Acara Kebudayaan Di Provinsi Maluku

  • Uploaded by: Wulan Wahyu Eganingrum
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Acara Kebudayaan Di Provinsi Maluku as PDF for free.

More details

  • Words: 3,502
  • Pages: 9
Acara Kebudayaan Di Provinsi Maluku ACARA ADAT “ANTAR SONTONG” Antar Sotong yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera untuk mengundang cumi-cumi dari dasar laut mengikuti cahaya lentera mereka menuju tepi pantai dimana masyarakat sudah menunggu untuk menciduk mereka dari laut PUKUL MANYAPU Pukul Manyapu adalah acara adat/tahunan yang di lakukaan di Desa MamalaMorela, yang biasanya dilakukan pada hari ke-7 Setelah hari Raya Idul Fitri

Perdagangan Rempah Propinsi Maluku, satu dari 32 Provinsi di Indonesia terletak dibagian timur. Provinsi ini dikenal di seluruh dunia sebagai kepulauan rempah-rempah karena rempah-rempah yang dimilikinya dimasa silam yang membuat banyak bangsa-bangsa datang, bahkan sampai menjajah karena ingin memonopoli perdagangan dunia rempah-rempah tersebut. Terdapat penerbangan langsung setiap hari ke Ambon, ibu Provinsi dari Jakarta, Surabay, Makasar, Manado, disamping kapal laut milik perusahaan Pelni. Maluku memiliki banyak objek dan daya tarik wisata, alam, budaya, sejarah, dan atraksi wisata lainnya. Maluku memiliki cukap fasilitas pariwisata untuk wisatawan. Ada 8 buah hotel bintang 1 sampai bintang 3, restoran/rumah makan, biro perjalanan, toko suvenir, kantor telepon/wartel, kantor pos, rumah sakit/puskesmas, perpustakaan nasional/privat, hiburan umum. Pada awal abad ke-7 pelaut-pelaut dari daratan Cina, khususnya pada zaman Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Karena cengkih hanya terdapat di Maluku saat itu, maka mereka sengaja merahasiakannya selama berabad-abad untuk mencegah datangnya bangsa lain ke daerah ini, sebuah daerah yang dicatat sebagai Mi Li Ku. Pada abad ke-9 pedagang Arab berhasil menemukan Maluku setelah mengarungi Samudra Hindia. Para pedagang ini kemudian menguasai pasar eropah melalui kota-kota pelabuhan seperti Konstatinopel. Pada abad ke-14, adalah Merupakan masa perdagangan rempah-rempah TimurTengah yang membawa agama Islam masuk ke Kepulauan Maluku melalui pelabuhan-pelabuhan Aceh, Malaka, dan Gresik, antara 1300 sampai 1400. Pada abad ke-12 wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Maluku. Pada awal abad ke-14 Kerajaan Majapahit menguasai seluruh wilayah laut Asia Tenggara. Pada waktu itu para pedagang dari Jawa memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Dimasa Dinas Ming (1368 – 1643), rempah-rempah dari Maluku diperkenalkan dalam berbagai karya seni dan sejarah. Dalam sebuah lukisan karya W.P Groeneveldt yang berjudul Gunung Dupa, Maluku digambarkan sebagai wilayah bergunung-gunung yang hijau dan dipenuhi pohon cengkih - sebuah oase ditengah laut sebelah tenggara. Marco Polo juga menggambarkan perdagangan cengkih di Maluku dalam kunjungannya di Sumatra.

Potensi Wisata

KOTA AMBON Tempayan Setan dan Peninggalan Megalit di Soya Salah satu perjalanan wisata di pulau Ambon yang sangat menarik adalah perjalanan ke puncak gunung Sirimau untuk melihat salah satu fenomena legenda yang spektakuler yaitu “Tempayan Setan”. Memang diakui bahwa sudah tidak banyak orang di kota Ambon yang teringat lagi akan kesaktian daripada tempayan ini. Untuk mencapai lokasi ini para turis dapat menempuhnya dengan mobil sampai ke gereja Soya, kemudian berjalan kaki sambil sedikit “hiking” sampai ke puncak gunung. Walaupun agak melelahkan, namun semilir angin sepoi-sepoi sungguh terasa nikmat dan menyejukkan badan serta pemandangan ke teluk Ambon menyadarkan kita betapa indahnya ciptaan Tuhan. Tempayan setan ini “……… yang selalu berisi air, walaupun tra hujan………..” demikianlah bunyi syair sebuah lagu kenangan dengan judul Sirimau. Air ini mengandung khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, membuat awet muda dan mengusir roh-roh jahat. Percaya ataupun tidak, namun keampuhan air yang selalu ada di dalam tempayan ini sudah sering teruji. Di kawasan Soya di Atas ini juga terdapat peninggalan sejarah lainnya berupa batu-batu megalit, yaitu yang merpakan tempat pertemuan para leluhur ketika hendak melakukan musyawarah adat. Monumen Peringatan Rumphius George Everhard Rumphius, seorang peneliti keturunan Jerman, warga negara Belanda di bidang fuana dan flora yang pernah tinggal di Ambon antara tahun 1660-1670. Ia mengadakan penelitian di desa Hila semenanjung Leihitu dan tinggal di samping Benteng Amsterdam. Salah satu karyanya yang terbesar adalah sebuah buku yang berjudul “Het Ambonsch Kruidboek” (Buku Rempah-Rempah Ambon). Buku ini menguraikan secara ilmiah tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di Maluku. Selain buku ini Rumphius juga menulis berbagai buku lainnya. Ia menikahi seorang perempuan suku Ambon, tetapi kehilangan istri dan anak perempuannya dalam suatu gempa bumi besar yang mengguncang pulau Ambon. Akibat penyakit katarak yang dideritanya akhirnya Rumphius menjadi buta, namun itu tidak menghalanginya untuk terus berkarya. Karya-karya tulisnya yang sempat terbakar ketika Ambon dilalap si jago merah, dia tulis kembali dengan bantuan putranya yang bernama Paulus Rumphius serta beberapa orang pelukis yang khusus didatangkan oleh pemerintah Belanda untuk membantu Rumphius dalam menyelesaikan karyanya. Dahulu rumahnya berada di jalan yang sekarang dikenal sebagai jalan Pattimura. Tugu untuk memperingatinya dibangun di halaman SMA Xaverius Ambon di jalan Raya Pattimura. Pantai Hukurila Pantai Hukurila terletak di desa Hukurila kec Sirimau dan dapat ditempuh dengan kendaraan angkutan umum jurusan Hukurila atau dengan angkutan pribadi. Pantainya berbatu halus dan bulat dan sangat baik untuk berjalan di atasnya dengan bertelanjang kaki. Laut Hukurila sangat dikenal dengan kekayaan hayati lautnya berupa rumput laut yang bernilai tinggi dan juga terumbu karang yang beraneka ragam dengan berbagai jenis ikan, sehingga sangat ideal untuk berenang, snorkeling dan juga merupakan salah satu titik penyelaman yang sangat disukai oleh para penyelam. Pantai ini juga merupakan titik untuk melakukan kegiatan memancing dan sangat indah apabila matahari terbit. Selain wisata bahari di desa Hukurila juga dapat ditemukan obyek wisata sejarah dan air terjun. Di Hukurila ada 2 buah air terjun, yang pertama setinggi 3 meter dan yang lainnya kurangh lebih 15 meter. Lokasi air terjun ini berada di perbatasan desa Hukurila dan desa Ema. Benteng Victoria Benteng ini dibangun pada tahun 1575 oleh Portugis. Awalnya seorang panglima Portugis tiba di pantai Honipopu yang masih petuanan Soya. Ketika dipertemukan dengan Raja Soya sang

panglima mengajukan permintaan agar diizinkan memiliki sebidang tanah yang luasnya tidak lebih dari selembar “kulit sapi”. Permintaan tersebut dikabulkan oleh raja Soya karena dianggap tidak memberatkan. Sang panglima mengambil selembar kulit sapi yang masih utuh, lalu menjadikannya potonganpotongan kecil. Kemudian menyebarkannya potongan kulit sapi itu hingga menutupi sebidang tanah dari pantai Honipopu hingga kaki bukit Soya. Batu pertama dari benteng di pantai Honipopu diletakkan oleh seorang panglima armada Portugis di perairan Maluku, Sancho de Vasconcalos, pada tanggal 23 Maret 1575 dan dalam waktu 3 bulan tembok dan menara-menaranya telah dibangun lengkap dengan sejumlah rumah di dalamnya dan langsung diberi nama “Nossa Senhora da Anunciada”. Nama itu berkaitan dengan saat peletakan batu pertama yang bertepatan dengan peringatan Hari Kenaikan Yesus Kristus. Tetapi di kalangan penduduk pulau Ambon beteng tersebut lebih dikenal dengan sebutan “Kota Laha” yang berarti benteng (kota) di teluk (Laha). Benteng ini dikuasai Portugis selama sekitar 30 tahun hingga pada tanggal 23 Maret 1605 benteng ini jatuh ke tangan VOC tanpa pertempuran. Namun baru pada tahun 1614 benteng tersebut berganti nama menjadi “Victoria” (kemenangan) sebagai peringatan atas kemenangan Belanda atas Portugis. Hingga sekarang pintu gerbangnya yang menghadap ke laut, prasasti. monogram dengan tulisan Belanda dan sebagian temboknya yang tebal di bagian timur dan utara masih ada, walupun sudah dihimpit oleh perumahan penduduk. Dewasa ini berada dibawah kekuasaan militer dan menjadi markas detasemen kaveleri, sehingga diperlukan surat izin khusus untuk mengunjunginya. Gunung Nona Gunung Nona adalah sebuah gunung dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Tempat ini cocok bagi mereka yang gemar hiking dan menikmati alam dengan pemandangan lepas ke laut Banda maupun Kota dan Teluk Ambon. Di Gunung Nona didirikan Stasiun dan menara TVRI, stasiun RCTI, SCTV serta fasilitas keselamatan penerbangan. Ada sebuah legenda yang mengisahkan tentang Gunung Nona yang ada kaitannya dengan Batu Capeu dan sebagian daerah Kudamati. Dahulu kala ada seorang putri cantik yang datang dari tempat yang jauh. Putri itu menunggang seekor kuda sambil mengenakan sebuah topi (capeu). Ia hendak ke puncak gunung dengan tujuan untuk menikmati pemandangan. Karena terus dipacu maka akhirnya kudanya mati di suatu tempat yang kini disebut Kudamati. Sang putri terus melanjutkan perjalanannya sambil berjalan kaki. Akhirnya dia tiba di puncak gunung. Karena angin bertiup kencang maka topinya tertiup angin dan akhirnya jatuh di suatu tempat di tepi pantai teluk Ambon. Topinya itu berubah menjadi sebuah batu yang kini dikenal dengan julukan “batu capeu” (capeu/chapeau berarti topi). Oleh karena putri itu sangat kelelahan maka ia tak dapat lagi mengejar topinya yang terbawa angin dan kabarnya putri itu tidak pernah kembali bahkan ada berita bahwa ia telah meninggal dunia di atas gunung tersebut. Akhirnya masyarakat menamakan gunung itu Gunung Nona. Makam Joseph Kam Makam Josep Kam terletak di halaman gereja Joseph Kam di bekas pekuburan Belakang Soya. Joseph Kam dikenal dengan julukan Rasul Maluku. Pada tahun 1815 Joseph Kam tiba di Ambon sebagai salah seorang rohaniawan yang diutus oleh Belanda ke Ambon. Pada saat itu ia berumur 45 tahun dan ia merupakan satu-satunya pendeta di wilayah Maluku, bahkan di seluruh Indonesia Timur. Pada tahun 1815-1816 ia mengadakan perjalanan pemberitaan firman dan mengadakan pelajaran rohani dan membuka perkumpulan-perkumpulan doa sehingga orang-orang yang sudah beragama Krsiten dapat berkumpul. Ini merupakan salah satu alat baginya untuk membangun kembali gereja di Maluku.

Museum Siwalima Museum Siwalima didirikan pada tanggal 8 Nopember 1973. Nama Siwalima diambil dari nama dua kelompok masyarakat yang terdapat di Maluku yakni “siwa” dan “lima”. Pemisahan masyarakat atas dua kelompok ini pada umumnya bersifat politis. Di Maluku Utara dikenal dengan istilah “uli siwa” dan “uli lima”, di Maluku Tengah “pata siwa” dan “pata lima” dan di Maluku Tenggara “ur siw(a)” dan “lor lim”. Pada zaman pra-pengaruh eropa kedua kelompok ini sering terlibat dalam perselisihan karena alasan teritorial, pengayauan, daerah perburuan dan perkawinan. Namun setelah kedatangan orang eropa kedua kelompok ini bersekutu dalam ikatan yang utuh yaitu “siwalima”, sejak saat itu siwalima berarti “milik semua orang”. Pemilihan nama Siwalima untuk museum ini beranjak dari pemikiran “milik semua orang”, karena tujuannya adalah untuk kepentingan bersama. Museum Siwalima terbagi dalam dua gedung pameran utama yaitu: ruang pameran etnografi dan gedung pameran kelautan. Pameran etnografi menampilkan benda-benda keperluan sehari-hari baik yang bersifat barang keperluan sehari-hari maupun sakral yang berasal dari seluruh provinsi Maluku dan Maluku Utara. Gedung pameran kelautan memamerkan berbagai jenis biota laut, berbagai jenis alat transportasi penghubung dan perikanan baik yang modern maupun yang tradisional, berbagai jenis alat penangkapan ikan. Sebagai master piece adalah kerangka paus biru (Balainoptera Musculus) sepanjang 23 meter yang terdampar di pulau Buru pada tahun 1987. Terdapat juga kerangka paus bergigi yang buas “Katodon” (Phiseter Macrosepalus) yang terdampar di pantai Latuhalat pada tahun 1990. Selain itu terdapat juga seekor buaya yang sudah diawetkan. Buaya ini telah menyerang 15 orang, 10 dariantaranya tewas dan 5 orang cacat seumur hidup. Pada tanggal 17 juli 1990 kesatuan Angkatan Darat berhasil membunuh buaya yang dijuluki “buaya putih” yang sangat ditakuti masyarakat ini. Waktu kunjungan ini adalah dari hari selasa sampai kamis dari jam 08.00 – 17.00 WIT, hari jumat jam 08.00 – 12.00, hari sabtu jam 08.00 – 17.00 dan hari minggu jam 10.00 – 15.00. Hari senin dan hari raya besar museum tutup, namun atas permintaan khusus dapat dibuka untuk turis yang ingin berkunjung. Pantai Lelisa Pantai Lelisa merupakan sebuah areal yang berdekatan dengan Namalatu, yang merupakan areal dimana terdapat fasilitas penginapan yang terdiri dari 16 kamar. Pantainya terdiri dari formasi karang yang memberikan pemandangan khas. Airnya dangkal diantara karang dan pantai apaibla air pasang sehingga aman bagi pengunjung yang berenang. Lautnya sangat indah dengan beraneka jenis ikan dan bunga karang sehingga ideal untuk melakukan snorkeling dan penyelaman. Di sekitarnya ada beberapa homestay yang dikelola masyarakat. Lokasi ini mudah dicapai dengan kenderaan umum maupun kenderaan pribadi. Pantai Naku Pantai Naku terletak di desa Naku Kecamatan Sirimau dan berhadapan langsung dengan Laut Banda. Pantainya yang berpasir putih terletak di dalam teluk dan dikelilingi pohon kelapa dan sangat ideal untuk melakukan meditasi. Air lautnya yang jernih dan keaneka-ragaman terumbu karang sangat ideal untuk berenang, snorkeling dan menyelam, serta memancing. Pantai ini biasanya digunakan sebagai tempat persinggahan para pemancing ketika menghindar dari gelombang pada saat musim angin barat yang dikenal dengan gelombang yang sangat besar dan tinggi. Lokasi ini dapat dicapai dengan menumpangi kenderaan umum sampai di desa Naku. Dari desa Naku anda harus menuruni tebing menuju ke pantai, karena desanya berada di ketinggian. Pantai Namalatu Pantai Namalatu terletak di desa Latuhalat Kecamatan Nusaniwe sekitar 15 km dari pusat Kota

Ambon berhadapan dengan Laut Banda. Namalatu berasal dari 2 kata: nama dan latu yang berarti nama dan raja. Sebagian pantainya berpasir putih dan sebagian berupa karang. Pasir putih Namalatu sangat ideal untuk berjemur matahari, sementara air laut di sekitarnya sangat bening dan baik untuk berenang, menyelam, snorkeling dan memancing. Pemandangan di bawah laut sangat indah dan menarik dengan berbagai macam jenis ikan dan bunga karang. Namalatu terdapat pusat lokasi penyelaman yaitu “Maluku Divers”. Untuk itu tersedia peralatan selam yang dapat disewakan serta pengaturan dive tours. Namalatu mudah dicapai dari Kota Ambon karena semua kendaraan umum jurusan Latuhalat melewati tempat ini. Di pantai Namalatu sekarang ini terdapat berbagai fasilitas antara lain: • payung-payung • Panggung terbuka untuk pertunjukan seni dan budaya yang berhadapan langsung dengan Laut Banda • Penginapan, bila anda ingin menginap untuk melihat matahari terbit dan tenggelam maupun acara lainnya • Juga tersedia bermacam makanan yang dapat dipesan Pantai Santai Pantai Santai juga merupakan lokasi wisata bahari yang terletak di desa Latuhalat. Memiliki 18 cotages, restoran, kolam renang air laut untk anak-anak dan pada hari libur ada hiburan berupa band pada panggung yang juga tersedia di lokasi tersebut. Pasir pantainya yang berwarna putih dan luas sangat ideal untuk berjemur matahari, air lautnya yang jernih sangat menggoda untuk berenang, snorkling dan menyelam. Pintu Kota Pintu Kota merupakan sebuah batu karang besar berbentuk gapura yang menjorok ke Laut Banda terletak di antara desa Airlow dan desa Seri. Airnya yang jernih sangat ideal untuk berenang dan snorkeling. Disini terdapat fasilitas untuk berteduh dan juga tersedia makanan ringan. Apabila naik ke atasnya kita dapat melihat indahnya pemandangan teluk desa Seri dan Laut Banda dan dari sini juga kita dapat melihat matahari terbit. Pintu Kota dapat dicapai dengan kendaraan umum jurusan desa Seri atau dengan kendaraan pribadi. Pintu Kota mempunyai keaneka ragaman terumbu karang yang indah di dalam lautnya dan juga terdapat gua di dalam laut yang juga terdapat keaneka-ragaman terumbu karang dan berbagai jenis ikan, sehingga sangat ideal untuk snorkeling dan menyelam.

TAMAN LAUT Sudah sejak lama Maluku dikenal memiliki pemandangan kehidupan bawah laut yang sangat mempesona. Tidak heran jika keindahan kehidupan bawah laut ini mengundang banyak wisatawan nusantara dan mancanegara untuk datang menikmatinya. Laut di Kepulauan Maluku sangat kaya akan ragam biota. Berbagai jenis spesies ikan yang beraneka warna dan hewan laut seperti Blackspotted puffer, Trumpetfish, Anemonefish, Juvenile Damselfish, Porcupinefish, Ornate Ghost Pipefish, Scorpion Fish, Lizardfish, Moray eel, Seahorse, Banded sea Snake, dan lain-lain dapat langsung dinikmati keindahannya melalui snorkling atau SCUBA diving. Bahkan tanpa menyelam, berbagai jenis mahluk karang dapat dinikmati dari permukaan laut Maluku yang biru dan jernih. Bentuk kehidupan lainnya termasuk colorful sponges and soft corals, plate corals, brain corals, mushroom corals, red and black corals, crinoids, gorgonians, and giant clams and sea stars.

Keindahan taman laut yang disertai dengan hangatnya pancaran sinar matahari memang terasa lengkap untuk dinikmati oleh siapa saja yang mencintai keindahan alam. Beberapa lokasi taman laut yang terkanal terdapat di pulau Ambon (35 lokasi), kepulauan Banda, pulau Nusalaut, kepulauan Kei, kepulauan Aru dan kepulauan Tanimbar, Wetar, Leti, Babar

GUA ALAM Kekayaan lain yang dimiliki Maluku adalah gua alam. Bagi para pecinta penelusuran gua (caving) sudah barang tentu gua-gua alam di Maluku akan menggelitik minat. Keindahan gua alam Maluku tidak perlu diragukan lagi. Gua Akohi di desa Tamilouw (40 km sebelah timur Masohi) pulau Seram misalnya, pada ruang dalamnya terdapat stalaktit dan stalagmit yang indah. Selain itu gua Akohi juga memiliki aneka dekorasi gua/ speleotam seperti jarum gepsim, bibir gepsim, rambut bidadari, batu air, payung kalsit, tirai kalsit, dan lainnya Lain lagi halnya dengan gua Lusiala di desa Saleman, Seram Utara. Setiap sore dapat terdengar ''konser kicauan burung'' yang menyertai jutaan kelelawar terbang keluar dengan membentuk barisan panjang, kemudian terbang kearah laut dan seterusnya ke pedalaman Pulau Seram. Lusi artinya nenek moyang, ala berarti anak cucu. Lain lagi halnya dengan gua di desa Saleman, Seram Utara. Setiap sore dapat terdengar ''konser kicauan burung'' yang mengawali jutaan kelelawar terbang keluar, melesat menuju pedalaman Pulau Seram.

GUNUNG API Maluku yang terletak pada pertemuan busur vulkanik Pasifik dari arah utara dan Hindia Australia dari arah selatan, menyebabkan terjadinya berbagai aktifitas geologi diantaranya adalah gunung berapi. Beberapa diantaranya masih aktif sampai saat ini. Pulau Gunung Api di Kepulauan Banda misalnya, dengan ketinggian puncak sekitar 600 meter di atas permukaan laut terakhir meletus tahun 1989. Pada kondisi normal selalu mengundang minat pecinta alam untuk mendaki sambil menikmati keindahan alam dan pemandangan pulau-pulau di sekitarnya. Aktifitas tektonik lainnya adalah terdapat sumber air panas diberbagai tempat seperti di Tehoru (selatan pulau Seram), desa Oma (pulau Haruku) dan desa Tulehu (pulau Ambon). Sumber air panas ini sering dijadikan kolam pemandian yang menarik. TARI KATREJI Tarian ini adalah suatu tarian pergaulan masyarakat Maluku yang biasanya digelarkan pada acara-acara negeri / desa berkaitan dengan upacara-upacara pelantikan Raja / Kepala Desa, atau pada acara-acara ramah tamah masyarakat negeri/desa dengan tamu kehormatan yang hadir di negeri/desa-nya.Dari pendekatan sejarah, tarian ini merupakan suatu AKULTURASI dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku.Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses BILINGUALISME.Dalam perkembangannya tarian ini kemudian menjadi tarian rakyat yang hampir setiap saat digelarkan pada acara-acara pesta rakyat, baik yang dilaksanakan pada saat hajatan keluarga, maupun negeri/desa, yang menggambarkan suasana suka cita, kegembiraan seluruh masyarakat.Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang

TARI ORLAPEI Tarian ini adalah tarian penyambutan para tamu kehormatan pada acara-acara Negeri/Desa di Maluku Tengah. Pada umumnya menggambarkan suasana hati yang gembira dari seluruh masyarakat terhadap kedatangan tamu kehormatan di Negeri/Desa-nya, dan menjadi ungkapan Selamat Datang. Kombinasi pola lantai dan gerak serta rithem musik lebih memperkuat ungkapan betapa seluruh masyarakat Negeri/Desa setempat merasa sangat senang dengan hadirnya tamu kehormatan di Negeri/Desa mereka.Tarian ini menggunakan properti “gaba-gaba” (bagian tangkai dari pohon sagu/rumbia sebagai makanan khas rakyat Maluku, dan dalam dialek Maluku disebut “jaga sagu”) Diiringi alat musik tradisional rakyat Maluku, yaitu : Tifa, Suling Bambu, Ukulele, dan Gitar.

TERINE MAMAE TERINE MAMAE adalah permainan tradisional yang biasanya dipertunjukan/dimainkan pemuda-pemudi desa pada hari-hari tertentu, yang diangkat dari permainan bambu gila. Kini permainan rakyat di daerah Maluku Tengah tersebut sudah hampir punah dan hanya tinggal gerakan-gerakannya saja, yang digarap menjadi tari dengan gerakan-gerakan lincah pada kaki dengan posisi tangan saling terkait yang menandakan kesatuan dan persatuan

TARI LOLIYANA Tari Loliyana atau tari Panen Lola adalah tari kreasi yang mengangkat Upacara Panen Lola ke dalam bentuk pertunjukan dengan berpatokan pada tradisi dan kebudayaan masyarakat Kepulauan Teon Nila Serua.Dalam bahasa penduduk setempat Loliyana adalah kata umum yang dipakai untuk pekerjaan mengumpulkan salah satu hasil laut yakni Lola. Panen Lola ini dilaksanakan setelah sasi lola dibuka secara resmi oleh Ketua Agama dan Pemangku Adat setempat.Di daerah Maluku sasi dikenal sebagai salah satu pranata adat yang diartikan sebagai larangan atau pantangan untuk mengumpulkan hasil alam baik hasil laut maupun hasil hutan sampai batas waktu yang telah disepakati bersama oleh seluruh masyarakat desa. Fungsinya adalah sebagai alat kontrol untuk mengatur dan menjaga kelangsungan dan kelestarian sumber daya alam dari keserakahan manusia.Proses panen lola diawali dengan pesta rakyat mengelilingi api unggun dari malam hari hingga subuh, dilanjutkan dengan syukuran dan doa kepada Yang Maha Kuasa demi keberhasilan panen yang akan dilaksanakan.Menjelang terbitnya matahari, panen dilakukan secara gotong royong. baik pria maupun wanita.Ringkasan proses panen lola inilah yang kemudian diangkat menjadi suatu garapan tari “LOLIYANA”.

TARI KABARESI Tarian Kabaresi ini diilhami oleh semangat kepahlawanan dari Martha Christina Tiahahu yang secara filosofi berjuang untuk membela hakhak pribumi dari kekejaman penjajah. Tari ini digarap dalam pola lantai yang lincah dan ditingkahi bunyi tifa totobuang, rebana, toleng-toleng (kentongan) dan suling bambu.

TARI PANAH

UtaraMenggunakan busur dan anak panah sebagai ini mulanya berasal dari Maluku tari perang, properti yang dapat menggugah dan mengobarkan keberanian para pria.Tetapi pada perkembangannya tari panah ini digarap menjadi tari penyambutan tamu di Daerah Maluku Tenggara. TariPanah

Marimoi Ngone Futuru

Koordinat Dasar hukum UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003 Tanggal penting 4 Oktober 1999 (hari jadi) Ibu kota Ternate Gubernur Thaib Armain Luas 140.255,32 km² (total) • 33.278 km² (daratan) • 106.977,32 km² (lautan) Penduduk 970.443 (2005) Kepadatan 29 Kabupaten 6 Kota 2 Kecamatan 45 Kelurahan/Desa 730 Suku Suku Module, Suku Pagu, Suku Ternate, Suku Makian Barat, Suku Kao, Suku Tidore, Suku Buli, Suku Patani, Suku Maba, Suku Sawai, Suku Weda, Suku Gne, Suku Makian Timur, Suku Kayoa, Suku Bacan, Suku Sula, Suku Ange, Suku Siboyo, Suku Kadai, Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Sahu Agama Islam (76,1%), Protestan (23,1%), Lainnya (0,8%) Bahasa Bahasa Indonesia Zona waktu WIT Lagu daerah Peta lokasi Maluku Utara

Situs web resmi: www.malukuutaraprov.go.id

Lambang

Siwa Lima ( Milik Bersama)

Peta lokasi Maluku Koordinat Dasar hukum UU 20/1958, UU 46/1999, UU 40/2003 Tanggal penting Ibu kota Ambon Gubernur Karel Albert Ralahalu Luas 705.645 km² •

658.294,69 km² lautan



47.350,42 km² daratan



632 pulau besar dan kecil

Penduduk 1.266.000 (2005) Kepadatan Kabupaten 7 Kota 4 Suku Kei (11%), Buton (11%), Ambon (11%) Agama Protestan (59,5), Islam (23,3), Katolik (14,7%), Lainnya (0,7%) Bahasa Indonesia, Dialek Melayu Ambon, Tulehu, Kai, Banda, Seith, Yamdena, Kisar, Dammar, Paulohy, Dawera-Daweloor, dll Zona waktu WIT Lagu daerah Rasa Sayange, Sarinande, Burung Kaka Tua

Related Documents


More Documents from "susi"