BAB II STUDI PUSTAKA
A. Konsep Sehat Sakit Jiwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial ekonomi (UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan
adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk
dikatakan
sehat,
seseorang
harus
berada
pada
suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan,seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas. Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009). Kesehatan jiwa meliputi: 1. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri. 2. Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain 3. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari – hari.
4
Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa & sosial yang
berorientasi
kepada
masyarakat
dengan
mengutamakan
pendekatan
masyarakat. Pelayanan keperawatan yang komprehensif; holistik & paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat, rentan terhadap stress & dalam tahap pemulihan
serta
pencegahan
kekambuhan.
Pelayanan
Keperawatan
yang
komprehensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada: 1. Pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat. 2. Pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial & gangguan jiwa. 3. Pencegahan tersier pada klien gangguan jiwa dengan proses pemulihan . Pelayanan keperawatan yang holistic yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek bio-psiko-sosio-kultural & spiritual. Perawatan mandiri Individu dan keluarga: 1. Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara mandiri memelihara kesehatan jiwanya. 2. Pada saat ini sangat penting pemberdayaan keluarga. 3. Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan masyarakat dalam masyarakat sehat jiwa, masyarakat yang mempunyai masalah psikososial, masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Konsep Kesehatan Jiwa Masyarakat merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa yang mencakup semua kegiatan kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan konsep kesehatan jiwa masyarakat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan konsep kesehatan jiwa masyarakat yaitu: 1. Faktor Kesadaran masyarakat Keikutsertaan dalam suatu kegiatan pembangunan bukan timbul begitu saja akan tetapi karena adanya yang mendorong untuk berpartisipasi. Salah satu adalah factor kesadaran masyarakat itu sendiri. Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan yang baik disadari ataupun tidak disadari.
5
Kesadaran dari diri sendiri untuk tetap mempertahankan kesehatan merupakan hal penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidup seseorang individu agar dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk masyarakat. Kesadaran individu untuk menerima dan ikut berpartisipasi dalam program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat dibutuhkan agar lebih meningkatkan mutu kesehatan jiwa pada individu dan masyarakat. 2. Faktor Pendidikan Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan adalah factor pendidikan. jika dihubungkan tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat, maka kenyataan menunjukan adanya hubungan yang erat. Masyarakat yang berpendidikan tinggi biasanya memiliki tingkat kemauan yang tinggi untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan . 3. Faktor Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan berperan penting untuk menjalankan konsep kesehatan jiwa masyarakat. Tujuan pelayanan kesehatan jiwa yaitu untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien dan dalam memelihara kesehatan jiwa. Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat: a. Tim kesehatan terdiri atas: psikiater, psikolok klinik dan perawat jiwa. b. Tim berkedudukan di tingkat Dinas Kesehatan kabupaten / kota. c. Tim bertanggung jawab terhadap program pelayanan kesehatan jiwa di daerah pelayanan kesehatan kabupaten / kota. d. Tim bergerak secara periodik ke tiap puskesmas untuk konsultasi, surveisi, monitoring dan evaluasi. e. Pada saat tim mengunjungi puskesmas, maka penanggung jawab pelayanan kesehatan jiwa & komunitas di puskesmas akan: mengkonsultasikan kasuskasus yang tidak berhasil atau melaporkan hasil dan kemajuan pelayanan yang telah dilakukan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 220/MENKES/SK/III/1992 tentang pedoman umum Tim Pembina, Pengarah, Pelaksana kesehatan Jiwa Masyarakat. Kesehatan jiwa
6
masyarakat (Community Mental Health) merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatife . 4. Faktor Keadaan Soaial Pemerintah telah menyediakan konsep kesehatan jiwa masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan jiwa masyarakat . Namun upaya pemerintah tidak akan terealisasi jika keadaan lingkungan tersebut tidak bisa dijangkau . untuk itu Lingkungan tempat tinggal berpengaruh dalam pelaksanaan konsep kesehatan jiwa masyarakat . Status kesehatan masyarakat dan cakupan pelayanan kesehatan masih rendah . Masyarakat secara umum belum mempunyai pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan kondisi lingkungan yang kurang baik .Penggunaan fasilitas kesehatan di daerah terpencil yang tidak memadai yang dipengaruhi oleh askses jarak . namun bukan hanya disebabkan oleh jarak tapi terdapat dua factor yaitu determinan penyediaan yang merupakan factor pelayanan dan determinan permintaan yang merupakan factor pengguna . Determinan penyediaan meliputi infrastruktur fisik , tempat pelayanan, ketersediaan ,pemanfaatan dan distribusi petugas , biaya pelayanan serta mutu pelayanan . sedangkan determinan permintaan meliputi rendahnya pendidikan dan factor social budaya masyarakat serta tingkat pendapatan yang rendah atau miskin. Pemerintah Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur tentang kesehatan mental, yaitu Undang-Undang Nomor 3 tahun 1966 mengenai kesehatan jiwa. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan pengertian kesehatan jiwa adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan physik, intelektuil dan emosionil yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Dalam pasal 2, juga ditegaskan bahwa usaha-usaha kuratif maupun preventif demi kepentingan penderita penyakit jiwa adalah tugas pemerintah.
7
B. Konsep Keperawatan Jiwa Masyarakat Menurut American Nurses Associations (ANA) Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan biopsiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas). Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. 1. Manusia Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan. 2. Lingkungan Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi
8
koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu. 3. Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat. 4. Keperawatan Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat, 1991). Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses
9
keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap
dapat
diperbaharui
jika
keadaan
klien
klien
berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
C. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan kesehatan mental berbasis masyarakat bertujuan agar masyarakat di desa binaan tanggap terhadap masalah kesehatan jiwa masyarakat, dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan jiwa serta dapat menanggulangi masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Yuni, 2010). Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat. 1. Desa Siaga Sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community Mental Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011): a. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat. b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial. c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa. d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri. e. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri. f. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa
10
2. Community Mental Health Nursing (CMHN) Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik (Meru, 2011). CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stress dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan yang berfungsi untuk membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah jiwa akibat dampak bencana. CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang mendasarkan pada prinsip – prinsip pelayanan keperawatan yang holistik dan komprehensif. Keperawatan jiwa yang holistik dan komprehensif yakni pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial kultural, dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi primer, sekunder dan tersier. 3. Tujuan DSSJ Tujuan utama pengembangan Desa Siaga adalah untuk memeratakan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat agar upaya kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable) serta lebih berkuahtas (quality). Tujuan pembentukan desa siaga menurut Efendi (2009) adalah: a.
Tujuan umum Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan) didesanya.
b.
Tujuan khusus 1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat. 2) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan.
11
3) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan lainnya). 4) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa. 4. Pengelolaan dalam DSSJ a.
Kemitraan Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk strategi kemitraan lintas program dan lintas sector yang terintegrasi atas prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes RI., 2000). Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan melalui keputusan yang diambil secara bersama-sama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan bersama. Dalam pelaksanaan kemitraan diperlukan komunikasi sebagai media informasi yang diperlukan oleh semua sektor agar terjadi koordinasi dan kerjasama yang efektif dalam mencapai tujuan. Koordinasi dapat dilakukan di setiap jenjang administrasi dengan melaksanakan pembentukan tim di Tingkat Kabupaten, Tingkat Kecamatan dan Tingkat Desa/Kelurahan.
b.
Pemberdayaan Dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa perlu adanya keterlibatan masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan yaitu me ingkatnya derajat
kesehatan
masyarakat.
Strategi
pemberdayaan
masyarakat
bermanfaat untuk mengidentifikasi, mengatasi masalah kesehatan jiwa dan mempertahankan kesehatan jiwa di wilayahnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan potensi baik pengetahuan maupun keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kader merupakan sumber daya masyarakat yang perlu di kembangkan dalam pengembangan
12
Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang diterapkan di masyarakat. Seorang kader akan mampu melakukan kegiatan
apabila kader tersebut sejak awal diberikan
pembekalan. Metoda dalam mengembangkan kader kesehatan jiwa sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah kader. 1) Proses Rekruitmen Kader Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon kader yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa.. Proses awal dalam merekruit kader adalah dengan melakukan sosialisasi tentang pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa disertai dengan kriteria kader yang dibutuhkan. Adapun kriteria kader sebagai berikut: a) Sehat jasmani dan rohani b) Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan Bahasa Indonesia. c) Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela. d) Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan jiwa masyarakat. e) Meluangkan waktu untuk kegiatan CMHN. f)
Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.
D. Lintas Program dan Lintas Sektor Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk strategi kemitraan lintas program dan lintas sector yang terintegrasi atas prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes RI., 2000). Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan melalui keputusan yang diambil secara bersama-sama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan
13
pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan bersama. Dalam pelaksanaan kemitraan diperlukan komunikasi sebagai media informasi yang diperlukan oleh semua sektor agar terjadi koordinasi dan kerjasama yang efektif dalam mencapai tujuan. Koordinasi dapat dilakukan di setiap jenjang administrasi dengan melaksanakan pembentukan tim di Tingkat Kabupaten, Tingkat Kecamatan dan Tingkat Desa/Kelurahan. Kemitraan di bagi menjadi 2, yaitu: 1. Kemitraan Lintas Sektor Kemitraan lintas sektor adalah bentuk kerjasama yang dibangun antara tenaga kesehatan, khususnya perawat CMHN dengan sektor terkait baik pemerintah maupun non pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran dan tanggung jawab nasing-masing. Pelaksanaan kemitraan lintas sektor dapat dilakukan di Tingkat Kabupaten, Tingkat Kecamatan maupun di Tingkat Desa dengan cara menggalang kerjasama dengan berbagai sektor baik pemerintah maupun swasta dalam mencari dukungan (dana, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah setempat) dalam mendukung pelaksanaan program CMHN. 2. Kemitraan Lintas Program Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antar tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas termasuk GP+, maupun di luar puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan: dokter, bidan, psikolog klinik, psikiater
dalam memberikan
pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran dan tanggung jawab masing-masing.
14
E. Penanganan Kesehatan Jiwa Masyarakat 1. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa Model
View of behavioral deviation Psychoanalytic Ego tidak mampu al mengontrol (freud, ansietas, konflik Erickson) tidak selesai
Therapeutic process Asosiasi bebas & analisa mimpi Transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu Interpersonal Ansietas timbul & Build feeling (Sullivan, dialami secara security peplau) interpersonal, basic Trusting fear is fear of relationship & rejection interpersonal satisfaction Social Social & Environment (caplan,szasz environmental manipulation & ) factors create social support stress, which cause anxiety &symptom Existensial (Ellis, Rogers)
Individu gagal menemukan dan menerima diri sendiri
Supportive Therapy (Wermon,Ro ckland)
Faktor biopsikososial & respon maladaptive saat ini
Medical (Meyer,Krea plin)
Combination from physiological, genetic, environmental & social
Experience in relationship, conducted in group Encouraged to accept self & control behavior Menguatkan respon koping adaptif
Pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik & teknik interpersonal
15
Roles of a patient & therapist Klien: mengungkapkan semua pikiran & mimpi Terapist : menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien Patient: share anxieties Therapist : use empathy & relationship
Pasien: menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat Terapist: menggali system social klien Klien: berperan serta dalam pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri Terapist: memperluas kesadaran diri klien
Klien: terlibat dalam identifikasi coping Terapist: hubungan yang hangta dan empatik
Klien: menjalani prosedur diagnostic & terapi jangka panjang Terapist : Therapy, Repport effects,Diagnose illness, Therapeutic Approach
2. Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model yaitu: a.
Psycoanalytical (Freud, Erickson) Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral). Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
16
b.
Interpersonal ( Sullivan, peplau) Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apaapa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
c.
Social ( Caplan, Szasz) Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom). Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and social support (pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial). Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
17
d.
Existensial ( Ellis, Rogers) Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya. Prinsip dalam proses terapinya adalah mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
e.
Supportive Therapy ( Wermon, Rockland) Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang
18
ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif. f.
Medica ( Meyer, Kraeplin) Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic,
terapi
somatic,
farmakologik
dan
teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
19