Mahasiswa_ Pahlawan Yang Terabaikan

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mahasiswa_ Pahlawan Yang Terabaikan as PDF for free.

More details

  • Words: 1,514
  • Pages: 6
MAHASISWA: PAHLAWAN YANG TERABAIKAN

Disadari   atau   tidak,   sejak   Indonesia   merdeka,   mahasiswa   memiliki   peranan   besar   dalam  menentukan arah kehidupan bangsa. Hal ini bukan semata­mata karena mahasiswa adalah calon­calon  intelektual, tetapi karena image tersebut mahasiswa seperti merupakan inspirasi masyarakat. Di sisi  lain, dengan massa mahasiswa yang cukup besar bila ditambahkan dengan masyarakat sipil lainnya  akan menjadi sangat berpengaruh dalam roda kepemerintahan, sebab saat itulah mereka bersatu. Jadi  kekuatan utamanya bukanlah intelektual mereka, tetapi lebih kepada massa mereka. Hal ini telah teruji dalam 2 orde kepemerintahan, yang pertama pada masa orde lama dan yang  kedua   adalah   orde   baru.   Kesemuanya   itu   mahasiswa   mempunyai   peran   besar.   Sesungguhnya   diri  mereka kecil, tetapi karena massa yang solid, mereka menjadi besar. Ada hal negatif bilamana mereka  seakan   menjadi   alat   (diperalat)   oleh   elit­elit   politik   &   oknum­oknum   yang   memiliki   kepentingan.  Memang sebenarnya tujuan dari pada mahasiswa itu mulia. Ada banyak faktornya, mulai dari ketidak  tahuan, keprihatinan, keinginan untuk perubahan yang lebih baik. Namun agaknya tercapainya suatu  tuntutan   daripada   mahasiswa   itu   disokong   oleh   pihak­pihak   yang   memiliki   kepentingan   dengan  memanfaatkan mahasiswa. Sesungguhnya ada segelirtir (kata segelintir ini menunjukkan bahwa hanya sedikit mahasiswa  yang menyadarinya) mahasiswa yang mengetahui benar akan situasi yang sesunguhnya terjadi. Namun  apa daya, mereka itu kalah massa, alhasil mereka tidak dapat melawan arus. Mereka akan memilih diam  atau bahkan ikut terbawa arus. Hal tersebut akan saya bawa pada 3 orde yang telah dilalui.

ORDE LAMA Orde  ini mahasiswa berperan besar dalam keikutsertaannya menumbangkan kepemerintahan  presiden Sukarno. Pasalnya setelah peristiwa G 30 S meletus, rakyat Indonesia yang sejatinya dicuci 

otak oleh pengikut­pengikut Suharto telah menyeret presiden Sukarno dalam kepemerintaha dengan  sedikit   kekuasaan   oleh   karena   propaganda   yang   dilakukan   Suharto   dkk.   Apa   yang   dilakukan   oleh  mahasiswa ini paling terkenal adalah 3 Tuntutan Rakyat (Tritura), yakni: 1. Bubarkan PKI 2. Bersihkan anggota kabinet dari unsur PKI 3. Turunkan harga kebutuhan pokok Dalam buku sejarah pelajaran sekolah dahulu, dicekoki bahwa ini memang benar­benar tuntutan rakyat,  padahal itu semua bohong. Yang   sesungguhnya   terjadi   itu   semua   adalah   tuntutan   Suharto   melalui   militer   kepada  mahasiswa. Dari semua itu yang agaknya murni hanyalah tuntutan untuk menurunkan harga kebutuhan  pokok. Maklum tingkat inflasi saat itu mencapai 600%. Tetapi itu pun tidak sewajarnya terjadi, akhir­ akhir   ini   diketahui   bahwa   hal   tersebut   sengaja   dilakukan   oleh   Suharto   yang   bekerja   sama   dengan  pengusaha China, Liem Sioe Liong dan Bob Hasan. Ini menjadi senjata untuk menggalang massa guna  tercapainya tujuan daripada Suharto. Keberanian mahasiswa untuk turun kejalan dan berdemonstrasi didukung oleh militer, jadi itu  tidak alamiah terjadi. Ini terbukti bahwa KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) itu sejatinya  dibentuk atas usulan Suharto. Dengan ini mahasiswa dapat terus­menerus berdemo dan merong­rong  mengkritik kebijakan presiden Sukarno. Tetapi presiden Sukarno mengetahuinya ada maksud lain atas  dibentuknya KAMI, lantas presiden membubarkan KAMI. Namun muncul organisasi sejenis bernama  KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia). Gerakan mahasiswa ini didukung masyarakat  karena apa yang minta oleh mahasiswa adalah apa yang juga diinginkan oleh masyarakat. Apa yang dilakukan oleh mahasiswa ini turut berperan dalam membengkokkan sejarah kelam  Indonesia. Tanggal 15 Januari 1966 presiden Sukarno menanggapi Tritura, meski pun beliau mengetahu  bahwa   ini   rekayasa   TNI   AD.   Dalam   pidato   tersebut   ada   cuplikkan   pidato   beliau   yang   berbunyi:  “Saya tidak akan mundur sejengkal pun. Saya tetap Pemimpin Besar Revolusi. Maka saya tidak dapat  bicara   lain.   Ayo....Siapa   yang   membutuhkan   Soekarno,   setuju   dengan   Soekarno   sebagai   Pemimpin  Besar   Revolusi,   maka   satukan   seluruh   kekuatanmu.   Pertahankan   Soekarno.   Berdirilah   di   belakang  Soekarno.   Tunggu   komando...   ”   Semua   yang   mendengarnya   berharap­harap   cemas   dan   memang 

presiden Sukarno masih memiliki pendukung baik dari kalangan PKI, masyarakat dan militer. 11 Maret 1966 akan diselenggarakan sidang kabinet dan hasilnya luar biasa, ribuan mahasiswa  telah memadati istana. Saat itu mahasiswa didukung oleh tentara bersenjata lengkap namun tanpa tanda  pengenal. Dalam sidang tersebut ternyata Suharto tidak hadir dengan alasan sakit batuk, padahal sore  harinya Suharto memimpin rapat Makostrad. Inilah Suharto yang licin, sebab bila ia datang dalam  sidang kabinet, presiden akan menanyakan pertanggungjawaban dia akan pengamanan dan pemulihan  Jakarta. Bila ia datang ia harus mengkhianati teman­temannya dan juga termasuk mahsiswa dan tentu  saja ambisinya tidak akan tercapai. Maka cara terbaik adalah dengan berbohong berpura­pura sakit.  Andaikan juga bila pasukan Cakra Bhirawa secara keras mengahalau mahasiswa untuk tidak masuk ke  istana   tentu   akan   terjadi   pertumpahan   darah   yang   hebat.   Sebab   mahasiswa   akan   mati­matian  memperjuangkan tuntutannya karena mendapat dukungan dari militer. Alih­alih   pernyataan   presiden   Sukarno   akan...”Tungu   komando...”   yang   sangat   dinanti   oleh  pendukung   setianya   tidak   kunjung   terlontarkan.   Andaikan   saja   ini   benar   terjadi   maka   akan   terjadi  sejarah pertumpahan darah terbehat bangsa Indonesia terhadap bangsanya sendiri. Bayangkan bila PKI  dengan 3 juta anggotanya + 17 juta anggota organisasi­organisasi onderbouw PKI seperti BTI, SOBSI,  dan   GERWANI   +   militer   pendukung   presiden   Sukarno,   apa   jadinya   situasi   Indonesia   kala   itu.  Nampaknya   presiden   Sukarno   tidak   menginginkan   pertumpahan   darah   sesama   bangsa   yang   lebih  banyak lagi. Oleh sebab itu beliau memilih untuk tidak melakukan follow­up atas seruan beliau.

ORDE BARU Setelah   semua   itu   berakhir,   mahasiswa   yang   dahulu   menjadi   senjata   untuk   keberpindahan  kekuasaan   dari   presiden   Sukarno   ke   Suharto,   kini   mahasiswa   diberangus.   Ini   terbukti   dengan  dikeluarkannya   peraturan   NKK   (Normalisasi   Kehidupan   Kampus)   dan   BKK   (Badan   Koordinasi  Kemahasiswaan)   pada   pertengahan   1970­an   oleh   menteri   P&K   yang   intinya   mahasiswa   dilarang  berdemo.

Suasi terus berkembang dan terjadi titik balik dimana mahasiswa kini mencoba menggulingkan  kepemerintahan orde baru. Namun hal ini kembali terulang bahwasannya gerakan mahasiswa ini tidak  semata­mata   murni   atas   kegerakkan   mereka   bersama   masyarakat,   tetapi   ada   dukungan   dibelakang  mereka. Baik dari kalangan elit politik, mau pun dari pihak asing. Dengan dukungan ini mahasiswa  kembali berdemo dan merongrong agar presiden Suharto untuk turun tahta, setelah 32 tahun berkuasa.  Peristiwa  ini  kembali  membawa Indonesia kepada situasi  politik  yang gawat. Dimana­mana   terjadi  pembakaran,   demo,   dan   bentrokkan   massa.   Belum   lagi   tidak   lama   kemudia   disusul   dengan   krisis  keuangan Asia yang semakin memperparah keadaan Indonesia. Berbagai peristiwa berdarah terus mewarnai masa­masa tersebut. Mahasiswa pun telah menjadi  korban, dan dikenal dengan pahlawan reformasi. Pemerintah orde baru sekali lagi mencoba kekuatan  militer untuk menenangkan massa namun sia­sia. Inilah saat dimana bekas senjata orde baru berbalik  arah   menyerangnya.   Namun   hingga   sekarang   kasus   tersebut   mandeg   dan   tidak   diketahui   siapa  pelakunya mau pun dalangnya meski pun kasus tersebut belumlah ditutup. Mahasiswa pun kembali  menguasai simbol­simbol negara, baik itu istana mau pun gedung DPR/MPR. Hal tersebut wajar terjadi  oleh sebab pihak barat sudah tidak menyukai kepemerintahan Suharto lagi, disamping rakyat Indonesia  telah muak dengan praktik­praktik KKN yang telah berakar di Indonesia oleh karena pemerintahan orde  baru dibawah kepemimpinan jenderal berdarah dingin, Suharto. Tatkala presiden Suharto menyatakan  mundur   dari   jabatannya   sebagai   presiden   RI,   ribuan   mahasiswa   bersorak­sorai   hingga   menangis  meluapkan kegembiraan atas perjuangan mereka.

ORDE REFORMASI Sebagaimana   reformasi,   rakyat   menginginkan   sebuah   perubahan   besar   dalam   tata   negara.  Namun hal tersebut agaknya masihlah jauh dari impian. Para pemimpin bangsa masihlah dapat menjadi  boneka barat, dan praktik KKN masihlah sangat kental sampai sekarang ini. Walau pun mahasiswa kini  diperbolehkan   untuk   berdemo,   agaknya   ini   hanya   sebuah   formalitas   semata.   Pasalnya   meski  diperbolehkan, namun apa yang menjadi aspirasi mereka tidaklah dapat terpenuhi. Kini pengelolaan  Indonesia semakin liberalis dan semakin kapitalis. Sosialis bagi si kaya dan kapitalis bagi si miskin.

Cita­cita bung Karno yang yakin akan kemandirian serta ekonomi rakyat Indonesia, kini telah  semakin pudar. Semua yang terjadi semakin jauh dari harapan para pendiri bangsa. Tiap kali pemilihan  wakil rakyat selalu dalilnya akan berpihak kepada rakyat, tetapi nyatanya setelah terpilih melupakan  rakyat. Rakyat memang tidak memiliki sumber daya, tetapi tatkala rakyat bersatu maka itu menjadi  sebuah senjata yang sangat mengerikan.

INTI SARI Mahasiswa sebagai calon­calon benih intelektual seyogyanya menjadi pribadi yang independen.  Seperti bung Karno katakan, bila Indonesia mau maju Indonesia hanya butuh pemuda yang pemberani.  Tentu saja pemberani dalam hal ini adalah pemberani yang positif yang membawa kehidupan bangsa  dan negara yang lebih baik. Kini mahasiswa diperbolehkan untuk berdemo, namun janganlah demo itu  hanya menuntut, cari juga jalan keluarnya, bukankah mahasiswa adalah intelektual muda? Kini Indonesia sedang menghadapi pemilihan presiden dan wakil presiden. Mahasiswa agaknya  menolak salah satu calon yang dinilai akan membawa faham neoliberalism. Tetapi faktanya mahasiswa  pun mendukung calon presiden dan wakil presiden tersebut. Sungguh pendukungan yang bermuka dua.  Dan lagi belum ada tekad untuk dapat terlepas menjadi boneka asing. Malaysia kaya akan karet dan  timah, Brunei kaya akan minyak, tetapi Indonesia memiliki segalanya. Kekayaan yang sungguh luar  biasa tersebut teralalu sayang untu digadaikan demi kepentingan pribadi/golongan. Dibidang militer Indonesia dapat membeli dari Rusia atau pun China saat negara­negara barat  tidak mengizinkan Indonesia membeli peralatan perang daripada mereka. Teknologi, Indonesia dapat  menggunakan software­software open source yang terbukti dapat melepaskan diri dari ketergantungan  pihak pengembang. Lihat saja jeratan Microsoft yang telah mendarah daging. Menolak bantuan asing  bilamana   bantuan   tersebut   bersyarat.   Lihat   saja   intervensi   asing   yang   meminjamkan   utang   kepada  Indonesia/menghapus sebagian utang Indonesia tetapi harus mencabut beberapa subsidi. Ya, lihatlah  subsidi minyak disusutkan, dana kesehatan, pendidikan. Meski pendidikan dasar 9 tahun telah mampu  berjalan, tetapi muncul UU Badan Hukum Pendidikan. Kini bersiap­siap perusahaan minyak pun bisa 

saja akan di regulasi, alias pemain minyak tidak hanya Pertamina saja. Sungguh telah meniadakan UUD  1945.   Privatisasi   yang   dilakukan   membuat   negara   semakin   kehilangan   aset­aset   berharganya.   Dan  masih banyak lainnya lagi. Ayo mahasiswa bersatulah untuk sebuah kemajuan yang BENAR! Ini bukan untuk kita, tetapi  untuk kehidupan anak­cucu kita yang lebih baik! Statusmu yang intelektual muda harus memberikan  bukti bahwa  kalian bergerak dengan menggunakan otak, bukan dengan otot! Maju terus bagi  yang  BENAR dan berpihaklah kepada yang BENAR!

Sumber: berbagai sumber

Related Documents