkan terhadap para tokoh, atau setidaknya merka yang selama ini dianggap sebagai tokoh tetapi tampak kurang ada semangat mempersatukan umat, dan bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka membuat berbagai macam organisasi, baik sosial dan politik yang hanya berdampak pada perpecahan umat. Ia juga sadar bahwa berbagai organisasi itu perlu. Akan tetapi, yang ia pikirkan, bukankah persatuan umat adalah bagian penting dari ajaran Islam yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang ia renungkan ialah, alangkah indahnya andaikan berbagai organisasi itu justru

menjadi alat pemersatu dan sekaligus memperkokoh kekuatan umat. Insinyur teknik sipil yang juga pengurus masjid tersebut, selalu merasa gelisah melihat kenyataan adanya perpecahan umat yang sering terjadi selama ini. Menurut keyakinannya, bahwa umat di mana dan kapan pun selalu tergantung kepada para pimpinannya. Jika para pimpinannya bersatu, maka umat pun akan mengikut di belakangnya. Merasa gagal mencari jawab atas perilaku para tokoh tersebut, ia kemudian mempertanyakan kualitas keberagamaan para tokoh itu. Ia juga mempertanyakan, apa sebenarnya misi yang akan diperjuangkan oleh para tokoh itu. Apakah mereka memperjuangkan kepentingan Islam ataukah kepentingan lainnya yang lebih bersifat pribadi. Pertnyaan-pertanyaan tersebut selalu menggoda dirinya pada setiap saat, karena dalam berbagai kesempatan, ia selalu mendapatkan gambaran bahwa Islam sesungguhnya mengajarkan tentang persatuan umat. Melihat kenyataan itu, ia merasa prihatin, ternyata ajaran Islam tentang persatuan ini masih terlantar dan diabaikan, hingga para tokohnya sekalipun, masih belum tertarik mengamalkannya. Allahu a’lam.

Related Documents


More Documents from "Feby Artani"