KESENJANGAN LITERASI KOMPUTER DALAM MASYARAKAT Tatang A Taufik
1.
PENDAHULUAN
Istilah digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar negara (lihat OECD, 2001c). 1 Perkembangan teknologi banyak mempengaruhi beragam tatanan kehidupan masyarakat. Pada dasarnya, telematika dinilai sangat penting tak saja karena potensi generiknya sebagai productivity tool dalam penciptaan nilai tambah tetapi juga enabling tool bagi (hampir) semua masyarakat. Karenanya, kesenjangan dalam hal ini berpotensi melahirkan persoalan kesenjangan baru dalam masyarakat atau memperparah persoalan kesenjangan yang ada, terutama di negara berkembang atau kelompok masyarakat/ daerah yang relatif tertinggal.
1
Penggunaan “arti harfiah semata” dari istilah “digital atau informasi (atau bahkan pengetahuan)” dalam konteks ini sebaiknya dihindari agar tidak menimbulkan kerancuan dan debat yang tidak produktif.
P2KT PUDPKM DB PKT
75
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat Telematika, diyakini telah menjadi salah satu teknologi kunci di akhir abad 21 memasuki Milenium Ketiga ini yang sering juga disebut periode awal gelombang kelima perubahan ekonomi dunia. Kemajuan telematika ibarat pisau bermata dua, menjadi lokomotif kemajuan suatu negara atau bahkan membuat makin tertinggal. Ancaman digital divide atau information divide antar negara dan dalam masyarakat suatu negara merupakan salah satu isu yang sering perhatian dan kekhawatiran banyak pihak. Seperti diangkat dalam Kerangka Teknologi Informasi nasional (KTIN), ada 3 (tiga) isu pokok yang menjadi perhatian utama dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi ini, yaitu •
Meningkatkan daya saing tantangan persaingan global;
•
Mendukung terbentuknya masyarakat informasi global; dan
•
Memperkecil digital divide antara Indonesia dengan negara maju dan digital divide dalam masyarakat Indonesia.
bangsa
dalam
menjawab
Komputer, yang merupakan salah satu bagian kecil dari telematika, sekaligus juga merupakan bagian yang dinilai sangat penting. Ia tak sekedar sebagai alat hitung atau alat ketik, tetapi telah menjadi salah satu instrumen kunci kemampuan akses terhadap kekayaan informasi. Perkembangan internet memungkinkan keterbukaan peluang yang luar biasa dan menjadikan tata pergaulan dunia di berbagai bidang yang seolah tanpa batas. Karena itu, literasi komputer atau pemahaman tentang komputer menjadi demikian penting. Bagi negara seperti Indonesia, yang memiliki hetergenitas multidimensional masyarakat maupun daerahnya, maka upaya pembangunan umumnya, dan melalui pembangunan iptek khususnya tidak dapat mengabaikan hal ini. Upaya meningkatkan literasi komputer masyarakat misalnya, perlu mempertimbangkan kemampuan masyarakat itu sendiri. Dengan kemampuan masyarakat yang beragam beserta karakteristik spesifik masingmasing, maka langkah-langkah tepat yang secara arif mempertimbangkan aspek ini.
76
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
Bagaimana sebenarnya kesenjangan literasi komputer masyarakat, tentu menjadi salah satu isu yang penting untuk ditelaah. Setidaknya hal ini akan menjadi salah satu pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan dalam merancang langkah ke depan, termasuk bagi pemerintah. Sehubungan dengan itu, upaya mempelajari literasi komputer dalam masyarakat diharapkan bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan program tindak lanjut dalam meningkatkan literasi komputer. Tulisan ini membahas secara singkat tentang kesenjangan literasi komputer dalam masyarakat sebagai temuan dari hasil Survei Literasi Komputer dan rangkaian diskusi yang dilaksanakan oleh BPPT di tahun 2001. Tulisan lain mendiskusikan kerangka metodologi survei yang dilakukan dan telaah/diskusi yang komplementer dengan tulisan ini.
2.
METODOLOGI
A.
Survei
Yang dimaksud dengan literasi komputer dalam hal ini adalah pemahaman dan/atau kemampuan seseorang dalam menggunakan/memanfaatkan komputer. Dalam hal ini istilah tersebut memiliki pengertian pemahaman dan/atau kemampuan secara berjenjang. Seorang yang disebut computer literate tak berarti harus benar-benar menguasai teknologi komputer seperti halnya ahli komputer. Dengan demikian, yang diungkap dalam survei lebih pada seperti apa tingkat literasi komputer seseorang. Detail perencanaan dan pelaksanaan beserta hasil/temuan umum Survei Literasi Komputer 2001 dapat dilihat pada dua tulisan lain. 2 :
2
Lihat makalah “Upaya Mengungkap Literasi Komputer: Kerangka Metodologi” dan “Gambaran Umum Tingkat Literasi Komputer Masyarakat.”
P2KT PUDPKM DB PKT
77
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat B.
Analisis Dalam tulisan ini, analisis dilakukan dengan melihat: 1. perbandingan antar “komunitas/kelompok masyarakat”; dan 2. perbandingan antar “kelompok daerah,
untuk melihat indikasi kesenjangan literasi komputer antar kelompok tersebut. Suatu model tentang “kesiapan masyarakat di bidang informasi” (e-readiness) dikembangkan sebagai kerangka konsep analisis. Himpunan data dari hasil survei secara selektif menjadi basis bagi analisis empiris. Selain itu, hasil survei dan diskusi kelompok fokus dibahas untuk mendiskusikan beberapa isu menyangkut “kesiapan” masyarakat dalam memasuki era informasi ini. Beberapa studi telah dilakukan terkait dengan isu-isu di atas (kesenjangan dan kesiapan masyarakat/negara) dengan beragam alat analisis. Salah satu dokumentasi cukup lengkap dapat dilihat di http://www.bridges.org/ereadiness. Kesenjangan digital kini semakin dipandang lebih sebagai “kesenjangan pendidikan” antara mereka yang memiliki akses terhadap pendidikan yang baik dengan mereka yang tidak/belum mendapatkannya. SaIah satu isu utama di balik kekhawatiran atas kesenjangan ini nampaknya berkaitan dengan keterampilan teknologi (technological skill). Dengan kata lain, salah satu upaya terpenting penanggulangan masalah kesenjangan digital adalah membangun keterampilan teknologi untuk memungkinkan setiap orang makin mampu berpartisipasi dalam dan memperoleh sebesarbesarnya manfaat dari dunia berjaringan. Karenanya, akses universal menjadi salah satu prioritas dalam penangulangan persoalan kesenjangan digital. Dalam melihat bagaimana difusi internet berkembang di suatu negara, Wolcott, et al (2001) mengajukan suatu model kerangka klaster teknologi internet yang disederhanakan atas tiga tingkatan (Gambar 1). Tingkat/lapisan pertama mereka sebut dengan infrastruktur konektivitas (connectivity infrastructure), di mana teknologi dibutuhkan oleh pengguna akhir untuk mengadopsi dan
78
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
menggunakan internet. Sementara itu, pada tingkatan/lapisan terdekat dengan pengguna terdapat dua dimensi yang dilihat, yaitu pervasiveness, yang mencerminkan jumlah pengguna internet (individual users), dan sectoral absorption, yang mencerminkan adopsi pada level organisasional (organizational users). Pengguna Individual
Pengguna Organisasional
Sofistikasi Penggunaan
Pervasiveness
Absorpsi Sektoral
Infrastruktur Jasa Layanan Internet
Infrastruktur Organisasional
Sebaran Geografis
Infrastruktur Telekomunikasi
Infrastruktur Konektivitas Sumber : Wolcott, et al. (2001).
Gambar 1 Konstituen Klaster Teknologi Internet. Bagian di antara keduanya menggambarkan mekanisme untuk menyampaikan jasa layanan dari infrastruktur telekomunikasi kepada pengguna. Dua dimensi yang ditelaah adalah “infrastruktur organisasi” (organizational infrastructure), yang mencerminkan jumlah dan kekuatan organisasi yang menyediakan jasa layanan ini, dan “sebaran geografis” (geographic dispersion), yang menggambarkan jangkauan distribusi layanan tersebut. Dimensi penting lain dari model user-oriented tersebut adalah keragaman intensitas adopsi atau penggunaan. Ini yang disebut “sofistikasi/kecanggihan” penggunaan (sophistication of use).
P2KT PUDPKM DB PKT
79
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat Dalam tulisan ini, perbandingan tentang “potensi” akses dilihat berdasarkan modifikasi atas 6 (enam) dimensi tersebut dalam studi Wolcott, et al. (2001), yaitu 1. penggunaan komputer 2. kemampuan/pemahaman komputer
dasar
untuk
menggunakan
3. pemanfaatan internet 4. kemampuan/pemahaman dasar pemakaian internet 5. motivasi untuk belajar, dan 6. difusi (terkait dengan infrastruktur telematika/ICT). Dimensi pertama dan ketiga mencerminkan “penetrasi” (pervasiveness) penggunaan komputer dan internet dalam masyarakat (implisit di dalamnya adalah sectoral absorption). Penggunaan internet juga mengindikasikan akses informasi dan pengetahuan global. Sedangkan dimensi kedua dan keempat mengindikasikan sofistikasi/kecanggihan pemanfaatan (sophistication of use) komputer dan internet oleh kelompok pengguna, dinilai dari pemahaman dasar tentang hardware dan software. Dimensi kelima mengindikasikan motivasi belajar dalam masyarakat mempelajari hal yang relatif baru, dalam hal ini komputer (dan internet). Sementara dimensi keenam menunjukkan potensi dan proses difusi teknologi, dinilai dari infrastruktur penting, termasuk energi listrik, telekomunikasi secara umum, lembaga penyedia jasa internet (internet service provider/ISP). Keenam dimensi tersebut dinilai berdasarkan “skor relatif” secara ordinal (rangking) dengan 5 (lima) tingkatan dari 0 hingga 4 yang ditentukan atas data hasil survei dan pertimbangan atas beberapa masukan dari forum diskusi (lihat Tabel 1 – 4). 3
3
80
Proses scoring ini memang lebih merupakan proses subyektif penilaian penulis, untuk menelaah perbedaan antar kelompok dan antar wilayah, serta tidak dimaksudkan untuk perbandingan internasional.
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
Tabel 1 Penilaian Penggunaan Komputer dan Pemanfaatan Internet. Penggunaan Komputer
Level Level 0
Pemanfaatan Internet
Nonexistent:
Tidak ada masyarakat yang menjadi pengguna komputer yang dalam kategori sering
Tak ada pengguna internet yang signifikan, tak ada komputer yang terhubungkan dengan IP internasional., hubungan mungkin sebatas melalui koneksi/panggilan ke ISP internasional.
Level 1 Embryonic
Pengguna komputer < 10% dari populasi.
Pengguna internet < 0,1% dari populasi.
Level 2 Nascent
15% < Pengguna komputer < 30% dari populasi.
0,1% < Pengguna internet < 1% dari populasi.
Level 3 Established
30% < Pengguna komputer < 60% dari populasi
1% < Pengguna internet < 10% dari populasi.
Level 4
Pengguna komputer > 60% dari populasi
Pengguna internet > 10% dari populasi.
Common
Keterangan: o
Penilaian didasarkan atas mereka (%) yang mengetahui komputer dan pengguna komputer (penetrasi).
o
Yang dimaksud (dipertimbangkan sebagai “pengguna”) dalam hal ini adalah pengguna (komputer atau internet) dengan kategori “sering” (lihat makalah “Gambaran Umum Tingkat Literasi Komputer Masyarakat”).
o
Populasi adalah kelompok masyarakat tertentu di lokasi yang dimaksud.
P2KT PUDPKM DB PKT
81
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat Tabel 2 Pemahaman Dasar Komputer dan Internet. Level
Komputer
Internet
Tidak ada masyarakat yang menjadi pengguna komputer yang memahami komputer.
Tidak ada masyarakat yang menjadi pengguna komputer yang memahami internet.
Level 1 Sangat Minimal
Pengguna memahami komputer < 20%.
Pengguna memahami internet < 20%.
Level 2 Cukup
20% < Pengguna memahami komputer < 40%.
20% < Pengguna memahami internet < 40%.
Level 3 Menguasai
40% < Pengguna memahami komputer < 80%
40% < Pengguna memahami internet < 80%.
Level 4
Pengguna memahami komputer > 80%
Pengguna memahami internet > 80%.
Level 0 Nonexistent
Maju
Keterangan:
82
o
Yang dimaksud pemahaman dasar adalah pemahaman pengguna tentang beberapa hal yang bersifat sederhana namun dinilai sangat penting dalam pemanfaatan komputer atau internet (lihat kuesioner survei).
o
Populasi adalah kelompok masyarakat pengguna di lokasi yang dimaksud.
o
Untuk pemahan dasar komputer, dipertimbangkan pemahaman responden tentang: cakupan pemanfaatan, beberapa hardware dan fungsinya, file dokumen, dan file grafis.
o
Untuk pemahan dasar internet, dipertimbangkan pemahaman responden tentang: e-mail, situs web, dan cara mengakses internet.
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
Tabel 3 Motivasi Masyarakat untuk Belajar. Level
Keterangan
Level 0 Tidak Ada/ Punah
Tidak ada keinginan masyarakat sama sekali untuk belajar hal baru, khususnya tentang komputer dan internet.
Level 1 Sangat Minimal
Animo masyarakat untuk belajar hal baru, khususnya tentang komputer dan internet, berkembang > 50%, namun penggunaan komputer dan/atau internet belum dinilai penting.
Level 2 Konvensional
Animo masyarakat untuk belajar hal baru, khususnya tentang komputer dan internet, besar > 75%, penggunaan komputer dan internet dinilai penting dan mulai memberikan kontribusi dalam aktivitas sehari-hari (misalnya e-mail).
Level 3 Transformatif
Kesadaran masyarakat untuk belajar hal baru, khususnya tentang komputer dan internet, sangat besar (> 90%), berbagai informasi (information sharing) berkembang luas, pemanfaatan komputer dan internet dinilai sangat penting dan memberikan kontribusi positif dalam aktivitas keseharian.
Level 4
Kesadaran masyarakat untuk belajar hal baru, khususnya tentang komputer dan internet, sangat besar (> 95%), berbagai informasi (information sharing) berkembang luas, pemanfaatan komputer dan internet dinilai sangat penting, nampak upaya inovasi dalam keseharian terkait dengan pemanfaatan komputer dan/atau internet.
Inovatif
Keterangan: o
Penilaian dilakukan atas keinginan responden untuk belajar komputer (lihat kuesioner survei) dan masukan selama wawancara serta pertimbangan surveyor dalam diskusi.
P2KT PUDPKM DB PKT
83
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat Tabel 4 Difusi Teknologi. Level Level 0
Energi dan Telekomunikasi
ISP
Energi listrik tidak tersedia atau sangat minimal, fasilitas sambungan telepon belum ada (belum terpasang).
Tidak ada dan tidak (belum) memungkinkan koneksi ke ISP.
Level 1 Minimal
Energi listrik sudah mulai dapat menjangkau, dan infrastruktur telepon yang tersedia masih sangat terbatas
Ada koneksi ke ISP namun dengan biaya yang mahal (interlokal).
Level 2 Tunggal
Energi listrik sudah menjangkau, dan infrastruktur telepon yang tersedia masih terbatas
Ada setidaknya 1 (satu) ISP di lokasi yang dimaksud.
Level 3 Tumbuh/ Berkembang
Energi listrik tersedia baik, dan infrastruktur telepon telah tersedia
Jumlah ISP di lokasi yang dimaksud lebih dari 1 (satu).
Level 4
Energi listrik dan infrastruktur telepon telah tersedia dengan sangat baik
Beragam alternatif ISP dan koneksi tersedia.
Tidak Ada
Kompetitif
Keterangan: o
Penilaian dilakukan atas masukan selama wawancara, pertimbangan masukan dari surveyor dalam diskusi, dan data pendukung lain (sekunder) yang tersedia.
Dalam analisis di sini, “pengguna komputer” dihitung berdasarkan mereka yang “sering” memakai komputer, yaitu jumlah (responden) yang memakai lebih dari satu kali seminggu dan yang memakai setiap hari.
84
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
Demikian halnya dengan “pengguna internet.” Pengguna internet biasanya didefinisikan sebagai mereka yang mempunyai akses terhadap internet (worldwide network). Data ini biasanya berdasarkan data dari perusahaan Penyedia Jasa Internet (Internet Service Provider/ISP). Untuk data dari World Development Indicator Database, sumber data adalah the Internet Software Consortium. Dalam analisis di sini, pengguna internet dihitung berdasarkan jumlah (responden) yang mengakses internet lebih dari satu kali seminggu dan yang mengakses setiap hari. 4 Selain itu, berbagai masukan dari serangkaian diskusi dengan pelaksana survei (surveyor) dan stakeholder tertentu menjadi bahan pertimbangan dalam analisis.
3.
PERBANDINGAN ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT
Beragam faktor seperti latar belakang pendidikan, aktivitas rutin, kesempatan, dan lain sebagainya dapat mempengaruhi kesadaran (awareness), pengetahuan/pemahaman dan/atau keterampilan teknologi (termasuk telematika) dalam suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu. Dalam Survei Literasi Komputer 2001 ini, tiga kelompok ditelaah dan diperbandingkan, yaitu Pelajar, Pegawai Pemda, dan Pelaku IKM. Tabel 5 dan Gambar 2 merangkum hasil analisis literasi komputer antar kelompok dalam masyarakat.
4
Gambaran penetrasi pemakaian internet biasanya juga dikaitkan dengan Internet hosts, yaitu komputer dengan alamat Internet Protocol (IP) aktif yang terkoneksi dengan Internet. Dalam statistik internasional, sumber data ini misalnya untuk World Development Indicator Database adalah the International Telecommunication Union (ITU).
P2KT PUDPKM DB PKT
85
Tabel 5 Hasil Analisis Antar Kelompok Masyarakat. Dimensi Penggunaan komputer ; ;
L1 Pengguna
Kemampuan dasar K ; ; ; ; ;
Pemanfaatan Hardware Tahu Fungsi Tahu File Dok. Tahu File Grafis
Pemanfaatan internet ; Pengguna Kemampuan dasar I ; ; ;
Tahu e-mail Tahu situs web Tahu mengakses
Motivasi untuk belajar ; Animo Difusi ; Akses di tempat aktivitas utama
Pegawai Pemda
Pelaku IKM
Level = 2 (Nascent) 96,81% 19,12%
Pelajar
Level = 3 (Established) 90,14% 41,13%
Level = 1 (Embryonic) 64,62% 6,92%
Level = 2 (Cukup) 15,59% - 58,37% 73,10% - 77,79% 26,80% - 59,04% 32,62% 17,52%
Level = 2,5 (Cukup) 39,06% - 74,06% 62,25% - 70,70% 43,10% - 60,28% 50,94% 25,63%
Level = 1 (Minimal) 11,90% - 21,43% 16,92% - 20,77% 10,00% - 15,38% 9,52% 7,14%
Level = 2,5 (Nascent) 5,81%
Level = 2 (Nascent) 4,79%
Level = 1 (Embryonic) 0,77%
Level = 2,5 (Cukup) 29,04% 30,78% 33,30%
Level = 2 (Cukup) 19,69% 22,19% 25,94%
Level = 1 (Minimal) 3,57% 4,76% 2,38%
Level = 2,5 (Konvens.) 94,00%
Level = 2 (Konvens.) 91,83%
Level = 1 (Minimal) 69,23%
Level = 2 (Minimal) 2
Level = 2,5 (Minimal) 2,5
Level = 1 (S. Minimal) 1
Penggunaan Komputer 4 3 Difusi
2
Kemampuan Dasar Komputer
1 0
Motivasi Belajar
Pelajar Pegawai Pemda Pelaku IKM
Penggunaan Internet
Kemampuan Dasar Internet
Gambar 2 Perbandingan Literasi Komputer Antar Kelompok Masyarakat.
Secara umum nampak, bahwa perbedaan tingkat literasi yang “cukup mencolok” adalah antara “kelompok pelajar dan pegawai pemda” dengan “pelaku IKM.” Bila dunia bisnis dinilai merupakan kelompok yang biasanya dinilai “kelompok masyarakat yang lebih/paling maju” dalam literasi teknologi (termasuk komputer), maka hal ini nampaknya tidak/belum terjadi di kalangan pelaku IKM nasional. 5 Yang patut diwaspadai adalah bahwa gambaran rendahnya literasi komputer di kalangan pelaku IKM ini nampaknya hampir serupa untuk keenam lokasi survei.
5
Meskipun sebenarnya kelompok IKM (yang sekitar 2,7 juta) merupakan bagian dari UKM yang biasanya dinilai lebih/paling maju (paling technology literate). P2KT PUDPKM DB PKT
87
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat Walaupun persentase pelajar yang mengetahui komputer relatif lebih tinggi dibanding dengan kelompok pegawai pemda, namun persentase sebagai pengguna komputer di kalangan pegawai pemda relatif lebih tinggi. Ini mungkin lebih karena ketersedian infrastruktur (komputer) di instansi pemda yang umumnya relatif lebih baik dibanding dengan di sekolah-sekolah yang ada. Sebaliknya, persentase pengguna internet maupun tingkat pemahan penggunaannya di kalangan pelajar umumnya sedikit lebih baik dibanding di kalangan pegawai pemda. Hal ini nampaknya karena pemanfaatan tempat akses internet di luar sekolah (seperti warnet atau tempat kursus) lebih intensif dilakukan oleh kalangan pelajar. Sementara itu, “sangat mengejutkan” bahwa pemanfaatan internet oleh pelaku IKM maupun pengetahuan dasar yang dimilikinya relatif sangat rendah. Dari 130 responden pelaku IKM (untuk keseluruhan enam lokasi survei), hanya empat orang yang menjawab pernah mengakses internet (dan hanya satu orang atau 0,77% 6 di antaranya menjawab mengakses lebih dari sekali dalam seminggu). Selain itu, pengguna internet tersebut justru ditemui hanya di Mataram yang dalam pengelompokan sampling termasuk wilayah strata bawah. Proses adopsi dan difusi teknologi (dalam hal ini telematika) di kalangan pelaku IKM sejauh ini nampaknya paling lambat dibanding dengan kelompok pelajar ataupun pegawai pemda. Selain persoalan infrastruktur, sangat boleh jadi ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan kesadaran (awareness) yang tentunya akan mempengaruhi persepsi para pelaku IKM tentang pentingnya teknologi ini bagi proses penciptaan nilai tambah dalam aktivitas bisnisnya. Faktor lain adalah yang menyangkut rutinitas kegiatan bisnis pelaku IKM yang umumnya padat, sehingga sedikit waktu yang tersisa untuk dapat mengembangkan kemampuan mereka. Apalagi jika anggapan bahwa penggunaan komputer atau internet tidak 6
88
1,19% dari L1.
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
memberi manfaat “secara langsung” terhadap bisnis yang mereka tekuni. Selain itu memang masih banyak anggapan bahwa teknologi masih sangat mahal. Walaupun memang ternyata keragaman di Indonesia (termasuk perbedaan jarak/lokasi) mempengaruhi harga komputer misalnya, ini mungkin juga dipengaruhi oleh terbatasnya pengetahuan mereka itu sendiri mengenai teknologi ini. Melihat indikasi demikian, patut diupayakan segera perbaikan dan percepatan solusi ke depan, bila memang seperti ditegaskan dalam dokumen Kerangka Teknologi Informasi Nasional/KTIN (TKTI, 2001), bahwa tujuan dan sekaligus target yang hendak diwujudkan antara lain adalah ;
Tercapainya 'E-Government for Good Governance' pada tahun 2005;
;
Tercapainya 'E-Business untuk mendukung Usaha Kecil dan Menengah (UKM)' pada tahun 2005;
;
Tercapainya 'TI untuk Pendidikan' pada tahun 2010.
Program peningkatan kualitas SDM seperti pelatihan TI bagi UKM yang telah dilakukan melalui TATP 7 misalnya, perlu terus dikembangkan. Demikian halnya dengan program pemanfaatan TI dalam proses belajar mengajar, serta untuk dukungan layanan publik di kalangan instansi pemerintah.
4.
PERBANDINGAN ANTAR WILAYAH
Seperti ditunjukkan oleh Tabel 6 dan Gambar 3, perbedaan terdapat antara wilayah “Strata Atas” dengan “Strata Menengah dan Strata Bawah.” Ini nampaknya karena memang perkembangan infrastruktur yang memang relatif sudah lebih maju dan pemanfaatan (komputer dan internet) yang umumnya sudah lebih meluas di kotakota besar dibanding di kota kecil.
7
Technical Assistance and Training Program, dikoordinasikan oleh Deperindag.
P2KT PUDPKM DB PKT
89
Tabel 6 Hasil Analisis Antar Strata Wilayah. Dimensi Penggunaan komputer ; ;
L1 Pengguna
Kemampuan dasar K ; ; ; ; ;
Pemanfaatan Hardware Tahu Fungsi Tahu File Dok. Tahu File Grafis
Pemanfaatan internet ; Pengguna Kemampuan dasar I ; ; ;
Tahu e-mail Tahu situs web Tahu mengakses
Motivasi untuk belajar ; Animo Difusi ; Akses di tempat aktivitas utama
Strata Atas
Strata Menengah
Strata Bawah
Level = 2,5 (Nascent) 95,46% 25,07%
Level = 2 (Nascent) 81,76% 15,29%
Level = 2,5 (Nascent) 96,77% 27,10%
Level = 2 (Cukup) 22,79% - 65,01% 68,98% - 81,57% 30,33% - 62,83% 34,99% 17,44%
Level = 2 (Cukup) 11,51% - 41,37% 61,15% - 70,14% 34,17% - 51,08% 33,09% 19,06%
Level = 2 (Cukup) 24,00% - 56,67% 56,00% - 64,67% 33,33% - 57,33% 42,00% 26,67%
Level = 2,5 (Nascent) 5,58%
Level = 2 (Nascent) 4,12%
Level = 2 (Nascent) 4,52%
Level = 2,5 (Cukup) 28,54% 31,52% 32,80%
Level = 2 (Cukup) 17,63% 17,99% 24,82%
Level = 2 (Cukup) 19,33% 20,00% 19,33%
Level = 2 (Konvens.) 90,82%
Level = 2 (Konvens.) 92,65%
Level = 2 (Konvens.) 92,90%
Level = 3 (Tumbuh) 3
Level = 2 (Minimal) 2
Level = 1 (Tunggal) 1
Penggunaan Komputer 4 3 Difusi
2
Kemampuan Dasar Komputer
1 0
Motivasi Belajar
Penggunaan Internet
Kemampuan Dasar Strata Atas Internet Strata Menengah Strata Bawah
Gambar 3 Perbandingan Literasi Komputer Antar Wilayah.
Sementara itu, tak nampak perbedaan mencolok antara wilayah Strata Menengah dengan Strata Bawah. “Kesenjangan” lnampaknya lebih merupakan perbedaan antara wilayah perkotaan dengan perdesaan ataupun suburban. Ini tidak terlampau mengejutkan mengingat layanan telekomunikasi (telepon) sendiri sejauh ini “baru” dapat menjangkau sekitar 76% kecamatan (39,2% desa), dengan tingkat densitas 3% (3 saluran per 100 orang) dan sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan. Ketersediaan “infrastruktur” internet, seperti penyedia jasa internet (internet service provider/ISP) di lokasi terjangkau nampaknya juga mempunyai pengaruh (lihat Lampiran ISP di Lokasi Survei). 8 8
Ini biasanya akan terkait setidaknya dengan biaya akses dan awareness masyarakat setempat (misalnya melalui pengenalan, sosialisasi atau training terkait dari ISP). P2KT PUDPKM DB PKT
91
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat Ditemui pula dari hasil survei bahwa dalam beberapa faktor, seperti penggunaan dan kemampuan dasar komputer dan internet, di Strata Bawah ternyata lebih maju/baik dibanding di Strata Menengah. Ini mungkin saja karena “penstrataan wilayah” yang dilakukan berdasarkan beberapa indikator yang digunakan (PDRB, IPM, dan penggunaan pulsa telepon) sebenarnya tidak/kurang mencerminkan kemajuan relatif daerah. Kemungkinan lain, 9 sangat boleh jadi karena aktivitas ekonomi lain seperti pariwisata sebenarnya telah turut mempengaruhi perkembangan di wilayah Strata Bawah tersebut (misalnya pengaruh pariwisata “Bali” terhadap daerah sekitar). Walaupun terlalu dini untuk menilai pengaruh pemanfaatan telematika dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara/daerah, beberapa studi empiris menunjukkan kecenderungan pengaruh positif telematika terhadap perkembangan perekonomian negara/daerah sejauh ini (lihat antara lain misalnya Paija, 2001; Pilat dan Lee, 2001; UNDP, 2001; dan beberapa laporan OECD).
5.
AKSES, ADOPSI DAN DIFUSI, SERTA INOVASI
Indikasi kesenjangan, baik antar kelompok masyarakat maupun wilayah seperti yang telah disampaikan, sudah barang tentu perlu disikapi dengan tepat dan cepat. Jika tidak, sangat boleh jadi kesenjangan di masyarakat semakin parah justru dengan perkembangan telematika dan beragam perubahan global yang sedang terjadi. Upaya pengembangan akses universal bagi seluruh lapisan masyarakat (dan menjangkau wilayah yang seluas-luasnya) menjadi salah satu isu prioritas. Ini memang tak dapat dilakukan oleh
9
92
Tentu “kemungkinan bias” pemilihan (seleksi) responden dan faktor operasional survei lainnya merupakan di antara faktor yang juga dapat mempengaruhi hasil demikian, walaupun secara konsep dilakukan dengan cara acak/random.
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
pemerintah sendiri. Penggalangan kerjasama dengan swasta dan upaya untuk mendorong prakarsa masyarakat perlu ditingkatkan. Dalam kaitan ini pemerintah daerah juga sudah saatnya semakin memberikan perhatian terhadap isu ini. Akses yang lebih baik memungkinkan adopsi dan difusi teknologi oleh masyarakat (dan seluruh daerah) secara lebih baik. Di sisi lain, upaya untuk terus mengembangkan keterampilan masyarakat memanfaatkan kemajuan telematika juga perlu ditingkatkan. Akses, adopsi dan difusi yang baik merupakan faktor penting yang tidak saja memungkinkan proses pengambilan keputusan yang makin baik, tetapi juga bagi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, proses pembelajaran, dan perkembangan inovasi. Akumulasi dari pembelajaran (yang antara lain dicerminkan oleh tingkat pendidikan/pengetahuan) dan perkembangan infrastruktur yang mendukung merupakan di antara faktor yang sangat mempengaruhi tingkat adopsi dan difusi teknologi dalam masyarakat. Ini yang nampaknya juga diindikasikan dari perbedaan tingkat literasi komputer antara kelompok masyarakat (antara kelompok pelajar dan pegawai pemda dengan pelaku IKM, dan antara wilayah perkotaan dengan infratsruktur yang relatif memadai/Strata Atas dengan wilayah suburban atau wilayah dengan infrastruktur yang relatif belum berkembang/Strata Menengah dan Bawah). Survei Literasi Komputer 2001 dengan sampel terbatas ini mengindikasikan “ketertinggalan” yang cukup mencolok dari kelompok pelaku IKM, dan patut mendapat perhatian khusus. Pertama, secara umum, upaya memasyarakatkan telematika di kalangan komunitas tertentu, khususnya di kalangan UKM/IKM, dan masyarakat secara umum perlu menjadi agenda/gerakan bersama, dan upaya ini harus dipercepat. Ini tentu bukan semata tanggung jawab pemerintah saja, tetapi seluruh komponen masyarakat, termasuk pelaku usaha itu sendiri. Pemerintah (Pusat maupun Daerah) perlu menangani hal ini lebih sungguh-sungguh dan fokus, termasuk membenahi infra dan supra struktur hingga memungkinkan pilihan alternatif teknologi yang sangat murah bagi beragamnya karakteristik kelompok pengguna di penjuru Tanah Air.
P2KT PUDPKM DB PKT
93
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat Iklim yang kondusif jelas menjadi prasyarat. Karena itu jika ada kebijakan yang justru membuat proses nilai tambah komputer makin mahal secara signifikan, atau akses internet yang makin tidak kompetitif dengan negara lain misalnya, tentu menjadi kontra produktif dan menghambat perkembangan. Kedua, perlu diciptakan/ditingkatkan sinergi dari upaya-upaya yg dilakukan. Ini bukan saja antar lembaga pemerintah, tetapi juga kemitraan antara pemerintah-swasta (public-private partnership). Ketiga, interrelasi antara “penyedia jasa” dengan “pengguna” (dalam hal ini UKM/IKM pengguna telematika) perlu ditingkatkan. Patut diakui bahwa sebenarnya “kegagapan” teknologi ini bukan saja dialami oleh UKM/IKM pengguna saja melainkan juga si penyedia jasanya (atau teknologinya). Sejauh ini, penyedia jasa/teknologi telematika yang memahami UKM/IKM, bagaimana “berbisnis” dengan mereka dan mengerti kebutuhan mereka, nampaknya masih relatif terbatas jumlahnya. Tingginya kemampuan teknologi telematika si penyedia jasa tidak otomatis menjamin keberhasilan penerapannya di kalangan UKM/IKM. Acapkali misalnya, si penyedia jasa pun tidak mudah meyakinkan bagaimana si UKM/IKM benarbenar dapat memperoleh manfaat nyata dalam bisnis yang ditekuninya dengan memanfaatkan telematika. Karena itu, keduanya perlu sama-sama belajar. Proses pembelajaran berlaku bukan saja bagi si UKM/IKM tetapi juga si penyedia jasanya. Keempat, upaya yang bersifat universal (seperti peningkatan awareness, dan sejenisnya) perlu dilaksanakan dengan tidak mengabaikan sisi kekhususan konteks implementasi. Artinya, keragaman dalam strata kemampuan, lokasi geografis, bidang/jenis bisnis, dan tradisi/budaya UKM/IKM serta hal spesifik tertentu lainnya merupakan aspek sangat penting bagi efektivitas peningkatan literasi komputer dan pemanfaatan telematika di kalangan UKM/IKM pada umumnya. Kelima, untuk kondisi saat ini, upaya penyediaan dan pengayaan sumberdaya informasi yang kontekstual bagi UKM/IKM sangatlah penting untuk ditingkatkan. Bentuknya bisa beragam, termasuk misalnya local content berupa media bahasa Indonesia dan konteks yang sesuai dengan aktivitas/kebutuhannya. Apa yang dilakukan oleh SBA (Small Business Administration) di Amerika
94
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
Serikat, misalnya, bisa menjadi contoh bagi penyesuaian lanjut yang diperlukan. Pihak swasta mungkin perlu melakukan terobosanterobosan misalnya dengan me-release paket aplikasi khusus yang murah/lebih terjangkau (freeware ataupun shareware) untuk UKM/IKM (mungkin malah bekerjasama dengan perusahaan lokal). Ini sekaligus berpotensi untuk menurunkan pembajakan di Indonesia, sebab bisa sebagai upaya solusi, komersial/bisnis dan edukasi sekaligus kepada masyarakat. Pemerintah (termasuk pemerintah propinsi dan kabupaten/kota) perlu menelaah kemungkinan pengembangan instrumen kebijakan yang efektif (termasuk skema insentif pembiayaan) untuk mendorong hal ini.
6.
CATATAN PENUTUP
Kesenjangan – digital, informasi, bahkan pengetahuan gilirannya mempengaruhi kesenjangan kesempatan masyarakat, untuk dapat meraih yang lebih baik perkembangan/kemajuan iptek dan dinamika perubahan terjadi.
pada bagi dari yang
Indikasi kesenjangan dalam literasi komputer ditemui dalam analisis, terutama antar kelompok masyarakat (pelajar dan pegawai pemda dengan pelaku IKM, dan antara wilayah Strata Atas dengan Strata Menengah dan Bawah). Hal ini tentu perlu ditanggapi sedini mungkin dengan penuh kesungguhan, sebelum jarak kesenjangan tersebut semakin melebar. Upaya antisipatif atas perkembangan/perubahan di masa datang juga perlu dikembangkan, mengingat kecepatan dan kompleksitas perubahan yang cenderung meningkat, serta perkembangan telematika yang sering dinilai penuh kejutan yang masih sulit diperkirakan.
P2KT PUDPKM DB PKT
95
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat
DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. APEC. 2000. E-Commerce Readiness Guide. Electronic Commerce Steering Group, Asian Pacific Economic Cooperation (APEC). 2000. 2. Boulton, William R. 1999. Information Technologies in the Development Strategies of Asia. International Technology Research Institute. 3. BPS. 2000. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 4. Bridges.org. 2001. Comparison of E-Readiness Assessment Models. Final draft, v. 2.13. bridges.org. 14 March 2001. 5. Bureau of the Census. 1999. Current Population Surveys (CPS) Conducted in 1984, 1989, 1994, 1997, and 1998 (Partial Results).U.S. Department of Commerce. Dari http://www.ntia.doc.gov 6. Cattagni, Anne, dan Elizabeth Farris Westat. 2001. Internet Access in U.S. Public Schools and Classrooms: 1994 – 2000. Office of Educational Research and Improvement. U.S. Department of Education. May 2001. 7. Chowdhury, Mridul dan Hermanto Murniadi, 2002. id. Dalam Kirkman, G. et al. (editors). 2002. “The Global Information Technology Report 2001-2002: Readiness for the Networked World.” the Center for International Development - Harvard University. 8. Church, Claudia. 2001. Cisco on Literacy in the 21st Century. March 28, 2001. Dari http://www.cisco.com. 9. CIC. 2000. Study on Internet Portal Business in Indonesia. 10. Duncombe, Richard, dan Richard Heeks. 2001. Information and Communication Technology: A Handbook for Entrepreneurs in Developing Countries. Version 1 – 2001. IDPM - University of Manchester dan UK Department for International Development. UK.
96
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
11. Elkin, Noah. 2001. How to Beat the High Cost of Internet Access. EMarketer. Dec., 2001. Dari http://www.emarketer.com/analysis/ world_regions/20011219_wr.html. 12. Gray, Vanessa, Tim Kelly, dan Micahel Minges. 2001. The Internet in South East Asia: ITU Case Studies. Presented at The internet in South East Asia Workshop. Bangkok, Thailand, 21 – 23 November, 2001. 13. Howkins, John, dan Robert Valantin. 1997. Development and the Information Age: Four Global Scenarios for the Future of Information and Communication Technology. International Development Research Centre / United Nations Commission on Science and Technology for Development. Ottawa. Canada. 14. HPG. (Seri 1 s/d 5). 2000 Eight Imperatives for Leaders in a Networked World: A Series of Guidelines for the 2000 Election and Beyond. The Harvard Policy Group. On Network-Enabled Services and Government. John F. Kennedy School Of Government. Cambridge, Massachusetts. March 2000. 15. Hurley, Deborah, dan Viktor Mayer-Schönberger. 2000. Information Policy and Governance dalam Governance In A Globalizing World. Part III: The Governance of Globalism. January 2000. 16. Hwang, Gyu-heui. 1998. Diffusion of Information and Communication Technologies and Changes in Skills. Electronic Working Papers Series. Paper No. 48. Science and Technology Policy Research (SPRU). University of Sussex. Falmer, Brighton. UK. 17. ITU. 2002. National Reports. Symposium Telecommunication Development. International Telecommunication Union (ITU). Hong Kong. 2002. 18. Kirkman, Geoffrey, et al. (editors). 2002. The Global Information Technology Report 2001-2002: Readiness for the Networked World. the Center for International Development - Harvard University.
P2KT PUDPKM DB PKT
97
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat 19. Leigh, Andrew, dan Robert D. Atkinson. 2001. Clear Thinking on the Digital Divide. Progressive Policy Institute (PPI). Policy Report. June 2001. 20. Meares, Carol Ann, dan John F. Sargent, Jr (Principal Authors). 1999. The Digital Work Force: Building Infotech Skills at the Speed of Innovation. Office of Technology Policy. Technology Administration. U.S. Department of Commerce. June 1999. 21. MI (McConnel International). 2001. Ready? Net. Go!: Partnerships Leading the Global Economy. McConnel International in collaboration with WITSA. May 2001. 22. Minges, Michael. 2002. Kretek Internet: Indonesia Case Study. International Telecommunication Union (ITU). Geneva, Switzerland. March 2002. 23. Minges, Michael. 2001. ASEAN Internet: ITU Case Studies. Presented at e-ASEAN Task Force Meeting. Siem Reap, Cambodia. 6 July 2001. 24. Neice, David C. 1998. Measures of Participation in the Digital Technostructure: Internet Access. Information, Networks & Knowledge (INK). Electronic Working Paper Series. Paper No. 21. Science Policy Research Unit (SPRU). University of Sussex. Falmer, Brighton. UK. 25. NTIA. 2000, 1999, 1998 . Seri Falling Through the Net 1999. Dari http://www.ntia.doc.gov/ 26. OECD. 2001a. ICT Database. OECD. July 2001. 27. OECD. 2001b. Measuring the ICT Sector. OECD. 28. OECD. 2001c. Understanding the Digital Divide. OECD. 29. Owen, Darrell E., et al. 2001. Indonesia - Information and Communications Technologies (ICT) Assessment. Technical Report. Prepared for The Government of Indonesia. Submitted by Nathan/Checchi Joint Venture. Partnership for Economic Growth (PEG) Project1. Under USAID Contract #497-C-00-9800045-00. January 16–February 5, 2001
98
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
30. Paija, Laura. 2001. The ICT Cluster: The Engine of Knowledgedriven Growth in Finland. Makalah dalam “Innovative Clusters, Drivers of National Innovation Systems: Enterprise, Industry and Services.” OECD Proceedings. 31. Pigato, Miria. 2001. Information and Communication Technology, Poverty, and Development in sub-Saharan Africa and South Asia. Africa Region Working Paper Series. Number 20. The World Bank. August 2001. 32. Pilat, Dirk dand Frank C. Lee. 2001. Productivity Growth in ICTProducing and ICT-Using Industries: A Source of Growth Differentials in the OECD? STI Working Papers 2001/4. OECD. 33. P2KTPUDPKM-BPPT. 2001. Survei Literasi Komputer. (Laporan Teknis Intern, Tidak Diterbitkan). 34. P2KTPUDPKM-BPPT. 2001. Studi Kebijakan Peningkatan Literasi Komputer dan pemanfaatan Internet. (Laporan Teknis Intern, Tidak Diterbitkan). 35. PSRA. 2001. Education, Innovation and the Internet: Nobel Laureates Look To The Future. Final Report. Prepared by Princeton Survey Research Associates for Cisco Systems, Inc. November 2001. 36. Rubin, Howard A. 2002. The 2002 Global Technology Index. Distributed by META Group.. 37. Rubin, Howard A., et al. 2000. The Global New E-Economy Index: A Cyber-Atlas. 2nd Edition, 2000. Metricnet.com. 38. Suryani, Ary. 2002. Telecommunication Development Country Report for Indonesia: Internet Development in Indonesia. Dalam ITU. 2002. “National Reports.” Symposium Telecommunication Development. International Telecommunication Union (ITU). Hong Kong. 2002. 39. Talero, Eduardo. 1996. National Information Infrastructure In Developing Economies. The World Bank. Dari http://ksgwww.harvard.edu/iip/GIIconf/talero.html 40. TKTI. 2001. Kerangka Teknologi Informasi Nasional (KTIN). Tim Koordinasi Telematika Indonesia. Februari 2001.
P2KT PUDPKM DB PKT
99
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat 41. UNDP. 2001. Human Development Report 2001: Making New Technologies Work for Human Development. The United Nations Development Programme (UNDP). New York. 2001. 42. US-GAO. 2001. Characteristics and Choices of Internet Users. Report to the Ranking Minority Member, Subcommittee on Telecommunications, Committee on Energy and Commerce, House of Representatives. United States General Accounting Office. February 2001. 43. Wilson III, Ernest J. 1996. Comparing National Information Superhighways: What, Why, Where And How. Comments Welcome Prepared for the Symposium on the "National and International Initiatives for Information Infrastructures". Kennedy School of Government. Harvard University. Cambridge, MA, USA. Jan. 25-27 http://ksgwww.harvard.edu/iip/GIIconf/ wilpap.html 44. Yadi S.A. Suriadinata. 2001. Penelitian Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh UKM Eksportir di Indonesia. PEG-USAID. September 2001. 45. YLTI. 1999. Penelitian Kebijakan dan Materi Regulasi Penyelenggaraan Multimedia. Dari http://www.ylti.or.id/ 46. YLTI. 1998. Kemampuan Informatika Indonesia.
Industri
Telekomunikasi
dan
47. Wakelin, Oliver dan Basheer Shadrach. 2001. Impact Assessment of Appropriate and Innovative Technologies in Enterprise Development. 48. Wolcott, Peter, et al. 2001. A Framework for Assessing the Global Diffusion of the Internet. Journal of the Association for Information Systems. Volume 2, Article 6. November 2001. 49. World Bank. 2001 World Development Indicators. World Bank. 50. ----------. 2001. Indonesian Internet Statistics. PT INDOCISC dan PT Insan Infonesia.
100
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
Tabel Daftar ISP di Lokasi Survei. Nama (Call Name)
Domain
Jakarta Pusat (Kode Pos: 100 . . . .)
Melsa-I-net IBM CommerceNet Haltek
melsa.net.id sistelindo.net.id commerce.net.id telkom.net.id
Jakarta Pusat (Kode Pos: 101 . . . .)
indosat.net.id centrin.net.id idola.net.id infoasia.net spot.net.id
Indosat Centrin IdOLA InfoAsia Spotnet
Jakarta Pusat (Kode Pos: 102 . . . .)
CBN UniInternet UniNET
cbn.net.id ub.net.id uninet.net.id
Jakarta Pusat (Kode Pos: 103 . . . .)
Cabinet IdOLA Pacific TelkomNet Meganet
cabi.net.id idola.net.id pacific.net.id telkom.net.id mega.net.id
Jakarta Pusat (Kode Pos: 105 . . . .)
VisionNet
vision.net.id
Jakarta Pusat (Kode Pos: 107 . . . .)
Wasantara Bitnet
P2KT PUDPKM DB PKT
wasantara.net.id bit.net.id
101
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat Tabel Daftar ISP di Lokasi Survei (lanjutan). Nama (Call Name)
Domain
Medan (Kode Pos: 201 . . . .)
Indonet Wasantara Centrin Meganet
indo.net.id wasantara.net.id centrin.net.id mega.net.id
Medan (Kode Pos: 202 . . . .)
Indosat Melsa-I-net Central IdOLA TelkomNet IBM Spotnet Komnet Haltek
indosat.net.id melsa.net.id central.net.id idola.net.id telkom.net.id sistelindo.net.id spot.net.id telkom.net.id telkom.net.id
Bone (Kode Pos: 901 . . . . / Makasar/Ujung Pandang): **)
Indonet Indosat Wasantara TelkomNet Meganet Spotnet
indo.net.id indosat.net.id wasantara.net.id telkom.net.id mega.net.id spot.net.id
Lampung Utara (Kode Pos: 351 . . . . / Bandar Lampung): **)
Indonet
indo.net.id
Lampung Utara (Kode Pos: 352 . . . . / Bandar Lampung): **)
Wasantara TelkomNet
102
wasantara.net.id telkom.net.id
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
Tabel Daftar ISP di Lokasi Survei (lanjutan). Nama (Call Name)
Domain
Kofamenanu/TTU (Kode Pos: 851 . . . . / Kupang):**)
wasantara.net.id
Wasantara
Kofamenanu/TTU (Kode Pos: 8381 . . . . / Dili): **)
wasantara.net.id
Wasantara Mataram (Kode Pos: 831 . . . .):
wasantara.net.id
Wasantara Mataram (Kode Pos: 832 . . . .):
indo.net.id
Indonet Keterangan: o o
Data hingga awal Pebruari 2002. **)
Di kota terdekat.
P2KT PUDPKM DB PKT
103
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat BEBERAPA SARAN DARI FORUM DISKUSI (Yayasan Sahabat Alam) PERSOALAN UMUM
ALTERNATIF SOLUSI
PIHAK TERKAIT/ BERPERAN
HARDWARE Harga komputer mahal dan daya beli masyarakat pedesaan lemah
Pelelangan komputer bekas di Jakarta (milik pemerintah, BUMN, dll) hendaknya mengundang khusus pembeli dari Pemda atau swasta dari daerah miskin.
KMNRT, BUMN, Deperindag, Seluruh Departemen, Pemda, Swasta, dan pihak-pihak sekolah
Komputer bekas eks kantor pemerintah di Jakarta hendaknya dihibahkan ke lab sekolah-sekolah terpencil di Indonesia Jaringan listrik belum menjangkau daerah pelosok/terpencil
PLN hendaknya terus berupaya menambah jaringan ke daerah terpencil dengan sistem subsidi atau swadaya
Masyarakat, instalatur, PLN, swasta, dan aparat desa
Jaringan telepon belum menjangkau daerah pelosok/terpencil
PT. Telkom hendaknya terus berupaya menambah jaringan ke daerah terpencil dengan sistem subsidi atau swadaya
Masyarakat dan PT. Telkom
ISP lokal, telkomnet instan, Warnet, pusat kursus komputer, dan rental komputer belum merata/ menjangkau daerah terpencil
Pemda daerah terpencil harus merangsang mereka untuk investasi di daerahnya, tidak dikenai pajak, dan diberikan kemudahan izin usaha
Depdagri, KMNRT, Deperindag, Swasta dan Pemerintah Daerah (termasuk legislatif)
104
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
PERSOALAN UMUM
ALTERNATIF SOLUSI
PIHAK TERKAIT/ BERPERAN
Bahasa komputer (bhs inggris) dinilai sebagian pihak susah dimengerti sehingga mereka malas menjalankan aneka program lain
Buat program pengolah kata berbahasa Indonesia atau dwibahasa, yang bersifat open source untuk diakses publik.
BPPT, vendor software, Puskom PT, dan KMNRT
Biaya kursus/belajar komputer (baik di sekolah/tempat umum) dinilai terlalu mahal, sedikit yang bisa menjangkau
Tempat kursus yang tidak dikenai pajak usaha dihimbau oleh Pemda setempat menurunkan tarif kursus komputer
Pusat kursus, Pemda setempat, dan LSM, para orang tua
Pemakaian komputer baru sebatas pengolahan kata dan games, untuk mendukung elearning sangat minim
Perlu proyek percontohan disebar merata tentang pemanfaatan elearning di sekolah (msl: lab digital, warintek, dll)
BPPT, KMNRT, Depdikbud, Pemda, dan sekolah-sekolah
Pemakaian komputer untuk mendukung kegiatan produksi dan pemasaran di lingkungan IKM sangat minim
Perlu sosialisasi dan program percontohan sentuhan teknologi ICT untuk mendukung proses pra dan pasca produksi (e-bisnis)
Deperindag, pihak donor, penyedia jasa, pelaku IKM, vendor hardware, dan Pemda setempat
SOFTWARE
CONTENT & PEMANFAATAN
P2KT PUDPKM DB PKT
Catatan: Sudah ada bantuan melalui program tatp, hanya saja belum merata ke penjuru Indonesia, dana terbatas
105
Tatang A. Taufik Kesenjangan Literasi Komputer dalam Masyarakat
PERSOALAN UMUM
ALTERNATIF SOLUSI
Pemakaian komputer untuk mendukung kegiatan pelayanan publik on-line dan pemasaran potensi daerah di lingkungan Pemda sangat minim
Perlu ada reward/penghargaan (misalkan e-government award) oleh pemerintah pusat kepada Pemda yang sudah menerapkan e-gov spt Takalar, Gianyar, DKI (menyusul), dll Perlu ada proyek percontohan yang disebar merata di lima pulau besar (sumatera, jawa, kalimantan, sulawesi, papua).
PIHAK TERKAIT/ BERPERAN Depdagri, BPPT, Deperindag, BPS, Bapenas, YLKI daerah, Pemda, Pers, dan masyarakat Catatan: Pemda setempat yang mengambil insiatif spt Takalar, Gianyar, dan DKI
BRAINWARE & KELEMBAGAAN Instruktur komputer di lingkungan sekolah terbatas, terutama di daerah terpencil
Manfaatkan mahasiswa komputer yang sedang PKL dan kalau perlu direkrut atau dikontrak oleh sekolah
Sekolah, sekolah/akademi komputer, Pemda, Depdikbud, dan BP3
di daerah tertentu, minim sekali insentif/credit point bagi operator komputer PNS shg mereka malas
Perlu kebijakan khusus pemberian honor lembur atau nilai kredit bagi PNS operator komputer
Depdagri, Pemda, dan PNS
Pelatihan komputer di lingkungan PNS umumnya baru sebatas pengolahan kata
PNS yang ikut training lewat diklat ADUM, dll hendaknya diberikan muatan lain spt web develop., database, MIS, dll
Pemda, PNS, pusat kursus, akademi, dan vendor software
106
SURVEI LITERASI KOMPUTER 2001
PERSOALAN UMUM Tenaga operator komputer di lingkungan IKM umumnya sangat minim
ALTERNATIF SOLUSI Perlu ada program bantuan untuk melatih secara gratis operator komputer dari kalangan IKM
PIHAK TERKAIT/ BERPERAN Deperindag, pihak donor, penyedia jasa, pelaku IKM, vendor hardware, dan Pemda setempat Catatan: Sudah ada bantuan melalui program TATP, hanya saja belum merata ke penjuru Indonesia, dana terbatas
P2KT PUDPKM DB PKT
107