Agus~ Cah Ndeso “Nasib Orang Memang Berbeda” Karya: shei “Ziiiiiiiing……………..” Tumben, pagi ini tidak ada gedoran, gebrakan maupun getokan dari stick bisbol mbok Mirah yang biasa menggema disekitar kamar Agus. Aguspun makin molor jam tidurnya, secara…….gak ada yang bangunin dia gitu loooh! Suasana rumah dan Agus pun jadi adem ayem tanpa suara-suara liar dari pemukul kayu yang setia menghantam keras kulit pintu agus. *** “Hoaaaaahm” Agus menggeliat, memutar tubuhnya kekanan-kiri sebelum benarbenar beranjak dari kasur empuknya. Setelah beberapa menit mengumpulkan rohnya, Agus langsung meluncur ke kamar mandi. “kok tumben…sepi….” Agus menggumam sambil terus sempoyongan ke kamar mandi, sebelum masuk ‘privat room’ tersebut, Agus menyempatkan diri menengok sesuatu dibalik tutup biru yang terletak di meja makan. “KOSOOONG!” Agus melotot heran, makanan yang seharusnya sudah terhidang, mengingat sekarang sudah jam 8 pagi kok malah belum kelihatan. “Mbok lupa kali ya?” desisnya, tapi Agus masih belum terlalu mencemaskan nasibnya pagi ini. Toh masih ada waktu sebelum jam makan siang ditetapkan. Ia langsung mandi dan gosok gigi. Dilanjutkan ritual rutin pagi harinya, beol! *** Setelah memuaskan diri dikamar mandi. Agus berinisiatif mencari keberadaan mbok Mirah,pengennya sih nelpon SAR utuk memudahkan pencarian,tapi berhubung dia ga punya HP, niatnya pun langsung diurungkan. “Mboook…” Ia memulai pencarian di area cuci-mencuci. Mengobrak-abrik segala tempat yang dimungkinkan sebagai tempat persembunyian. Tapi hasilnya nihil! “Area cuci-mencuci,kosong!” Iapun melanjutkan menelusuri jejak Si Mbok dengan mencoba mengendus baunya. Lagak Agus mirip banget sama anjing pelacak yang mengandalkan indera penciumannya. Tengok sana, tengok sini, sampai ubek-ubek lemari Si Mbok pun sudah dilakukan. Yang ada malah ‘nemu’ barang-barang yang menyeramkan! “Ya Allah Gusthi…opo iki?” sembari menyapit ‘barang menyeramkan’ tadi, Agus menggeleng-geleng kepala. Ukurannya XXL, berwarna merah menyala. “Si Mbok gaul ya!” desisnya lalu meletakkan ‘barang’ tersebut keasalnya. Rupa-rupanya, Agus putus asa juga, tidak bisa menemukan keberadaan Si Mbok. Ia pun memutuskan beristirahat sebentar sambil nonton tivi. “Huuuuh…kemana ya? Apa digondhol wewe?” ia masih penasaran, padahal, musim mudik kan udah selesai, masa Si Mbok masih nekat pulang kampung di hari efektif bekerja seperti ini sih? shefti shei
Digitally signed by shefti shei DN: cn=shefti shei, c=ID, ou=AXIPALA,
[email protected] Reason: shei adalah pemilik hak cipta atas cerpen ini : D Location: Surabaya Date: 2007.11.10 10:47:25 +07'00'
Daripada pusing, Agus mencoba mencari alternatif agar tidak segera jadi mayat. Ia pun memasak Mie instant untuk mengganjal perutnya yang sudah berdemo sejak tadi. “Misi di-pause…”gumamnya dan meletakkan panci kecil ke perapian. *** “Waaaah, kenyaaang..” Agus menepuk pelan perutnya yang sudah menyerupai gentong itu. Bersendawa berulang kali juga dilakukannya, untuk mengurangi kembung, hehehe… “Yak,Misi dilanjutkan!” Agus kembali melancarkan misinya. Mencari Keberadaan Mbok Mirah Atau Mati. Yang tadi merupakan slogan yang dkutip dari para pejuang kemerdekaan R.I. Target kali ini adalah halaman belakang yang diprediksi sebagai tempat persembunyian paling aman. “Oiya….nang kebon!” Agus pun buru-buru cabut ke halaman tempat mangkal Si Mbok kalo lagi nyiram tanaman. Rumput-rumput liar dicabutin, bunga-bunga juga disiramin, sampai halaman itupun disapu oleh Agus. Tapi, tetap hasilnya NIHIL!! Agus sama sekali tidak menafsirkan adanya sosok Mok Mirah disekitar target operasi. “Yah, mau nyari Mbok malah pegel kabeh..” ia menyesali kebodohannya yang telah rajin membersihkan halaman belakang tadi. Padahal disuruh sampai mulut berbusapun mungkin tidak akan dihiraukannya! Alahsil, bocah udik itu kini tergeletak lemas. Mau ngapa-ngapain udah malas, ga napsu. *** “Disini senang..disana senang…dimana-mana hatiku senang..” “Horeee!!!” Nyanyian kegembiraan didendangkan oleh Mbok Mirah diikuti ketujuh keponkannya yang sengaja diajak dari kampung. Kegembiraan memang terasa, maklum, mereka sekeluarga sedang mengadakan tamasya keluarga ke Taman Safari. Mengunjungi sanak saudara dekat- Gorilla“Mbok, suaranya dipelanin doong, saya mau tidur” pinta sang nyonya rumah, Pak Gatot tentu saja tidak me-request hal yang sama, lha wong lagi nyetir! Sopir hariannya sedang cuti mendadak gara-gara kucingnya melahirkan. “Iya, Bu..” Mbok Mirah langsung paham dan mengisyaratkan supaya keponakankeponakannya bersikap tenang. Ia pun menyuruh Kiki agar tidak membuat Koko nangis yang akhirnya bisa bikin Kaka marah-marah dan langsung menjitak Kuku supaya memperhatikan adiknya. Keke dan Kikan Cuma cengar-cengir selain bernyanyi bareng Si Mbok kesayangan mereka tentunya. Sedangkan satu-satunya anak laki-laki yang berada dipojok sedang asyik baca komik Naruto volume-37. “kalian semua diem ya..utowo gelem di emplok bedhes?!” Si Mbok menakutnakuti. Ketujuh keponakannya tampak gentar dan memilih mematung daripada terjadi hal yang diinginkan Buleknya tadi. “Gus, kamu mau jeruk,nak?” Bundanya menawarkan, tapi…..
shefti shei
Digitally signed by shefti shei DN: cn=shefti shei, c=ID, ou=AXIPALA,
[email protected] Reason: Shei adlah pemilik hak cipta atas cerpen ini :P Location: Surabaya Date: 2007.11.10 10:46:46 +07'00'
“Gus..mau enggak?” Beliau mengulangi tawarannya. Tapi yang diajak bicara tak segera menyahut. Kali ini, mbok Mirah menghitung jumlah keponakannya “Satu..Dua..Tiga……Tujuh??” Si Mbok mengingat-ingat, menurutnya, keponakannya kan Cuma ada enam…cewek semua pula. Si Mbok baru ngeh kalau anak laki-laki yang duduk dipojok tadi bukan siapasiapa mereka. “Kowe sopo!” Si Mbok langsung mengeluarkan tongkat saktinya, takut anak tadi merupakan mata-mata kiriman Amrozi atau semacamnya. “Loooh, kan saya yang harusnya tanya, saya mau dibawa kemana? Enak-enak ngemis, kok malah diculik..emang saya ganteng banget gitu ya?” Anak tadi langsung narsis, dilihat dari manapun, orang berbaju kumal dan bercelana butut disertai bau apek akibat bolos mandi seminggu seperti itu juga ga ada cakep-cakepnya sama sekali. “Edan kowe! Tak pikir kowe Mas AGUS!!” “Agus? Artis ya? Emang saya ini bakat jadi artis kok…” Ia masih membanggakan diri, alhasil, bocah tadi langsung dibuang dipinggir jalan, daripada menyebabkan satu mobil semaput akibat menghirup gas beracun yang berasal dari tubuhnya. “Bu…jadi mas Agus….” “Ketinggalan!” Mereka panik, tapi tetap memutuskan untuk meneruskan perjalanan….tanggung, tinggal 1 km lagi. *** “Hatsyim” Agus bersin-bersin, mungkin ada yang sedang membicarakannya. Padahal, ia capek setengah mati setelah melaksanakan misi yang hasilnya Nol Bulat. Agus pun berniat tidur siang. Ia baru sadar kalau ternyata rumahnya sepi, bunda dan bapaknya juga ikut menghilang. “Podho nandhi tho wong omah iki? Kok ilang kabeh!” ia terlihat kesal. Agus sudah kehabisan ide untuk mempertahankan hidupnya sampai siang ini. Tanpa makanan, tak ada kehidupan. Kali ini, ia membuat slogan sendiri. *** Sesampainya di Taman Safari, ternyata,keluarga Agus tidak menyesali sedetikpun bahwa Agus telah ditinggalkan dirumah. Tak ada yang menyadari pula. “Yak, fotoin ya…” Bu Gatot tampak berpose dengan salah satu Gorila jinak yang telah beratraksi dan menjadi artis lokal di area tersebut. “Hahaha, persis, koyok bojone, Bu!..” Mbok mirah berkomentar, Pak Gatot terlihat cemberut. “Kalo istri saya mirip Gorila, berarti, saya dong Gorilanya!” Mbok Mirah dan Bu Gatot tertawa ngakak……….. “Bu, Mas Agus pripun?” “Udah, nanti dikasih makan juga seneng tu anak…nyantai!” *** Agus terbaring lemas… Ia kelaparan….
Tapi tidak ada ide akan berbuat apa. Kasian si Agus… *** “Mbok, fotoin saya sama dia ya!” “Beres, Bu..persis!” Mbok Mirah kembali berkomentar, kali ini Pak Gatot tampak senyam-senyum, Karena istrinya sedang berfoto dengan pelatih Gorila tadi yang ternyata ganteng. “Berarti, saya mirip orang itu ya…” gumamnya dalam hati. *** “Waduuh, saya harus kemana nih? Ga punya ongkos..” hanya berbekal buku komik dan tas mungil tempat menyimpan recehan, anak laki-laki tadi terlihat mengenaskan, dan sepertinya ia tidak dapat menemukan masa depan untuk kembali ketempat asalnya. Naseeb..naseeeeb… TAMAT