Tugas Agama Hindu Ppt.pptx

  • Uploaded by: DESAK AYU
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Agama Hindu Ppt.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,802
  • Pages: 36
OM SWASTIASTU Nama Kelompok : 1. Puri Kartiko Fitri 2. Trisna Gayatri 3. Desak Ayu Lestarini Dewi 4. Ramayana Lestari

SUSASTRA HINDU INDONESIA

SUSASTRA HINDU INDONESIA

A. Susastra Parwa Untuk memahami tentang eksistensi susastra Hindu di Indonesia, maka hal tersebut dapat di urut melalui kitab-kitab Jawa Kuno baik dalam bentuk karya sastra Parwa maupun Kekawinan, di samping kitab-kitab Tattwa atau Tutur yang kini kita warisi di Bali, adalah juga mantra-mantra puja, stuti atau stava yang digunakan oleh para pandita Hindu, baik Saiva, Bauddha maupun Vaisnava. Dari 18 Parwa yang membangun Mahabharata(Astadasaparwa) ternyata hanya 9 yang sampai ke tangan kita, yaitu: Adiparwa, Wirataparwa, Yogaparwa, Bhismaparwa, Asramawasaparwa, Mosalaparwa, Prasthanikaparwa dan Swargarohanaparwa.

SUSASTRA HINDU INDONESIA

Berikut akan dijelaskan kitab-kitab parwa dalam bahasa jawa kuno yang merupakan media dan vahana sumber pengembangan agama hindu di indonesia. 1. Adiparwa Karya ini merupakan suatu ulasan dalam bentuk prosa mengenai kitab pertama dari syair Mahabharata. Dapat dipandang terdiri atas dua bagian tersendiri, bagian pertama menyajikan kerangka guna menebangkan epos Bharata ialah cerita mengenai korban yang atas perintah raja Janamejaya dipersembahkan sebagai suatu sarana magis guna memusnahkan para naga. Bagian kedua berisi silsilah para pandawa dan kurawa, kelahiran dan masa muda mereka sampai pernikahan Arjuna dengan Subhadra.

SUSASTRA HINDU INDONESIA

2. Wirataparwa Kitap ini merupakan bagian ke empat dari epos Mahabharata, membahas kehidupan para pandawa di keraton raja Wirata. Karena kalah dalam perjudian dengan para kurawa, Yudhistira beserta saudara-saudaranya dan Dropadi terpaksa mengembara dan hidup ditengah-tengah hutan selama 12 tahun, lalu selama satu tahun lagi hidup di lain tempat dengan menyamar.

SUSASTRA HINDU INDONESIA

3. Yogaputra kedua pihak mempersiapkan diri untuk pertempuran yang menentukan dan mencari-cari sekutu. Baik Duryodhana sebagai utusan para kurawa, maupun Arjuna sebagai utusan para pandawa berangkat pada waktu yang sama guna menghadap Krsna, tetapi menemukannya dalam keadaan tidur. 4. Bhismaputra Kedua pasukan lalu menduduki tempat masingmasing , Byasa (maharsi Vyasa) datang menengok Dhrtarastra dan menasehatinya agar ia bersikap menerima nasib putra-putranya.

5. Asramawasaparwa Setelah semua anaknya gugur dalam pertempuran, Dhrtarastra tinggal sendirian dan menetap di kraton Yudhistira. Hormat dan cinta yang di berikan oleh para pandawa kepadanya menyebabkan ia lama-kelamaan melupakan kesedihannya karena semua anaknya telah meninggal. 6. Mosalaparwa Parwa yang paling pendek ini menceritakan bagaimana suku Yadu musnah sesudah pertempuran agung itu. Pada suatu hari mereka dikunjungi oleh tiga orang bijak yang kemudian mereka pergunakan sebagai sasaran bagi sendagurau mereka.

7. Prasthanikparwa Ketika berita musnahnya para Yadu sampai kepada Yudhistira, ia menggabungkan diri dengan adik-adiknya untuk bersiap-siap meninggalkan ibu kota menuju ke hutan,. Setelah penobatan Pariksit putra Abhimanyu diangkat sebagai raja Haastina, kemudian ke lima saudara beserta Dropadi dengan diikuti seekor anjing meninggalkan istana. 8. Swargarohanaparwa Setibanya di surga, Yudhistira melihat Duryodhana dan semua pahlawan dari pihak kurawa bersinarkan cahaya ilahi seperti indra , raja para dewa dikelilingi para dewa lainnya tetapi tak seorang pandawa kelihatan.

9. Uttarakanda Bila kita memakai istilah “ sastra atau susastra parwa” dalam arti kata yang paling sempit, yakni versi-versi prosa mengenai parwa-parwa saja, maka karya ini tidak termasuk sastra parwa. 10. Bramanda Purana kitab ini menjadi penting keududkannya dalam khasanah susastra Hindu Indonesia, karena dari 18 Purana berbahasa sansekerta hanya satu-satunya yang kita warisi berbahasa Jawa Kuno ini sudah di cetak dengan huruf latin. Oleh Prof.Gonda dan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh G.Sandhi dan G.Pudja.

11. Agastyapurwa Seperti halnya kitab Brahmanda Purana, kitab Agastyapuwa ini rupanya kurang mendapat perhatian, oleh karena itu keduanya tidak dibahas dalam karyanya kalangwa, sustra Jawa Kuno selayang padang. Kitab ini susunannya dan isinya menyerupai Brahmanda Purana berupa dialog .

B. SUSASTRA KAKAWIN

Susastra Kakawin telah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa Tengah (Mataram Kuno), Jawa Timur, dan Bali yang hingga kini masih dibahas dan didiskusikan dengan menembangkannya menggunakan irama tertentu, sesuai ketentuan Chanda dalam susastra Kakawin tersebut.

1. Ramayana Kakawin ini merupakan kakawin paling panjang di antara kitab-kitab kakawin periode Jawa Hindu yang menceritakan mengenai kisah Rama dan Sita. Kakawin Ramayana terdiri dari 26 pupuh. 2. Arjunawiwaha Kitab ini mengisahkan Arjuna tatkala bertapa di Gunung Indrakila dan dimintai pertolongan oleh para dewa untuk membunuh Raja raksasa bernama Niwatakawaca yang menyerang kahyangan. Sebagai imbalan atas kemenangannya, maka Arjuna diperkenankan menikmati hidup di Indraloka selama beberapa waktu.

3. Hariwangsa Merupakan salah satu karya Mpu Panuluh, yang pada bagian manggalanya ditujukan kepada Wisnu dan Raja Jayabhaya. Wisnu telah menjelma dalam diri Krisna untuk melindungi dunia dan memusnahkan makhlukmakhluk jahat (Bhoma, Kangsadan, Kalayawana) yang mengganggu para dewa dan hanya dapat dibunuh oleh seorang manusia. 4. Bharatayuddha Kakawin Bharatayuddha merupakan gubahan dari Mahabarata yang menceritakan tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Korawa di Kurukhsetra.

5. Ghatotkacasraya Kitab karya Mpu Panuluh menceritakan tentang pertolongan Ghatotkaca kepada Abhimanyu, ketika Abhimanyu berniat mengawini Ksiti Sundari. Ghatotkaca sempat menyamar menjadi Ksiti Sundari dan dilarikan oleh raksasa Brajadanta. Kemudian, terjadilan pertempuran antara keduanya dan kemenangan pun berpihak pada Ghatotkaca. Singkat cerita, Abhimanyu pun berhasil mengawini Ksiti Sundari.

6. Smaradahana Kakawin Smaradahana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno yang menyampaikan kisah terbakarnya Dewa Kama (Dewa Asmara). Kakawin ini adalah persembahan Mpu Dharmaja kepada raja Kameswara yang dianggap menjadi titisan Dewa Kama. Inti cerita dari kakawin ini adalah lenyapnya Kama dan Rati dari kahyangan, karena habis terbakar oleh sinar api yang keluar dari mata ketiga Dewa Siwa, dan kemudian mengembara di atas dunia menjadi penggoda manusia. 7. Sumanasantaka Kakawin Sumanasantaka merupakan karya dari Mpu Monaguna yang menceritakan tentang bidadari Harini yang dikutuk bhagawan Trnawindu dan menjelma menjadi putri dari Widarbha, yang bernama Indumati. Indumati kemudian kawin dengan Raja Aja dari Ayodhya dan lahirnya seorang putra bernama Dasaratha. Setelah masa kutukannya berakhir dia kembali lagi ke kahyangan, dan tak lama kemudian suaminya pun menyusul.

8. Krsnayana Kakawin Krsnayana, yang ditulis oleh Mpu Triguna, adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno yang menceritakan pernikahan prabu Krsna dan penculikan calon istrinya, yaitu Rukmini.

9. Bhomantaka Kakawin Bhomantaka menceritakan kisah tentang kematian Raja Bhoma yang dikalahkan oleh Krisna. Nama asli Bhoma adalah Naraka, ia dilahirkan akibat senggama antara Dewi Bumi dengan Wisnu. Itulah sebabnya ia dinamakan Bhoma yang artinya Putra Bumi. Bhoma diberi kekuatan yang tak terkalahkan oleh Brahma yang kemudian ia gunakan untuk menyerang para dewa.

10. Sivaratrikalpa Kakawin Sivaratrikalpa artinya pedoman upacara Siwaratri. Kakawin ini ditulis oleh Mpu Tanakung pada tahun 1447. Isinya menguraikan keutamaan brata Siwaratri sebagai brata utama yang tidak tertandingi. Kitab ini merupakan sandaran dari beberapa kitab Purana, khususnya yang bersifat Saiwaistik seperti Padma Purana, Siwa Purana, dan lain-lain. 11. Susastra Kidung Berbeda dengan Kakawin, Susastra Kidung menggunakan irama atau tembang yang memang berkembang di Jawa dan Bali, terutama pada saat kejayaan hingga keruntuhan kerajaan Majapahit. Adapun macam-macam kidung yang populer hingga kini antara lain: Tantri, Ranggawale, Sudamala,Panji Amalatrasmi, dan sebagainya.

C. KITAB-KITAB TATTWA

•Kitab-kitab yang dimasudkan dalam hal ini adalah lontar-lontar Tattwa di Bali. •Hampir seluruh Kitab - kitab ini bersifat Siwaistik. •Dalam hal ini beberapa diantaranya telah dikaji oleh sarjana barat, India maupun sarjana Indonesia.

JENIS KITAB-KITAB TATTWA A. BHUWANA KOSA

C. GANAPATI TATTWA

E. TATTWA JNANA

B. WRHASPATI TATTWA D. SANG HYANG MAHAJNANA

F. JNANA SIDDHANTA

 A. Bhuwana Kosa. 1. Kitab Bhuana Kosa merupakan naskah tertua dan tergolong dalam “tutur” atau jenis tattwa, mengenai 2 aspek yaitu :

a. Brahman Rahasyam (tentang Tuhan yang sangat rahasia) yang berisi percakapan antara Srimuni Bhargawa dengan Bhatara Siwa.

b. Jnana Rahasyam (Tentang Pengetahuan Rahasia) yang berisi percakapan antara Bhatara Siwa dengan Bhatari Uma dan Sang Kumara. 2. Kitab ini terdiri dari 11 bab dengan patalah dengan jumlah 487 sloka yang berbeda. 3. Inti ajarannya adalah Tuhan dalam Bhuwana Kosa ini disebut Bhatara Siwa, Beliau Maha Esa, tanpa bentuk, tanpa warna, tak tercampurkan, tak bergerak, tak terbatas dan sebagainya.

B. Wrhaspati Tattwa. •

Wrhaspati Tattwa termasuk kedalam salah satu pustaka suci yang didalamnya terkandung nilai-nilai ajaran suci yang sarat dengan religius tentang ajaran kebenaran tertinggi yakni Siwa (Siwaistik).



Sumber ajaran ini merupakan hasil dialog antara Bhatara Siwa dengan Bhagawanwrhaspati. mengenai cetana dan acetana sebagai pasangan beroposisi yakni Siwa-Sakti, Siwa-Maya, vidya-avidya, siang-malam, suka-duka dsb.



Wrhaspati Tattwa mengajarkan cara untuk mencapai kelepasan atau kebebasan dari ikatan keduniawian melalui Sadangga yoga yakni enam jalan menghubungkan diri denganNya yang dilandasi atas etika moralitas disebut dengan Dasa Yama Brata terdiri dari Yama dan Niyama Brata. Naskah ini juga mengajarkan menemukan Tuhan dalam dirinya sendiri.

C. Ganapati Tattwa •

Ganapati Tattwa adalah salah satu Lontar Tattwa, Lontar Filsafat Siwa, yang digubah dengan mempergunakan methode tanya jawab. Dalam lontar Ganapati Tattwa termuat berbagai ajaran yoga. Dimana Yoga berasal dari bahasa Sansekerta berarti “penyatuan”, yang bermakna “penyatuan dengan alam” atau “penyatuan dengan Sang Pencipta”.



Adapun bagian dari ajaran yoga yang termuat di dalam Lontar Ganapati Tattwa salah satunya adalah Sad Angga Yoga.



Dimana dalam Sad Angga Yoga tersebut terbagi menjadi beberapa bagian ajaran Yoga,yaitu :

a. Pratyahara yoga

d. Dharanayoga

b. Dhyanayoga

e. Tarkayoga

c. Pranamayoga

f. Samadhi yoga

D. Sang Hyang Mahajnana. •

Lontar Sang Hyang Mahajnana terdiri dari 87 sloka dengan terjemahannya ke dalam bahasa Jawa-Kuna yang memuat penjelasan Bhatara Siwa kepada puteranya Sang Kumara. Isinya antara lain tentang yang disebut "maturu" yaitu dasendrya. dan "matanghi" yaitu Panca Bayu Tentang purusa dan prakrti, Siwa lingga, dan bahya lingga atma lingga. Kemudian tentang Saptapada yaitu : Jagrapada, Susupta pada, Swapnapada, Turyapada, turyantapada, Kewayapada, Paramakewalyapada.



Konsepsi mengenai Trimurti : Brahma, Wisnu, Maheswara, diuraikan dengan jelas yaitu tiga badannya dari Yang Tunggal. Keutamaan Sanghyang Ongkara dalam kaitannya dengan "kamoksan" serta peranan hati juga ada diuraikan dalam lontar ini.



Berisikan ajaran tentang cara mencapai Moksa yang dapat dilakukan dengan memuja Dewa Siwa sebagai Dewa Tertinggi. Di dalam lontar Sang Hyang Mahajnana semua ajaran disampaikan lewat cerita antara Hyang Kumara dengan Dewa Siwa. Semua isi percakapan tersebut memberikan ajaran-ajaran tentang cara mencapai moksa dengan paham siwaistis. Inti ajaran SangHyang Mahajnana yaitu bagaimana mencapai kelepasan dan bisa menyatu dengan Hyang Siwa.

E. Tattwa Jnana •

Adapun bagian dari ajaran Tattwa atau Tatwa Jnana adalah salah satu dari lontar tentang tatwa agama yang mengungkapkan tentang ajaran Sanghyang tatwa Jnana yang harus diketahui oleh masyarakat agar terhindar dari kesengsaraan hidup atau tahu tentang suka duka kehidupan di dunia ini Disebutkan bahwa Sanghyang Tatwa Jnana terdiri dari cetana dan acetana yang berpengaruh terhadap baik buruknya kehidupan manusia. Cetana berarti selalu ingat dengan tutur (ajaran) sejati, Sedangkan acetana berarti tidak ingat sama sekali atau lupa dengan tutur sejati. Cetana dengan acetana disebut juga Siwa Tatwa dan Maya Tatwa. •

Dilanjutkan dengan ajaran tri guna, panca tan matra, panca maha butha, dan konsep-konsep rwa bineda (dua hal yang berlawanan) yakni sifat baik dan buruk.



Berakhir dengan sifat-sifat dari tri guna (satwam, rajas, tamas) serta peranan tapa, brata, yoga dan semadi terhadap tri guna. demikian disebutkan abstrak dari teks tatwa jnana pada perpustakaan Universitas Indonesia.

Lanjutan. • Teks dan bahasa Kitab Lontar Tattwa Jnana ini disebutkan dalam Siwa Sidhanta ditulis dalam bahasa jawa kuno yang dalam kutipan tatwa jnanateja surya meditation juga disebutkan, • Berpadunya panca mahabhuta dengan guna membentuk Andhabhuwana yaitu : Saptaloka, bertempat di puncak yang tertinggi. Saptapatala, bertempat di bawah yang disebut dengan Bhuwana Sarira. •Satya loka bertempat paling di atas, kemudian dibawahnya terdapat alam lainnya. Bhurloka tempat berkumpulnya semua tattwa yaitu : sapta parwa, sapta• nawa, saptadwipa, dasabayu, dan dasendriya. Disamping alam atas terdapat alam bawah disebut yaitu saptapatala. •Tattwa Jnana dalam dimensi kehidupan manusia berkaitan dengan sejarah perkembangan agama Hindu disebutkan bahwa, Kitab Tattvajnana ini juga telah dikaji oleh Sudarshana Devi Singhal dengan topik “Tattvajñàna and Mahajnana,” diterbitkan dalam Satapitaka Series No. 23 oleh International Academy of Indian Culture, Nagpur, India (1962).

F. Jnanasiddhanta •

Lontar Jnanasiddhanta di bagi atas beberapa bab yaitu 27 bab. Dan isinya membahas sifat-sifat terpenting ajaran Saivasiddhanta. Isi dari lontar ini pada prinsipnya adalah tentang “Kamoksaan” (pengetahuan tertinggi untuk mencapai tujuan akhir berupa kelepasan yang abadi) menurut ajaran Saiwasiddhanta.

Keseluruhan isinya terdiri dari 27 bab (judul), yaitu; a.

Catur Viphala

j. Panca Paramartha

b.

Sang Hyang Maha Vindu

k. Sang Hyang Naisthika-Jnana

c.

Prayoga-sandhi

d.

Sang Hyang Saptongkara

m. . Pancatma

e.

Sang Hyang Pranawa-Jnana Kamoksan

n. Sang Hyang Upadesa-Samuha

f.

Sang Hyang Pancavim sati

o. Sad-angga-yoga

g.

Sang Hyang Branava-Tridevi

p. Sang Hyang Atma-Lingga, Lingodbhava.

h.

Sang Hyang Kahuwusan Jati-visesa

q. Caturdasaksara-pindha

i.

Nirmala-jnana-sastra

r. Sang Hyang Bhedajnana , dsb

l. Sang Hyang Dasatma-Sang Hyang Vindu-Prakriya

2. Pokok – Pokok Ajaran Tattwa

a. b. c.

Ajaran Ketuhanan (Siwa Tattwa) Atma sebagai sumber makhluk hidup Ajaran yoga

a. Ajaran Ketuhanan / Siwa Tattwa

• Menurut Hindu Dharma, Tuhan hanya satu. Umat Hindu di Indonesia memberi Dia gelar Sang Hyang Widhi Wasa ‘Widhi’ berarti takdir dan ‘Wasa’ artinya Yang Maha Kuasa. ‘Widhi Wasa’ berarti Yang Maha Kuasa, yang mentakdirkan segala yang ada. • Dia juga disebut Bhatara Ciwa Pelindung Yang Tertinggi. Banyak gelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai Sang Hyang Parameswara raja Termulia, Parama Wicesa, Maha Kuasa, jagat Karana pencipta Alam dan lain-lainnya. • Sebagai pencipta Ia bergelar Brahma (Utpatti), dalam aksara Ia disimbolkan dengan huruf ‘A’. Sebagai pemelihara dan pelindung (Sthiti) ia disebut Wisnu dalam aksara disimbolkan huruf ‘U’. Dan Sebagai Tuhan yang mengembalikan segala isi alam kepada sumber asalnya (Pralina) Ia bergelar Ciwa; sering juga disebut sebagai Icwara, simbolnya dalam aksara adalah huruf ‘M’. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pustaka suci Weda: “EKAM EVA ADWITYAM BRAHMAN” , artinya: “hanya satu (Ekam Eva) tidak ada duanya Adwityam Hyang Widhi itu “EKO NARAYANAD NA DWITYO’STI KACIT” artinya: “hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya”.

b. Ajaran Atma • Atman adalah sinar suci / bagian terkecil dari Brahman ( Tuhan Yang Maha Esa ). Atman berasal dari kata AN yang berarti bernafas. Setiap yang bernafas mempunyai atman, sehingga mereka dapat hidup. Atman adalah hidupnya semua makluk ( manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya ). Kitab suci Bhagawad gita menyebutkan sebagai berikut : “aham atma gudakeda, sarwabhutasyaathi, aham adis camadhyam ca, bhutanam anta eva ca” artinya : O, Arjuna, aku adalah atma, menetap dalam hati semua makluk, aku adalah permulaan, pertengahan, dan akhir daripada semua makluk. • Dari kutipan sloka diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa atman itu merupakan bagian dari Tuhan ( Sang Hyang Widi ). Bila Tuhan diibaratkan lautan maka atman itu hanyalah setitik uap embun dari uap airnya. Bila Tuhan diibaratkan matahari maka atman itu merupakan percikan terkecil dari sinarnya. Demikianlah Tuhan asal atman sehingga Ia diberi gelar Paramatman yaitu atma yang tertinggi. Atman berasal dari Tuhan maka pada akhirnya atman kembali kepadanya. Seperti halnya setitik uap air laut yang kembali kelaut saat hujan turun. Jivatman adalah atman yang telah masuk kedalam tubuh (wadah), memberikan kekuatan dan hidup. Dan apabila mati atman akan keluar daru tubuh (wadah) dan disebut Roh.

c. Ajaran Yoga Yoga dalam hal ini adalah sebagai sebuah cara atau jalan untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik. •

Astangga yoga merupakan tahapan-tahapan yang harus dijalankan bagi

seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritual. Astangga Yoga berarti

delapan tahapan yang harus dilaksanakan dalam beryoga. Bagian-bagian dari

Astangga

Yoga

yaitu

Yama

(pengendalian),

Nyama

(peraturan-

peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Prathyahara

(menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), DHYANA (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau

kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).

c. Ajaran Yoga Sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu, yoga telah diketahui sebagai salah satu alternatif pengobataan melalui pernafasaan. Awal mulanya muncul yoga diprakarsai oleh Maha Rsi Ptanjali, dan menjadi ajaran yag diikuti banyak kalangan umat yang hindu. Maha Rsi Ptanjali membuat karya kitab YOGASUTRA, dimana kitab ini dikelompokan menjadi 4 bagian yaitu : 1. Samadhipada Kitab ini menjelaskan tentang sifat, tujuan dan bentuk ajaran yoga. Didalamnya memuat perubahan-perubahan pikiran dan tata cara pelaksanaan yoga

2. Shadhanapada. Kitab ini menjelaskan tentang pelaksanaan yoga seperti tata cara mencapai samadhu, tentang kedukaan, karmaphala dan yang lainnya. 3.Vibhutipada Kitab ini menjelaskan tentang aspek sukma atau batiniah serta kekuatan gaib yang diperoleh dengan jalan yoga. 4.Kaivalyapada Kitab ini menjelaskan tentang alam kelepasan dan kenyataan roh dalam mengatasi alam duniawi

PUJA, STUTI DAN STAVA

Puja, stuti dan stava adalah mantra-mantra yang digunakan oleh para pandita Hindu di Bali untuk melaksanaan upacara Yajna (Pana Yajna) baik dalam Nityakala maupun Naimitikakala.

Puja, stuti dan stava dilihat dari penggunaannya dibagi menjadi : •Uttama Puja untuk upacara-upacara besar baik yang rutin seperti Eka Dasa Rudra dan insidental seperti

Upacara Ngenteg Linggih. •Madhyama Puja digunakan sehari-hari yang disebut Suryasewana. •Kanistama Puja adalah puja atau mantra yang digunakan dalam keadaan mendesak.

Puja, stuti, stava dalam pelaksanaan upacara Panca Yajna dibedakan menjadi : 1. Puja untuk upacara Dewa Yajna 2. Puja untuk upacara Pitra Yajna 3. Puja untuk upacara Rsi Yajna 4. Puja untuk upacara Manusia Yajna 5. Puja untuk upacara Bhuta Yajna

Berikut beberapa mantra yang digunakan oleh para pandita Hindu dalam melaksanakan pemujaan dan persembahyangan, yaitu :

1. Surya Stava 2. Rudra atau Siva Stava

3. Anugraha Stava 4. Mahadevaksama Stava 5. Mrtyunjaya Mantra 6. Siva Stava 7. Brahma Stava

8. Sarasvati Stava

OM SHANTI SHANTI SHANTI OM

Related Documents

Agama Hindu
June 2020 13
Agama Hindu Print Out.docx
November 2019 25
Tugas Agama
June 2020 23
Tugas Agama
July 2020 34
Tugas Agama
May 2020 24

More Documents from ""