BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut. (Junaidi, 2011). Penyakit stroke di bagi menajdi 2 macam yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Kejadian stroke iskemik sekitar 80%-85% sedangkan untuk stroke hemoragik sekitar 20% (Agustina, 2012). Di Asia khususnya di Indonesia diperkirakan 500rinu orang mengalami stroke untuk setiap tahhunnya. Dari jumlah kejadian tersebut di dapatkan sekitar 2,5% meninggal dunia dan sisanya mengalami cacat berat dan ringan. Stroke merupakan penyebab kecacatan berat dan ringan. Stroke merupakan penyebab kecacatan yang serius dan menetap nomor satu di deluruh dunia. Di Indonesia masalah stroke semakin penting karena angka kejadian stroke di Indonesia merupakan terbanyak di negara Asia (Yastroki, 2013). Penyebab stroke mencangkup embol (terbentuknya bekuan darah yang menyumbat arteri) atau thrombosis bekuan darah pada arteri yang sebelumnya sudah mengalami penyempitan oleh deposit lemak. Pecahnya arter serng kali mengakibatkan hipertensi. Dimana hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya stroke sebanyak 6 kali. Dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah lebih dar 140/90 mmHg. Semakin tinggi tekanan darah maka semakin tinggi pula resiko untuk mengalami stroke. Kejadian hipertensi bisa merusak dinding pembuluh darah yang bisa dengan mudah akan menyebabkan penyumbatan bahkan pecahnya pembuluh darah di otak (Junaidi, 2012). Berdasarkan data WHO (2013) menunjukkan bahwa 63% penyebab kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular yaitu stroke atau setara dengan kematian 36 juta jiwa per tahun. Stroke juga merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh PTM (Penyakit Tidak Menular) setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker, serta menyebabkan terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen.
1
1.2 Rumusan masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Infark Emboli? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Agar mahasiwa dapat memahami dan mengerti asuhan keperawatan Infark Emboli. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Menjelaskan definisi dari Infark Emboli. 2. Menjelaskan etiologi dari Infark Emboli. 3. Menjelaskan klasifikasi dari Infark Emboli. 4. Menjelaskan patofisiologi dan WOC Infark Emboli. 5. Menjelaskan manifestasi klinis dari Infark Emboli. 6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Infark Emboli. 7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari Infark Emboli. 8. Menyebutkan komplikasi dari infark Emboli. 9. Memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infark Emboli.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Menurut American Heart Assosiation/American Stroke Assosiation(AHA/ASA) (2013), stroke iskemik adalah disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark cerebral, spinal maupun retinal atau adanya sumbatan oleh thrombus atau embolus pada arteri cerebri dan lebih sering terjadi dibanding stroke non hemoragik.Stroke emboli adalah stroke yang terjadi karena adanya gumpalaan darah atau bekuan darah yang berasal dari jantung , dan keumdian terbawa arus darah sampai ke otak, kemudian menyumbat darah di otak (Mardjono, 2018).
2.2 Etiologi Stroke Iskemik didefinisikan sebagai suatu sindrom yang berkembang pesat dengan onset yang tiba-tiba atau akut, yang dikaitkan dengan defisit neurologi non-epilepsi dengan batas gumpalan infark yang jelas pada jaringan otak di dalam area pembuluh darah yang berlainan. Stroke iskemik berkembang melalui beberapa mekanisme yaitu karena atherosclerosis, kardioemboli, dan oklusi pada pembuluh darah kecil atau biasa dikenal dengan sebagai lacuna. Stroke iskemik mendominasi terjadinya stroke yaitu sekitar 80%. Stroke iskemik terjadi karena terganggunya suplai darah ke otak yang biasanya disebabkan karena adanya sumbatan pembuluh darah arteri yang menuju otak. Stroke iskemik ini dapat dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu trombotik dan embolik. Stroke trombotik terjadi ketika arteri tersumbat oleh pembentukan bekuan darah di dalamnya. Arteri kemungkinan sudah rusak dikarenakan oleh endapan kolesterol (atherosclerosis). Penyumbatan total kemungkinan selanjutnya terjadi dikarenakan diikuti penggumpalan sel darah (trombosit) atau zat lainnya yang biasa ditemukan di dalam darah. Stroke embolik yang juga merupakan tipe stroke iskemik yang kedua juga disebabkan oleh gumpalan dalam arteri, tetapi dalam kasus ini bekuan atau embolus terbentuk di tempat lain selain di otak itu sendiri. Bahan-bahan ini bisa menjadi bekuan darah (misal dari jantung) atau dari lemak (misal dari arteri lain di leher – penyakit arteri karotis) (Silva, et al., 2014).
3
2.3 Klasfikasi Stroke embolik diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat (misalnya, stroke arteria vertebralis) atau asal embolus. Asal stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung (stroke kardioembolik). Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya seragan terjadi saat pasien beraktivitas. Trombus embolik ini sering tersangkut pada bagian yang megalami stenosis. Stroke kardioembolik, yaitu jenis stroke embolik tersering, didiagnosis apabila diketahui adanya kausa jantung seperti fibrilasi atrium atau apabila pasien baru mengalami infark miokardium yang mendahului terjadinya sumbatan mendadak pembuluh besar otak. Embolus berasal dari bahan trombotik yang terbentuk di dinding rongga jantung atau katup mitralis (Hartwig, 2012).
2.4 Patofisiologi Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung berakhir di otak, hal ini disebabkan karena aliran darah ke otak berasal dari arkus aorta sehingga emboli yang lepas dari ventrikel kiri akan disebarkan melalui aliran darah ke arteri karotis komunis kiri dan arteri brakhio sefalik. Jaringan otak sangat sensitif terhadap obstruksi aliran darah sehingga emboli yang berukuran 1 mm sudah dapat menimbulkan gangguan neurologis yang berat, emboli dengan ukuran yang sama bila masuk kejaringan lain tidak dapat memberikan gejala sama sekali. Emboli intrakranial terutama berada di hemister serebri, hal ini disebabkan oleh karena jumlah darah yang melalui arterikarotis (300ml/menit) jauh lebih banyak dari pada yang melalui arteri vertebralis (100ml/menit), selain itu juga disebabkan oleh karena aliran yang berkelok – kelok dari arteri subklavia
untuk
dapat
mencapai
system
vertebralis.
Emboli
mempunyai
predilek
sipadabifurkasio arteri terutama pada cabang cerebri media bagian distal, basilaris dan cerebri posterior. Kebanyakan emboli terdapat di arteri cerebri media, hal ini disebabkan Karena arteri cerebri media merupakan percabangan langsung dari arteri karotis interna, dan arteri cerebri media akan menerima 80% darah yang masuk ke arteri karotis interna. Medula spinalis jarang terserang emboli, tetapi emboli dari abdomen dan aorta dapat menimbulkan sumbatan aliran darah ke medulla spinalis dan menimbulkan gejala deficit neurologis. Berbeda dengan emboli pada atherosklerosis, emboli dari jantung terdiri dari gumpalan darah (klot) yang lepas daya ikatnya dari dinding pembuluh darah atau jantung, emboli ini dapat pecah dan pindah 4
kepembuluh darah yang lebih distal sehingga bila dilakukan pemeriksaanan giografi setelah 48 jam emboli biasanya sudah tidak tampak. Kelainan yang ditimbulkan oleh emboli dapat berupa, obstruksi/sumbatan arteri, biasanya terdapat pada percabangan arteri, karena lumennya lebih kecil dari pada lumen jaringan dibagian distalnya dan sisa aliran darah, sehingga dapat terbentuk formasi rouleaux, yang akan membentuk klot pada daerah stagnasi baik distal maupun proksimal. Gejala neurologis dapat timbul segera dalam beberapa detik, bila pembuluh darah kolateralnya tidak segera berfungsi maka akan segera timbul perubahan irreversible maka fungsi neuron akan segera pulih. Iritasi, yang akan menimbulkan vaso spasmelocal, vasospasme yang masih dapat timbul sebagai respon terhadap emboli yang kecil, terutama pada orang muda dimana belum terjadi arterosklerosis. Emboli dapat menyumbat semua arteri tergantung dari ukuran dan bentuk emboli. Emboli yang besar umumnya adalah klot yang berasal dari jantung, dapat menyumbat arteri ekstrakranial yang besar,emboli yang lebih kecil dibentuk di jantung atau proksimal arteri, dapat menyumbat arteri intra kranial Pada sirkulasi anterior, predilaksi emboli yang paling sering adalah ke cerebri media dan cabang cabangnya.Emboli yang paling kecil lagi seperti pecahan trombus, kristal kolesterol, pecahan plak atheromatosa, pecahan kalsium dari katub permukaan pembuluh darah cendrung untuk menyumbat cabang kecil superfisial dari arteri cerebri, arteri cerebelli, dan arteri opthalmika pada retina. Bagaimana penyakit jantung dapat menimbulkan emboli serebri. Trombus intrakardial terbentuk bila terdapat kelainan pada katub atau dinding rongga jantung, trombus ini terbentuk bila terjadi gangguan irama jantung sehingga terjadi keadaan yang relatif statis pada atrium seperti pada atrial fibrilasi dan sick sinus sindroma. Emboli dapat juga terbentuk dari tumor intra kardial, dan pada keadaan yang jarang sekali dari pembuluh darah vena (pada emboli paradoxical). Faktor yang dapat menimbulkan emboli mungkin berbeda untuk masing-masing kelainan jantung, misalnya pada atrial fibrilasi, perubahan fungsi mekanik dari atrium yang timbul setelah gangguan irama mungkin berkorelasi dengan timbulnya emboli. Endokardium mengoptimal jantung dengan mengatur kontraksi dan relaksasi miokardium (hal ini hanya terjadi pada endokardium yang intak), pada endokardium yang rusak seperimpose trombus dapat menimbulkan respons inotropik pada miokardium yang bersangkutan dan menimbulkan kontraksi yang tidak seragam pada dinding jantung, hal ini akan menimbulkan pelepasan emboli (Ghorbani, 2013). 5
2.5 WOC TERLAMPIR 2.6 Manifestasi Klinis Menurut Soeharto (2007) tanda dan gejala dari stroke adalah hilangnya kekuatan salah satu bagian tubuh, terutama di satusisi, termasuk wajah, lengan atau tungkai, hilangnya pengelihatan total, tidak mampu berbicara dengan benar, hilangnya keseimbangan, serangan sementara jenis lain, seperti vertigo, pusing, kesulitan menelan, kebingungan, gangguan daya ingat, nyeri kepala dan terlalu parah perubahan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan atau kejang.
2.7 Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada peningkatan VD > 5.1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic (AA), Platelet Acitivating Factor (PAF), Fibrinogen. SGPT dan SGOT: Dengan hasil > dari normal SGPT (43u/l), SGOT (37 u/l) untuk mengeathui apakah ada kerusakan pada hati dimana tidak dapat menyerap lemak secara baik. Analisis Laboratorium standar mencakup urinalis, HDL pasien CVA mengalami penurunan nilai nirmal 60mg/dl, laju endap darah (LED) pad pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah menghadap dalam tabung darah LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic daasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6-5,0 mMol/l, Klorida). b. Radiologi Pemeriksaan sinar X thoraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung (kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongesif. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standar untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan memperbaiki kausa stroke Angiografi serebrum: membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti lesi ulseratif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskularis dan pembentukan thrombus di pembuluh besar. 6
Ekokardiogram transesofagus (TEE): mendeteksi sumber kardioembolus potensial. CT-Scan: pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasnaya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak (Muttaqin, 2008). MRI: menggunakan gelombak magnetik untuk memeriksa posisi dan besar/luasnya daerah infark.
2.8 Penatalaksanaan Medis a. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan: 1) Mempertahankan saluran nafas yang pateng 2) Kontrol tekanan darah 3) Merawat kandung kemih, tidak memakai kateter 4) Posisi yang tepat, mobilisasi tiap 2 jam, latihan gerak pasif b. Terapi konservatif 1) Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral 2) Anti agregasi trombolisis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. 3) Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau membertanya kardiovasuler. 4) Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan: Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaC02 30-35 mmHg Osmoterapi antara lain: infus manitol 20% 100 ml atau 0.25-0.5 g/kg/BB/kali dalam waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari, infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari Posisi kepala head up (15-30o) Menghindari mengejan pada BAB Hindari batuk Meminimalkan lingkungan yang panas (Silva, et al., 2014).
7
2.9 Komplikasi Ada beberapa komplikasi CVA infark (Muttaqin, 2008) a. Dalam mobilisasi: infeksi pernafasan (Pneuomoni), nyeri tekan pada decubitas, konstipasi. b. Dalam hal paralisis: nyeri pada punggung, dislokasi sendi, deformitas c. Dalm hal kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala d. Hipoksia serebral e. Herniasi otak f. Kontraktur
8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 3.2 ANALISA DATA NO 1.
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS: - pasien mengatakan pusing kepala terasa
Ketidakefektifan
cekot-cekot sebelah kanan.
Perfusi Jaringan
DO: - GCS: E.4 V.5 M.6 Compos Mentis
Otak
- Pemeriksaan Neurologis: N 3: Kelopak mata kanan tidak mampu digerakkan secara spontan, kelopak mata kiri mampu digerakkan secara spontan. N 4: Mata kanan tidak mampu menggerakkan bola mata kebawah maupun keatas, Mata Kiri mampu menggerakan secara normal. N 5: Pengecapan secara perlahan, mulut mencong ke kanan. N 6: Bola mata kanan tidak mampu mengarah ke arah yang ditujukkan perawat, bola mata kiri mampu secara normal. N 11: Bahu kiri tidak mampu diangkat, Bahu kanan mampu diangkat. - Pasien berbicara sedikit pelo - TD: 120/80 mmHg, N: 89x/menit S: 36,7 C, RR: 20x/menit, CRT < 3 detik, SPO2 93% -
Mulut mencong sebelah kanan
9
NO 2.
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS: - Keluarga mengatakan pasien tidak
Hambatan Mobilitas
mampu untuk melakukan aktifitas secara
Fisik
mandiri DO: - ADL dibantu keluarga dan petugas kesehatan. - Pola Aktifitas dari nilai Indeks Barthel didapatkan skor= 6 dengan arti “Ketergantungan Berat” - Skala kekuatan otot 5555 1111 5555 1111 -
Kaku kuduk tidak ada
-
Pergerakan terbatas, pasien tidak mampu miring ke kiri
3.
DS: - Keluarga mengatakan nafsu makan
Nutrisi Kurang dari
pasien menurun, perut terasa tidak enak, mual
Kebutuhan Tubuh
saat mau makan nasi. DO: - A: TB 165cm, BB 58kg B: Hb 14,1 gr/dl C: Mukosa kering, makan spontan, Pasien lemas, D: BHGR (Bubur Halus Rendah Garam) 1700 kkal/ hari, makan habis 1-2 sendok dengan bubur, daging, ikan, sayur, lauk-pauk, Minum 600cc/hari. 1700kkal/ hari, 1 porsi pasien mendapatkan 566 kkal.
10
NO
DATA -
ETIOLOGI
MASALAH
Pasien mengunyah secara perlahan N 5: Pengecapan secara perlahan, mulut mencong ke kanan.
4.
DS: - Keluarga mengatakan pasien selama
Konstipasi
MRS belum BAB sama sekali. DO:
5.
-
Pasien tidak mau makan
-
12 hari perawatan tidak bisa BAB
-
Mual
-
Perkusi redup
-
Bising usus tidak terdengar
-
Perut
DS:
Defisit Perawatan diri:
DO:
Mandi, berpakaian,
-
Pasien hanya seka menggunakan air biasa tanpa sabun dan 1x sehari
-
Pasien bau badan
-
ADL dibantu keluarga
-
Kuku kotor dan sedikit panjang
-
Kulit lengklet
-
Pasien hanya kumur-kumur
-
Makan di bantu keluarga
11
toileting
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan otak berhubungan dengan penurunan sirkulasi oksigen ke dalam otak. 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular. 3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual. 4. Konatipasi behubungan dengan kurangnya asupan nutrisi. 5. Defisit Perawatan diri: Mandi, berpakaian, toileting berhubungan dengan kelemahan anggota gerak.
12
13
3.5 INTERVENSI NO
1
DX.
TUJUAN DAN
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Ketidakefektifan
penurunan oksigen otak.
dengan
kriteria
dalam hasil:
normal 2. Tidak
Untuk
melihat
fungsi otak 3.
dengan posisi kepala 30o head up
Untuk menurunkan tekanan arteri
4.
Agar keluarga dan
informasi
kepada
pasien
ataupun
pasien
penyakit
memahami
penurunan
keluarga
kesadaran
tentang penyakit yang diderita
diderita
pasien (Infark Emboli)
mendukung proses
3. Pupil isokor
4. Berfungsinya saraf 5. Kolaborasi dengan baik 5.
2.
pasien
mengalami 4. Berikan
Melihat perkembangan pasien
3. Berikan posisi tirah baring
1. TTV dalam batas
1.
pupil
dengan jam sirkulasi darah keotak 2. Observasi tingkat kesadaran sirkulasi lancar
ke
RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV dan reaksi
Perfusi Jaringan otak keperawatan selama 3x24 berhubungan
INTERVENSI
Nyeri berkurang
dengan
dokter
dalam pemberian obat: kepala
yang dan
penyenmbuhan 5.
Untuk
membantu
MADC 3x2 cap campur
proses
Ramipril 5mg 3x1
penyembuhan
V Block 1x2
14
bisa
PARAF
Intan
NO
2
DX.
TUJUAN DAN
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Hambatan fisik dengan
INTERVENSI
RASIONAL
mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi skala kekuatan otot
berhubungan keperawatan selama 3x 24 2. Dampingi gangguan jam
neuromuskular.
pasien
melakukan
dapat pergerakan
fisik dengan kriteria hasil: 1. Tidak
terjadi
kontraktur otot 2. Pasien
berpartisipasi
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien 3. Lakukan tindakan ROM aktif dan Pasif
kanan dan miring kiri selama
6. Kolaborasi mampu
fisioterapi
pasien
mempermudah
3. Membantu menstabilkan otot 4. Meningkatkan
dengan
ahli
kekuatan mobilitas tubuh 5. Untuk memberikan
mobilisasi
kenyamanan kepada
4. Skala kekuatan otot ekstremitas
skala kekautan otot
ADL pasien
program 5. Berikan posisi yang nyaman
3. Pasien
mengetahui
2. Membantu
3jam sekali
latihan
5/5,
saat
4. Anjurkan pasien untuk miring
mampu
dalam
pasien
1. Untuk
pasien
atas
6. Untuk mempercepat
ekstremitas
proses gerak pasien
bawah 5/5
15
PARAF
Intan
NO
3
DX.
TUJUAN DAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Nutrisi Kurang dari Setelah dilkaukan tindakan Kebutuhan
Tubuh keperawatan selama 3x24
berhubungan
dengan jam
mual.
diharapkan
nutrisi
1. Observasi
pemenuhan
nutrisi kebutuhan pasien
1. Untuk
mengetahui
intake
makanan
pentingnya
pasien
terpenuhi dengan kriteria
nutrisi kepada pasien dan
2. Untuk
hasil:
keluarga
1. Pertahankan BB 2. Tidak
3. Jaga kebersihan mulut ada
penurunan BB 3. Pasien makan
4. Berikan makanan selagi hangat
mampu habis
1
porsi
5. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering 6. Kolaborasi dengan ahli
4. Mual tidak ada 5. Nafsu
2. Jelaskan
RASIONAL
gizi untuk diet yang tepat
makan
peningkatan pemenuhan nutrisi 3. Meningkatkan intake mkanan 4. Meningkatkan nafsu makan 5. Membantu meminimalkan anoreksia
meningkat 6. Mukosa
memotivasi
6. Memberikan asupan bibir
diit sesuai dengan
lembab
kebutuhan pasien
7. Pasien tidak lemas
16
PARAF
Intan
3.6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
PARAF
DX Senin 22-10-2018 Jam 15.00
I
1) Mengobservasi
TTV,
reaksi
pupil 21.00
diganti posisi 30o
keadaan umum pasien. R/: TD: 120/80 mmHg, N: 89x/menit, S: 36.8 C, RR: 20x/menit, CRT < 3 detik, reaksi pupil kanan dan kiri positif 3/3,
O: - GCS: E.4 V.5 M.6 total 15 Compos Mentis
mata sebelah kanan spontan reaksi
- Pasien pelo
menutup, mulut perot ke kanan.
- Obat masuk tidak ada reaksi alergi
2) Mengobservasi 16.00
S: Pasien mengatakan kepala pusing saat
tingkat
kesadaran
pasien.
S: 36.8 C, RR: 20x/menit, CRT < 3
R/: E.4 pasien mampu membuka mata sebelah kiri secara spontan sesuai dengan perintah perawat. V.5
orientasi
- TD: 120/80 mmHg, N: 89x/menit,
baik,
pasien
detik, reaksi pupil kanan dan kiri positif 3/3. - Mata sebelah kanan spontan
mampu
mengenal dirinya dan mengerti bahwa sekarang ada di Rs.
tertutup - mulut perot ke kanan. A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intevensi no 1,2,3,4,5
17
Intan
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
PARAF
DX I
M.6
pasien
ekstremitas perintah
mampu sebelah
perawat,
mengalami
menggerakan kanan
sesuai
ekstremitas
kiri
hemiplegia.(Compos
Mentis), pasien pelo. 3) Memberikan posisi tirah baring dengan
17.00
posisi kepala 30o head up. R/: pasien mengatakan kepala pusing 4) Memberikan informasi kepada keluarga
18.00
ataupun pasien tentang penyakit yang diderita pasien (Infark Emboli). R/: keluarga kooperatif dan mengerti. 5) Memberikan obat minum via oral:
18.00
R/:MADC 3x2, Ramipril 5mg 3x1 obat masuk tidak ada reaksi alergi ataupun muntah. Selasa 23-10-2018 Jam 09.00
I
1) Memberikan obat minum via oral: R/: MADC 3x2, Ramipril 5mg 3x1 obat masuk tidak ada reaksi alergi ataupun muntah.
18
EVALUASI
PARAF
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
PARAF
DX 12.00
I
2) Mengobservasi
TTV,
reaksi
pupil
15.00
keadaan umum pasien.
posisi kepala 15o
R/: TD: 120/90 mmHg, N: 88x/menit,
O:
S: 36.7 C, RR: 19x/menit, CRT < 3
- GCS: E.4 V.5 M.6 total 15
detik, reaksi pupil kanan dan kiripositif
Compos Mentis
3/3, mata sebelah kanan spontanreaksi
- Obat masuk tidak ada reaksi alergi
menutup, mulut perot ke kanan.
- TD: 120/90 mmHg, N: 88x/menit,
3) Mengobservasi
12.00
tingkat
kesadaran
S: 36.7 C, RR: 19x/menit, CRT < 3
pasien.
detik, reaksi pupil kanan dan kiri
R/: GCS E.4 V.5 M.6 Compos mentis
positif 3/3, mata sebelah kanan
4) Mengganti posisi kepala 15o head up.
13.00
S: Pasien mengatakan nyaman saat
spontan menutup.
R/: pasien mengatakan merasa nyaman
- Mulut perot ke kanan.
dengan posisi tersebut.
A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intevensi no 1,2,3,4,5
Rabu 24-10-2018 Jam
I
1) Mengobservasi
tingkat
kesadaran
15.00
S: Pasien mengatakan nyaman saat posisi kepala 15o
pasien. R/: GCS E.4 V.5 M.6 Compos mentis
09.00
19
Intan
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
DX 10.00
I
2) Memberikan obat minum via oral:
O:
R/: MADC 3x2, Ramipril 5mg 3x1,
- GCS: E.4 V.5 M.6 total 15
novel 1x1, ramipil 1x1, Vblock 1x2
10.30
obat masuk tidak ada reaksi alergi
- Obat masuk tidak ada reaksi alergi
ataupun muntah.
- TD: 130/90 mmHg, N: 78x/menit,
3) Mempertahankan posisi kepala 15o
S: 36.5 C, RR: 19x/menit, CRT < 3
head up.
detik, reaksi pupil kanan dan kiri
R/: pasien mengatakan merasa nyaman
positif 3/3, mata sebelah kanan
dengan posisi tersebut.
spontan menutup.
4) Mengobservasi 12.00
Compos Mentis
TTV,
reaksi
pupil
- Mulut perot ke kanan.
keadaan umum pasien.
A: Masalah teratasi
R/: TD: 130/90 mmHg, N: 78x/menit,
P: Intervensi dihentikan pasien KRS
S: 36.5 C, RR: 19x/menit, CRT < 3 detik, reaksi pupil kanan dan kiri positif 3/3, mata sebelah kanan spontan reaksi menutup, mulut perot ke kanan.
20
PARAF
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
PARAF
DX Senin
II
1) Melatih pasien untuk latihan ROM
21.00
S: pasien nyaman dengan posisi
22-10-2018
pasif dan aktif
terlentang dan kepala 15o
Jam 14.00
R/: pasien kooperatif
O:
15.00
2) Mengobservasi skala kekuatan otot
-
R/: 5555 1111
5555
1111
5555 1111
5555
1111
Pasien mengalami hemiplagia sebelah
-
kiri, jari-jari tangan dan kaki sebelah kiri tidak mampu digerakkan sama
-
Pasien hanya mmapu miring ke kanan
3) Membantu pasien untuk miring kanan
-
dan miring kiri selama 3jam sekali.
Pasien kooperatif saat dilakukan ROM pasif dan aktif
R/: pasien hanya bisa miring ke kanan,
19.00
Pasien masih belum mampu untuk miring ke kiri
sekali. 15.30
Skala kekuatan otot
-
Ekstermitas atas dan bawa
di saat dimiringkan ke kiri pasien
sebelah kanan mampu
merasa sakit.
menggerakkan secara spontan
4) Memberikan
posisi
yang
nyaman
kepada pasien
tanpa bantuan A: Masalah teratasi sebagian
R/: pasien nyaman dengan posisi kepala 15oC dan posisi terlentang.
21
P: Lanjutkan intervensi no 1.2.3.4.5.6
Intan
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
PARAF
DX Selasa
II
1) Melatih pasien untuk latihan ROM
15.00
pasif dan aktif
23-10-2018
S: O:
R/: pasien kooperatif
Jam
Intan
-
2) Mengobservasi skala kekuatan otot
09.10
R/: 5555 1111
10.00
5555 1111
5555
1111
5555
1111
-
Pasien belum mau mika-miki
Pasien mengalami hemiplagia sebelah kiri,
-
Pasien mengalami hemiplagia
jari-jari tangan dan kaki sebelah kiri tidak
-
pasien kooperaif saat dilakukan
mampu digerakkan sama sekali.
ROM aktif dan pasif.
3) Menganjurkan pasien untuk miring
A: Masalah belum teratasi
kanan dan miring kiri.
12.00
Skala kekuatan otot
P: Lanjutkan intervensi no 1.2.3.4.5.6
R/: pasien tidak mau dilakukan mikamiki. 4) Membantu pasien untuk ADL (Seka) R/: pasien kooperatif
14.30 Rabu 24-10-2018 Jam
II
1) Mengobservasi skala kekuatan otot
15.00
R/: 5555 1111 5555
S: O:
1111
-
Mobilisasi duduk masih belum mampu
09.00
22
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
DX 10.00
II
2) Melatih pasien untuk latihan ROM
-
pasif dan aktif
5555
1111
R/: pasien kooperatif,ekstremitas kanan
5555
1111
atas dan bawah mampu digerakkan
-
secara aktif, ekstremitas atas bawah -
3) Menganjurkan pasien untuk miring
pasien kooperaif saat dilakukan ROM aktif dan pasif.
kanan dan miring kiri.
A: Masalah teratasi
R/: keluarga mengatakan pasien sudah
P: Intervensi dihentikan pasien KRS
mika-miki tetapi hanya menghadap ke kanan saja. 12.00
Pasien masih mampu miring ke kanan
sebelah kiri dilakukan secara pasif. 11.00
Skala kekuatan otot
4) Melatih pasien untuk mobilisasi duduk dengan dibantu menggunakan tempat tidur 45o R/: pasien masih belum mampu untuk posisi duduk tanpa ada sandaran bantal.
23
-
PARAF
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
PARAF
DX Senin 22-10-2018
III
1) Mengobservasi intake nutrisi pasien
21.00
dan keadaan umum pasien
pasien menurun
Jam
R/: Keluarga mengatakan nafsu makan
14.00
pasien menurun, mukosa bibir kering
15.00
S: - keluarga mengatakan nafsu makan
2) Menganjurkan keluarga untuk
-
makan terasa mual O:
membersihkan area mulut pasien
-
B: Hb 14,1 gr/dl
menggunakan kasa yang diberi air biasa
C: Pasien tampak lemas, mukosa
R/: keluarga dan pasien kooperatif
bibir kering, kesadaran compos mentis
sedikit demi sedikit tapi sering
D: - diit BHRG (Bubur Halus
R/: pasien hanya makan 1 potong roti
Rendah Garam) 1700kkal/ hari
dan minum kurang lebih 100cc 4) Memberikan makanan selagi hangat (bubur, sayur, ikan)
19.00
A: TB 165 cm, BB 69 kg
dengan kumur-kumur atau
3) Menganjurkan pasien untuk makan
15.30
Pasien mengtakaan setiap mau
-
Pasien tidak mau makan nasi
-
Roti habis 1 potong, kue nogosari habis ½ potong
R/: pasien tidak mau makan, pasien
A: Masalah belum teratasi
hanya makan kue nogosari ½ potong,
P: Lanjutkan intervensi no 1.2.3.4.5.6
pasien
mengatakan
setiap
mau
makanterasa mual.
24
Intan
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
DX Selasa
1) Mengobservasi intake nutrisi pasien
15.00
S: - keluarga mengatakan pasien sudah
dan keadaan umum pasien
mulai mau makan sedikit
Jam
R/: Keluarga mengatakan pasien mau
O:
10.00
makan nasi sedikit, mukosa bibir kering
23-10-2018
12.00
14.00
-
2) Menganjurkan keluarga untuk
A: TB 165 cm, BB 69 kg B: Hb 14,1 gr/dl
memberikan minum air hangat terlebih
C: Mukosa bibir kering,
dahulu sebelum makan
kesadaran compos mentis
R/: keluarga kooperatif pasien minum
D: - diit BHRG (Bubur Halus
kurang lebih 10cc
Rendah Garam) 1700kkal/ hari
3) Membantu pasien untuk makan (bubur,
-
Pasien mau makan habis 2
sayur, daging)
sendok makan bubur saja tanpa
R/: Pasien mau makan habis 2 sendok
lauk-pauk, minum teh hangat
makan bubur saja tanpa lauk-pauk,
habis ½ gelas kurang lebih
minum teh hangat habis ½ gelas kurang
150cc,buah pisang habis 2
lebih 150cc,buah pisang habis 2 potong,
potong, nogosari 2 potong.
nogosari 2 potong.
A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi no 1.2.3.4.5.6
25
PARAF
TGL/JAM
NO.
IMPLEMENTASI
JAM
EVALUASI
PARAF
DX Rabu 24-10-2018
III
1) Mengobservasi intake nutrisi pasien
13.00
dan keadaan umum pasien
Jam
R/: Keluarga mengatakan semalam
09.00
pasien makan sedikit, mukosa bibir
10.00
lembab
mulai mau makan sedikit
12.00
-
Pasien masih merasa mual
-
A: TB 165 cm, BB 69 kg
O:
2) Menganjurkan keluarga untuk 11.00
S: - keluarga mengatakan pasien sudah
B: Hb 14,1 gr/dl
memberikan minum air hangat terlebih
C: Mukosa bibir kering,
dahulu sebelum makan
kesadaran compos mentis
R/: keluarga kooperatif pasien minum
D: - diit BHRG (Bubur Halus
kurang lebih 200cc
Rendah Garam) 1700kkal/ hari
3) Membantu pasien untuk makan (bubur,
pasien tidak mau makan nasi,
sayur, daging)
pasien hanya makan nogosari
R/: pasien tidak mau makan nasi,
habis 1 potong dan pisang habis 1
pasien hanya makan nogosari habis 1
buah.
potong dan pisang habis 1 buah, pasien
A: Masalah teratasi
masih merasa mual
P: Intervensi dihentikan pasien KRS
26
Intan
27
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama
: Tn. W
Umur
: 50thn
Alamat
: SumberBaru
No RM
: 22.15.04
TGL Periksa : 10 Oktober 2018
Hasil Pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
13.8
13.5-18.0
g/dl
Lekosit
10.020
3.300-10.300
Cmm
LED
15-30
0-15
Mm
Hitung Jenis
1/-/-/65/29/5
0-2
Hematokrit
41.3
40-54
Trombosit
201.000
150.000-450.000
5.740.000
4.5-6.5
Juta/cmm
Ureum
27.8
10-50
Mg/dl
Creatinin
0.83
0.5-1.2
Mg/dl
SGOT
34
0-37
u/l
SGPT
44*
0-44
u/l
Hematologi Darah Lengkap Hemoglobin
Eritrosit
%
KIMIA DARAH
28
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama
: Tn. W
Umur
: 50thn
Alamat
: SumberBaru
No RM
: 22.15.04
TGL Periksa : 12 Oktober 2018
Hasil Pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
14.1
13.5-18.0
g/dl
12.240*
3.300-10.300
Cmm
LED
10-20
0-15
Mm
Hematokrit
41.7
40-54
%
Trombosit
216.000
150.000-450.000
5.880.000
4.5-6.5
Hematologi Darah Lengkap Hemoglobin Lekosit
Eritrosit
29
Juta/cmm
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Nama
: Tn. W
Umur
: 50thn
Alamat
: SumberBaru
No RM
: 22.15.04
TGL Periksa
: 14 Oktober 2018
Nama Pemeriksaan
: CT- Scan Kepala
Hasil Pemeriksaan Radiologi: Tampak lesi hipodens pada korteks – sub korteks lobus parietotemporalis kanan Sulcy dan gyri tampak normal Sytsem ventrikel dan cysterna normal Tak tampak midline shift Tak tampak klasifikasi abnormal Pons dan cerebellum tampak baik Orbita, sinus maxillaris, ethmoidalis sphenoidalsi dan frontalis kanan dan kiri normal Kesan: Infark pada korteks – sub korteks lobus parietotemporalis kanan
30
DISCHARGE PLANNING
S
O
-
Keluarga mengatakan nafsu makan masih menurun
-
Keluarga mengatakan tangan kiri dan kaki kiri tidak bisa digerakkan sama sekali
-
Hemiplagia sebelah kiri positif
-
Skala kekuatan otot
5555 1111 5555 1111
-
ADL masih dibantu keluarga
-
Mobilisasi duduk negatif
-
Miring kanan positif , miring kiri negatif
-
Skor indeks barthel 5 “ketergantungan berat”
-
Makan hanya habis 1-2 sendok
-
Bicara sedikit pelo
-
Mulut mencong ke kanan
-
Kesadaran Compos Mentis GCS E.4 V.5 M.6
- TD: 130/90 mmHg, N: 78x/menit, S: 36.5 C, RR: 19x/menit, CRT < 3 detik, reaksi pupil kanan dan kiri positif 3/3, mata sebelah kanan spontan menutup dan membuka
A
Masalah masih teratasi
P
Intervensi di hentikan pasien KRS
I
E
-
Melakukan ROM aktif dan Pasif
-
Mengajarkan latihan duduk
-
Menganjurkan pasien untuk mobilisasi
-
Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering
-
Skala kekuatan otot
5555 1111 5555 1111
-
ADL masih dibantu keluarga
-
miring kiri negatif
-
Skor indeks barthel 5 “ketergantungan berat”
-
Makan hanya habis 1-2 sendok
-
Bicara sedikit pelo, Mulut mencong ke kanan 31
Nama pasien
: Tn. W
Jenis Kelamin
: laki-laki
TGL/JAM MRS
: 12-10-2018 / 14.10 WIB
Dx medis
: Infark Emboli
Telah diberikan tindakan keperawatan diatas. Untuk itu perlu perawatan lanjutan Di Rumah. Terapi
:
-
MADC 3x2 sesudah makan
-
Novel 1x1 pagi sesudah makan
-
Ramipril 1x1 malam hari sesudahn makan
-
V block 1x2 sesudah makan
-
Oticolin 3x1 sesudah makan
Anjuran
: Pasien kontrol lagi tanggal 29-10-2018 di RSUD dr Soebandi di poli Saraf dr. Lely, Jam bebas sesuai jam pelayanan poli, mobilisasi duduk, kurangi makanan yang mengandung garam tinggi.
Keterangan
: Hasil CT-SCAN
32
BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pad Tn. W dengan diagnosa medis infark emboli di ruang melati bed 01 RSUD dr. Soebandi Jember, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataaan yang diperoleh sebagai hasil pelaksaaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhahan keperawatan terhadap Tn. W infark emboli, dalam penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai evaluasi dengan uraian sebagai berikut: A. Pengkajian Tn. W umur 50 thn, pekerjaan buruh tani, agama islam, alamat sumber baru pada tanggal 08 Oktober 21018 Jam 12.00 saat pasien pulang kerja kemudian istirahat dirumah sebentar sewaktu bangun tiba-tiba mulut mencong ke kanan, bagian ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri tidak dapat digerakkan,
dan akhirnya dengan keluarga langsung di bawa ke Rs Jatiroto setelah
mendapatkanperawatan di Rs Jatiroto selama 3 hari pasien di rujuk ke Rs Soebandi untuk dilakukan perawatan dan pemeriksaan lebih spesifik lagi karena keterbatasan alat di Rs Jatiroto. Tgl 12 Oktober 2018 pasien di bawa ke Rs soebandi dan dilkukan penganaganlebih lanjut untuk rawat inap di melati, riwayat dahulu pasien memiliki riwayat hipertensi dan jarang untuk kontro, pasien merasa pusing langsung beli obat tanpa adanya resep dari dokter. Pasien memiliki 2 anak 1 perempuan dan 1 laki-laki, pasien tinggal bersama istri dan anak laki-lakinya. Hasil pengkajian yg didapatkan pada saat pengkajian tanggal 22 oktober terlampir. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap maslaah kesehatan yang aktual dan potensial, atau proses kehidupan (Nanda, 2015). 1. Diagnosa Keperawatan yang muncul. a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan otak berhubungan dengan penurunan sirkulasi oksigen ke dalam otak Ketidakefektifasn perfusi jaringan otak adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menganggu kesehatan (Nanda, 2015). Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor dan minor yang mendukung yaitu 33
pengungkapan tentang deskriptor pusing pada bagian kepala, penurunan kesadaran, hipertensi, SPO2 menurun, perubahan respon motorik, gangguan status mental, perubahan reaksi pupil, kelemahan atau paralisis ekstremitas, abnormalitas bicara. Alasan diagnosa diangkat karena saat pengkajian didapatkan data subjektif pasien mengatakan kepala pusing seperti cekot-cekot sebelah kanan, data objektif yang di dapatkan Pasien berbicara sedikit pelo TD: 120/80 mmHg, N: 89x/menit,S: 36,7 C, RR: 20x/menit, CRT < 3 detik, SPO2 93%, bicara pasien sedikit pelo, mulut mencong kesebalah kanan, GCS 456, gangguan pada N. 3,4,5,6,11. Diagnosa tersebut penulis prioritaskan akrena keluhan yang dirasakan pasien saat itu dan yang mengancam jiwa, apabila masalah itu tidak segera ditangani akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa menganggu aktifitas pasien sehingga akan timbul rasa ketakutan dan cemas baik keluarga dan pasien itu sendiri.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih esktremitas secara mandiri dan terarah (Nanda , 2015). Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor dan minor yang mendukung yaitu pengungkapan ketidak mampuan pasien dalam bergerak dan harus dibantu oleh perawat maupun keluarga, data mayor dan minor yang muncul biassanya penurunan waktu rekasi, kesulitan mobilisasai, dispneu setelah aktivitas, gerakan bergetar, perubahan cara berjalan, keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus dan kasar. Alasan diagnosa diangkat karena saat pengkajian didapatkan data subjektif keluarga mengatkan Keluarga mengatakan pasien tidak mampu untuk melakukan aktifitas secara mandiri dan harus ada bantuan, data objektif yang didapatkan ADL dibantu keluarga dan petugas kesehatan, pola Aktifitas dari nilai Indeks Barthel didapatkan skor= 6 dengan arti “Ketergantungan Berat”, Skala kekuatan otot ekstremitas 5/1, pergerakan terbatas, tidak ada kaku kuduk, pasien tidak mampu miring ke kiri. Penulis tidak memrioritaskan maslah tersebut karena tidak mengancam jiwa pasien, tetapi jika tidak di tegakkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas secara mandiri.
34
c. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalh asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Nanda, 2015). Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor dan minor yang mendukung yaitu pengungkapan pasien ataupun keluarga penurunan nafsu makan, bising usus tidak terdengar, mual, kelemahan untuk mengunyah dan menelan. Alasan diagnosa diangkat karena saat pengkajian didapatkan data subjektif keluarga mengatakan nafsu makan pasien menurun, perut terasa tidak enak, mual saat mau makan nasi. Data objektif yang didapatkan A: TB 165cm, BB 58kg, B: Hb 14,1 gr/dl, C: Mukosa kering, makan spontan, Pasien lemas, D: BHGR (Bubur
Halus
Rendah
Garam)
1700
kkal/
hari,
makan
habis
1-2
sendok dengan bubur, daging, ikan, sayur, lauk-pauk, Minum 600cc/hari, 1700kkal/ hari, 1 porsi pasien mendapatkan 566 kkal. Penulis tidak memrioritaskan masalah tersebut karena tidak mengancam jiwa pasien, tetapi jika tidak di tegakkan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien tidak adekuat. 2. Intervensi, Implementasi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosis keperawatan (Nanda, 2015). Intervensi keperawatan dilaksanakan pada hari Senin 22 Oktober 2018 sesuai dengan jam dinas. a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan otak berhubungan dengan penurunan sirkulasi oksigen ke dalam otak Observasi TTV dan reaksi pupil, Observasi tingkat kesadaran pasien, Berikan posisi tirah baring dengan posisi kepala 30o head up, Berikan informasi kepada keluarga ataupun pasien tentang penyakit yang diderita pasien (Infark Emboli), Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat. b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular Observasi skala kekuatan otot, Dampingi pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien, Lakukan tindakan ROM aktif dan Pasif, Anjurkan pasien untuk miring kanan dan miring kiri selama 3jam sekali, Berikan posisi yang nyaman, Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
35
c. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual Observasi pemenuhan nutrisi kebutuhan pasien, Jelaskan pentingnya nutrisi kepada pasien dan keluarga, Jaga kebersihan mulut, Berikan makanan selagi hangat, Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat. 3. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Implementasi adalah tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana (Purwaningsih dan Karlina, 2010). Evaluasi merupakan tahapan akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2010). Implementasi dan Evaluasi dilakukam pada tanggal 22 Oktober 2018. a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan otak berhubungan dengan penurunan sirkulasi oksigen ke dalam otak Mengobservasi TTV, reaksi pupil keadaan umum pasien TD: 120/80 mmHg, N: 89x/menit, S: 36.8 C, RR: 20x/menit, CRT < 3 detik, reaksi pupil kanan dan kiri positif 3/3, mata sebelah kanan spontan reaksi menutup, mulut perot ke kanan. Mengobservasi tingkat kesadaran pasien GCS 456 Compos mentis, Memberikan posisi tirah baring dengan posisi kepala 30o head up pasien mengatakan kepala pusing, Memberikan informasi kepada keluarga ataupun pasien tentang penyakit yang diderita pasien (Infark Emboli), Memberikan obat minum via oral. Evaluasi yang didaptkan pad atgl 22 Oktober 2108 jam 21.00 Pasien mengatakan kepala pusing saat diganti posisi 30o, Pasien pelo, TD: 120/80 mmHg, N: 89x/menit, S: 36.8 C, RR: 20x/menit, CRT < 3 detik, reaksi pupil kanan dan kiri positif 3/3, Mata sebelah kanan spontan tertutup, mulut perot ke kana. Masalah teratasi sebagian lanjutkan intevensi. b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskula Melatih pasien untuk latihan ROM pasif dan aktif, Mengobservasi skala kekuatan otot Pasien mengalami hemiplagia sebelah kiri, jari-jari tangan dan kaki sebelah kiri tidak mampu digerakkan sama sekali, Menganjurkan pasien untuk miring kanan dan miring kiri, Membantu pasien untuk ADL (Seka). Evaluasi yang didapatkan pasien nyaman dengan posisi terlentang dan kepala 15o, skala kekuatan oto 5/1 Pasien masih belum mampu untuk miring ke kiri, keterbatasan anggota gerak, masalah belum teratasai dan intervensi masih dilanjutkan. 36
c. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual Mengobservasi intake nutrisi pasien dan keadaan umum pasien, Menganjurkan keluarga untuk membersihkan area mulut pasien dengan kumur-kumur atau menggunakan kasa yang diberi air biasa, Menganjurkan pasien untuk makan sedikit demi sedikit tapi sering pasien hanya makan 1 potong roti dan minum kurang lebih 100cc, Memberikan makanan selagi hangat (bubur, sayur, ikan), pasien tidak mau makan, pasien hanya makan kue nogosari ½ potong, pasien mengatakan setiap mau makanterasa mual. Evaluasi yang didaptkan keluarga mengatakan nafsu makan pasien menurun Pasien mengtakaan setiap mau makan terasa mual, Pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, kesadaran compos mentis, Pasien tidak mau makan nasi hanya makan nasi, masalah belum teratasi dan lanjutkan intervensi. Discharge planning yang dilakukan pada pasien stroke adalah memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol rutin dan memberikan leflet untuk latihan ROM aktif dan pasif di rumah dan juga keluarga diberi penjelasan bagaimana diit yang tepat bagi pasien hipertensi untuk tidak banyak mengkonsusmsi makanan yang tinggi akan garam.
37
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Infark emboli mengakibatkan pasien susah untuk bicara atau pelo dan juga mengalami gangguan pemenuhan aktifitas. 2. Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat diangkat untuk memberikan asuhan pada pasien infark emboli ketidakefektifasn perfusi jaringan otak, hambatan mobilitas fisik, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 3. Intervensi keperawatan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan keadaan klien seperti yang telah di jelaskan di atas. B. Saran Klien dengan infark emboli disarankan untuk selalu melakukan kontrol rutin seperti tekanan darah dan minum obat hipertensi di puskesmas terdekat. Keluarga juga harus mengerti tentang bagaimana penanganan pasien stroke dan diit yang tepat. Klien dan keluarga juga diharapkan menjaga pola hidup. Sehingga, masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien infark emboli dapat teratasi dengan baik.
38
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. (2013) Guidelines for the Early Management of Patient With Acute Ischemic Stroke A Guideline for Healthcare Professionals. Stroke. diakses tanggal 26 Oktober 2018http://stroke.ahajournals.org/content/early/2013/01/31. Silva, G.S., Koroshetz, W.J., Gonzalez, R.G., et al. (2011). Causes of ischemic stroke. Acute Ischemic Stroke. New York: Springer. Hartwig, MS. (2012). Penyakit Serebrovaskular. Dalam: Price SA, Wilson LM, penyunting. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. (diterjemahkan oleh: Pendit B.U., Hartanto, H., Wulansari P., Mahanani, D.A.). Jakarta: EGC. hlm. 1105-32. Ghorbani R, et al. (2013). The relationship between mean platelet volume and severity of acute ischemic brain stroke. Neuroscience (Riyadh) 2013; vol 18 (2): 147
39