KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR APGAR SCORE
OLEH KELOMPOK 5
1. 2. 3. 4. 5. 6.
KELAS 2.3
I GUSTI AYU WINTAN NI NYOMAN PUTRI ANTINI I KADEK WRASPATI BRAHMA KENCANA I GUSTI AYU KADE CINTYA PURNAMI LUH GEDE YUNIASTI WIDIASIH JORAREIS IDA BAGUS ALDHI WIDYA NUGRAHA
(P07120017081) (P07120017087) (P07120017094) (P07120017101) (P07120017108) (P07120017115)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR PROGRAM STUDI D-III JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2018/2019
1
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan naskah yang berjudul “konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir apgar score ”. Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan-rekan kelompok yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Harapan kami semoga mnaskah tulisan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi paper ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangankekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi perbaikan naskah yang lebih lanjut.
Denpasar, 20 Februari 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ......................................................................................... i KATA PENGANTAR. ...................................................................................... ii DAFTAR ISI. ....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. .................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah. ............................................................................... 2 1.3 Tujuan. ................................................................................................. 2 1.4 Manfaat. ............................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.2 Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir. ....................... 3 2.2 Pengertian APGAR SCORE . ............................................................ 24 2.3 Kriteria apgar skor tabel . ................................................................... 24 2.4 Faktor yang memengaruhi nilai APGAR SCORE. ............................ 32 2.5 Faktor - faktor pencetus rendahnya nilai APGAR SCORE. .............. 37 BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan. ................................................................................................... 39 3.2. Saran. .......................................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................... 40
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram. Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa, bahkan bukan pula miniature anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang terpenting bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu anastesi terhadap neonates (BBL). Apgar score merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan kepada bayi yang baru lahir (masih di ruang bersalin). Pemeriksaan ini secara cepat akan mengevaluasi keadaan fisik dari bayi yang baru lahir dan sekaligus mengenali adanya tanda-tanda darurat yang memerlukan dilakukannya tindakan segera terhadap bayi baru lahir. Apgar skor mulai berkembang sejak tahun 1952 oleh seorang dokter anastasi (bius) bernama Virginia Apgar. Dan APGAR sendiri merupakan gabungan kata Activity (Aktifitas), Pulse (Nadi), Grimace (Mimik), Appearance (Tampilan kasat mata) dan Respiration (Pernapasan). Dimana kelima hal tersebut merupakan faktor yang dinilai pada bayi baru lahir.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu konsep dan asuhan perawatan bayi baru lahir? 2. Apa itu Apgar Score? 3. Apa saja Kriteria Apgar Score? 4. Apa saja faktor – faktor yang memengaruhi nilai Apgar Score? 5. Apa saja faktor – faktor pencetus rendahnya nilai Apgar Score?
1.3 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui konsep dan asuhan perawatan bayi baru lahir 2. Umtuk mengetahui pengertian Apgar Score 3. Untuk mengetahui Kriteria Apgar Score 4. Untuk mengetahui faktor – faktor yang memengaruhi nilai Apgar Score 5. Untuk mengetahui faktor –faktor pencetus rendahnya nilai Apgar Score
1.4 MANFAAT PENULISAN 1. Manfaat teoritis: paper ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang materi kompetensi konsep dan asuhan perawatan bayi baru lahir. 2. Manfaat praktis a. Bagi Mahasiswa Mahasiwa dapat mengetahui dan memahami mengenai materi konsep dan asuhan perawatan bayi baru lahir. b. Bagi Dosen Dosen dapat menilai kinerja mahasiwa dalam pembuatan paper khususnya tentang materi konsep dan asuhan perawatan bayi baru lahir serta dosen dapat memberikan materi bukan hanya dengan teori tetapi juga dengan pemecahan masalah yang di tuangkan dalam bentuk paper.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DAN ASUHAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR A. Kewaspadaan Umum ( Universal Precaution ) Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan
atau
kontaminasi
mikroorganisme
selama
proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat percikan darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C. Sebelum
menangani
BBL,
pastikan
penolong
persalinan telah
melakukan upaya pencegahan infeksi berikut: a. Persiapan diri 1) Sebelum dansetelah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan dengan sabun kemudian keringkan 2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan b. Persiapan Alat Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet pengisap yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan lendir dengan alat tersebut. Jangan menggunakan bola karet pengisap yang sama untuk lebih dari satu bayi. Bila menggunakan bola karet pengisap yang dapat digunakan kembali, pastikan alat tersebut dalam keadaan bersih dan steril. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih dan hangat. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-ben da lain yang akan bersentuhan dengan bayi, juga bersih dan hangat. Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali setelah digunakan. c. PersiapanTempat
6
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi yang bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras, misalnya meja atau dipan. Letakkan tempat resustasi dekat pemancar panas dan tidak berangin, tutup jendela dan pintu. Gunakan lampu pijar 60 watt dengan jarak 60 cm dari bayi sebagai alternatif bila pemancar panas tidak tersedia. 1. Penilaian Awal Untuk semua BBL,lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir:
Apakah kehamilan cukup bulan?
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut:
Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? Dalam
Bagan
Alur
Manajemen
BBL
dapat
dilihat
alur
penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal. Jika bayi kurang bulan (<37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia. 2. Pencegahan Kehilangan Panas Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk
7
mengalami sakit berat atau bahkan kematian.Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi premature atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C) a. Mekanisme Kehilangan Panas BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut: 1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan Ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. 2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja,tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melaluimekanisme konduksiapabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut. 3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan. 4) Radiasi adalahkehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung).
8
b. Mencegah Kehilangan Panas Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut: 1) Ruang bersalin yang hangat, Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela. 2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. 3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perutibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. 4) Inisiasi Menyusu Dini 5) Gunakan pakaianyang sesuai untuk mencegah kehilangan panas 6) Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasangtopi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
9
7) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan
panas tubuhnya
(terutama
jika tidak
berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL. 8) Rawat Gabung Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi. 9) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang hangat. 10) Transportasi hangat Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam perjalanan. 11) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga
tentang
hipotermia
meliputi
bahayanya. JANGAN MEMANDIKAN BAYI SEBELUM 6 JAM SETELAH LAHIR DAN SEBELUM KONDISI STABIL
10
tanda-tanda
dan
3. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat a. Memotong dan Mengikat Tali Pusat Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong. 1) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi.Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu. 2) Pegang tali
pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril. 3) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan
kembali
benang
tersebut
dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya 4) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%. 5) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini. b. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat 1) Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan tali
pusat. 2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan keluarganya. 3) Mengoleskan
alkohol
atau
povidon
yodium
masih
diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
11
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
Jika punting tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat : kemerahan pada kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak
usia
6
bulan. Pemberian
ASI
juga
meningkatkan ikatan kasih saying (asih), memberika nnutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah). Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan: a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran b. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi perlu resusitasi atau tidak c. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks.
Verniks akan membantu
menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
12
d. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama. e. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu. Langkah 2 : Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam : a. Setelah talipusat dipotong dan diikat,letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting. b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat danpasang topi di kepala bayi. c. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal di
bawah kepala ibu untuk
mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu. d. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif Kala 3 persalinan. Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai menyusu : a. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu misalnya memindahkan bayidari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam.
13
c. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting setelah 1 jam. d. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi. e. Jika bayi belum menemukan putting ibu-IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. f. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan
asuhan
perawatan
neonatal
esensial
lainnya
(menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu. g. Kenakan pakaian pada bayi menjaga kehangatannya. Tetap
atau tetap tutupi
diselimuti untuk
kepala
bayi dengan
topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali. h. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering keinginannya.
LIMA URUTAN PERILAKU BAYI SAAT MENYUSU PERTAMA KALI
Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu 1 Bayi beristirahat dan melihat 30-40 menit pertama 2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa 40-60 menit setelah lahir jarinya ke mulut 3
dengan kontak
Bayi mengeluarkan air liur
14
4
Bayi menendang, menggerakkan kaki, bahu, lengan kulit dengan kulit terus menerus tanpa terputus
dan badannya kearah dada ibu dengan mengandalkan indra penciumannya 5
Bayi meletakkan mulutnya ke puting ibu
PEDOMANMENYUSUI (WHO/UNICEF, BREAST FEEDING PROMOTION AND SUPPORT, 2005)
1. Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam) 2. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu, larutan gula atau pengganti
susu ibu) kecuali
diintruksikan oleh dokter atas alasan-alasan medis; sangat jarang ibu tidak memiliki air susu yang cukup sehingga memerlukan susu tambahan (Enkin,et al, 2000) 3. Berikan ASI Eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan baru dianjurkan untuk memulai pemberian Makanan Pendamping ASI setelah periode eksklusif tersebut. 4. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.
5. Pencegahan Perdarahan Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial. Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1
15
(Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali. 6. Pencegahan Infeksi Mata Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksimata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%. Cara pemberian salep mata antibiotik: a. Cuci tangan ( gunakan sabun dan air bersih mengalir ) kemudian keringkan b. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut. c. Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah. d. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes mata. e. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi. f. Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat-obat tersebut.
16
7. Pemberian Imunisasi Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin. Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B (pembawa) hepatitis. menjadi
Risiko
didalam tubuhnya sebagai carrier penderita
Hepatitis
B
untuk
carrier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika
terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi carrier 90%. Sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa risiko menjadi carrier 510%. Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0–7 hari karena: a. Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B. b. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus. c. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer d. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali untuk mendapatkan
imunisasi
berikutnya
sesuai jadwal pemberian imunisasi.
8. Pemberian Identitas Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi
17
dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan menuliskan keterangan lahir untuk digunakan orang tua dalam memperoleh akte kelahiran bayi, lembar keterangan lahir terdapat di dalam Buku KIA.
9. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. a. Waktu pemeriksaan BBL: 1) Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam) 2) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1) 3) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2) 4) Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3) a) Persiapan (1) Persiapan alat dan tempat Alat yang digunakan untuk memeriksa: (a)
Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
(b) Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat (c) Sarung tangan bersih (d) Kain bersih
18
(e) Stetoskop (f) Jam dengan jarum detik (g) Termometer (h) Timbangan bayi (i) Pengukur panjang bayi (j) Pengukur lingkar kepala. Tempat Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering, hangat dan terang (2) Persiapan diri (a) Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan
lap bersih dan kering atau dianginkan.
Jangan menyentuh bayi jika tangan anda masih basah dan dingin. (b) Gunakan sarungtangan jika tangan menyentuh bagian tubuh yang ada darah seperti tali pusat atau memasukkan tangan ke dalam mulut bayi. (c) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir setelah pemeriksaan kemudian keringkan (d) Untuk menjaga bayi tetap hangat, tidak perlu menelanjangi bayi bulat-bulat pada setiap tahap pemeriksaan. Buka
hanya
bagian
yang
akan
diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk mencegah kehilangan panas. (3) Persiapan keluarga Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan dilakukan dan kemudian hasilnya setelah selesai.
b) Langkah - Langkah Pemeriksaan Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisis. Catat seluruh hasil pemeriksaan. Lakukan rujukan sesuai pedoman MTBS.
19
(1) Anamnesis Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu: (a)
Keluhan tentang bayinya
(b)
Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demamsaat persalinan, KPD> 18 jam, hepatitis
B
atau
C,
siphilis,
HIV/AIDS,
penggunaan obat). (c)
Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir ( langsung
menangis
/tidak)
dan
tindakan yang diberikan pada bayi jika ada. (d)
Warna air ketuban
(e)
Riwayat bayi buang air kecil dan besar
(f)
Frekuensi
bayi
menyusu
dan
kemampuan
menghisap (2) Pemeriksaan Fisik Prinsip: (a) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis) (b) Pemeriksaan
tidak
menilai pernapasan
harus dan
berurutan, tarikan
dahulukan
dinding
dada
kedalam, denyut jantung serta perut Pemeriksaan fisis yang dilakukan
Keadaan normal
1
Lihatpostur, tonus danaktifitas
Posisi tungkal dan lengan fleksi
2
Lihatkulit
Bayi begerak aktif lender, dada Wajahsehatakan bibir dan selaput
Hitung pernapasan dan lihat tarikan
harus berwarna merah muda, tanpa Frekuensi napas normal 40-60 kali permenit adanya kemerahan ataubisul
Dinding dada kedalam ketika
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam yang
bayi sedang tidak menangis
kuat
Hitung denyut jantung dengan
Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali
3
4
meletakkan stetoskop didada
per menit
kiri setinggi apeks kordis 20
5
Lakukan
pengukuran
suhu
Suhu normal adalah 36,5 – 37,5°C
ketiak dengan thermometer 6
Lihatdan raba bagian kepala
Bentuk kepala terkadang asi metris karena penyesuaian
pada
saat
proses
persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit membonjol saat bayi menangis
Pemeriksaan fisis yang dilakukan
Keadaan normal
7
Lihat mata
Tidak ada kotoran/secret
8
Lihat bagian dalam mulut
Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak
Masukan satu jari yang menggunakan
ada bagian yang terbelah
sarung tangan kedalam mulut, raba Nilai kekuatan isap bayi.
9
langit-langit
Bayi akan mengisap juat jari pemeriksa
Lihat dan raba perut
Perut bayi datar, terabalemas Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
Lihat tali pusat
nanah, bau yang tidak enak pada tali pusatatau kemerahansekitar tali pusat
10
11
Lihat punggung dan raba tulang
Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
Belakang
benjolan pada tulang belakang
Lihat ekstremitas
Hitung jumlah jari tangan dan kaki Lihat apakah kaki posisinya baik atau bengkok ke dalam atau keluar Lihatgerakan ekstremitas simetris atau tidak
21
12
Lihat lubang anus
Terlihat lubang anus dan periksa apakah
Hindari masukkan alat atau jari dalam meconium memeriksa anus
Biasanya meconium keluar dalam 24 jam
Tanyakan pada ibu apakah bayi
setelah lahir
sudah buang airbesar 13
Lihat dan raba alat kelamin luar
Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
Tanyakan pada ibu apakah bayi
berwarna putih atau kemerahanBayi laki-laki
sudah buang air kecil
terdapat lubang uretra pada ujung penis Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir
14
Timbang bayi
Beratlahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan menggunakan Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin selimut, hasil dikurangi selimut
turun dahulu baru kemudian naik kembali dan pada usia 2 minggu umumnya telah mencapati berat lahirnya. Penurunan berat badan maksimal untuk bayi baru lahir cukup bulan maksimal 10% untuk bayi kurang bulan maksimal 15%
15
16
Mengukur panjang dan lingkar kepala
Panjang lahir normal 48-52 cm
Bayi
Lingkar kepala normal 33-37 cm
Menilai cara menyusul, minta ibu
Kepala dan badan dalam garis lurus; wajah
untuk menyusui bayinya
bayi menghadap payudara ; ibu mendekatkan bayi ketubuhnya Bibir bawah melengkung keluar, sebagian besar areola berada dalam mulut bayi Mengisap dalam dan pelan kadang disertai berhenti sesaat
22
10. Pemeriksaan Setelah Lahir Menggunakan MTBS Pada prinsipnya waktu yang sangat penting untuk melakukan pemeriksaan setelah bayi lahir adalah: a. Sebelum bayi dipulangkan Pengertian bayi dipulangkan dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Apabila bayi lahir di rumah, pengertian dipulangkan berarti pada saat petugas meninggalkan rumah tempat ibu bersalin. Petugas meninggalkan rumah tempat bersalin minimal 2 jam setelah lahir. 2) Apabila bayi lahir di fasilitas kesehatan, bayi dipulangkan minimal 24 jam setelah lahir. Pemeriksaan ini menggunakan formulir bayi baru lahir seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. b. Pada saat kunjungan ulang Pengertian kunjungan ulang juga terbagi menjadi 2 pengertian, yaitu 1) Apabila bayi dibawa oleh keluarga ke fasilitas kesehatan karena suatu masalah. 2) Sesuai jadwal kunjungan neonatus. Pemeriksaan yang dilakukan mengacu pada Manajemen Terpadu Balita Sakit khususnya pada kelompok umur kurang dari 2 bulan.
PEMERIKSAAN NEONATUS MENGGUNAKAN MTBS Untuk mengetahui apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehat atau sakit dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala utama pada bayi. Pemeriksaan tersebut menggunakan bagan bayi muda pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit. Tanda atau gejala pada bayi muda sakit kadang merupakan suatu masalah tersendiri atau bagian dari suatu penyakit. Untuk membantu petugas kesehatan supaya dapat menangani masalah bayi muda dibuat suatu bagan yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis tetapi
dengan
klasifikasi
ini
petugas
bisa
langkah-langkah untuk melakukan pertolongan pada bayi sakit.
23
melakukan
Dengan
bagan
ini
petugas
kesehatan
diharapkan
mampu mengklasifikasikan bayi sakit, melakukan tindakan atau pengobatan, memberikan konseling dan memberikan pelayanan tindak lanjut. Petugas akan menulis hasil pemeriksaannya diformulir MTBS dan menggunakan buku bagan MTBS sebagai alat bantunya. Dalam setiap kunjungan rumah petugas harus mampu : a. Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi oleh bayinya b. Apabila menemukanbayi sakit, harus mampu mengklasifikasikan penyakit bayi untuk: 1) Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri 2) Diare 3) Ikterus 4) Kemungkinan berat badan rendah c. Menangani masalah pemberian ASI d. Menentukan status imunisasi e. Menentukan masalah atau keluhan lain f. Menentukan
tindakan
dan
memberikan
pengobatan
bila
diperlukan g. Bila perlu, merujuk bayi muda dan memberi tindakan pra rujukan h. Melakukan konseling bagi ibu i. Memberikan pelayanan tindak lanjut.
Keterampilan tersebut diatas secara lengkap dipelajari dalam pelatihan MTBS dibagian Bayi Muda. Pada buku ini akan dibahas cara memberikan tatalaksana bayi muda menurut MTBS. a. Penilaian dan Klasifikasi Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas kesehatan menggunakan keterampilan komunikasi yang baik untuk: 1) Menanyakan kepada ibu tentang masalah anaknya
24
2) Memeriksa adakah tanda bahaya umum yang menunjukkan kondisi yang mengancam jiwa. 3) Memeriksa bayi muda untuk tanda dan gejala, pemberi anvitamin K1 dan imunisasi Membuat klasifikasi berdasarkan algoritma pada buku bagan : Dalam buku bagan terdapat 3 warna 1) Merah muda : bayi sakit berat dan harus dirujuk segera setelah diberi pengobatan pra rujukan 2) Kuning : Bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan medis spesifik dan nasihat 3) Hijau : bayi sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhana tentang penanganan di rumah
b. Menilai dan Mengklasifikasikan untuk Kemungkinan Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri Periksalah untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri untuk semua bayi yang dibawa ke tempat pelayanan kesehatan atau setiap melakukan kunjungan rumah dengan memeriksa tanda dan gejala
berikut
ini. Seorang bayi akan diklasifikasikan apabila didapatkan salah satu tanda pada lajur yang sesuai.
11. Pemulangan Bayi Lahir Normal Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan. Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2 jam setelah lahir. Petugas melakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi dalam keadaan baik, dan harus memberikan konseling tanda bahaya
25
dan perawatan bayi baru lahir sertamemberi tahu jadwal kunjungan neonatus 1, 2 dan 3. Tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah: a.
Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU
b.
Kejang ATAU
c.
Bergerak hanya jika dirangsang ATAU
d.
Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit ) ATAU
e. Napas lambat ( < 30 kali /menit ) ATAU f. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat ATAU g. Merintih ATAU h. Teraba demam (suhu aksila > 37.5 °C) ATAU i.
Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C ) ATAU
j.
Nanah yang banyak di mata ATAU
k. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU l.
Diare ATAU
m. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
26
2.2 APGAR SKOR 1. Pengertian Apgar Skor Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran (Prawirohardjo : 2002). Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan (Prawirohardjo : 2002). Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Prawirohardjo : 2002).
2.3 Kriteria Apgar Skor Tabel 2.1 Kriteria Apgar Skor
Warna Kulit
Nilai 0
Nilai 1
Seluruh
warna
badan
Nilai 2 kulit warna
merah muda, dan tetapi
kaki muda,
kebiruan
Jantung
tidak
ada sianosis
<100 kali atau >100 kali atau Pulse menit
Respon Reflek tidak
kaki
tangan normal merah
dan
tidak ada
kulit Appearance
biru tubuh normal tubuh, tangan,
atau pucat
Denyut
Akronim
menit
ada meringis atau meringis atau Grimace
respons
menangis
bersin
atau
terhadap
lemah
ketika batuk
saat
stimulasi
distimulasi
stimulasi saluran napas
Tonus Otot
lemah tidak ada
atau sedikit
bergerak aktif
gerakan
27
Activity
Pernafasan
tidak ada
lemah
atau menangis
tidak teratur
Respiration
kuat, pernapasan baik
dan
teratur Sumber : Prawirohardjo : 2002
Interpretasi Skor Tabel 2.2. Interpretasi Skor Jumlah
Skor Interpretasi
7-10
Normal
4-6
Asfiksia Ringan
Catatan
Memerlukan medis
tindakan
segera
seperti
penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas 0-3
Asfiksia Berat
Memerlukan
tindakan
medis yang lebih intensif Sumber : Prawirohardjo : 2002
Kriteria Penilaian Apgar: Kriteria
Skor
Appearance => Penampakan / warna kulit
Jika kulit bayi berwarna biru pucat
0
Jika kulit bayi berawarna pink dan lengan/tungkainya berwarna biru
1
Jika seluruh kulit bayi berwarna pink
2
Pulse => Denyut jantung / frekuensi
Jika tidak terdengar denyut jantung :
0
Jika jantung berdenyut kurang dari 100 kali/menit
1
Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali/menit
2
28
Grimace => Refleks
Jika tidak timbul reflex
0
Jika wajahnya menyeringai
1
Jika bayi menyeringai dan terbatuk, bersin atau menangis keras
2
Activity => Keaktifan / tonus otot
Jika otot lembek
0
Jika lengan atau tungkainya terlipat
1
Jika bayi bergerak aktif
2
Respiration => Pernafasan
Jika tidak bernafas
0
Jika pernafasan lambat atau tidak teratu
1
Jika bayi menangis
2
Masing-masing kriteria diberi skor antara 0-2, akumulasi atau nilai total dari kelima kriteria yang di sebutkan di atas itulah yang disebut nilai Apgar (Afgar score) yang meliputi: Nilai Apgar 7-10
=> Bayi Normal =>Asfiksia ringan, bayi
memerlukan bantuan untuk
Nilai apgar 4-6
menstabilkan dirinya di lingkungan yang baru.
Nilai Apgar 0-3
=>Asfiksia berat, bayi perlu segera mendapatkan resusitasi.
Penialian apgar harus segera di lakukan 1 menit begitu bayi lahir dan diulang tiap interval 5 menit sampai di peroleh nilai apgar yang merujuk pada kondisi bayi normal. Jika setelah beberapa kali penilaian, nilai apgar tetap rendah (antara 0-3) maka besar kemungkinan hal ini mengindikasi resiko tinggi terjadinya kematian atau penyakit. Bayi yang lahir normal biasanya dapat di lihat dari nilai apgar pada menit pertama dan lima menit kemudian. Penilaian apgar pertama menunjukan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya. Sedangkan penilaian apgar 5 menit menunjukan toleransi bayi terhadap lingkungan. 29
Metode nilai apgar ini pertama kali di perkenalkan oleh seorang dokter anestesi Virginia Apgar pada 1952. Awal mulanya metode ini di kembangkan untuk mengetahui pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi. Entah bagaimana ceritanya sampai metode ini kemudian di gunakan untuk mendeteksi kelainan pada bayi ketika baru di lahirkan. Yang jelas metode penilaian apgar ini sangat penting dan merupakan prosedur yang wajib di lakukan pada suatu proses kelahiran. Terutama untuk mencegah terjadinya asfiksia yg tidak terdeteksi yang merupakan penyebab kematian tertinggi pada bayi yang baru lahir
Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab nilai APGAR yang rendah pada bayi baru lahir, di antaranya adalah : Persalinan yang terlalu cepat. Hipoksia (kekurangan oksigen) dapat terjadi pada persalinan yang terlalu cepat oleh karena kontraksi yang terlalu kuat atau trauma pada kepala bayi. Terjerat tali pusat. Umum dikenal dengan “nuchal cord”, di mana tali pusat (plasenta/ari-ari) melilit pada leher janin (baik sekali waktu atau beberapa kali) dan mengganggu aliran darah, maka hipoksia bisa terjadi karena lilitan ini. Prolaps tali pusat. Kondisi yang terjadi ketika tali pusat mendahului fetus keluar dari rahim. Kondisi ini adalah kedarutan obstetri yang membahayakan kehidupan janin. Namun prolaps tali pusat adalah kasus yang jarang. Ketika fetus juga akan ikut lahir, sering kali menekan tali pusat dan menimbulkan hipoksia.
Plasenta previa (placenta preavia). Merupakan kondisi kelainan obstretri di mana tali pusat terhubung pada dinding rahim yang letaknya dekat atau menutup leher rahim. Hal ini meningkatkan risiko perdarahan antepartum (vaginal), yang berujung juga pada hipoksia bagi janin.
30
Aspirasi mekonium. Jika mekonium di ada dalam paru-paru fetus, maka bisa terjadi permasalahan pernapasan. Hal ini dikenal juga sebagai “Sindrom Aspirasi Mekonium”. Beberapa sebab lain bisa berupa obat-obatan yang dikonsumsi ibu sebelum persalinan, dan bayi preterm (prematur).
Reflek reflek pada bayi setelah lahir,antara lain : Refleks penting pada bayi baru lahir adalah refleks Moro, refleks mencucur dan refleks menghisap:
Refleks Moro : bila bayi baru lahir dikejutkan, tangan dan kakinya akan terentang ke depan tubuhnya seperti mencari pegangan, dengan jari-jari terbuka.
Refleks Mencucur : bila salah satu sudut mulut bayi disentuh, bayi akan memalingkan kepalanya ke sisi tersebut. Refleks ini membantu bayi baru lahir untuk menemukan putting.
Refleks Menghisap : bila suatu benda diletakkan dalam mulut bayi, maka bayi akan segera menghisapnya.
6 refleks yang wajib ada
Namun sebenarnya ada 6 refleks penting yang harus dmiliki setiap bayi yang baru lahir, yaitu :
1. Refleks melangkah Bila tubuh bayi dipegang pada bagian bawah ketiaknya dalam posisi tegak (pastikan kepalanya tertopang dengan baik), lalu kakinya menyentuh bidang yang datar, secara otomatis si kecil akan meluruskan tungkainya seolah-olah hendak berdiri. Begitu tubuhnya dimiringkan ke depan, kakinya akan bergerak seakan-akan ingin melangkah. 2. Refleks mencari puting (rooting)
31
Begitu sudut bibir dan pipi bayi disentuh dengan tangan Anda, si kecil akan langsung memiringkan kepalanya ke arah datangnya sentuhan dengan
mulut
yang
membuka.
Catatan: Bila pipinya bersentuhan dengan payudara Anda, ia akan langsung memiringkan kepalanya dan mengarahkan mulutnya untuk mendapat ASI.
3. Refleks menghisap Bila bibirnya disentuh dengan ujung jari Anda, secara otomatis bayi akan membuka
mulutnya
dan
mulai
menghisap.
Catatan: Ketika puting susu masuk ke dalam mulutnya, ia akan langsung menghisap ASI.
4. Refleks menggenggam (babinski) Kalau jari Anda diletakkan di tengah telapak tangan atau di bawah jari kakinya, secara otomatis ia akan menekuk dan mengerutkan jari-jarinya seolah-olah ingin menggenggam atau menjepit dengan erat. 5. Refleks moro Bila Anda memukul keras-keras atau menarik alas tidurnya serta mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak, maka kedua tangan serta kakinya akan merentang dan menutup lagi. Bersamaan dengan itu, jemarinya pun menggenggam.
6. Refleks leher asimetrik tonik Refleks ini memang agak sulit terlihat. Meski begitu, bisa Anda amati. Caranya baringkan si kecil, lalu miringkan kepalanya ke kiri misalnya. Nah, tangan kiri bayi Anda akan segera merentang lurus ke luar, sedangkan tangan kanannya akan menekuk ke arah kepalanya. Catatan: Refleks ini paling jelas terlihat saat si kecil berusia 2 bulan, namun akan menghilang saat usianya 5 bulan.
32
REFLEK – REFLEK FISIOLOGIS
1. Mata a. Berkedip atau reflek corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial. b. Pupil Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup. c. Glabela Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan a. Menghisap Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur. b. Muntah Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup. c. Rooting Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan d. Menguap Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup e.Ekstrusi
33
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan f.Batuk Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3. Ekstrimitas a. Menggenggam Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari b. Babinski Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi c. Masa tubuh (1). Reflek moro Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah. (2). Startle Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam (3). Tonik leher Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi. (3). Neck – righting Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis (4) Inkurvasi batang tubuh (gallant) Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi
34
2.4 Faktor yang Memengaruhi Nilai APGAR SCORE Menurut Wijanksastro, H (2009) faktor-faktor yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut : 1. Faktor ibu a. Hipoksia ibu Menurut Graccia, AJ (2004) hipoksia adalah keadaan rendahnya konsentrasi oksigen di dalam sel atau jaringan yang dapat mengancam kelangsungan hidup sel. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Angka normal denyut jantung janin berkisar 120 – 160 denyut/menit. Hipoksia janin terjadi apabila janin mengalami takikardia (jantung janin > 160 denyut/menit) dan bradikardia (jantung janin < 120 denyut/menit) (Arvin, BK., 2000). b. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Umur ibu tidak secara langsung berpengaruh terhadap kejadian asphixia neonatorum, namun demikian telah lama diketahui bahwa umur berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun (Prawirohardjo, 2010). Pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia >35 tahun sudah mengalami penurunan (Saifuddin, AB., 2006). Dalam penelitian Zakaria di RSUP M. Jamil Padang tahun 1999 (dikutip oleh Ahmad) menemukan kejadian asphyxia neonatorum sebesar 36,4% pada ibu yang melahirkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan 26,3% pada ibu dengan usia lebih dari 34 tahun, dan hasil penelitian dari Ahmad di RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung tahun 2000, menemukan bayi yang lahir dengan asphyxia neonatorum 1,309 kali pada ibu umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. c. Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang dilahirkan. Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan terganggunya
35
transport O2 dari ibu ke janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR score menit pertama setelah lahir (Manuaba I., 2007) d. Penyakit pembuluh darah ibu Penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin : hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain (Winkjosastro,H., 2009). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang – kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg. Hipotensi dapat memberikan efek langsung terhadap bayi merupakan kondisi tekanan darah yang terlalu rendah, yaitu apabila tekanan darah sistolik < 90 mmHg dan tekanan darah diastolik < 60 mmHg (Prawirohardjo, 2010) e. Sosial ekonomi Menurut Lubis (2003) bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin. Masalah pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, terkena penyakit infeksi dan komplikasi pada persalinan, sedangkan masalah pada bayi antara lain : mempengaruhi pertumbuhan janin, abortus, kematian neonatal, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum, dan BBLR. Adapun ciri – ciri KEK adalah : ibu yang ukuran LILA nya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut : berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg, tinggi badan ibu < 145 cm, berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg, indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 dan ibu menderita anemia (Hb < 11 gr%) (Weni, 2010). f. Gangguan kontraksi ibu Disfungsi uterus didefinisikan sebagai ketidak efisiennya
atau
tidak
terkoordinasinya
kontraksi
uterus,
ketidakmampuan untuk dilatasi servik dan juga melahirkan yang lama. Disfungsi uterus ditandai oleh kontraksi intensitas rendah dan jarang serta lambatnya kemajuan persalinan (Leveno et al., 2009). Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama kala I persalinan. Tujuan pengisian partograf adalah adalah untuk memantau dan mengobservasi
36
kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan servik, penurunan kepala janin, serta kontraksi uterus. Dalam partograf terdapat kolomkolom untuk menilai kemajuan persalinan. Pada kolom dan lajur kedua partograf merupakan tempat pencatatan kemajuan pembukaan servik 0 sampai dengan 10 cm. Sedangkan di bawah lajur waktu partograf terdapat kotak-kotak yang merupakan tempat penilaian kontraksi uterus meliputi lama kontraksi, yang dihitung dengan satuan detik, frekwensi kontraksi yang dihitung dalam 10 menit dan intensitas kontraksi (JNPK KR. DepKes RI, 2008). 2. Faktor Plasenta a. Plasenta tipis, kecil, dan tidak menempel sempurna Dalam kehamilan, fungsi utama plasenta adalah sebagai organ penyalur bahan-bahan makanan dan oksigen yang diperlukan oleh jani dari darah ibu ke dalam darah janin dan juga mengadakan mekanisme pengeluaran produkproduk ekskretoris dari janin kembali ke ibu (Guyton AC., 2008). Plasenta yang normal akan mampu melaksanakan fungsi tersebut dalam menunjang pertumbuhan janin. Plasenta normal pada saat aterm berbentuk seperti cakram, berwarna merah tua, dengan berat 500-600 gr, diameter 15-25 cm, lebih kurang 7 inci tebal sekitar 3 cm. Panjang tali pusat 40-50 cm dengan diameter 1-2 cm (Cunningham, 2006 dan Sloane E., 2004). Gangguan pertukaran gas di plasenta yang akan menyebabkan asfiksia janin. Pertukaran gas antara ibu dan janin di pengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya : plasenta previa dan solusio plasenta. (Manuaba I., 2007 ) b. Solusio plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin > 500 gr ( Prawirohardjo, 2010). Gambaran klinisnya adalah solusio plasenta ringan : terdapat pelepasan sebahagian kecil plasenta, solusio plasenta sedang : plasenta terlepas ¼ bagian, solusio plasenta berat : plasenta telah terlepas dari
37
2/3 permukaannya. Pada pemeriksaan plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter. (Brudenell & Michael, 1996). c. Plasenta previa Adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri
internum.
Insidensi
plasenta
previa
adalah
0,4%-0,6%,
perdarahan dari plasenta previa menyebabkan kirakira 20% dari semua kasus perdarahan ante partum. 70% pasien dengan plasenta previa mengalami perdarahan pervaginam yang tidak nyeri dalam trimester ke tiga, 20% mengalami kontraksi yang disertai dengan perdarahan, dan 10% memiliki diagnosa plasenta previa yang dilakukan tidak sengaja dengan pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaan saat janin telah cukup bulan. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok sedangkan pada janin dapat menimbulkan asphyxia neonatorum sampai kematian janin dalam rahim ( Manuaba I., 2007). c. Faktor Janin a. Prematur Bayi prematur adalah bayi lahir dari kehamilan antara 28 – 36 minggu. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ-organ dan alat tubuh belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Makin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin buruk. Karena masih belum berfungsinya organ-organ tubuh secara sempurna seperti sistem pernafasan maka terjadilah asfiksia (DepKes RI, 2002). b. BBLR dan IUGR Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Menurut WHO (2003), BBLR dibagi tiga group yaitu prematuritas, Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) dan karena keduanya. BBLR sering digunakan sebagai indikator dari IUGR di negara berkembang karena tidak tersedianya penilaian usia kehamilan yang valid. BBLR ini berbeda dengan prematur karena BBLR diukur dari berat atau massa,
38
sedangkan prematur juga belum tentu BBLR kalau berat lahirnya di atas 2500 gram. Namun dibanyak kasus kedua kondisi ini muncul bersamaan karena penyebabnya saling berhubungan. IUGR biasanya dinilai secara klinis ketika janin lahir dengan mengkaitkan ukuran bayi yang baru lahir kedurasi kehamilan. Ukuran kecil untuk usia kehamilan atau ketidakmampuan janin janin untuk mencapai potensi pertumbuhan menunjukkan IUGR. Bayi dengan IUGR didiagnosis mungkin BBLR usia kehamilan aterm. c. Gemeli Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Pertumbuhan janin kehamilan ganda tergantung dari faktor plasenta apakah menjadi satu atau bagaimana lokalisasi implementasi plasentanya. Memperhatikan kedua faktor tersebut, mungkin terdapat jantung salah satu janin lebih kuat dari yang lainnya, sehingga janin mempunyai jantung yang lemah mendapat nutrisi O2 yang kurang menyebabkan pertumbuhan terhambat, terjadilah asfiksia neonatorum sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba I, 2007). d. Gangguan tali pusat Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin (Wijangsastro, H., 2009) e. Kelainan Congenital Kelainan congenital adalah suatu keainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. d. Faktor Persalinan Faktor-faktor persalinan yang dapat menimbulkan asfiksia adalah : a. Partus lama Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih 18 jam pada multi. Partus lama masih merupakan masalah di Indonesia. Bila persalinan berlangsung lama,
39
dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun pada bayi, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi (Mochtar, 2004). b. Partus
dengan
tindakan
Persalinan
dengan
tindakan
dapat
menimbulkan asfiksia neonatorum yang disebabkan oleh tekanan langsung pada kepala : menekan pusat-pusat vital pada medula oblongata, aspirasi air ketuban, mekonium, cairan lambung dan perdarahan atau oedema jaringan pusat saraf pusat (Manuaba, I., 2007).
2.5 Faktor - faktor pencetus rendahnya nilai
APGAR SCORE
(asphyxia neonatorum) Menurut Aminullah (2005) a.
Hipoksia janin penyebab terjadinya asphyxia neonatorum adalah adanya gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga berdampak persediaan O2 menurun, mengakibatkan tingginya CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara kronis akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara akut karena adanya komplikasi dalam persalinan.
b. Gangguan kronis pada ibu hamil tersebut, bisa akibat dari gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung dan lain-lain. Pada akhir-akhir ini, asphyxia neonatorum disebabkan oleh adanya gangguan oksigenisasi serta kekurangan zat-zat makanan yang diperoleh akibat terganggunya fungsi plasenta. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat akut dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin akan berakhir dengan asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir. Sedangkan faktor dari pihak ibu adanya gangguan his seperti hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta. c. Faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat akibat tekanan tali pusat, depresi pernafasan karena obat-obatan anastesi/analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru-paru dll.
40
Menurut Novita (2011) seorang bayi mengalami kekurangan oksigen, maka akan terjadi napas cepat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan napas akan berhenti, denyut jantung mulai menurun dan tonus otot berkurang secara berangsur, dan bayi memasuki periode apneu primer. Apneu primer yaitu bayi mengalami kekurangan oksigen dan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode singkat, dimana terjadi penurunan frekuensi jantung. Pemberian rangsangan dan oksigen selama periode ini dapat merangsang terjadinya pernapasan. Selanjutnya, bayi akan memperlihatkan usaha nafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan. Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukan pernapasan gasping (megap-megap), denyut jantung menurun, tekanan darah menurun, dan bayi tampak lemas (flaksid). Pernapasan semakin lemah sampai akhirnya berhenti, dan bayi memasuki periode apneu sekunder. Apneu sekunder yakni pada penderita asfiksia berat, yang mana usaha bernapasnya tidak tampak dan selanjutnya bayi berada pada periode apneu kedua. Pada keadaan tersebut akan ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah serta penurunan kadar oksigen dalam darah. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali bila resusitasi dengan napas buatan dan pemberian oksigen segera dimulai. Sulit sekali membedakan antara apneu primer dan sekunder, oleh karenanya bila menghadapi bayi bayi lahir dengan apneu, anggaplah sebagai apneu sekunder dan bersegera melakukan tindakan resusitasi (Novita, 2011).
41
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Apgar skor merupakan suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 710), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Prawirohardjo : 2002). Penialian apgar harus segera di lakukan 1 menit begitu bayi lahir dan diulang tiap interval 5 menit sampai di peroleh nilai apgar yang merujuk pada kondisi bayi normal. Jika setelah beberapa kali penilaian, nilai apgar tetap rendah (antara 0-3) maka besar kemungkinan hal ini mengindikasi resiko tinggi terjadinya kematian atau penyakit. Bayi yang lahir normal biasanya dapat di lihat dari nilai apgar pada menit pertama dan lima menit kemudian. Penilaian apgar pertama menunjukan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya. Sedangkan penilaian apgar 5 menit menunjukan toleransi bayi terhadap lingkungan. Faktor yang mempengaruhi nilai Apgar Score yaitu : faktor ibu, placenta, janin dan faktor persalinan. 3.2 Saran Sebagai calon perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan keperawatan maternitas dengan efektif dalam setiap melakukan proses keperawatan, sehingga dalam memberikan pelayanan bias dilakukan secara optimal. Keperawatan maternitas dikatakan baik apabila dalam satu tim bisa berpartisipasi secara aktif. Pengaplikasian Apgar Score sangat penting untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada bayi sehingga dapat diminimalisir.
42
DAFTAR PUSTAKA
Nanny Lia Dewi, Vivian, S. ST. Dan Sunarsih, Tri, S. ST. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2011. h. 118-27. Sujiatini.dkk.2011.Asuhan Kebidanan II (Persalinan).Yogyakarta : Rohima Press.
43