Agus Cah Ndeso Bpb

  • Uploaded by: Shei Latiefah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Agus Cah Ndeso Bpb as PDF for free.

More details

  • Words: 1,239
  • Pages: 6
AGUS~BOCAH NDESO (BPB) Bukan Preman Biasa Karya: Shei

“Kang..itu-tuh anaknya!” “Bener iku sing jenenge Agus?” “Asli bener!” “Yawes! tunggu wae, besok pasti habis tu anak!” “Seeep!!” *** “Mas Agus! YA ALLAH! Bangun wae angel eram!” Teriak Mbok Mirah seperti biasa, mati kutu juga Si Mbok dibuatnya. Tiap kali fajar menjelang, Agus selalu betah ngendon di kamar tanpa sekedar melek, apalagi bangun. Padahal jam udah menunjuk angka 5.30 ‘BRUAAAK!’ “BANGUUUUUN!!!!” jurus pamungkaspun dikeluarkan, gedoran sakti ala Si Mbok yang diperkuat oleh Stick bisbol kesayangannya. “Mak’eeeeeeeeeee” Agus pun berjingkat, padahal lagi asyik-asyiknya mimpi dipeluk cewek cakep, malah harus mencelat gara-gara ada petir lokal yang ternyata berasal dari stick bisbol kurang kerjaan yang bertubrukan dengan pintunya. “Nggih Mbok…Agus wes Bangun!” sahutnya sejurus kemudian, Matanya melek-merem dan pada akhirnya merem samasekali. Mbok Mirah menunggu di depan pintu sembari berkacak pinggang. Tapi, yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar. “Mass!!!!” Teriaknya lagi, kali ini dengan ember di tangan kanan dan Tongkat bisbol di tangan kiri. Agus ber-hmm saja tanpa memedulikan teriakan titisan Nyi Roro Kidul diluar kamarnya. ‘BruuuaaK!!! Petir lokal menyambar lagi, buru-buru Agus keluar kamar dan.

makasih udah sempetin baca! ada kritik/ Saran? email ke [email protected] ya!

‘ByuuR!! Agus megap-megap kayak ikan yang baru dipancing dari kolam. “Brrrrrr, Mbok…dingiiiin…” giginya bergemeletuk, Si Mbok Cuma tersenyum sinis sambil menunjuk kamar mandi. “Ndang adhus!” komandonya kemudian, Agus langsung patuh dan sempoyongan berjalan ke kamar mandi. *** “Gus!” Sambut Akbar seperti biasa, Agus juga masih bengong seperti biasa ketika baru menginjakkan kakinya di ruang kelas, maklum nyawanya masih separo, yang separo lagi ketinggalan dirumah. “Gus! Gawat! Kita mau dihajar Preman!” lanjutnya setelah berkali-kali menarik napas panjang. “Bener, Gus! Gara-gara si Akbar nih!” Rudi menyikut Akbar yang berdiri disampingnya. “Iye Gus! Kemarin Doi sok jago nantangin Preman sebelah sekolah kita tuh! Akibatnya, ntar sore, mereka mau kesini bikin babak belur kita!” Tian terlihat panik. “Apa hubungannya sama Agus? Kan Agus ra melu-melu..” Sahutnya masuk akal. Akbar dkk saling pandang. “Ya…tu juga begonya Akbar yang nomor Dua…” “Dia bilang, Lo Bos kita!” “KAMPRET!!” Kali ini Agus yang panik, gimana enggak, ilmu silat yang diajari kakek buyutnya aja udah raib entah kemana, berhadapan melawan Mbok Mirah aja juga banyak kalahnya. Lha ini malah ngelawan Preman. Bisa dipastikan ga bakal selamat lah! “Piye iki…” desisnya cemas, Akbar dkk tampak tak merasa bersalah. “Duh…Pasrah aja deh Gus..” Akhirnya Akbar memberi saran logis yang cukup dapat diterima oleh akal mereka.

makasih udah sempetin baca! ada kritik/ Saran? email ke [email protected] ya!

Sebenernya, si Akbar ini juga atlet Karate yang entah kenapa tiba-tiba jurusnya pada ngacir sendiri-sendiri sewaktu Akbar mengidap Amnesia gara-gara kepeleset kulit pisang beberapa waktu yang lalu. Tian dan Rudi apalagi, mereka malah ga ada ide sama sekali mau menghabiskan sisa hidupnya untuk berbuat apa. *** “Baik anak-anak…Sekian dulu pelajaran dari Ibu, jangan lupa PRnya besok dikumpulkan. Akbar, Tian, Rudi! Awas kalau kalian tidak mengerjakan PR lagi! Ibu akan menghukum kalian untuk membersihkan WC!” komando Ibu Linda yang berakhir dengan ancaman kepada para napi sekolah. Guru Komputer mereka itu memang terkenal galak. “Udah deh Bu! Ibu boleh menghukum kami apa aja besok! Kami malah seneng! Berarti kami masih idup!” Akbar angkat bicara dengan mimik penuh keyakinan kalau nanti sore dia sudah tidak bernyawa lagi. “Iya Bu!” Tian dan Rudi membeo seperti biasa. “Bicara apa kalian? Pokoknya ibu tidak mau tahu. Besok semuanya harus mengumpulkan tugas! Kalau tidak, siap-siap saja membersihkan WC seluruh sekolah!” tegasnya lagi dengan memicing-micingkan mata. Akbar dkk tampak tak gentar. “Udah…jangan nantangin Ibu Guru, ntar disantet via email baru tau rasa!” celetuk Rionaldo, sang ketua kelas setengah berbisik. “Ya deh..kita emang mau meratapi nasib, 5 menit lagi, Gue ama anak-anak ini bakal tewas di medan laga” cerocos Tian sembari menunjuk kearah para calon mayat, Akbar-Rudi-Agus dan dirinya. Rio tak habis pikir. Tapi tak mempermasalahkannya, toh geng Akbar dkk emang rada ga beres. ***

makasih udah sempetin baca! ada kritik/ Saran? email ke [email protected] ya!

Sore kelabu tengah berselang. Akhirnya, Akbar-Agus-Tian dan Rudi harus pasrah menanti Tonjokkan bertubi-tubi dari Para Preman yang terkenal beringasan dan tak kenal ampun. “Oke, Bar, gue ngaku kalo rokok-rokok lo selalu gue umpetin buat disedot bareng ama si Rudi” Tian mengakui dosanya, Akbar pun menjitakknya, “Pantes, Rokok ku kok suka ilang sendiri! Dasar!” komentarnya. “Eh..Rud...Aku ma Tian juga hobi utang di kantin pake nama kamu..” Akbar ikut-ikutan mengakui dosanya pada Rudi, kali ini giliran Rudi yang menjitak kedua sohibnya tadi. “Dasar! Pantesan Bu kantin hobi ngejar-ngejar aku sambil teriak maling! Besok kudu dibayar lo yo!” ancamnya kemudian. “Iya..kalo kita masih idup..” Mereka murung kembali. “Pren..kalian tau ga..” ujar Agus sejurus kemudian dengan mimik serius. Sepertinya ia juga mengikuti kawan-kawannya untuk mengakui dosa yang telah lalu. “Sebenernya aku ini….” “Apa?” mereka berhasil dibikin penasaran. “Superman!” Pungkas Agus yang harus dibayar dengan tonjokkan, gelitikkan, dan jitakkan teman-temannya. “Sapa yang percaya!” Rudi menyahut sewot. Sedang asyik-asyiknya ketawa bareng, tiba-tiba Preman yang tidak ditunggutunggu itu pun muncul. “Punya nyali juga ente-ente kemari!” Sang Pemimpin tampak mengeluarkan taringnya sekedar untuk menghardik bocah-bocah SMA tadi. Tian menyikut Akbar, “Psst…iya-ya..ngapain sih kita cari mati pake datang kesini segala!” “Tau! Sapa sih yang ngusulin” Akbar juga bingung. Mereka berempat beradu pandang, dan baru sadar kalo seumpama mereka ga nemuin para Preman itu, pasti ga akan babak belur keesokan harinya.

makasih udah sempetin baca! ada kritik/ Saran? email ke [email protected] ya!

“Mana yang namenye Agus?” Tanya salah satu anggota geng BPB yang katanya singkatan dari Bukan Preman Biasa, konon mereka emang nge-fans banget sama Ayushita, alhasil, nama BPB pun diambil biar ada mirip-miripnya gitu deh! “Agus disini, Pak!” “Kok Pak? Panggil gua Abang!” “Kok Abang? Merah?” Agus berargumen. “Psst..Gus..’Abang’ tu cuma panggilan, kayak manggil ‘Mas’ gitu!” Tian menjelaskan. Agus terdiam. “Kang, udah sikat aja..” Saran seseorang yang minta dipanggil ‘Abang’ tadi pada Bosnya. Aguspun digiring ke tempat sepi, niatnya sih pengin ditonjokkin ramerame. Tapi…. “Mas Agus! Kemana aja! Pulang sekolah kok dulin wae!” dari seberang, terlihat Mbok Mirah tergopoh-gopoh hendak menggetok Agus dengan Stick Bisbolnya. “Waduh..Agus lupa ada janji mau beres-beres kamar nih…” Agus tersadar. Para Preman yng menggiringnya tampak gentar berhadapan dengan Mbok Mirah. “Loh….ini apa-apaan? Belum kapok ya pernah tak gebukin pake ‘ini’?” Tanya Mbok Mirah sambil mengacungkan tongkat saktinya. Ternyata, Preman tadi tuh yang pernah beroperasi di komplek perumahannya. “Eh..Si Mbok…A..Anu…Kita Cuma mampir kok…” Sang pemimpin tampak takut-takut. Mbok Mirah melotot, “Ayo! Ndang pergi! Kalo ga mau berurusan ama ‘ini’ lagi!” Ancamnya kemudian. Mereka tampak ngacir sendiri-sendiri, tanpa memperdulikan Agus dkk yang merupakan sasaran awal. “Wah…Si Mbok keren…” Akbar dkk terpesona. Merekapun langsung sungkem dan janji bakal nraktir Si Mbok Basso sampe puas. “Hehe…Mbok ini emang ditakuti preman, jadi tenang aja..kalo ada apaapa…call me!” ujar Si Mbok sok gaul. Mereka tampak ketawa-ketiwi.

makasih udah sempetin baca! ada kritik/ Saran? email ke [email protected] ya!

“Mas..ayo! ndang beresin kamar!” “Yah…………….” *** “Baik anak-anak…PR nya dikumpulkan!” “Waduh…gimana nih..kita beneran masih idup!” Akbar tampak panik. Sesuai janji awal mereka pada Bu Linda, kalau besok masih hidup, mereka bakal nerima hukuman apapun dari beliau. “Nah…Akbar, Tian, Rudi…mana PR kalian?” Akbar dkk Cuma cengar-cengir kayak marmut sok imut. “Hehehe….ketinggalan, Bu…” Akbar ngeles. Jeweran maut dan Hukuman yang berlipat ganda pun tengah menanti mereka. Merekapun dengan rapi keluar kelas menuju ke tempat dinas mereka masingmasing (Baca: WC) “Gus..Ayo, bersihin WC” Ajak Akbar. ”Loh, kenapa?” “Kan ga ngerjakan PR!” “Agus Udah ngerjain kok!”” “Sialan Lu Gus!” Mereka pun mengutuki rajinnya Si Agus kalo udah dapet PR. Lain kali mereka bakal menyekap Agus kalo sampai ga mau ngasih contekan. TAMAT

makasih udah sempetin baca! ada kritik/ Saran? email ke [email protected] ya!

Related Documents

Agus Cah Ndeso Bpb
October 2019 28
Agus-cah Ndeso Blablabla
October 2019 32
Cah
June 2020 9
Agus
July 2020 43
Agus
June 2020 48

More Documents from ""

A For 'abdul'
October 2019 43
Lingga-yoni
December 2019 48
Surat Kartini
April 2020 44
Makna Indah Persahabatan
October 2019 45
Kedai Kopi
May 2020 29