11 Paper Perdarahan Post Partum.docx

  • Uploaded by: Ndah M
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 11 Paper Perdarahan Post Partum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,393
  • Pages: 16
TUGAS SISTEM REPRODUKSI Perdarahan Post Partum

Di Susun Oleh : 1. Indriyani Syafitri 2. Neneng Yayu Mulyani 3. Yulianawati Tingkat III Semester 6 Keperawatan

STIKES YATSI TANGERANG Kampus A : Jl . Raya Siliwangi (Jl . Raya pasar kemis)KM.3 Tangerang-Banten. Telp/fax : 021-59306633 , Email: [email protected] Website : www.stikes-yatsi.ac.id Kampus B : Rumah Sakit Umum Melati, Jl. Merdeka No. 92 Tangerang Telp: 021-55799961

PEMBAHASAN PERDARAHAN POST PARTUM A. Definisi Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karaena retensio plasenta. Perdarahan pasca salin didefinisikan kehilangan darah 500 cc dalam

persalinan

pervaginam

atau

1000

cc

dalam

persalinan

perabdominal.( Ramanathan G, Arulkumaran S ,2006)

B. Klasifikasi Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: 1. Early Postpartum

: Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir.

2. Late Postpartum

: Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir.

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum : a. Menghentikan perdarahan. b. Mencegah timbulnya syok. c. Mengganti darah yang hilang.

C. Etiologi Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu : 1. Penyebab perdarahan paska persalinan dini : a. Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan perineum, luka episiotomi. b. Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri, retensi plasenta, inversio uteri. c. Gangguan mekanisme pembekuan darah.

2. Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.

D. Manifestasi Klinis Perdarahan Post Partum Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi tanda dan gejala sebagai berikut : Tanda dan gejala penyulit diagnosa penyebab : 1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek. 2. Perdarahan segera setelah bayi lahir. 3.

Syok.

4. Bekuan darah pada serviks atau pada posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar. 5. Atonia uteri. Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. 6. Darah segar mengalir segera setelah anak lahir. 7. Uterus berkontraksi dan keras. 8. Plasenta lengkap. 9.

Pucat.

10. Lemah. 11. Mengigil. 12. Robekan jalan lahir. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. 13. Plasenta belum lahir setelah 30 menit 14. Perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras 15. Tali pusat putus 16. Inversio uteri

inversio uteri adalah perasat Crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. 17. Perdarahan lanjutan 18. Retensio plasenta Retensio Plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. 19. Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap 20. Perdarahan segera 21. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang 22. Tertinggalnya sebagian plasenta 23. Uterus tidak teraba 24. Lumen vagina terisi massa 25. Neurogenik syok, pucat dan limbung

E. Faktor predisposisi Perdarahan Post Partum Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu persalinan : 1. Trauma persalinan Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar. 2. Atonia Uterus Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007). Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus

diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar. 3. Jumlah darah sedikit Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi. 4. Kelainan pembekuan darah Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.

F. Patofisiologi Perdarahan Post Partum Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.

G. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum 1. Penatalaksanaan umum a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi

e. Atasi syok jika terjadi syok f. Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ). g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah. i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya. 2. Penatalaksanaan khusus a. Atonia uteri 1. Kenali dan tegakan kerja atonia uteri 2. Sambil

melakukan

pemasangan

infus

dan

pemberian

uterotonika, lakukan pengurutan uterus 3. Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir 4. Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan 5. Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan. 6. Kompresi bimanual internal yaituv uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium. 7. Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna

vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis. b. Retensio plasenta dengan separasi parsial 1. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat. 3.

Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.

4. Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus. 5. Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia. 6. Lakukan transfusi darah bila diperlukan. 7. Berikan antibivotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g supp/oral ). c. Plasenta inkaserata 1. Tentukan diagnosis kerja 2. Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin timbul. 3. Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. 4. Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak jelas. 5. Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan speculum 6. Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas.

7. Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk memegang klem tersebut. 8. Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral 9. Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan. d. Ruptur uteri 1. Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomi 2. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan 3. Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan operasi uterus 4. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan lakukan histerektomi 5. Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen 6. Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi. e. Sisa plasenta 1. Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah dilahirkan 2. Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis 3. Lakukan

eksplorasi

digital/bila

serviks

terbuka

dan

mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret. 4. Hbv 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari selama 10 hari. 5. Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina

6. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan 7. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic 8. Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap 9. Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal 10. Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, 11. Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan 12. Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge ) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit dengan benang no 2/0. 13. Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur. 14. Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub kutikuler 15. Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk terapi. f. Robekan serviks 1. Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi. 2. Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio 3. Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan,

jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit 4. Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan paska tindakan 5. Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tandatanda infeksi 6. Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr% berikan transfusi darah.

H. Pencegahaan Perdarahan Post Partum Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan penyelengaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan mempunyai risiko untuk terjadinya

patologi

persalinan,

salah

satunya

adalah

perdarahan

pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal. 2. Mengenal factor prediposisi PPP seperti multiparitas, anak besar, hamil kembar, hidramnion bekas seksio, ada riwyat PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnya yang risikonya akan muncul saat persalinan. 3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama. 4. Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan difasilitas rumah sakit rujukan.

5. Kehamilan risiko rebdah agar melahirkan ditenaga kesehatan terlatih dan mengindari persalinan dukun. 6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menhadapi PPP mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.

I. Asuhan Keperawatan

1. Keperawatan Nanda, Nic, Noc Diagnosa nanda Noc Domain11: keamanan Domain2 : dan perlindungan kesehatan Kelas 2: cidera fisik 00206 resiko fisiologis perdarahan Kelas E : jantung paru

Nic Domain 2 : fisiologis komplek Kelas N : managemen perfusi jaringan 4022: pengurangan perdarahan : gastrointestinal

0413:keparahan

-

Monitor tanda dan gejala

kehilangan

perdarahan

darah

menerus

Setelah dilakukan

semua

tindakan

yang (misal:

sekresi

terus periksa

terhadap

adanya darah)

keperawatan

-

Dokumentasikan

warna,

selama 46-60

jumlah dan karakter dari

menit,criteria

feses

hasil

yang

-

diharapkan -

041321

untuk :

kehilangan

-

Masukan selang nasogatrik menghisap

dan

memonitor sekresi -

Lakukan bilas lambung jika

darah yang

diperlukan

terlihat

Lakukan pasien dan keluarga untuk mengurangi atau peningkatan aktivitas fisik.

041305 hemateme

:

sis -

041311

:

peningkata n

denyut

nadi apical 041314 : cemas Domain 4: pengetahuan tantang kesehatan dan perilaku Kelas q : perilaku sehat 1605 kontrol nyeri Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama libih dari 1 jam dengan kriteria hasil yang di harpkan: 160502 mengenali kapan nyeri terjadi ( 3-4) 160501 menggambarkan faktor penyebab ( 2-4) 160509 mengenali apa yang terkait terkait dengan gejala nyeri (24) : Domain 2 :

Domain 12: kenyamanan Kelas 1: kenyamanan fisik 00132 nyeri akut

Domain

11

perlindungan/keamana

kesehatan

n

fisiologi

Kelas 1 : infeksi

Kelas H : Respon

00004 : resiko infeksi

imun

Domain 1 : fisiologi dasar Kelas e: peningkatan kenyamanan fisik 1400 menejemen nyeri - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensip termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor prtisifasi - Observasi reaksi nonferbal dari ketidaknyamanan - Kurangi faktor presifasi nyeri - Tinggkatkan istirahat - Epaluasi keefektipan kontrol nyeri Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi

Domain 2 : fisiologi komplek Kelas L : Management kulit/luka 3590 : pengecekan kulit -

Periksa kulit” dan selaput

0703 : keparahan

lender

terlihat

dengan

infeksi

adanya

Setelah dilakukan

kemerahan,kehangatan,ekst

tindakan

rem, edema, atau drainase

keperawatan selama

16-30

palpasi, tekstur, edema, dan

menit,criteria hasil

ulserasi pada ekstermitas yang

diharapkan -

070301

070307 demam

070333 : nyeri

-

Monitor kulit u/ adanya ruam dan lecet

:

kemerahan -

Amati warna ,kehangatan,

:

Monitor kulit kekuningan berlebihan kelembapan

u/

adanya yang dan

PENUTUP A. Kesimpulan Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu, Early Postpartum yang terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, dan Late Postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan

dengan

komplikasi

perdarahan

post

partum

adalah

menghentikan perdarahan, mencegah timbulnya syok, dan mengganti darah yang hilang.

B. Saran Mahasiswa

dapat

memahami

dan

mengerti mengenai

konsep perdarahan post partum, memahami tentang Definisi, Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik dan dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat pada ibu perdarahan post partum.

LAMPIRAN. A. Pathway

Referensi : 1. John M. Kirby, John R. Kachura, Dheeraj K. Rajan, Kenneth W. Sniderman, Martin E. Simons, Rory C. Windrim, John C. Kingdom, (2009) : Arterial embolization for primary postpartum hemorrhage, Journal of Vascular and Interventional Radiology, Volume 20, Issue 8, Pages 1036-1045 2. Mukherjee S, Arulkumaran S, (2009): Post-partum haemorrhage; Obsterics, Gynaecology and Reproductive medicine, vol 19:5, hal 122-126 3. http://vickyaldion.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perdarahan-postpartum.html 4.

http://ippha-lmh.blogspot.co.id/2013/06/makalah-perdarahan-postpartum.html

5. http://materi-bidan.blogspot.co.id/2014/11/perdarahan-postpartum.html

Related Documents


More Documents from "yanayana"