Catur Asrama adalah empat fase kehidupan dalam hidup ini yang hendaknya dilalui oleh tiaptiap umat guna mewujudkan tujuan hidupnya dan juga tujuan beragama. Keberadaan Catur Asrama tidak dapat dipisahkan dari Catur Purusartha. Catur Purusartha adalah empat tujuan hidup yang utama bagi umat yang patut dijadikan pedoman moral untuk melaksanakan Catur Asrama. Catur Asrama terdiri atas : 1. Dharma 2. Artha 3. Kama 4. Moksa 1. Dharma Kata Dharma berasal dari urat kata “ dhr “ yang berarti menjingjing, memlihara, memangku, mengatur. Jadi, kata Dharma berarti sesuatu yang mengatur atau memelihar dunia beserta semua makhluk. Dalam Santi Parwa 101 dapat ditemui keterangan tentang arti Dharma sebagai berikut : Dharanad dharman ityahur, dharmena widhrtah prajah Artinya : “Dharma dikatakan datangnya dari kata Dharana yang berarti memangku atau mengatur“. Untuk melaksana kewajiban-kewajiban sebagai manusia yang tak lain adalah pelaksanaan Dharma. Dalam kitab sarasamuscaya dijelaskan sebagai berikut : Yan paramarthanya, yan artha kama sadhyan, dharma juga leka sekena rumuhun, riyata katemwaning artha kama mepe tan paramaartha wi katemwaning artha kama dening anasar sakeng dharma Artinya : “ Kalau Artha dan Kama yang dituntut, seharusnya Dharma dilakukan lebih dahulu, tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh Artha dan Kama itu nanti, tidak akan ada artinya jika Artha dan Kama diperoleh menyimpang dari Dharma“. Sehubungan dengan fungsi Dharma didalam “ Manu Samhita “ disebutkan sebagai berikut ini: “ Weda pramanakah Gryah sadhanani dharma “ Artinya : Didalam ajaran suci Weda “ Dharma “ sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan ( Moksa ) Selanjutnya dalam kitab Udyoga Parwa khususnya bagian dari Asta Dasa Parwa dijumpai ucapan sebagai berikut : “ Ikang dharma ngaranya, hetuning mara ring Swarga ika, kadi gatining perahu, an hetuning banyaga nertasing tasik “ Artinya : Yang disebut Dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke surge, sebagai halnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi pedagang dalam mengarungi lautan. Disamping berdasarkan sloka itu, Dharma juga merupakan suatu tugas sosial di masyarakat untuk melaksanakan ini dipakai pedoman “ Catur Dharma “ yaitu : A. Dharma Kriya B. Dharma Santosa C. Dharma Jati
D. Dharma Putus A. Dharma Kriya Berarti manusia harus berbuat dan berusaha serta bekerja untuk kebahagiaan keluarga pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan menumpuh cara perikemanusiaan sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu. Setiap usaha akan berhasil dengan baik apabila dilandasi dengan Sad Parmita, yaitu berikut ini : 1) Dana Paramita adalah suka berbuat Dharma, amal dan kebajikan. 2) Ksanti Paramita adalah suka mengampuni orang lain. 3) Wirya Paramita adalah mengutamakan kebenaran dan keadilan. 4) Prajna Pramita adalah selalu bersikap tenang, cakap, dan bijaksana dalam menghadapi segala suatu hal atau persoalan. 5) Dhiyana Paramita adalah merasa semua ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya wajib menyayangi sesame makhluk hidup. 6) Sila Paramita adalah selalu bertingkah laku yang baik ( Tri Kaya Parisudha ) dalam pergaulan. B. Dharma Santosa Berarti berusaha untuk mencapai kedamaian lahir batin dalam diri sendiri, dilanjutkan kemudian kedalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Tanpa adanya kebahagiaan dan kedamaian dalam diri sendiri akan sangat sukar untuk mewujudkan kedamaian dan kesentosaan dalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. C. Dharma Jati Berarti kewajiban yang harus dilakukan untuk menjamin kesejahteraan dan ketenangan keluarga serta selalu mengutamakan kepentingan umum disamping kepentinga diri sendiri ( golongan ). D. Dharma Putus Berarti melakukan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban serta bertanggungjawab demi terwujudnya keadilan social bagi umat manusian dan selalu mengutamakan penanaman budi baik untuk menjauhkan diri dari dosa yang menyebabkan moral menjadi rusak. Secara singkat Dharma dapat dilaksanakan dengan mengamalkan ajaran “Tri Kaya Parisudha“, yaitu tiga usaha dan jalan utama dalam seluruh kehidupan untuk mencapai agamayang terdiri atas berikut ini: 1) Kayika artinya tingkah laku dan perbuatan yang baik. 2) Wacika artinya perkataan dan pembicaraan yang jujur dan benar. 3) Manacika artinya pikiran perasaan yang baik dan suci serta tresnasih. 2. Artha Kata Artha dalam Catur Purusartha dapat berarti tujuan. Akan tetapi, sebagai tujuan dari Catur Purusartha, kata Artha berarti harta atau kekayaan. Artha berarti benda-benda materi atau kekayaan sebagai sumber kebutuhan duniawi yang merupakan alat untuk mencapai kepuasan hidup. Artha memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan beragama, antara lain berikut ini : a. Fungsi Artha dalam melakukan Panca Yadnya yaitu : 1) Dewa Yadnya adalah korban suci yang ditujukan ke hadapan Sang Hyang Widhi.
2) Manusa Yadnya adalah korban suci yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia. 3) Pitra Yadnya adalah korban suci yang ditujukan ke hadapan para leluhur. 4) Rsi Yadnya adalah korban suci yang ditujukan terhadap para Rsi. 5) Bhuta Yadnya adalah korban suci yang ditujukan ke hadapan para Bhuta Kala. b. Fungsi Artha dalam mewujudkan Jagadhita ( kebahagiaan ) 1) Demi kemakmuran dan kesejahteraan Arta dibagi menjadi berikut ini : a) Bhoga adalah kebutuhan primer bagi hidup jasmani seluruh makhluk ( pangan ). b) Upabhoga adalah kebutuhan hidup yang perlu dimiliki manusia ( sandang ). c) Paribhoga adalah kebutuhan social lainnya ( Papan ). 2) Untuk punia, Artha digunakan untuk kepentingan Yadnya juga untuk kemajuan pendidikan. Artha itu harus disalurkan ketiga jurusan, sebagai berikut : a) Maha Don Dharma Karya yaitu untuk Dharma ( dana, sosial ). b) Maha Don Artha Karya yaitu untuk kemakmuran dan kesejahteraan ( dagang ). c) Maha Don Kama Karya yaitu kenikmatan, makanan, pendidikan ( kesenian, olahraga ), dan sebagainya. Fungsi dan manfaat Artha sangat penting sekali, namun semuanya tidak boleh bertentangan dengan Dharma. 3. Kama Berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup. Pengertian Kama yang berarti cinta kasih, kebenaran, keadilan, dan kejujuran untuk mencapai kesenangan dan kebahagian. Kama dapat dibagi menjadi tiga bagian yang disebut Tri Parartha, seperti sebagai berikut : a. Asih ; menyayagi dan mengasihi sesame makhluk seperti mengasihi diri sendiri. b. Punia ; dana punia yang diberikan kepada orang lain diwujudkan dengan selalu menolong dengan memberikan sesuatu ( harta dan benda ) c. Bhakti ; cinta kasih pada Hyang Widhi dengan senantiasa sujud kepada-Nya dalam bentuk pelaksanaan agama. Kama atau kesenangan atau kenikmatan menurut ajaran agama tidak akan ada artinya jika diperoleh menyimpang dari Dharma. Oleh karena itu, Dharma menduduki tempat diatas dari Kama dan menjadi pedoman dalam pencapaian Kama. Kama hendaknya terletak dalam kemungkinan yang diberikan kepada orang lain untuk merasakan kenikmatannya. Jadi pekerjaan yang sifatnya menguntungkan diri sendiri dalam memperoleh Kama itu harus dihindari. 4. Moksa Berarti ketenangan atau kebahagian sepiritual yang kekal abadi ( Suka Tan Pewali Duka ) dan tujuan terakhir umat Hindu serta bersatunya Atman dan Brahman. Dengan bersatunya Atman pada sumbernya, yaitu Brahman berakhirlah proses atau lingkaran Punarbhawa atau Samsara bagi Atma. Selesailah pengembaraan Atma yang telah berulangkali lahir didunia ini dan tercapailah kebahagian yang kekal abadi. Moksa adalah kebebasan abadi
Hubungan Catur Asrama Dan Catur Purusartha
Catur Purusartha adalah landasan moral bagi umat untuk mewujudkan ajaran Catur Asrama. Dalam fase kehidupan, umat Hindu memiliki kewajiban moral untuk mewujudkan tujuan beragama dan bernegara. Pada fase Brahmacari mendapatkan kekayaan (Artha), dan mengisi segala keinginan (Kama) dalam mencapai kebahagiaan (Moksa) sebagai tujuan hidup. Artha dan Kama berlandaskan Dharma untuk mewujudkan rumah tangganya yang harmonis. Tatkala pada masa Wanaprasatha, mengurangi Kama untuk melepaskan ikatan keduniawian. Dengan demikian, kebahagiaan hidup yang abadi Moksa yang dicitacitakan pada masa Bhiksuka dengan mudah dapat diwujudkan. Dampak positif dari penerapan Catur Purusartha secara konsisten adalah dengan mudah dapat terwujudnya tujuan hidup agama Hindu. Sebaliknya apabila hal itu tidak ditepati, kehancuran tentu akan terjadi pada setiap umat yang melanggarnya.