Kebudayaan Di Mata Generasi Milenial.docx

  • Uploaded by: Margi Wisma
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kebudayaan Di Mata Generasi Milenial.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,851
  • Pages: 12
KEBUDAYAAN DI MATA GENERASI MILENIAL Dosen : Arum Dwi Hastutiningsih, M.Pd

Disusun oleh : Margi Wisma Gandi NIM : 17505241043 Kelas : B 2017 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019

1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan artikel yang berjudul “Kebudayaan Di Mata Generasi Milenial” ini dengan baik. Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sosial Budaya yang diampu oleh dosen kami yaitu Ibu Arum Dwi Hastutiningsih, M.Pd. Selain itu tujuan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengkaji dan lebih memahami materi perkuliahan yang nantinya akan sangat berguna untuk kehidupan mendatang. Akhir kata, penulis sadar bahwa artikel ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk motivasi bagi penulis dalam membuat artikel yang lebih baik lagi. Wassalamualaikum wr.wb.

Yogyakarta, 28 Maret 2019 Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………..………………..2 DAFTAR ISI……………………………..………………………………….3 BAB I…………………………………….……….……………...………….4 PENDAHULUAN………………..………………………..……………4 A. LATAR BELAKANG……………………....………………………..4 B. RUMUSAN MASALAH………….……………………………..….4 C. TUJUAN PEMBAHASAN…………..……….…………………..….4 BAB II……………………………..……………………………………......5 PEMBAHASAN……………………………..……….………………..5 A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN…………………………………..5 B. PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA PERUBAHAN KEBUDAYAAN ……………………………………………6 C. PENGARUH KEBUDAYAAN ASING TERHADAKEBUDAYAAN YANG TELAH ADA.…………………………….8 D. PERAN PENDIDIKAN DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN……9 BAB III……………………………………………………...................11 PENUTUP……………………………………………………..11 A.

KESIMPULAN…………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..……….12

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengaruh kuat dari globalisasi telah menjadi suatu kebudayaan baru yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana zaman sudah berkembang pesat, teknologi, bahasa serta budaya telah maju dengan mudahnya. Segala hal terasa sangat mudah berkat kemajuan teknologi. Generasi muda saat ini memiliki ketergantungan pada dunia social media yang sangat besar. Dimana mereka sering menghabiskan waktunya untuk berjam-jam menatap layar monitor computer, laptop atau handphone hanya untuk menjelajahi akun dunia maya mereka. Selain hal tersebut kini generasi muda lebih cenderung mengadopsi kebudayaan dari luar, seperti korea, barat, Thailand, dan sebagainya. Tetapi sangat disayangkan bahwa kebudayaan tradisional Negara sendiri tidak dianggap menarik dan dinilai kuno oleh karena itu hanya sedikit saja yang melirik dan melestarikannya. Selain itu lunturnya budaya local juga merupakan dampak dari dari perkembnangan zaman. Budaya lokal yang dimaksud adalah unsur-unsur seperti nilai, sikap dan perilaku, keyakinan, orientasi, dan anggapan umum yang menyebar di kalangan masyarakat pada sebuah negara. Partisipasi masyarakat di era global ditandai dengan kemampuan mereka beradaptasi dengan tuntutan global karena unsurunsur budaya lokal yang mereka miliki seperti etos kerja serta entrepreneurship mendukung kemampuan beradaptasi tersebut. Uraiannya akan menggunakan kategori yang dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein (2000) yaitu pembagian negara-negara dalam kawasan berdasarkan tingkat kemakmuran, yaitu negaranegara inti, semi-periphery dan periphery. Kategori tersebut didasarkan atas kemampuan ekonomi yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya lokal, baik nilainilai instrinsik maupun instrumental.

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu kebudayaan? 2. Bagaimana pengaruh perkembangan teknologi dengan perubahan kebudayaan? 3. Bagaimana pengaruh kebudayaan asing pada kebudayaan yang sudah ada? 4. Bagaima peran pendidikan dalam melestarikan kebudayaan?

C. Tujuan Pembahasan 4

a. Pembaca mengetahui pengertian kebudayaan. b. Pembaca dapat mengetahui pengaruh perkembangan teknologi pada perubahan kebudayaan. c. Pembaca dapat mengetahui pengaruh kebudayaan asing terhadap kebudayaan yang telah ada. d. Pembaca dapat mengetahui peran pendidikan dalam melestarikan kebudayaan. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebudayaan Dalam buku Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan (2000), Gunawan H Ary menuliskan bahwa kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”, yakni bentuk jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau daya dari budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Menurut Soekanto (2009), kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat. Merumuskan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sedangkan Selo Soemarjan (1964) mengatakan bahwa karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Menurut Selo Soemarjan (1964) beberapa orang sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan misalnya pendapat yang 5

dikemukakan oleh Melville J. Herskovits bahwa unsur pokok kebudayaan terbagia menjadi empat bagian yaitu: Alat-alat teknologi, Sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski, menyebut unsur-unsur kebudayaan antara lain: a. Sistem normal yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya. b. Organisasi ekonomi. c. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama. d. Organisasi kekuatan. Dalam bukunya Deddy Mulyana (2005) mengatkan ada beberapa macam ciri-ciri budaya atau kebudayaan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Budaya bukan bawaan tapi dipelajari. b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok dan dari generasi ke generasi. c. Budaya berdasarkan simbol. d. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terus berubah sepanjang waktu. e. Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas. f. Berbagai unsur budaya saling berkaitan. g. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar untuk menilai budaya lain).

B. Pengaruh Perkembangan Teknologi Pada Perubahan Kebudayaan Seiring melihat pesatnya pekembangan zaman, peralatan hidup dan teknologi merupakan unsur terkuat dalam merubah pola kehidupan dan kebudayaan masyarakat dalam suatu daerah tertentu. Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok masyarakat lainnya. Istilah “teknologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu tecnologis. Technie berarti seni, keahlian atau sains: dan logos berarti ilmu. Teknologi, menurut Gaibraith dapat diartikan sebagai penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah atau terorganisasikan dalam hal-hal yang praktis.Menurut. Association for Educational Communication and Technology (AECT) adalah proses yang kompleks dan tepadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem solving, melaksanakan 6

evaluasi dan mengelolah pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Menurut R.M. Mahrus H. Efendi (2008), Teknologi dan Informatika (TIK) adalah bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang merupakan suatu media atau alat bantu khususnya dalam dunia pendidikan yang mempermudah mengakses informasi dan merangsang siswa untuk belajar. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu hasil usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Pendidikan serata ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang erat seperti diketahui bahwa iptek menjadi bagian utama dalam isi pendidikan. Dengan kata lain pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan perkembangan iptek. Pada forum diskusi tentang sastra yang juga bagian dari KKI penulis Djenar Maesa Ayu berpendapat bahwa budaya tak ubahnya perjalanan waktu. Tidak pernah berhenti walau dalam bentuk benih-benih lemah yang tak kuat melawan pergantian zaman. Budaya juga tumbuh dalam suatu komunitas. Budaya adalah kerangka acuan perilaku kehidupan bagi masyarakat pendukungnya yang berupa nilai-nilai (kebenaran, keindahan, keadilan, kemanusiaan, kebijaksanaan, dll ) yang berpengaruh sebagai kerangka untuk membentuk pandangan hidup manusia yang relatif menetap dan dapat dilihat dari pilihan warga budaya itu untuk menentukan sikapnya terhadap berbagai gejala dan peristiwa kehidupan. Dan pengaruh teknologi informasi dan komunikasi dalam pergeseran budaya meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Banyak di antara masyarakat itu menerima perubahan peradaban itu sebagai sesuatu yang lumrah sebagai sebuah proses yang harus dijalani, dimaklumi dan kehadirannya senantiasa menimbulkan berbagai perubahan dalam praktiknya. Sehingga memaksa masyarakat budaya, mau tak mau atau sadar atau tidak sadar diperhadapkan pada situasi yang sulit antara menerima perubahan perdaban itu Perselisihan atau tepatnya perbedaan pemikiran seperti itu dapat muncul sebagai reaksi terhadap berbagai tindakan yang bagi sebagian orang bergerak seolaholah meninggalkan kebudayaannya sedang sebagian orang ingin mempertahankannya sebagai sebuah warisan leluhur bersama (common heritage) yang wajib dijaga dan dilestarikan. Menurut R.M. Mahrus H. Efendi (2008) fenomena berikutnya adalah diakibatkan oleh mobilitas tanpa limit, dimana manusia tidak lagi dapat begitu saja dihempang dalam mobilitasnya. Katakan saja, andai seseorang ingin bepergian ke tempat lain (negara Lain) maka tak seorangpun yang dapat menghempangnya apabila ia telah menetapkan bahwa ia harus berangkat. Keadaan ini juga mengakibatkan adanya perpaduan (assimilation) di tempat baru dimana ia 7

berpijak, sehingga melahirkan penilaian apa yang diperoleh, diidolakan sebelumnya dengan dimana ia tinggal dan lihat. Informasi juga sudah tidak dapat dibatasi lagi dengan batasan-batasan territorial, ras, agama, Negara dan budaya yang ada. Dengan kemajuan teknologi informasi, maka informasi dapat diperoleh secara real time, anywhere dan anytime. Penilaian itu dapat saja memicu lahirnya interpretasi bahwa apa yang melekat pada dirinya ketika memutuskan untuk bepergian itu dinilai sebagai sesuatu yang kolot, tradisional dan tertinggal. Ia kemudian mengenakan berbagai atribut yang dianggap sebagai simbolisasi budaya maju seperti kritis, egoisme, dan materialistis. Kondisi lain adalah meningkatnya mobilitas sekolah antara negara dimana juga telah mempengaruhi pengakuan terhadap budaya lokalnya. Kemajuan teknologi berpengaruh sangat besar terhadap pola perubahan kebudayaan yang terjadi karena dengan teknologi akan sangat banyak informasi bisa didapatkan. Oleh karena itu masyarakat pengguna teknologi harus lebih bijak dalam menggunakan teknologi. Terlepas dari banyaknya hal positif yang diperoleh dari teknologi akan lebih baik tetap waspada akan hal-hal negative yang timbul akibat kemajuan teknologi yang ada.

C. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Yang Telah Ada Menurut Siswono Yudo Husodo (2006) ada seorang sosiolog kenamaan – Talcott Parsons – menyatakan jika suatu masyarakat pada suatu bangsa ingin tetap eksis dan lestari, maka ada empat paradigma fungsi (function paradigm) yang harus terus menerus dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan : Pertama, kemampuan memelihara sistem nilai budaya yang dianut, karena budaya adalah endapan dari perilaku manusia. Budaya masyarakat itu sendiri akan berubah karena terjadi transformasi nilai dari masyarakat terdahulu ke masyarakat kemudian, tetapi dengan tetap memelihara nilai-nilai yang dianggapnya luhur, karena tanpa hal itu akan terbentuk masyarakat baru yang lain. Kedua, kemampuan masyarakat beradaptasi dengan dunia yang berubah dengan cepat. Masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta memanfaatkan peluang yang timbul akan menjadi unggul. Ketiga, adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beraneka ragam secara terus menerus sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang semakin menyatukan masyarakat tersebut. Keempat, masyarakat perlu memiliki goal attainment atau tujuan bersama yang dari masa ke masa bertransformasi karena terus menerus diperbaiki oleh dinamika masyarakatnya dan oleh para pemimpinnya. 8

Secara fair harus diakui bahwa globalisme berdampak positif maupun negatif terhadap manusia. Dampak positif dari globalisasi antara lain dimana manusia dapat mengetahui apa yang terjadi dibelahan bumi yang lainnya dalam waktu yang sekejap bahkan dalam waktu yang bersamaan, perjalanan yang tadinya membutuhkan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan, dengan globalisme dalam bidang kemajuan alat transportasi, waktu tersebut dapat disingkat hanya dalam beberapa menit atau jam saja. Seseorang dapat menjelajahi luasnya dunia, walaupun ia hanya berada di dalam ruangan kamar berkat kemajuan tekhnologi berupa internet. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sikap yang tetap konsisten terhadap perilaku budaya asli yang ada pada suatu masyarakat. Artinya, arus globalisasi yang datang dari Barat harus di respon secara aktif dan kreatif agar memberikan dampak positif bagi masyarakat itu sendiri. Kata “masyarakat harus dapat menyesuaikan dengan globalisasi”, bukan berarti bahwa masyarakat terbawa arus globalisasi sehingga kehilangan identitas utamanya atau mengalami alienasi, tetapi yang dimaksud adalah masyarakat dapat memilih dan memilah aspek-aspek baik positif maupun negatif dari pengaruh globalisasi. Aspek positif, tentu harus diambil sebagai suatu yang bermanfaat bagi kesejahteraan ataupun kemajuan umat manusia itu sendiri. Sedangkan aspek negatifnya harus ditinggalkan. Penggunaan cara selektif terhadap kemajuan dan perkembangan globalisasi ini pula yang akan membuat bangsa-negara (Indonesia) sebagai bangsa-negara yang maju, tetapi tetap dengan ciri khasnya yaitu bangsa yang memiliki suatu karakter yang baik. Lalu yang terakhir, agar masyarakat bangsa tetap eksis maka harus memiliki tujuan bersama. Tujuan bersama ini cukup penting, sebab jika terjadi ketidak sepakatan terhadap sebuah tujuan bersama, maka akan terjadi konflik, pertikaian bahkan pertempuran antar masyarakat dimana hal itu akan sangat merugikan bagi kelanggengan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya tujuan bersama, masyarakat akan memiliki motivasi yang tinggi dan kuat untuk menjadikan hidup secara damai dan harmonis serta menjadikan hidup akan lebih baik dari waktu ke waktu. Dengan pemahaman itu, jika semangat kebangsaan Indonesia lahir lebih diwarnai oleh kesamaan sejarah masa lalu kita, maka kedepan semangat kebangsaan itu harus dipupuk oleh kesamaan cita-cita tentang negarabangsa yang ingin kita tuju. Sebab cita-cita bersama yang sifatnya positif merupakan syarat terpenting terjadinya suatu bangsa. D. Peran Pendidikan Dalam Melestarikan Kebudayaan Menurut Juanda (2010), pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya sebagai mahluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri 9

dengan lingkungannya da- lam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, ke- lompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Sekolah atau pendidikan formal adalah salah satu sarana atau media dari proses pembudayaan media lainnya (keluarga dan institusi lainnya yang ada dalam masyarakat). Dalam konteks inilah pendidikan disebut sebagai proses untuk memanu- siakan manusia (Dick Hartoko). Daoed Joesoef memandang pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan karena pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar sebagai bekal hidup yang dimak- sudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita laku- kan sebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai mahluk biososial. Pendidikan adalah upaya menanamkan sikap dan keterampilan pada anggota masyarakat agar mereka kelak mampu memainkan peranan sesuai dengan kedudukan dan peran sosial masing-masing dalam masyarakat. Secara tidak langsung pola ini menjadi proses melestarikan suatu kebudayaan. Sejalan dengan ini Bertran Russel mengatakan pendidikan sebagai tatanan sosial kehidupan bermasyarakat yang berbudaya. Melalui pendidikan kita bisa membentuk suatu tatanam kehidupan bermasyarakat yang maju, modern, tenteram, dan damai berdasarkan nilai-nilai dan norma budaya. Luaran pendidikan formal diharapkan memiliki sikap positif yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang religius, cekatan, terampil, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang salah dan yang benar, menghargai semua hal yang menjadi bahagian kehidupan di alam ini termasuk segala bentuk perbedaan di antara sesama manusia. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat pada saat yang cepat serta mampu mengembangkan potensi diri dalam upaya meningkatkan kualitas pribadi, keluarga, kelompok, agama, bangsa, dan negara. Semua ini merupakan unsur pokok dalam proses pembentukan masyarakat yang sejahtera, survive, adil, makmur, dan penuh kedamaian. Dalam mewujudkan hal ini para penyelengara pendidikan harus yakin bahwa program dan proses pembelajaran dapat menggiring siswa agar mampu mengunakan terhadap segala yang dimilikinya atau yang diperoleh selama proses belajar. Sehingga bermanfaat dalam kehidupan selanjutnya baik kehidupan akademis maupun kehidupan sehari-hari. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kemajuan teknologi berpengaruh sangat besar terhadap pola perubahan kebudayaan yang terjadi karena dengan teknologi akan sangat banyak informasi bisa didapatkan. Oleh karena itu masyarakat pengguna teknologi harus lebih bijak dalam menggunakan teknologi. Terlepas dari banyaknya hal positif yang diperoleh dari teknologi akan lebih baik tetap waspada akan hal-hal negative yang timbul akibat kemajuan teknologi yang ada. Dibutuhkan suatu sikap yang tetap konsisten terhadap perilaku budaya asli yang ada pada suatu masyarakat. Artinya, arus globalisasi yang datang dari Barat harus di respon secara aktif dan kreatif agar memberikan dampak positif bagi masyarakat itu sendiri. Kata “masyarakat harus dapat menyesuaikan dengan globalisasi”, bukan berarti bahwa masyarakat terbawa arus globalisasi sehingga kehilangan identitas utamanya atau mengalami alienasi, tetapi yang dimaksud adalah masyarakat dapat memilih dan memilah aspek-aspek baik positif maupun negatif dari pengaruh globalisasi. Luaran pendidikan formal diharapkan memiliki sikap positif yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang religius, cekatan, terampil, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang salah dan yang benar, menghargai semua hal yang menjadi bahagian kehidupan di alam ini termasuk segala bentuk perbedaan di antara sesama manusia. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat pada saat yang cepat serta mampu mengembangkan potensi diri dalam upaya meningkatkan kualitas pribadi, keluarga, kelompok, agama, bangsa, dan negara. Semua ini merupakan unsur pokok dalam proses pembentukan masyarakat yang sejahtera, survive, adil, makmur, dan penuh kedamaian.

11

DAFTAR PUSTAKA Gunawan, Ary H. (2000). Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), Edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2000) Soerjono, Soekanto. (2009). Sosiologi suatu Pengantar. Rajawali Pers:Jakarta Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. (1964). Setangkai Bunga Sosiologi. Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI: Jakarta Mulyana, Deddy. (2005). Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya PT Remaja Rosdakarya: Bandung Efendi, R.M. Mahrus H. (2008). TEKNOLOGI INFORMASI DAN SOSIAL BUDAYA Telaah Kritis terhadap Pergeseran Sosial Budaya di Era Global. Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Juanda. (2010). PERANAN PENDIDIKAN FORMAL Vol. 13. 2010

Siswono Yudo Husodo (2006).

12

Related Documents


More Documents from "Jack Purnomo"