TINJAUAN TEORI DEPRESI POSTPARTUM
1.1 Prevalensi Depresi Postpartum Dalam Centre for Maternal and Child Enquiries (2011), 5% dari kasus bunuh diri ibu adalah karena psikosis atau depresi. Paling parah daro perempuan
(76%) telah menikah atau hidup di lingkungan yang
kehidupannya statis. Berdasarkan laporan WHO diperkirakan wanita melahirkan yang mengalami depresi postpartum ringan berkisar 10 per 1000 kelahiran hidup, depresi postpartum sedang atau berat berkisar 30-200 per 1000 kelahiran hidup (Salma, 2012). Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Rahmi, 2012). Berdasarkan hasil dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) prevalensi depresi postpartum berkisar antara 11,7% sampai 20,4% pada tahun 2004-2005 (Nasution, 2012). Depresi postpartum menjadi isu kesehatan masyarakat yang menonjol dan disebut sebagai tujuan prioritas kesehatan masyarakat pada tahun 2010 (Healty People 2010 priority goal) (Elvira, 2011). Depresi postpartum adalah salah satu bentuk depresi yang dialami ibu setelah melahirkan bayi pertama dan berlangsung pada tahun pertama seteah kelahiran bayi. Hal ini disebabkan karena pada periode tersebut merupakan periode transisi kehidupan baru yang cukup membuat stress, dimana ibu harus beradaptasi dengan perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang dialaminya karena melahirkan dan mulai merawat bayi. Namun tidak semua ibu mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga timbul keluhankeluhan antara lain berupa stress, cemas, dan depresi (Ester, 2010).
1
Postpartum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 minggu (Farrer, 2001). Post Partum dibagi menjadi 3 periode yaitu: Puerpureum Dini, Intermedial Puerperium dan Remote Puerperium (Mochtar, 1998). Pada ibu postpartum mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis. Banyak ibu mengalami depresi sementara (terkait dengan hormone) yang dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah persalinan. Depresi pasca partum mengurangi tingkat kemampuan fungsi keluarga dan mungkin terkait dengan rendahnya harga diri wanita tersebut. Depresi postpartum mempengaruhi sekitar 15 % ibu dan khususnya terjadi pada minggu dan bulan-bulan awal postpartum dan dapat bertahan sampai satu tahun atau lebih. Depresi bukan satu-satunya gejala yang ada meskipun biasanya jelas terlihat. Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi selama 10 hari pertama masa setelah melahrkan dan berlangsung terus menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun. Depresi pertama kali ditemukan oleh Pitt tahun 1988. Menurut Pitt depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangna libido. Menurut DSM-IV, gangguan pasca salin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu: 1. Baby Blues Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. 2. Depresi Postpartum Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan. 3. Psychosis Postpartum Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan.
2
1.2 Etiologi Depresi Postpartum Penyebab utamanya adalah gangguan hormonal. Hormone yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. Pitt mengemukakan 4 faktor penyebab depresi postpartum: 1. Faktor Konstitusional Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena telah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi baru lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat. 2. Faktor Fisik Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang pogesteron naik dan esterogen yang menurun secara cepat setalah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti. 3. Faktor Psikologi Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis ibu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk mmulai hubungan baik antara ibu dan anak. 4. Faktor Sosial dan Karakteristik Ibu Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai sering menimbulkan depresi pada ibi-ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
3
1.3 Manifestasi Depresi Postpartum Gejala yang menonjol dalam depresi postpartum adalah trias depresi yaitu: 1. Berkurangnya energi 2. Penurunan efek 3. Hilang minat (anhedonia) Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala depresi postpartum yang dialami 60% wanita mempunyai karakteristik dan spesifik antara lain: 1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi 2. Kelelahan dan perubahan mood 3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur 4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain 5. Tidak mencintai banyinya dan ingin menyakiti banyinya atau dirinya sendiri
4
1.4 Pathway
5
1.5 Gambaran Klinik dan Pencegahan Monks mengatakan depresi postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan, dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Faktor resiko: 1. Keadaan hormonal 2. Dukungan emosional 3. Emotional relationship 4. Struktur keluarga 5. Antropologi 6. Perkawinan 7. Demografi 8. Stressor psikososial dan lingkungan Untuk mencegah terjadinya depresi postpartum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila telihat sedang sedih dan sarankan pada ibu untuk: 1. Beristirahat dengan baik 2. Berolahraga yang ringan 3. Berbagi cerita dengan orang lain 4. Bersikap fleksible 5. Bergabung dengan orang-orang baru 6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis Ada cara-cara menghindari atau mengatasi depresi: 1. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu isritahat. 2. Untuk sementara waktu hindari konsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi. 3. Perbanyak mendengar music favorit anda agar dapat merasa lebih rileks disarankan musik-musik yang menenagkan. 4. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh. 5. Sesekali berpergianlah agar tidak merasa bosan, karena berada di rumah 6. Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluaga sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.
6
Ada dua macam perawatan depresi: 1. Terapi Bicara Sesi bicara dengan terapi, psikologi, atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa, dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi 2. Obat Medis Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui.
1.6 Penatalaksaan Depresi Postpartum Adapun penatalaksanaannya yaitu: 1. Dapat riwayat kesehatan selama periode antepartum untuk mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum. 2. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko. 3. Bantu klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartm jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum. 4. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demogradi, informasi mengenai dukungan dan bantuan di rumah. 5. Kaji proses hubungan ibu dan anak. 6. Tawarkan dukungan, dorongan, dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan normal. 7. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi. 8. Atur onseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut. Bidan dan perawat dapat membantu dengan cara: 1. Sensitive pada reaksi ibu 2. Terlibat dengan terjadinya pada bulan-ulan awal setelah kelahirannya 3. Menjadi pendengar yang baik sehingga ibu dapat mengekspresikan persoalan, keraguan, dan kecemasan Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembukan dengan obatobatan dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan perlu dirawat di Rumah Sakit.
7
1.7 Komplikasi Depresi Postpartum Pentingnya masalah depresi postpartum diteliti dikarenakan gangguan mood postpartum bukan persoalan sepele. Dampaknya bisa memporakporandakan kehidupan ibu, keluarganya, bayi, dan anak-anak lainnya karena komplikasi yang diakibatkannya. Ibu akan mengalami kesulitan dalam mengasuh serta menjalin ikatan emosional yang memadai terhadap bayi maupun anaknya yang lain. Dampaknya, anak-anak mereka bisa mengalami gangguan emosional dan perilaku, keterlambatan berbahasa dan gangguan kognitif. Bagi ibu sendiri, dalam kondisi berat bisa memunculkan keinginan untuk mengakhiri penderitaan lewat jalan yang membahayakan diri maupun anaknya (Ibrahim, 2012). 1. Gangguan jiwa dapat meliputi muncuknya gejala: a. Waham b. Halusinasi c. Kerusakan Psikoafektif 2. Resiko bunuh diri atau mencederai diri 3. Resiko mencederai anak
1.8 Pemeriksaan Diagnosis Tidak ada yang pasti untuk meyakinkan diagnosis depresi post partum hanya dibuat berdasarkan penilaian secara klinik.
8
ASUHAN KEPERAWATAN DEPRESI POST PARTUM
2.1 Masalah Keperawatan No 1.
2.
3.
Data Fokus
Diagnosa Keperawatan NANDA DS: Domain 9. Koping/Toleransi Stres - Klien mengatakan tidak mau Kelas 2. Respon Koping berhubungan dengan orang lain 00073 – Ketidakmampuan Koping Keluarga DO: - Telihat adanya penurunan efek - Klien terlihat mengalami depresi DS: Domain 11. Keamanan/Perlindungan - Klien mengatakan ingin Kelas 3. Perilaku Kekerasan menyakiti dirinya dan bayinya 00150 – Resiko Bunuh Diri DO: - Klien mengalami stres setelah kelahiran anak pertamanya - Klien mengalami kesedihan yang mendalam tanpa sebab DS: Domain 4. Aktivitas/Istirahat - Klien mengatakan hilangnya Kelas 2. Keseimbangan Energi minat untuk melakukan 00090 – Keletihan aktivitas seperti biasanya - Klien mengatakan tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan DO: - Klien terlihat tidak bersemangat dan berkurang energinya - Klien terlihat kelelahan dan mengalami perubahan mood
9
2.2 Kriteria Hasil dan Intervensi No 1.
2.
Kriteria Hasil NOC Domain VI - Kesehatan Keluarga Kelas X - Kesejahteraan Keluarga 2600 - Koping Keluarga
Intervensi NIC Domain 3. Perilaku Kelas R. Bantuan Koping 5240 – Konseling
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 46-60 menit, kriteria hasil yang diharapkan: 260020 – Menetapkan fleksibilitas peran (2-4) 260005 – Mengelola masalah keluarga (2-4) 260009 – Menggunakan strategi pengurangan stress yang berpusat pada keluarga 260010 – Peduli terhadap kebutuhan semua anggota keluarga Domain III - Kesehatan Psikososial Kelas O - Kontrol Diri 1408 - Menahan Diri dan Bunuh Diri
- Bangun hubungan terapeutik yang didasarkan pada rasa saling percaya dan saling menghormati - Tunjukkan empati hubungan konseling - Dukung ekspresi perasaan klien - Tentukan bagaimana perilaku keluarga mempengaruhi pasien - Tunjukkan empati, kehangatan, dan ketulusan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 31-45 menit, kriteria hasil yang diharapkan: 140805 – Mongontrol dorongan diri (2-4) 140802 – Mempertahankan jalinan hubungan (2-4) 140813 – Menahan diri dari percobaan bunuh diri (2-4) 140826 – Menggunakan sumbersumber pencegahan bunuh diri (2-4)
3.
Domain I - Fungsi Kesehatan Kelas A - Pemeliharaan Energi 0007 - Tingkat Kelelahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 16-30 menit, kriteria hasil yang diharapkan: 000701 – Kelelahan (2-4)
Domain 3. Perilaku Kelas O. Terapi Perilaku 4354 – Manajemen Perilaku: Menyakiti Diri - Kembangkan harapan tingkah laku yang tepat dan konsekuensinya, berikan pasien tingkat fungsi kogitif dan kapasitas untuk mengontrol diri - Komunikasikan tingkah laku yang diharapankan dari pasien dan konsekuensinya bagi pasien - Instruksikan pasien untuk melakukan strategi koping - Ajarkan dan kuatkan pasien untuk melakukan tingkah laku koping yang efektif dan untuk mengekspresikan perasaan dengan cara yang cepat Domain 1. Fisiologis: Dasar Kelas A. Manajemen Aktivitas dan Latihan 0180 – Manajemen Energi - Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami 10
000703 – Alam perasaan depresi (2-4) - Tentukan persepsi pasien/orang terdekat 000704 – Kehilangan selera makan (2dengan pasien mengenai penyebab 4) kelelahan 000714 – Tingkat stress (2-4) - Monitor intake/asupan nutrisi untuk 000720 – Kualitas tidur (2-4) mengetahui sumber energi yang adekuat - Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien
11