AGUS~BOCAH NDESO SUSAHNYA JADI COWOK Karya: Shei “Bruaaak!” Seperti biasa dan selalu saja terjadi, Mbok Mirah menggedor pintu Agus dengan Stick Bisbol andalannya. ‘Mak’eeeeee!!!” Agus berjingkat kembali, padahal dua hari yang lalu, ia berhasil nyolong start supaya ga kaget gara-gara Gebrakan tongkatya Si Mbok Loh! Kali ini kumat lagi penyakit ‘Molor’nya! Aguspun dengan siap-sedia bangun, tanpa harus mengulur-ulur waktu, daripada kena sembur Gurita jejadian lagi! (Baca: Si Mbok yang kumur-kumur terus disemprotkan kemuka Agus) “Nggih…, Mbok… Agus kesana sekarang…” cuapnya setengah sadar, dan berjalan bak Sleepwalker, sempoyongan kesana- kemari. Gimana mau ga ngantuk, kalo tidur aja baru 2 jam yang lalu. Agus bela-belain begadang nonton Tim favoritnya berlaga, Chelsea yang sialnya harus kalah 0-1 melawan musuhnya, Manchaster United. “Ndang Salat!” komando Mbok Mirah lagi. Agus manggut-manggut aja. Ia sendiri sibuk membuka-paksa matanya yang ternyata masih lengket kayak prangko. Masih dengan mata tiga-perempat terpejam, Agus berjalan menuju kamar mandi. Begitu sampai di tempat berair itu, Agus langsung cemberut tak karuan. “Kenapa Bunda ga pesen air panas aja sih! Dingin bangeeeet..Brrr” Ia menggigil dan memutuskan Cuma membasahi matanya dan ngilangin ‘itu-tuh’ biar ga jorok-jorok amat. “Udah, ah..kapan-kapan aja mandinya,” desisnya dan langsung menuju ke musala pribadi. Setelah solat, acara yang paling dinantikan Si Mbeler Agus adalah…Sarapan! Biarpun Mbok Mirah galak, tapi orang ini satu-satunya yang bisa bikin hidup Agus serasa di surga gara-gara masakannya yang TOP abis! “Hore!! Sarapane Sego Goreng!” Agus memekik gembira. Dicuilnya ayam goreng centil yang seolah menantangnya. “Heh! Ra pareng cuil-cuil! Ga sopan!” Mbok Mirah menggetok tangan Agus dengan panci. Agus manyun, kalau aja Agus kenal dengan polisi terdekat, udah pasti ia bakal melapokan KDRT yang diperbuat Mbok Mirah kepadanya. Tapi, setelah dipikir kembali, mending ia disiksa seperti ini daripada Bundanya yang harus menggantikan Si Mbok memasak sewaktu ia berada di balik terali besi. Bakal mati lemas si Agus, karena Bunda tersayangnya ini emang hobi banget coba-coba menu nyeleneh. “Gus, kok melamun?” bundanya bertanya, Buru-buru Agus menghilangkan halusinasinya. “Ga papa kok, Bun” sahutnya kemudian. Merekapun segera menyantap makanan yang tersedia di meja,daripada Si Mbok berubah pikiran dan mengemasi kembali makanan tadi.
*** “Guuus!” Akbar, Tian dan Rudi menyambut dirinya didepan ruang kelas. Tampaknya mereka lagi hepi banget, sedari tadi, bawaanya senyum melulu. “Apa?” “Ehm…gini, ntar kita mau ketemuan ama cewek! awewe! girls! wong wadon!” Mata Akbar membesar sewaktu mengucapkan kata ‘cewek’. Keliatan banget kalo cowok ini playboy kelas kakap. Rudi dan Tian Cuma cengar-cengir, jadi backgroundnya Si Akbar. Agus masih bingung, apa menariknya ketemu sama cewek? Toh tiap hari dia juga ketemu ama Si Mbok. “Agus malah tiap hari ketemu ama cewek…Si Mbok, Bunda…sama Cinta!” “Ye! Bukan cewek gituan kalee!” desis Tian, tapi kupingnya melebar ketika teringat nama terakhir yang disebutkan si Agus. “Cinta? Siapa tuh..kayaknya keren!” Tian terlihat antusias, tentu aja Agus makin ga ngerti jalan pikiran mereka. “Cinta? Masa tertarik sih? Dia kan kambing tetangga Agus!” Jitakan dan gelitikkan pun tengah melandanya. “Ye! Kirain!” Tian sewot, Rudi dan Akbar terkikik. “Eh…gimana? Ente ntar ikut ya,kita ke MALL!” Akbar menawarinya, tapi lebih mengarah ke pemaksaan. Mereka gemes juga sama udiknya Si Agus, sekali-kali keren kan harus! “MALL? Oke, Agus melu….” Ia langsung sepakat. Akbar dkk langsung bergembira. Setidaknya patungan mereka jadi lebih ringan, karena berangkat pakai mobil Tian ternyata harus bayar ongkos bensin! “Ntar bawa duit 10ribu ya!” Tian mengingatkan, yang lain terlihat cemberut. “Dasar kikir…”desis Akbar, tapi lumayanlah, setidaknya gengsi, karena ga harus naik angkot. “Oke deh…….” Mereka menyetujui. *** “Wah…iki tho sing jenenge MALL? KUUL!!!” Agus langsung loncat-loncat kegirangan. Bak mendarat di planet asing yang teramat indah, ia menelusuri tiap inchi jalanan MALL tersebut dengan penuh kekaguman. Akbar, Tian dan Rudi tentu saja langsung ilfil. Daripada dianggap ‘sejenis’ dengan Agus, Akbar langsung pura-pura mencari ‘barang’ imajiner yang mengaharuskan ia berlenggak-lenggok kesana-kemari tapi tidak dengan pose bak pragawati tentunya. Hal ini cuma bertujuan agar ia bisa menjaga jarak dengan Agus. Tian juga tak kehabisan akal. Ia pura-pura mencoba sampel parfum yang ditawarkan SPG-SPG cantik tak jauh dari tempatnya berdiri, selain nyoba parfum gratisan, lumayan lah ada dideket cewek cantik daripada harus berada disebelah Agus. Rudi bingung mau ngapain. Ia tidak punya ide untuk menghindari Agus. Jadi, cuma dia yang mau dipelototin orag-orang yang lewat gara-gara takjub dengan tingkah laku Agus yang katrok banget itu.
“Naseeeb…” Rudi menangis dalam hati. Mimpi apa dia jadi salah satu dari orang aneh dimuka bumi ini yang harus rela dipelototin seperti itu. Akbar dan Tian tampak terkikik dan mengarahkan pandangan mengasihani kearah Rudi. “Awas lo!” Rudi menyumpah yang hanya membuat kawan-kawannya semakin tergeli. Sedang asyik-asyinya main ‘cari barang imajiner’, Akbar tempak melotot begitu lewat sesosok makhluk cantik berjenis cewek (tentu saja). Insting buayanya pun tak tertahankan untuk tidak menggoda cewek itu. “Suiit…cewek..kenalan dong..” Akbar memulai serangannya, tapi cewek itu tetap berlalu. “Duh..sombong amat..”Akbar masih gencar melaksanakan aksinya. Cewek itu kelihatan tidak peduli dan semakin mempercepat langkahnya. Akbar tetap mengejar cewek tersebut dan kini sudah main colek segala. “Kurang ajar! Emangnya gua ‘Nyam-Nyam’ dicolek kayak gitu!” Cewek itu melotot, tiba-tiba saja Akbar gentar. Otot cewek tadi langsung nongol otomatis. Akbar yakin dia termasuk pegulat wanita atau semacamnya. Keyakinannya bertambah, apalagi cewek berkurudung disebelahnya iseng banget bawa tulisan “Awas, pemenang WWF smack down Indonesia” “Mbaak, maa..maafkan saya yah, bukan maksud..” Akbar langsung meminta maaf, daripada jadi daging cincang ditempat seramai itu. Tapi cewek yang dipanggil Ita tadi tampak menolak permintaan Akbar. “Enak aja..Lo udah berani ganggu gua, sini, gua hajar lo!” Alhasil, aksi kejar-kejaran pun tak tereelakkan. Dua insan manusia itupun berolah raga sejenak memutari lantai 3 Mall tersebut. Kali ini, giliran Tian, Rudi dan Agus yang ogah kenal dengan Akbar, dan dapat dipastikan, mereka lolos jadi kandidat sansak-idup berikutnya. *** “Sialan kalian…ga mau bantuin aku tadi!” Akbar melotot sebal, selain kecapekan telah memutari gedung bertingkat 5 itu. Dia juga memeras akal habis-habisan supaya dapat lolos dengan pura-pura jadi manekin di konter celana dalam. “Yah, kita-kita mah ogah bernasib kayak elo, Bar!” Tian memberikan alasan, Rudi dan Agus manggut-manggut. “Dasar ga setia kawan” Akbar menyemprot. Agus pun teringat sesuatu,”Loh, bukannya kita mau ketemuan nih?” “Oiya! Lupa! Ayo….” Merekapun segera cabut ke Gigamedia, toko buku terkenal tempat kopi darat yang telah disepakati. *** “Bar, bener disini?” Rudi tampak tak percaya, mengingat sejauh mata memandang, yang terlihat hanya pasangan homo yang asyik memadu cinta. Mereka jadi ilfil dan memutuskan untuk tidak menoleh kearah pasangan tersebut. “Tunggu aja, bentar ya, aku telpon dulu” Akbar memulai memencet-mencet keypad hapenya. Setelah menelpon Winda, ia tampak sumringah. “Bentar lagi dia nyampai, ada 5 orang katanya”
Akbar dan kawan-kawan langsung tersenyum jahil. Kelihatan kalau mereka mikir macam-macam. “Eh, bar..tuh kayaknya…” Tian melihat 5 sosok cewek cantik yang berjalan kearah mereka. Rambutnya panjang-panjang, kakinya pun jenjang, mirip sekali dengan perawakan model. “Waaah, masuk nih!” Akbar langsung menghampiri cewek-cewek itu, diikuti Tian, Rudi dan terakhir Agus. “Wah, kebetulan…” salah seorang cewek berbaju pink itu membuka suara. “Iya, kebetulan..” Akbar membeo, cewek itu mengernyitkan alis. “Kebetulan, Mas, kami kesasar. Mas tau gak butik Cici tuh ada dimana?” Akbar dkk tampak bengong. “Loh, mbak namanya Winda kan?” Sambil berlagak bak paranormal, Akbar menunggu jawaban. “Winda? Nama saya Sherly, Mas salah orang…Butik Cici dimana ya?” Akbar dkk langsung keki, dikira teman kencannya, eh, ternyata Cuma Tanya jalan. “Yaela mbak, kalo mau nanya jalan, tuh, ada satpam disana!” Jelas Rudi sewot. Iapun cabut diikuti Akbar dan Agus. “Oh, butik Cici ya mbak..tuh, ada dilantai 2, mbak punya korek ga?” Tian tampak memanfaatkan 100 persen kesempatannya untuk kenalan dengan cewek-cewek cantik tadi. “Maaf Mas, ga ada yang ngerokok disini” “Kalo nomor hape, pasti ada kan..” ternyata arah pembicaraan Tian nanyain nomor hape, buru-buru para cewek tadi melenggang meninggalkan Tian yang mematung sendirian. Akbar dkk yang melihat kegagalan usaha Tian tampak mencibir, “dicuekin ni ye…” goda mereka, Tian cemberut. *** “Bar, lama amat…” Rudi tampak tak sabar menunggu kedatangan Winda dkk yang udah semenjak tadi dinanti. Akbar Cuma menggeleng tak tahu-menahu. Kali ini, ada 3 orang cewek yang berjalan kearah mereka. “Itu kayaknya..” Agus menunjuk gerombolan cewek tadi, Akbar menggelengkan kepala, “Bukan, mereka ada 5 orang.” Agus tampak tak menghiraukan Akbar dan langsung menuju kearah cewek-cewek tersebut. “Winda ya?” tebak Agus jitu, seorang cewek berkuncir kuda itu menyalami Agus,”Winda” sapanya, Agus menyambut jabatan tangan Winda seraya memperkenalkan diri. Akbar dkk yang melihat dari kejauhan langsung ikut bergabung. “Kok Cuma 3 orang? Katanya lima?” Akbar tampak heran, Winda pun mengatakan bahwa yang dua lagi nyari apaan gitu, makanya mereka telat datang. “Oh. Yaudah, ga papa, kita ke kafe Starbruk yuk!” ajak Akbar diikuti anggukan yang lain. *** “Tuh mereka!” Winda melambai kearah dua cewek jangkung yang tak jauh dari kafe tempat mereka berkumpul. Kedua cewek itupun segera bergabung. Yang satu keriting, yang satu lagi berjilbab.
“Loh! Ta, itu kan…” “Cowok brengsek tadi!” Ita langsung geram, orang yang dicarinya sedari tadi ternyata ada disini. “Waduhh..mampus! Dadagh teman-teman…….” Setelah mengucapkan perpisahan, Akbar langsung kabur meninggalkan kawan-kawannya. “Rud, mampus, ternyata, ia cewek beringas tadi..gimana nih?” Tian ikutan keder, Rudi tampak tak mau pikir panjang, “KABOOR!!” mendengar komando spontan dari Rudi, Tian dan Agus langsung ambil ancang-ancang untuk langsung hengkang dari tempat tersebut, daripada jadi korban kebiadaban pegulat wanita keriting itu mending mereka mengikuti langkah seribunya Akbar. “Woooy! Jangan kabur lo pada!” Ita mengerahkan segenap kemampuannya agar bisa mengejar kawanan cowok jahil tadi. Winda dan ketiga cewek lainnya cuma bengong, tak tahu-menahu ada apa gerangan. TAMAT