SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS
Ignasia Yunita Sari
Kasus
– Ny C usia 35 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan merasa tidak nyaman (panas dan gatal) dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher awalnya kecil setelah 1 minggu bertambah besar. – Keluhan panas dan gatal tersebut semakin jelas apabila terkena matahari, oleh sebab itulah pasien akhir-akhir ini jarang keluar rumah pada siang hari. – Ny C mengatakan demam, nyeri dan terasa kaku seluruh persendian terutama pada pagi hari dan kurang nafsu makan.
Kasus
– Pada pemeriksaan fisik diperoleh ruam pada pipi dengan terbatas tegas, peradangan pada siku, lesi berskuama pada daerah leher, malaise.
– Tekanan darah 110/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 90x/menit, suhu 38,50 C, HB 11 gr/dl, WBC 15.000/mm3. – Hasil pemeriksaan rontgen dada terdapat adanya perikarditis.
– Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein lebih dari 0,5 mg/hari atau +++.
DEFINISI
– Gangguan inflamasi kronis jaringan ikat yang terjadi dalam 2 bentuk: lupus eritematosus discoid (hanya mengenai kulit) dan Sistemil Lupus Eritematosus (SLE) yang mengenai seluruh organ (Kowalak, 2011). – Penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ denang manifestasi klinis yang berfariasi (Mansjoer, 2000).
definisi – Penyakit multisistemik – Menyerang seluruh organ tubuh, manifestasi yang bervariasi
– Autoimun
epidemiologi – Insiden kasus baru : bervariasi antara 10 -22,9% – Terjadi pada wanita usia prodktif 15-40 tahun
– Penderita di Indonesia 1,250 juta (kurleb)
Etiologi – Penyebab masih belum diketahui tetapi bukti yang ada menunjukkan ini merupakan pengaruh factor imunologi, lingkungan, hormonal dan genetic yang saling terkait. – Faktor penyebab: – Stress fisik/mental – Infeksi streptokokus atau virus
– Pajanan cahaya matahari atau ulyraviolet – Imunisasi – Kehamilan – Metabolism estrogen yang abnormal
– Terapi dengan obat tertentu, seperti prokainamis (Pronestyl), hidralazin (Apresoline), antikovulsan dan lebih jarang pada obat (penisilin, sulfa, kontrasepsi oral).
Patofisiologi
– Hipersensitifitas tipe III antibody membentuk kompleks DNA yang dapat mengendap di dinding arteri, sendi dan membrane basal glomerulus. – Autoimunitas merupakan mekanisme utama yang terlibat pada SLE. – Tubuh menghasilkan antibody terhadap komponen selnya sendiri, seperti antibody antinukleus (ANA) dan selanjutnya timbul penyakit imun yang kompleks.
– Pasien SLE dapat menghasilkan antibody terhadap berbagai macam komponen jaringan yang berberda.
Apa yg terjadi pada multi organ?? Shg muncul masalah keperawatan – Kulit – Otak – Hati
– Darah – Paru – Jantung – Ginjal – Muskulo skeletal – Integumen – SSP
Klasifikasi – Diagnosis sulit ditegakkan karena gejala yang menyerupai penyakit lain. – American Rheumatism Association (ARA) mengeluarkan daftar kriteris klasifikasi SLE. Terdapat 4 atau lebih tanda klinis yang ditemukaan secara bersamaan: – 1. Ruam malar (butterfly rash)
Lanjutan…
– 2. Ruam discoid
– Bercak eritematous berelevasi sirkuler disertai dengan sisik keratotik adherent. Jaringan parut atropi dapat terjadi
Lanjutan…
– 3. Ulserasi oral atau nasofaring
– 6. Proteinuria hebat (> 0,5 g/hari) – 7. Serangan kejang atau psikosis
– 8. Anemia hemolitik, leukopenia, limfpenia atau trombositipenia
– 4. Arthritisnon erosive pada 2 atau lebih sendi perifer – 5. Peluritis atau pericarditis
Lanjutan….
– Anti dsDNA atau pemeriksaan antibody antifosfolipid yang positif – Kenaikan IgG dan IgM – Hasil test positif antikoagulan lupus
– Test serologi positif palsu untuk penyakit sifilis
– Titer antibody antinukleus (ANA) abnormal
Tanda dan gejala – Gejala umum
– Tambahan
– Demam
– Lesi sendi serupa AR
– Penurunan BB – Malaise
– Lesi kulit di daerah yang terpanjan cahaya
– Mudah lelah
– Vaskulitis
– Ruam – Poliartralgia
Tanda dan gejala tambahan – Fenomena Raynaud kondisi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jari-jari tangan, jari kaki, telinga, dan ujung hidung. – Patchy alopecia dan ulkus yang tidak nyeri pada membrane mukosa – Kelainan jantung
– Kelainan system perkemiha (hematuria, piuria, sedimen, ISK) – Gangguan SSP
Pemeriksaan diagnostik – PDL (pemeriksaan darah lengkap) mungkin anemia, trombositopenia, leukopenia – LED meningkat akibat rangsangan makrofag membentuk IL-1 dan IL-6 stimulasi hati membentuk protein akut
– ANA (spesifik untuk SLE) kadarnya bisa rendah atau tidak ada pada fase remisi. – Protein urine (>0,5 g/24 jam) – Penurunan C3 dan C4
– Ro thorax pleuritis atau pneumonitis lupus – Biopsi ginjal
Komplikasi – Infeksi lain dan ISK – Gagal ginjal
– Osteonekrosis tulang pinggul/pangkal paha akibat penggunaan steroid jangka panjang
Penatalaksanaan
– OAINS (obat antiinflamasi nonsteroid) termasuk aspirin kendalikan gejala artritis – Kortikosteroid – Topikal lesi kulit akut – Suntikan intralesi lesi bandel – Sistemik menurunkan gejala sistemik SLE
– Dialisis/transplantasi ginjal – Antihipertensi dan modifikasi diet minimalisir gg. ginjal
Proses keperawatan Pengkajian Riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam, panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
Kulit Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
PENGKAJIAN – Kardiovaskuler Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
– Sistem muskuloskeletal Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
PENGKAJIAN – Sistem integumen Ruam, ulkus oral.
– Sistem pernafasan Pleuritis atau efusi pleura. – Sistem vaskuler Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
PENGKAJIAN
– Sistem renal Edema dan hematuria. – Sistem saraf Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.
Masalah Keperawatan – Kerusakan integritas kulit – Fatique (keletihan)
– Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
– Gangguan citra Tubuh
– Cemas
– Kurang pengetahuan
– Kerusakan mobilitas fisik
– Nyeri (akut/kronis)
– Hypertermi – Koping individu tidak efektif
Intervensi Keletihan 1.
Beri penjelasan tentang keletihan : • hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan • menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya •
mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
• menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler dan emosional • menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga • kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
2. Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat. 3. Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.
4. Rujuk dan dorong program kondisioning. 5. Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.
Gangguan integritas kulit 1.
Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
2.
Hilangkan kelembaban dari kulit
3.
Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.
4.
Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
5.
Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid
Gangguan citra tubuh/ body image 1.
Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan penanganannya.
2.
Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut – Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya. – Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu. – Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.
Nyeri
•
Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas /dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
• Berikan antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan. • Sesuaikan jadwal pengobatan • Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya • Jelaskan patofisiologik nyeri • Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.
– LEGAL –ETIK – Jurnal
– SAP