MAKALAH
KEBUDAYAAN PROVINSI PAPUA BARAT “Diajukan sebagai salah satu pemenuhan Tugas mata pelajaran Seni Budaya”
Disusun Oleh : Nama: Elma Rosmanda Kelas : XI IPA II Study : Seni Budaya
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMA NEGERI 5 METRO TP. 2018/2019
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kebudayaan Provinsi Papua Barat “ Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Metro, 15 September 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .......................................................................................
i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. `1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Seni Musik ...................................................................................... 2 2.2 Seni Tari ......................................................................................... 6 2.3 Seni Drama .................................................................................... 5 2.4 Seni Rupa ....................................................................................... 9 2.5 Seni Media Rekam ......................................................................... 15 BAB III PENUTUP 3.1 Saran ............................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Papua merupakan kepulauan yang berada di Indonesia Timur, kepulauan Papua terbagi menjadi dua Provinsi yakni Papua dan Papua Barat. Papua Barat adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Papua dan ibukotanya adalah Manokwari. Kepulauan Papua ditempati berbagai macam suku, setiap suku memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Kebudayaan papua sangat beragam dan sampai sekarang kebudayaan tersebut masih dilestarikan oleh masyarakat setempat, khususnya di Papua Barat memiliki berbagai macam kebudayaannya yaitu seni tradisional, pakaian tradisional, suku, senjata tradisional dan budaya perlamaran atau perkawinan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja seni musik yang ada di Papua Barat 2. Apa saja seni rupa Papua Barat 3. Apa saja seni media rekam di Papua Barat
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini diharapkan mampu untuk memberikan informasi bagi yang membaca mengenai apa saja kebudayaan yang ada di Papua Barat, .
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Seni Musik 1. Seni Instrumen Alat Musik Tradisional Papua Barat Papua Barat juga memiliki wisata alam yang “eskotis” dan menjadi salat satu daya tarik para pendatang untuk mengunjungi Provinsi ini, salah satunya adalah Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Tapi kali ini kita akan membahas seputar kesenian lokal dan segala yang berhubungan dengan alat musik tradisional dari Papua Barat. a. Guoto
Gambar alat musik tradisional Papua Barat Guoto Alat musik tradisional Papua Barat Guoto adalah alat musik tradisional Papua Barat yang dimainkan dengan cara dipetik pada bagian dawai / senarnya. Permainan musik semacam ini tentunya menjadi daya tarik terendiri bagi pada tamu asing karena sangat jarang bisa kita saksikan memainkan Guoto. Alat musik tradisional ini terbuat dari kayu dan senar, serta kulit binatang lembu.
2
b. Yi
Gambar alat musik tradisional Papua Barat Yi Alat musik tradisional Papua Barat ini terbuat dari kayu dan bambu, dengan cara memainkannya dengan cara dipukul sekeras mungkin. Yi dulunya digunakan oleh masyarakat Papua Barat untuk memanggil penduduk jikalau ada informasi yang penting ingin disampaikan. Seiring berjalannya waktu, Yi kini juga digunakan untuk mengiringi seni tari-tarian daerah tersebut. Pada saat memanggil penduduk, biasanya Yi digunakan oleh ketua setempat yang hendak menyampaikan informasi tersebut kepada masyarakatnya. Yi dibuat dari kayu gelondongan dengan bagian dalamnya berrongga. c. Triton
Gambar alat musik tradisional Papua Barat Triton Sekilas bila kita mendengar nama alat musik tradisional dari Papua “Triton” seperti tidak asing, Triton memang merupakan nama suatu wilayah (sebuah teluk lebih tepatnya) yang “katanya” memiliki keindahan hayati yang lebih indah dari Raja Ampat.
3
Triton merupakan alat musik tradisional masyarakat Papua. Triton dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini terdapat di seluruh pantai, terutama di distrik Biak, Yapen, Waropen, Nabire, Wondama, serta kepulauan Raja Amat. Awalnya, Triton ini hanya digunakan untuk sarana komunikasi atau sebagai pemanggil / pemberi tanda. Triton juga bisa digunakan sebagai sarana hiburan dan perlengkapan musik tradisional. d. Krombi
Gambar alat musik tradisional Papua Barat Krombi Alat musik ini terbuat dari bambu. Krombi adalah salah 1 alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian pada pesta adat masyarakat Papua. Alat musik ini biasanya dimainkan dengan menggunakan sebuah kayu kecil lalu diketukketuk pada bambu tersebut. 2. Seni Vokal Seni Vokal adalah seni Suara yang dihasilkan oleh mulut manusia. Vocal manusia selalu terjadi karena adanya sumber suara (pita suara) yang bergetar. Tenaga penggeraknya adalah udara dari paru-paru yang diembuskan keluar melalui pita suara. Sebagai penguat suara (resonator) untuk rongga-rongga suara disekitar rongga mulut (Sutardi: 2007,7). Salah satu seni vokal di Papua Barat adalah Apuse, E Mambo Simbo, Sajojo, dan banyak seni vokal lainnya.
4
Apuse
E Mambo Simbo
Apuse kokon dao
E Mambo Simbo
Yarabe soren doreri
E . . . . . Mambo Simbo
Wuf lenso bani nema baki pase
Mambo Simbo
Apuse kokon dao
E Mambo Simbo
Yarabe soren doreri
E . . . . . Mambo Simbo
Wuf lenso bani nema baki pase
Mambo Simbo
Arafa bye aswa ra kwar
Mambo yaya yaya e . . . . .
Arafa bye aswa ra kwar
Mambo yaya yaya e . . . . .
Mambo yaya yaya e . . . . . Mambo yaya yaya e . . . . .
Sajojo Sajojo, sajojo Yumanampo miso papa na Samuna muna muna keke Samuna muna muna keke
Sajojo, sajojo Yumanampo miso papa na Samuna muna muna keke Samuna muna muna keke
Kuserai, kusaserai rai rai rai rai Kuserai, kusaserai rai rai rai rai
Inamgo mikim ye pia sore . . . . . piasa sore ye ye Inamgo mikim ye pia sore . . . . . piasa sore ye ye 5
2.2 Seni Tari 1. Tari Perang
Gambar tari perang tradisional Papua Barat Tari perang merupakan salah satu tarian tradisional Papua Barat. Dimana tarian ini memiliki makna jiwa kepahlawanan masyarakat Papua. Karena tarian ini menunjukan jiwa seseorang yang gagah perkasa. Maka biasanya ditarikan oleh laki-laki dengan pakaian adat tradisional beserta perlengkapan perang. Sejarah singkatnya, diambil dari kisah zaman dulu yang sering terjadi peperangan antar suku Sentani dan suku-suku lainnya. Kemudian para leluhur membuat tarian ini dengan tujuan memberikan semangat para pasukan Papua. Dan seiring zaman, peperanganpun sudah ditiadakan, namun tarian ini masih tetap dibudidayakan. Sekarang, tarian ini hanya simbolik untuk menghargai para leluhur saja yang telah mati-matian melindungi daerah Papua. 2. Tarian Yospan Tari Yospan merupakan tarian yang berasal dari Papua Barat , tarian ini merupakan penggabungan dua tarian tradisional yaitu Yosim tarian yang berasal dari teluk Sairei(Serul, Waropen) dan Pancar tarian yang berasal dari Biak, Numfor dan Manokwari.
Gambar tari yospan tradisional Papua Barat 6
Awal gerakan tarian ini yaitu sekitar tahun 1960-an terjadi konflik antara Belanda dan Indonesia. Pada waktu itu, banyak pesawat-pesawat MIG Rusia terbang memutar di langit tepatnya di atas bandara Biak yang saat itu Frans Kaisepo melakukan gerakan aerobatik sehingga gerakan tarian penuh semangat, dinamik, menarik dan juga kelincahan kaki. Gerakan ini dilakukan dengan cara berjalan sambil menari yang diiringi oleh musik pengiring yang memainkan lagu Papua dengan menggunakan alat musik ukulele, gitar ,tifa dan bas bersenar 3. Gerakak tarian ini yaitu pancar, gale-gale,jef,pacul tiga dan sebagainya , biasanya tarian ini dilakukan oleh 2 grup. Dan sekarang ini tarian ini mulai diperkenalkan ke seluruh dunia, dikalangan muda mudi juga banyak mengetahui dan dapat melakukan tarian ini .
3. Tarian Suanggi
Gambar tari suanggi tradisional Papua Barat Tarian Suanggi ini masih asing telinga orang, tarian ini juga berasal dari Papua Barat. Tarian ini merupakan bentuk ekspresi yang sangat kental masyarakat di Papua, tarian suanggi ini mengkisahkan atau bercerita ada seorang suami yang ditinggal mati oleh istrinya dan suami tersebut korban dari angi-angi (jejadian). Pada umumnya tarian tradisonal Papua ini menggambarkan masyarakat setempat, dan tarian ini membuat rasa lelah pun hilang berubah menjadi semangat yang berkobar . Itulah beberapa tarian-tarian tradisional yang berasal dari Papua Barat , tarian-tarian ini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat dan banyak juga event yang ada unsur tarian tradisional ini. Masyarakat Papua tidak pernah lupa akan budaya tarian ini, jika kalian mengunjungi Papua Barat kalian pasti akan melihat salah satu dari tarian yang diatas. 7
2.3
Seni Drama 1. Teater Koma (Cahaya dari Papua)
Teater yang disutradarai dan naskahnya ditulis oleh Nano Riantiarno itu berkisah tentang Tanah Papua yang sedang diteror naga jahat yang banyak memakan korban. Tak ada lagi yang berani mengumpulkan makanan karena semua dimonopoli Sang Naga. Orang-orang putus asa, banyak yang menghamba pada Sang Naga demi makanan. Sang Naga rupanya menjadi anjing penjaga bagi orang-orang yang datang dari Daerah Barat. Sementara mereka yang tak mau menjadi budak hanya bisa menahan lapar dan melihat hasil bumi dirampas Sang Naga. Lalu munculah sebuah ramalan yang menyebutkan harapan akan terbit. Kelak lahirlah pahlawan pemberani yang mampu mengalahkan naga. Dialog-dialog dalam pementasan tersebut sarat akan kritik sosial. Dalam adegan awal, Sang Narator mengkritisi keadaan Papua dalam cerita layaknya apa yang terjadi saat ini dalam kenyataan. "Minyak bumi ada di mana-mana, tapi naga itu memunguti semua, kami hanya kenagian ampasnya. Naga itu ternyata menjadi anjingnya orang barat. Oh.. Bagaimana caranya mematikan dia? Tapi jika Naga mati dibunuh Biwar, apakah itu akan menjadikan Papua lebih baik? Tidak. Karena orang-orang kulit putih itu akan menjajah kami. Tapi kalau nantinkita benar-benar merdeka? Apa kita akan ikut merdeka? Belum tentu. Jangan remehkan kami! Jika pemerintah pusat melihat kita sebagai cahaya dari Timur maka kita akan diperlakukan sebagai bukan kegelapan dari Timur," kata Narator. Teater didukung para pemain kawakan seperti Budi Ros sebagai Peramal, Sari Prianggoro sebagai Mama, Rangga Riantiarno sebagai Biwar, Dick Perthino 8
sebagai Buaya, Tuti Hartati sebagai Victoria, Bayu Dharmawan Saleh sebagai Naga. Penata artistik teater oleh Subarkah Hadiaarjana dengan penata musik Fero Aldiansya. Kostum ditata Rima Ananda, sementara penata rias dilakukan Dessy Mulansari dan penata gerak Sir Ilham Djambak dengan manajer panggung Bayu Dharmawan Saleh. Pertunjukan teater "Cahaya dari Papua" menarik banyak perhatian para pecinta seni, ruang auditorium Galeri Indonesia Kaya dipenuhi pengunjung. 2.4 Seni Rupa 1. Seni Rupa Kriya a. Seni Mematung Bagi suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang telah turun temurun menjadi suatu kebudayaan yang bukan saja dikenal di Papua dan Indonesia, melainkan sudah ke seluruh dunia. Bagi setiap turis asing yang berkunjung ke Papua, rasanya kurang lengkap apabila tidak mengenal atau membeli cenderamata karya ukir suku Asmat dalam berbagai ukuran.
Seniman Asmat sedang berkarya
Gambar contoh ukiran kayu suku Asmat 9
Ciri khas dari ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis, dimana dari pola-pola tersebut akan terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir suku Asmat bernilai tinggi dan sangat banyak diminati para turis asing yang menggemari karya seni. Dari segi model, ukiran suku Asmat memiliki pola dan ragam yang sangat banyak, mulai dari patung model manusia, binatang, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari sampai ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan lain-lain. Mengukir adalah sebuah tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang. Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak sekedar membuat pola dalam kayu tetapi mengalirkan sebuah spiritualitas hidup. b. Pakaian Adat Nama pakaian adat Papua Barat adalah pakaian adat Ewer. Pakaian ini murni terbuat dari bahan alami yaitu jerami yang dikeringkan. Dengan kemajuan dan pengaruh modernisasi, pakaian adat ini kemudian dilengkapi dengan kain untuk atasannya. Berikut ini gambar dari pakaian adat Ewer khas masyarakat Papua Barat.
a) Pakaian Adat Wanita
10
Saat ini, bahan alam berupa jerami atau serat kering hanya digunakan sebagai bawahan rok untuk para perempuan. Rok tersebut dibuat dengan mengambil serat-serat tumbuhan dan merangkainya menggunakan tali di bagian atasnya. Rok ini dibuat dengan 2 lapisan, lapisan dalam sebatas lutut, dan lapisan luarnya lebih pendek. Untuk menguatkan ikatan rok, digunakan ikat pinggang yang terbuat dari kulit kayu yang diukir sedemikian rupa. Biasanya motif ukiran tersebut tidaklah rumit, yaitu motif kotak dengan susunan yang geometris. Sebagai atasan, digunakan baju kurung yang terbuat dari bahan kain beludru dengan pernik rumbai bulu di bagian tepi lengan, leher, atau pinggangnya. Baju atasan ini sebetulnya adalah pengaruh dari budaya luar dan biasanya hanya digunakan untuk masyarakat Papua Barat yang berdomisili di sekitar kota Manokwari.
Selain baju dan rok, pakaian adat Papua Barat untuk wanita juga dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti gelang, kalung, dan penutup kepala. Gelang dan kalung biasanya dibuat dari biji-bijian keras yang dirangkai menggunakan seutas benang, sementara penutup kepalanya dibuat dari bulu burung kasuari.
b) Pakaian Adat Pria Untuk para pria, pakaian adat Papua Barat yang dikenakan pada zaman dahulu sangatlah berbeda dengan pakaian adat yang dikenakan dan diperkenalkan saat ini. Dulu, pria secara umum hanya menggunakan rok rumbai yang cara dan bahan pembuatannya sama dengan rok yang dipakai kaum wanita. Pemakaian rok rumbai oleh para pria tidak dilengkapi dengan atasan sehingga mereka hanya akan bertelanjang dada.
11
Saat ini, pakaian adat Ewer untuk pria terbuat dari kain beludru dengan model yang lebih sopan. Celana pendek sebatas lutut lengkap dengan kain penutup yang menjuntai di bagian depan digunakan sebagai bawahan, sementara untuk atasan digunakan baju rompi yang dibuat dengan kain dan model yang sama. Setiap tepi potongan baju ewer pria, baik untuk celana, rompi, maupun kain penutup biasanya dihiasi dengan batas kain berwarna terang.
c. Seni Rupa Desain a) Rumah Adat Papua Barat Rumah adat Papua Barat didirikan oleh suku Arfak, yaitu suku utama di Papua Barat. Rumah adat ini disebut juga Mod Aki Aksa (Lgkojei) yang artinya rumah kaki seribu. Rumah adat Papua yaitu Honai juga terdapat pada Papua Barat, akan tetapi penduduk di Papua Barat lebih mengandalkan hasil laut dibandingkan bertani, sehingga penduduknya mendirikan rumah adat mereka berupa rumah panggung yang identik sebagai kehidupan nelayan. Rumah adat ini terdapat di Manokwari namun saat ini jumlahnya semakin
12
berkurang, terutama di kampung-kampung yang tersebar di pinggiran pedalaman di bagian tengah pegunungan Arfak.
Rumah adat Papua Barat ini terdiri dari satu lantai yang terbuat dari kayu dan atapnya dibuat dari dedaunan sagu atau jerami dan lantainya disokong oleh tiang – tiang pilar-pilar penyokong. Biasanya rumah ini tertutup tanpa ada jendela dan hanya memiliki pintu depan dan pintu belakang. Untuk menuju pintu masuk harus menggunakan tangga kayu yang sederhana. Rumah adat Papua Barat disebut rumah kaki seribu karena memiliki keunikan tersendiri yaitu jumlah tiang atau pilar penyangga atau penyokong rumah yang sangat banyak. Tiang penyokong ini berada di seluruh ruang di bawah rumah. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu yang kokoh dengan tinggi yang beranekaragam, baik tinggi maupun pendek. Rumah yang mendekati pedalaman, tiang-tiangnya semakin tinggi hingga kadang setinggi empat meter. Menurut adat dan kepercayaan masyarakat disana, tiang – tiang ini diukir serta dilengkapi patung nenek moyang sebagai penahan kekuatan jahat ilmu hitam dan untuk melindungi diri dari musuh dan ancaman orang-orang yang berniat jahat.
13
b) Senjata Tradisional 1. Busur dan Panah Busur dan Panah adalah merupakan salah satu senjata utama khas suku-suku yang ada di Papua. Senjata tradisional busur dan panah ini digunakan untuk berburu dan berperang. Busur tersebut dibuat dari bambu atau kayu, sedangkan tali Busur terbuat dari rotan. Anak panahnya terbuat dari bambu, kayu atau tulang kangguru Karena bahan-bahan busur dan panah yang terbuat dari alam, maka diperlukan keahlian khusus untuk menggunakan senjata tradisional tersebut.
2. Pisau Belati
Selain
busur,
panah
dan
tombak,
masyarakat suku adat di Papua memiliki senjata tradisional pisau belati yang terbuat dari tulang burung kasuari atau terbuat dari bambu. Pisau ini bisa dibuat dari tulang kaki burung kasuari atau bambu dengan ujung
yang
meruncing,
gagangnya dihiasi kasuari.
14
sedangkan
oleh bulu
burung
3. Kapak Batu
Kapak batu
adalah
senjata
tradisional suku adat di Papua dan Papua Barat. Kapak batu ini Terbuat dari batu alam yang dihaluskan dan dibentuk mata kampak,
diberi
bingkai
anyaman dari pilinan serat kayu hutan
dan
anggrek
hutan,
dipergunakan untuk keperluan memotong,
mencungkil
dan
menggal.
2.5 Seni Media Rekam a. Stasiun Radio
Biak
RRI Biak
Jayapura
Art FM Rock FM Jayapura Radio Swara Nusa Bahagia RRI Pro1 RRI Pro2 RRI Pro3 RRI Pro4
Radio Saiber FM 101,2 Radio Suara Mimika FM 94,5 Radio One FM 90,2 Radio Suara HMM FM 106 Mhz Radio Gema FM 103,6 Radio Swara Kencana Timika
Sorong
RRI Sorong Rock FM Sorong
Manokwari
Wamena
Radio Manokwari RRI Manokwari
Mimika
Radio Publik Mimika FM 102 Mhz
15
RRI Wamena Radio Swara Lembah Baliem
b. Siaran TV Papua TV mulai mengudara pada tanggal 20 Mei 2007 dengan nama Metro Papua TV. Jam tayangnya cukup singkat, mengingat program utamanya hanya berita, dengan konsep dasar dari MetroTV. Pada tahun 2008, Metro Papua TV berganti nama menjadi TVMP, dengan tetap mempertahankan konsep dari Metro Papua TV. Saat ini Papua TV dapat ditangkap melalui satelit Telkom-1 agar dapat dinikmati oleh pemirsa di luar Papua. Pada tanggal 13 Juli 2013, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dengan menghadirkan perusahaan induk yang menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Papua, dikemukakan bahwa status Papua TV bukanlah milik Pemerintah Daerah, karena sahamnya milik perorangan. Sehingga Pemerintah Provinsi akan menyelidiki kejanggalan ini termasuk mendukung adanya penyidikan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Sejak Januari 2017, Papua TV tidak lagi mengudara, disebabkan oleh penangguhan ijin siar oleh KPI serta permasalahan keuangan diantara Papua TV dan internal Pemerintah Provinsi Papua.
16
BAB III PENUTUP
3.1 Saran Sebagai simpulan dari penjelasan-penjelasan di atas ialah bahwa kita harus bercermin pada masyarakat tradisional untuk menata hubungan kita dengan alam demi keberlanjutan hidup mahluk manusia. Masyarakat tradisional telah berhasil mewariskan bumi ini dalam keadaan tidak tercemar kepada kita diwaktu sekarang untuk memanfaatkannya dan menikmati kehidupan di atasnya. Keberhasilan itu merupakan perwujudan nyata dari ketaatan mereka terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta sikap yang mereka kembangkan dalam kebudayaannya untuk menjaga dan melestarikan alam. Seringkali norma-norma dan nilai-nilai itu mereka samarkan dalam kepercayaankepercayaan yang mereka anut sehingga bagi kebanyakan orang di zaman modern ini menganggapnya tidak rasional dan bahkan kadangkala mencemohkannya. Meskipun demikian jangan lupa, bahwa strategi-strategi yang mereka gunakan untuk menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai dan normanorma yang berhubungan dengan pengaturan dan penjagaan terhadap keseimbangan hubungan mahluk manusia dengan ekosistem dalam rangka menyiapkan secara lestari kebutuhan manusia itu adalah sangat efektif. Berbagai sumber daya alam yang dinikmati sekarang sesungguhnya merupakan bukti nyata keberhasilan masyarakat tradisional pada masa lampau untuk menjaga, melestarikan dan mewariskannya bagi kita di waktu sekarang.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. https://rumahblogpapua.wordpress.com/2009/09/12/seni-ukir-kayu-suku-asmat/ 2. https://id.wikipedia.org/wiki/Papua_TV 3. https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun_radio_di_Papua 4. https://dtechnoindo.blogspot.com/2017/11/kebudayaan-provinsi-papua-barat.html
18